Monitoring Sedasi
Dr Buyung Hartiyo L, SpAn.KNA
Pelatihan Perawat
Ins IBS – SMF Anestesi
RSUD dr Saiful Anwar
Peran Anestesi dalam Pembedahan
ANESTESI BEDAH
TERAPI DEFENITIV
MEMBERI ANESTESI
Skala 4 Respon lesu dengan panggilan nada dengan nada normal Sedasi
Pengucapan menjadi berat Moderat
Ekspresi wajah relaksasi ringan
Sungkup Muka
VENTILASI
• Tujuan:
untuk memastikan ventilasi/pertukaran udara yang adekuat
selama anestesia/sedasi
Ventilasi & Oksigenasi.
Pemantauan kontinyu terhadap ventilasi penting karena pasien yg
mengalami apneu membutuhkan waktu 20-30 detik sebelum
desaturasi.
Deteksi dini penting untuk mencegah hipoksia, hiperkarbia.
Depresi ventilasi ( efek opioid), sumbatan jalan nafas (penurunan
kesadaran), apneu merupakan komplikasi tersering dari sedasi.
Tanda sumbatan jalan nafas ; snoring, retraksi suprasternal, nafas
paradoksal, hipoventilasi, spasme.
Metode Ventilasi.
• Selama anestesia regional dan MAC, dilakukan evaluasi
kontinual terhadap adekuat tidaknya ventilasi.
• Monitor ventilasi dilakukan dengan ;
Melihat tanda klinis kualitatif ; Pengembangan dada
Mendengar suara nafas dengan stetoskop prekordial,
kapnograp.
SIRKULASI
• Tujuan:
untuk memastikan fungsi sirkulatori pasien yang adekuat
selama anestesia/sedasi
Pemantauan Sirkulasi
• Setiap pasien yang menjalani anestesia dipantau EKG
secara kontinyu sejak awal hingga meninggalkan
ruang prosedur.
• Pemeriksaan dan evaluasi tekanan darah dan laju
jantung setiap lima menit.
• Fungsi sirkulatori di evaluasi secara kontinual dengan
alat berikut : palpasi nadi, auskultasi bunyi jantung,
pemantauan nadi perifer, pulse oksimetri.
Pemantauan Sirkulasi (Kardiovaskular)
• Resistensi Pembuluh Sistemik banyak dipengaruhi oleh obat
anestesia/sedasi.
• Denyut Jantung ; dengan memantau frekuensi dan iramanya;
Auskultasi
Elektrokardiogram
• Denyut nadi ; dengan memantau frekuensi, irama maupun
kualitas;
Pulse oximetri
Kanulasi arteri
Pemantauan Kardiovaskuler
Tekanan darah diperlukan untuk memantau adekuatnya tekanan perfusi dan
curah jantung.
Pemantauan EKG diperlukan untuk melihat adanya aritimia dan kemungkinan
iskemia.
Sistem elektrode 3 lead cukup memadai bahkan pada pasien yang memiliki
risiko jantung. Dengan lead II dapat menampilkan gelombang P dan
kemampuan deteksi aritmia.
Pasien dengan penyakit jantung yang berpotensi mengalami iskemia dapat
digunakan sistem 5 lead terutama pada lead II dan V secara kontinyu untuk
deteksi iskemia.
Pemasangan Lead ECG
Stetoskop Prekordial dan Esofagus
• Stetoskop prekordial diletakkan diatas dada atau pada supra
sternum.
• Stetoskop esofagus berbentuk kateter dari bahan plastik lembut
dengan balon yang melingkupi ujung distal kateter.
• Memungkinkan untuk memantau bunyi jantung dan nafas secara
kontinyu.
• Perubahan pada bunyi jantung, bising trakeo-bronkial dan bising
nafas abnormal seperti krepitasi atau ronkhi dapat diketahui.
Stetoskop precordial dan esofageal
DENYUT NADI
• Kontraksi sistolik miokardium menghasilkan pulsasi arteri yang
dapat diraba di perifer. Pulsasi ini disebut sebagai denyut nadi.
• Dapat memperkirakan frekuensi, irama dan kualitas denyut
nadi.
• Pemantauan denyut jantung dan denyut nadi saling
melengkapi.
• Pemantauan denyut nadi membantu membedakan
pengenalan antara denyut jantung yang benar pada EKG
dengan artifak.
SUHU TUBUH
• Tujuan:
membantu dalam mempertahankan suhu tubuh yang sesuai selama
anestesia/sedasi.
• Metode:
Suhu setiap pasien yang menjalani anestesia harus dipantau mengantisipasi
perubahan-perubahan signifikan suhu tubuh.
Proses menggigil akan mengakibatkan interferensi bacaan pulse oksimeteri,
meningkatkan konsumsi oksigen.
PEMANTAUAN PERI-SEDASI
PRA SEDASI
Penilaian pra sedasi
Sesaat sebelum INTRASEDASI
pemberian obat sedasi. Pemantauan Setiap 5
Menilai kesiapan menit ;
1. Obervasi klinis ; PASCASEDASI
sebelum pemberian respon pasien,
obat ventilasi, Setiap 15 menit,
oksigenasi hingga kriteria
2. Pulse Oksimetri discharge tercapai.
3. Capnograph
4. EKG
5. NIBP
5. Termometer
TERIMA KASIH……..