Anda di halaman 1dari 38

Dasar Anestesi dan

Monitoring Sedasi
Dr Buyung Hartiyo L, SpAn.KNA

Pelatihan Perawat
Ins IBS – SMF Anestesi
RSUD dr Saiful Anwar
Peran Anestesi dalam Pembedahan

ANESTESI BEDAH
TERAPI DEFENITIV

MEMBERI ANESTESI

Dalam Pembedahan adalah

1. Mengelola life support


PERAN 2. Mengelola stress & nyeri
ANESTESIOLOGI - REANIMASI
3. Menciptakan kondisi optimal
untuk pembedahan

Peran anestesiologi & Reanimasi


Tim operasi sebagai satu kesatuan untuk keberhasilan pembedahan
Pembedahan sebelum ada anestesi
William TG Morton
• Pada tahun 1846
• Pertama kali menggunakan ether
• Eksebisi Ether Dome Boston USA
Trias Anestesi
• “ General anesthesia is described as a reversible state of
unconsciousness with inability to respond to a standardized surgical
stimulus”
• Harus tercapai TRIAS Anestesi:
A. SEDASI - HIPNOSIS
B. ANALGESIA
C. RELAKSASI
Obat-obat yang digunakan
• Sedasi:
• Intravena sedativa: Midazolam, Propofol.
• Intravena disosiasi: Ketamin
• Inhalasi : Isofluran, Halothan, Sevofluran.
• Gas: N2O
• Analgesia: Morfin, Pethidin, Fentanyl.
• Muscle Relaxant: Atrakurium, Vecuronium, Rocuronium.
Status Fisik ASA (American Society of
Anethesiologist)
• Kelas 1. Pasien normal atau sehat
• Kelas 2. Pasien dengan kelainan sistemik ringan
• Kelas 3. Pasien dengan kelainan sistemik moderat sampai berat, dengan
keterbatasan fungsi
• Kelas 4. Pasien dengan kelainan sistemik berat dengan kelainan yang
mengancam jiwa
• Kelas 5. Pasien yang tidak diharapkan hidup dalam 24 jam dengan atau
tanpa pembedahan
• Kelas 6. Pasien “brain dead” atau donor organ
• E ditambahkan bila statusnya emergency
Tahapan-tahapan Anestesi
• Premedikasi: pemberian obat anti cemas, analgesia dan pengering saliva
(antisialogogues)
• Induksi – Intubasi: pemberian obat-obat trias anestesia, memberikan bantuan
nafas dan melakukan penjaminan keamanan jalan nafas
• Pemeliharaan: menjamin pasien tetap dalam stadium anestesi pembedahan,
menjaga stabilitas hemodinamik. Kontrol mesin anestesi atau manual.
Monitoring dengan alat atau manual.
• Pengakhiran – Ekstubasi: mengurangi obat pemeliharaan anestesi dan
membangunkan pasien.
• Ruang pulih sadar: monitor keamanan jalan nafas, pernafasan, hemodinamik,
dan kesadaran pasca anestesi dan pembedahan.
Transport Pasien Menuju Kamar Operasi
• Dilakukan bersama tim ( Anestesi, Bedah dan Petugas Kamar Operasi)
• Posisi pasien seaman dan senyaman mungkin
• Ada persiapan obat emergency
• Jika pasien dalam kondisi kritis maka bantuan manajemen ABC tetap
dilakukan
• Mengamankan jalur transport
• Mempersiapkan bed operasi untuk pindah cepat
• Mempersiapkan alat bantu pindah cepat (pad slide)
Transport Pasien ke RR
• Pindah ke RR : stabil, jalan nafas terjaga, ventilasi adekuat, oksigen dan
hemodinamik stabil
• Berikan O2 selama pemindahan pada pasien dgn resiko hipoksia (SpO2
<90)
• Pasien tidak stabil harus dalam intubasi dan dipindahkan dengan
disertai monitor dan persediaan obat emergency
• Posisikan pasien dengan baik : posisi trendelenbrug atau posisi kepala
diatas
• Posisi lateral berguna untuk pasien dengan resiko muntah atau
perdarahan jalan nafas atas seperti tonsilektomi,
Bekerja secara tim….dan over hands…
Monitoring (Pemantauan) Selama Anestesi -
Pembedahan
• Pemantauan adalah bagian penting dari perawatan anestesi.
"Pemantauan yang efektif mengurangi potensi hasil yang buruk yang
dapat mengikuti anestesi dengan mengidentifikasi kerusakan sebelum
mereka mengakibatkan cedera serius atau menetap“ (Barash,2006)
• Pemantauan merupakan salah satu komponen dari pengelolaan
anestesia/sedasi dan diterapkan pada semua prosedur anestesi
umum, regional, lokal , MAC dan sedasi
• Setiap petugas kamar operasi harus menguasai monitoring dasar
tindakan sedasi
Fokus pemantauan
Sedasi Ringan Sedasi Moderat
• Anxiolysis, mengurangi kecemasan dan • Obat yang mempengaruhi tingkat
memberi efek tenang/ Calm. kesadaran pasien, walaupun masih
• Obat yang membuat memiliki respon terhadap perintah
verbal,
pasien dalam kondisi
• Diikuti atau tidak diikuti oleh
yang masih memiliki adanya respon terhadap stimulasi
respon normal tekan ringan.
terhadap perintah • Dapat menjaga patensi jalan nafasnya
sendiri.
verbal. • Perubahan ringan respon ventilasi.
• Fungsi respirasi dan kardiovaskuler
normal. • Fungsi kardiovaskular normal.

