PENDAHULUAN
Sedasi adalah penggunaan obat untuk mengurangi rasa takut dan kecemasan,
induksi kantuk atau tidur dan memberikan kenyamanan. Semua teknik sedasi
mempunyai risiko dan banyak prosedur yang dilakukan dengan sedasi dilakukan di
luar ruang operasi. Sedasi pada anak-anak membutuhkan pertimbangan khusus, dan
beberapa obat yang digunakan untuk sedasi tidak dapat diandalkan seperti pada
anestesi. Keamanan dan keberhasilannya tergantung pada keterampilan dan
penilaian.
DEFINISI SEDASI
Sedasi adalah kontinum dari keadaan sadar. American Society of
Anaesthesiologists menggunakan definisi berikut untuk tingkat sedasi :
Sedasi minimal (dulunya dikenal dengan anxiolysis) adalah keadaan
diinduksi obat dimana pasien merespon terhadap perintah verbal. Meskipun
fungsi kognitif dan koordinasi dapat terganggua, stabilitas kardiovaskuler
dan pernapasan tidak terganggu.
Sedasi sedang (dulunya dikenal sebagai sedasi sadar) adalah keadaan
depresi kesadaran akibat induksi obat, dimana pasien berespon terhadap
perintah verbal dengan sengaja baik sendiri maupun ditambah stimulasi
taktil ringan. Penting untuk diingat bahwa respon refleks terhadap nyeri
bukanlah respon yang disengaja. Tidak ada intervensi yang dibutuhkan
untuk menjaga patensi jalan napas dan ventilasi spontan sudah cukup
memadai. Stabilitas kardiovaskuler biasanya terjaga.
Sedasi dalam/analgesia adalah keadaan depresi kesadaran akibat induksi
obat dimana pasien tidak dpat dibangunkan dengan mudah tetapi respon
terhadap stimulus nyeri atau stimulus berulang. Pasien mungkin
membutuhkan bantuan dalam mempertahankan patensi jalan napas dan
ventilasi spontan mungkin tidak memadai. Stabilitas kardiovaskuler
biasanya terjaga. Di Inggris, sedasi dalam termasuk bagian dari spectrum
anestesi umum.
TUJUAN SEDASI
Tujuan sedasi pada pasien pediatrik untuk diagnosis dan terapetik adalah :
Menjaga keamanan dan kesejahteraan pasien
Meminimalkan ketidaknyamanan fisik dan nyeri
Mengendalikan kecemasan, meminimalkan trauma psikologis dan
memaksimalkan potensi untuk amnesia
Mengendalikan perilaku dan atau gerakan untuk dapat menyelesaikan
prosedur dengan aman.
Mengembalikan pasien ke keadaan dimana kepulangan dari rumah sakit
sudah dapat dimungkinkan.
PEMILIHAN PASIEN
Anda harus dengan cermat menilai pasien dengan riwayat dan pemeriksaan klinis
yang rinci ; hal ini penting untuk mengidentifikasi potensi faktor risiko. Riwayat
sedasi sebelumnya penting karena sedasi yang gagal sebelumnya dapat
mengindikasikan kebutuhan untuk anestesi umum. Meskipun klasifikasi ASA tidak
terlalu sesuai untuk pediatrik, Scottish Intercollegiate Guidelines Network
menyarankan hanya pasien ASA I dan II yang harus dipertimbangkan untuk sedasi
sebagai pasien rawat jalan. Pasien dengan ASA III sampai V harus dilihat sebagai
pasien berisiko tinggi yang harus dikelola dalam latar rumah sakit dengan
keterlibatan ahli anestesi pediatrik yang terlatih dalam sedasi, anestesi dan
resusitasi.
INDIKASI SEDASI
Prosedur tanpa nyeri :
Ekokardiografi transthorakal
Radioterapi
CT scan
MRI
Elektroensefalografi
Prosedur Nyeri :
Prosedur onkologi minor dan menyakitkan
Radiologi intervensional
Prosedur dental
Penanganan luka termasuk dressing luka bakar
Angiografi kardio
Manipulasi fraktur
KONTRAINDIKASI UNTUK SEDASI
Anak-anak dengan keadaan berikut tidak boleh disedasi:
Jalan napas abnormal, termasuk hipertrofi adenotonsiler yang menyebabkan
obstruksi pernapasan ketika tidur atau abnormalitas anatomis lainnya baik
saluran napas atas maupun bawah.
Naiknya tekanan intracranial
Penurunan kesadaran
Riwayat apnea tidur
Gagal napas
Gagal jantung
Penyakit neuromuskuler
Obstruksi usus
Infeksi pernapasan aktif
Alergi terhadap obat sedasi / efek samping sebelumnya
Anak terlalu distress meskipun persiapan yang memadai
Anak yang lebih tua dengan masalah perilaku
Penolakan orang tua/wali/anak
Kelompok pasien di bawah ini tidak boleh disedasi dengan nitrous oksida
Ada beberapa kontraindikasi spesifik terhadap penggunaan nitrous oksida akibat
kemampuannya untuk difusi ke dalam ruangan berisi gas, menyebabkan
peningkatan tekanan atau pada kasus hipertensi pulmonal, akan meningkatkan
tahanan vaskuler pulmonal.
Udara intrakranial (setelah fraktur tengkorak)
Pneumothoraks, pneumoperikardium
Obstruksi usus
Pneumoperitoneum
Kista pulmonal atau bula
Emfisema lobar
Hipertensi pulmonal parah
Perhatian ekstra harus dilakukan ketika membius anak-anak dengan kondisi sebagai
berikut:
Neonates, terutama premature dan eks-prematur
Anak-anak dengan instabilitas kardiovaskuler atau fungsi jantung terganggu
Gangguan ginjal
Gangguan hati
Penyakit pernapasan parah
Refluks gastroesofageal
Refleks bulbar terganggu
Kasus emergensi yang tidak puasa dengan cukup
Terapi antikonvulsan
Anak-anak yang menerima opioid dan sedatif lainnya
Anak-anak yang menerima obat yang meningkatkan aksi sedatif (macrolide
seperti eritromisisn meningkatkan dan memperpanjang efek sedatif
midazolam).
PERSIAPAN PASIEN DAN PEMANTAUAN
Selama prosedur sedasi ketika refleks perlindungan jalan napas hilang, dapat terjadi
regurgitasi isi lambung ke jalan napas. Oleh karena itu, pasien dengan riwayat
asupan oral atau dengan faktor risiko yang diketahui untuk aspirasi tidak boleh
disedasi. Asupan makanan dan cairan sebelum sedasi elektif:
Makanan atau minuman Minimal puasa (jam)
Cairan jernih, jus buah, karbonasi, teh 2
jernih, kopi hitam
ASI 4
Susu formula 6
Makanan padat 6