Anda di halaman 1dari 13

PRIOR 5.

2 LBM 1

KATA SULIT
1. persistensi
Jawab: keadaan gigi susu/kecil yang tidak tanggal walaupun gigipermanent/dewasa
sebagai gantinya sudah mulai tumbuh, terkadang juga gigi susu tidak goyang.
2. Sedasi
• Jawab : Sedasi adalah penggunaan obat anestesi untuk menghasilkan penurunan tingkat
kesadaran, sehingga menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan rasa cemas tanpa
kehilangan komunikasi lisan.
• Sedasi adalah anestesi mana obat diberikan untuk menenangkan pasien dalam suatu periode
yang dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman, atau gelisah. Seringkali diberikan kepada
pasien segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis tidak nyaman.Sedasi
menggunakan obat-obatan sedatif.
• Sedasi adalah tehnik di mana satu atau lebih obat yang digunakan untuk menekan sistem saraf
pusat dari pasien sehingga mengurangi kesadaran pasien untuk lingungannya.

PERTANYAAN

1. Mengapa dr gigi perlu melakukan pendekatan farmakologis? Danty


Jawab: Tujuan teknik sedasi yaitu
- Menghasilkan pasien yang tenang untuk kualitas pengobatan terbaik,
- mencapai rencana pengobatan yang lebih kompleks atau lebih panjang dalam periode singkat
dengan memperpanjang periode pertemuan dan mengurangi jumlah kunjungan ulangan.
- Sedasi berguna untuk mengatasi rasa cemas dan rasa takut pasien dalam menghadapi
perawatan gigi
Berkurangnya kecemasan dapat mengurangi jumlah analgesia yang dibutuhkan. Sedasi juga
dapat memberikan suasana pengobatan yang nyaman dan lebih diterima bagi pasien dengan
gangguan fisik maupun kognitif. Walaupun adanya gangguan kesehatan tertentu merupakan
kontraindikasi sedasi, beberapa pasien mendapatkan manfaat dari penggunaan sedasi. Tentu
saja hal ini dapat menimbulkan risiko untuk mengalami komplikasi, sehingga harus dipantau
ketat oleh dokter yang biasa menangani mereka

2. Apa saja pendekatan farmakologis perilaku pada anak? Dwi


Jawab:

-Tindakan dalam anestesi umum

Anestesi umum adalah keadaan hilangnya sensasi nyeri secara sentral (pusat nyeri
susunan saraf pusat) disertai kesadaran menurun, menggunakan obat amnesia,
sedasi, analgesia, pelumpuh otot atau gabungan dari beberapa obat tersebut bersifat
sementara dan dapat pulih kembali. (dikutip Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor HK.02.02/MENKES/251/2015 tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Anestesiologi dan Terapi Intensif). Sedangkan
menurut American Association of Anestesiologist adalah pemberian obat yang
menyebabkan hilangnya kesadaran meskipun dengan rangsangan yang menyakitkan
dan fungsi pernafasan menjadi terganggu. Pasien membutuhkan bantuan untuk
menjaga jalan nafas sehingga dibutuhkan mesin bantu nafas karena hilangnya nafas
spontan akibat tidak berfungsinya otot.

Tujuan dari anestesi umum adalah menghilangkan nyeri, menghilangkan kecemasan,


amnesia, penurunan kesadaran, penekanan terhadap respon kardiovaskular, motorik
serta hormonal terhadap stimulasi tindakan. Anestesi umum dibagi menjadi tiga
tehnik yaitu anestesi umum melalui pembuluh darah vena, anestesi umum gas
inhalasi (hirup) dan anestesi umum kombinasi yang sering disebut balans anestesi.
Masing-masing tehnik tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga
pemilihan tehnik seringkali ditentukan oleh tindakan serta karakteristik pasien agar
tepat dan resiko komplikasi paling minimal.

- Tindakan dalam sedasi

Sedasi adalah penggunaan obat anestesi untuk menghasilkan penurunan tingkat


kesadaran, sehingga menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan rasa cemas
tanpa kehilangan komunikasi lisan. Seringkali dikombinasikan dengan obat anti nyeri
agar pasien lebih nyaman. Tujuan sedasi pada tindakan intervensi kardiovaskuler
adalah untuk mencapai keadaan pasien yang kooperatif, tidak cemas atau sakit dan
meminimalkan akibat dari intervensi. Tingkat kedalaman sedasi meliputi:

a. Sedasi minimal, yaitu tingkat sedasi dimana pasien masih dapat melakukan
respon secara normal terhadap perintah lisan. Meskipun fungsi kognitif dan
koordinasi sudah menurun namun fungsi nafas dan kardiovaskuler tidak
terpengaruh.

b. Sedasi sedang, yaitu tingkat sedasi dimana kesadaran pasien menurun


dengan respon terhadap perintah lisan dan rangsang taktil minimal, namun
masih berespon dengan rangsangan nyeri minimal dan tidak membutuhkan
intervensi lebih lanjut untuk menjaga pernafasan spontan yang adekuat.

c. Sedasi dalam, yakni tingkat sedasi dimana kesadaran menurun sehingga pasien
tidak memberikan respon terhadap perintah lisan namun berespon setelah
rangsang nyeri maksimal berulang. Bila kemampuan menjaga nafas secara
spontan menurun sehingga membutuhkan bantuan nafas. maka sudah masuk
dalam kondisi anestesi umum.