• Fungsi kognitif dan koordinasi dapat • Gangguan orientasi lingkungan.


terganggu. • Gangguan fungsi motorik ringan sampai
sedang.
Fokus Pemantauan
Sedasi Dalam Anestesi Umum
• Tidak mudah dibangunkan tetapi • Hilangnya kesadaran,
masih memberi respon terhadap • Tidak memiliki respon bahkan
stimulasi berulang atau nyeri. dengan stimulasi nyeri.
• Tidak dapat mempertahankan • Memerlukan bantuan utk menjaga
patensi jalan nafasnya patensi jalan nafas,
• Respon ventilasi mulai terganggu. • Kemampuan mempertahankan
• Fungsi kardiovaskular masih baik. fungsi ventilasi adekuat
• Membutuhkan alat monitoring yang lebih terganggu.
lengkap. • Memerlukan nafas bantu karena obat yang
mendepresi fungsi saraf-otot pernafasan.
• Fungsi kardiovaskuler bisa
terganggu.
Pemantauan Selama Anestesia/Sedasi
• Jenis pemantauan • Fokus pemantauan pada ;
disesuaikan dengan Berubahnya tingkat
komplikasi dan kesadaran/ kedalaman
permasalahan utama sedasi.
terkait jalan nafas.
Sumbatan jalan nafas.
• Gangguan
hemodinamik lebih Depresi nafas.
jarang kecuali pada Hipoksia & Hiperkarbia.
pasien sakit berat Penurunan tekanan
atau dengan penyakit darah.
kardiovaskuler.
Aspirasi.
Pemantauan Selama Anestesia/Sedasi.
• Pada sedasi moderat dan dalam, staf yang melakukan pemantauan tidak
merangkap tugas lain kecuali melakukan pemantauan terhadap pasien.
• Pemantauan tanda vital dan kesadaran dilakukan setiap 5 menit pada
pasien dengan sedasi moderat – dalam.
• Beberapa center melakukan pemantauan setiap 15 menit pada sedasi
moderat dan 5 menit pada sedasi dalam.
• Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan sesuai kriteria ALDRETE.
• Sebelum discharge pasien harus kembali ke kondisi prasedasi.
• Jika diberikan obat penawar yang mungkin masa kerjanya lebih pendek
dari obat aslinya pasien harus diobservasi paling tidak 1 jam.
Standar dasar pemantauan anestesia
• Standar 1 ; Personel anestesi yg memiliki kualifikasi berada di ruangan
selama prosedur.
• Standar 2 ; Selama prosedur anestesi, pemantauan dilakukan terhadap
oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan temperatur secara kontinyu.
• Pada prosedur Sedasi perlu pemantauan tingkat kedalaman sedasi secara
kontinyu.
• Kontinyu ; Dilakukan berulangkali dan teratur.
Assessment of Alertness/ Sedation (OAA/S)

Skala Respon Sedasi


Skala 1 Tidak merespon sentuhan ringan.
Skala 2 Merespon hanya setelah sentuhan ringan. Sedasi Dalam
Hanya sedikit kata yang dikenali
Skala 3 Merespon hanya setelah namanya disebut keras dan / atau Sedasi
berulang kali Moderat
Perlambatan yang menonjol pada pengucapan
Ditandai relaksasi rahang
Mata sayu

Skala 4 Respon lesu dengan panggilan nada dengan nada normal Sedasi
Pengucapan menjadi berat Moderat
Ekspresi wajah relaksasi ringan

Skala 5 Respon dengan panggilan nama dalam nada normal Sedasi


Pengucapan normal Minimal
Ekspresi wajah normal
OKSIGENASI
• Tujuan: memastikan kadar oksigen yang adekuat dalam udara
inspirasi dan darah selama pemberian anestesia/sedasi
• Metode: metode kuantitatif dalam menilai oksigenasi seperti ;
– Pulse Oksimetri, menjadi standar walau ada keterlambatan
antara mulai hipoksia dan kemampuan mendeteksi.
– Pencahayaan dan paparan pasien yang adekuat diperlukan
untuk menilai warna kulit.
Pulse Oksimetri
 Penting karena konsekuensi
serius dari over-sedasi dan
apnu adalah hipoksemia.
 Pulse oksimetri tidak untuk
menggantikan pemantauan
ventilasi.
Pulse Oksimetri
 Memiliki keterbatasan ;
1. Cat kuku dan berkulit gelap menyebabkan interferensi
karena hambatan transmisi cahaya akibat pigmentasi.
2. Pasien kritikal terjadi gangguan signal rendah karena ;
hipovolemia, vasokontriksi perifer atau penyakit
pembuluh darah perifer.
3. Menggigil mengakibatkan timbulnya artifak.
4. Kesalahan akibat defleksi oleh cahaya sekitar, atau tidak
melintasi vaskuler bed akibat letak probe tidak tepat.
Pemberian Oksigen Tambahan
• Diberikan melalui ; (gambar)
• Nasal kanul ; flow O2 2-4 l/m,
• Sungkup muka ; Flow O2 5-10 l/m.
• Oksigen tambahan dapat memperlambat potensi timbulnya
desaturasi.
• Meningkatkan oksigen cadangan dan menurunkan risiko
hipoksia.
Nasal kanul

Sungkup Muka
VENTILASI
• Tujuan:
untuk memastikan ventilasi/pertukaran udara yang adekuat
selama anestesia/sedasi
Ventilasi & Oksigenasi.
 Pemantauan kontinyu terhadap ventilasi penting karena pasien yg
mengalami apneu membutuhkan waktu 20-30 detik sebelum
desaturasi.
 Deteksi dini penting untuk mencegah hipoksia, hiperkarbia.
 Depresi ventilasi ( efek opioid), sumbatan jalan nafas (penurunan
kesadaran), apneu merupakan komplikasi tersering dari sedasi.
 Tanda sumbatan jalan nafas ; snoring, retraksi suprasternal, nafas
paradoksal, hipoventilasi, spasme.
Metode Ventilasi.
• Selama anestesia regional dan MAC, dilakukan evaluasi
kontinual terhadap adekuat tidaknya ventilasi.
• Monitor ventilasi dilakukan dengan ;
Melihat tanda klinis kualitatif ; Pengembangan dada
Mendengar suara nafas dengan stetoskop prekordial,
kapnograp.
SIRKULASI
• Tujuan:
untuk memastikan fungsi sirkulatori pasien yang adekuat
selama anestesia/sedasi
Pemantauan Sirkulasi
• Setiap pasien yang menjalani anestesia dipantau EKG
secara kontinyu sejak awal hingga meninggalkan
ruang prosedur.
• Pemeriksaan dan evaluasi tekanan darah dan laju
jantung setiap lima menit.
• Fungsi sirkulatori di evaluasi secara kontinual dengan
alat berikut : palpasi nadi, auskultasi bunyi jantung,
pemantauan nadi perifer, pulse oksimetri.
Pemantauan Sirkulasi (Kardiovaskular)
• Resistensi Pembuluh Sistemik banyak dipengaruhi oleh obat
anestesia/sedasi.
• Denyut Jantung ; dengan memantau frekuensi dan iramanya;
Auskultasi
Elektrokardiogram
• Denyut nadi ; dengan memantau frekuensi, irama maupun
kualitas;
Pulse oximetri
Kanulasi arteri
Pemantauan Kardiovaskuler
 Tekanan darah diperlukan untuk memantau adekuatnya tekanan perfusi dan
curah jantung.
 Pemantauan EKG diperlukan untuk melihat adanya aritimia dan kemungkinan
iskemia.
 Sistem elektrode 3 lead cukup memadai bahkan pada pasien yang memiliki
risiko jantung. Dengan lead II dapat menampilkan gelombang P dan
kemampuan deteksi aritmia.
 Pasien dengan penyakit jantung yang berpotensi mengalami iskemia dapat
digunakan sistem 5 lead terutama pada lead II dan V secara kontinyu untuk
deteksi iskemia.
Pemasangan Lead ECG
Stetoskop Prekordial dan Esofagus
• Stetoskop prekordial diletakkan diatas dada atau pada supra
sternum.
• Stetoskop esofagus berbentuk kateter dari bahan plastik lembut
dengan balon yang melingkupi ujung distal kateter.
• Memungkinkan untuk memantau bunyi jantung dan nafas secara
kontinyu.
• Perubahan pada bunyi jantung, bising trakeo-bronkial dan bising
nafas abnormal seperti krepitasi atau ronkhi dapat diketahui.
Stetoskop precordial dan esofageal
DENYUT NADI
• Kontraksi sistolik miokardium menghasilkan pulsasi arteri yang
dapat diraba di perifer. Pulsasi ini disebut sebagai denyut nadi.
• Dapat memperkirakan frekuensi, irama dan kualitas denyut
nadi.
• Pemantauan denyut jantung dan denyut nadi saling
melengkapi.
• Pemantauan denyut nadi membantu membedakan
pengenalan antara denyut jantung yang benar pada EKG
dengan artifak.
SUHU TUBUH
• Tujuan:
membantu dalam mempertahankan suhu tubuh yang sesuai selama
anestesia/sedasi.

• Metode:
Suhu setiap pasien yang menjalani anestesia harus dipantau mengantisipasi
perubahan-perubahan signifikan suhu tubuh.
Proses menggigil akan mengakibatkan interferensi bacaan pulse oksimeteri,
meningkatkan konsumsi oksigen.
PEMANTAUAN PERI-SEDASI
PRA SEDASI
Penilaian pra sedasi 
Sesaat sebelum INTRASEDASI
pemberian obat sedasi. Pemantauan Setiap 5
Menilai kesiapan menit ;
1. Obervasi klinis ; PASCASEDASI
sebelum pemberian  respon pasien,
obat  ventilasi, Setiap 15 menit,
 oksigenasi hingga kriteria
2. Pulse Oksimetri discharge tercapai.
3. Capnograph
4. EKG
5. NIBP
5. Termometer
TERIMA KASIH……..

Anda mungkin juga menyukai