3.Apa yang perlu diperhatikan sebelum melakukan sedasi kepada pasien pediatri? Ripa ▶️
Aulia
Jawab:

-Evaluasi dan Persiapan
Sebelum anestesi dan pembedahan


dilaksanakan, keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa harus berada
dalam batas-batas normal atau mendekati normal. Heteroanamnesis
dari orang tua, penilaian keadaan umum dan fisik, serta menilai
masalah anestesi yang akan dialami juga harus dilakukan.6,7
Pemeriksaan tambahan yang rutin dilakukan adalah darah lengkap
dan faal hemostatis, sdangkan pemeriksaan lain sesuai dengan
kebutuhan1,6. Transportasi neonatus dari ruang perawatan ke kamar
bedah sedapat mungkin menggunakan incubator yang telah
dihangatkan. Peralatan anestesi neonatus bersifat khusus. Tahanan
terhadap aliran gas harus rendah, anti obstruksi, ringan dan mudah
dipindahkan. Biasanya digunakan system anestesi semi-open
modifikasi system pipa T dari Ayre yaitu peralatan dari Jackson-
Rees.5,6,7 Untuk anestesi yang lama, gas-gas anestetik dihangatkan,
dilembabkan dengan pelembab listrik.6 Pada kelompok anak pra
sekolah dan usia sekolah, kunjungan anestesi dilakukan selain untuk
menilai keadaan umum, keadaan fisik, mental, dan menilai masalah
yang akan dihadapi penderita, juga merupakan kesempatan untuk
mendapatkan kepercayaan anak tersebut sehingga mengurangi
kecemasan anak.7
− Puasa
Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia.
Lama
puasa yang dianjurkan adalah stop susu 4 jam dan pemberian air gula
2 jam sebelum anestesi untuk umur < 6 bulan. Stop susu 6 jam dan
pemberian air gula 3 jam sebelum anestesi untuk umur 6-36 bulan.
Untuk >36 bulan dengan cara stop susu 8 jam dan pemberian air gula
3 jam sebelum anestesi.3,6 Untuk anak yang sudah lebih besar, puasa
seperti orang dewasa yaitu 6-8 jam.7
− Infus
Infus dipasang untuk memenuhi kebutuhan cairan karena
puasa,
mengganti cairan yang hilang akibat trauma bedah, akibat perdarahan,
dll. Cairan pemeliharaan/pengganti karena puasa diberikan dalam
waktu 3 jam, jam I 50% dan jam II, III maing-masing 25%.
Kecukupan hidrasi dapat dipantau melalui produksi urin (>
0,5ml/kgBB/jam).1,3,7 Untuk pemeliharaan digunakan preparat D5%
dalam NaCl 0,225% untuk anak < 2 tahun dan preparat D5% dalam
NaCl 0,45 % untuk anak > 2 tahun.1
−Persiapan Kamar Operasi
Persiapan kamar operasi merupakan hal
yang esensial, dan
tergantung pada ukuran tubuh dan status fisik pasien, metode induksi,
dan rencana airway manajemen. Mesin anestesi harus diperiksa
terlebih dahulu dan ventilator diatur sesuai tubuh pasien, ukuran face
mask yang sesuai, dan juga oral airway. Laringoskop harus di cek
apakah berfungsi dengan baik, dan ukuran blade yang sesuai harus
dipersiapkan. Obat obatan, tube trakea, stylet yang sesuai juga
merupakan hal yang esensial dalam persiapan. Peralatan untuk
resusitasi, obat-obat emergensi juga harus dipersiapkan. Karena
permukaan tubuh anak lebih besar daripada dewasa, sehingga
cenderung untuk terjadi hipotermi, suhu di ruangan operasi tentu
harus disesuaikan, dan alat pemanas dapat disediakan untuk dapat
menjaga suhu pasien.3,7
− Keberadaan Orang Tua Pasien
Keberadaan orang tua di sisi pasien,
merupakan salah satu cara
untuk menghilangkan kecemasan pada pasien, selain dengan
menggunakan obat-obatan. Banyak rumah sakit yang telah
menyediakan video tentang petunjuk baik bagi sang pasien ataupun
orang tuanya, tentang apa dan bagaimana persiapan preoperative yang
sebenar dan sebaiknya. Hal ini dapat membantu terutama pada pasien
usia pra sekolah. Anak yang berusia lebih dari 4 tahun dengan orang
tua yang memiliki tingkat kecemasan lebih rendah mendapatkan
keuntungan untuk mengurangi kecemasan pada sang pasien sendiri.
Namun jika orang tua pasien memiliki kecemasan yang berlebih tentu
hal ini tak akan membantu, atau bahkan menjadi lebih sulit. Jika
pasien telah ter sedasi, keberadaan orang tua tak lagi diperlukan,
dimana hal ini tidak akan berpengaruh terhadap kecemasan pasien.
Keberadaan orang tua saat induksi sangat tergantung dari tipe orang
tua tersebut, instruksi yang diberikan, pasien dan sang ahli anestesi
sendiri.3,6,7
Premedikasi
1. Sulfas Atropine
Hampir selalu diberikan terutama pada penggunaan Halotan,
Enfluran, Isofluran, suksinil cholin atau eter. Dosis atropine 0,02
mg/kg, minimal 0,1 mg dan maksimal 0,5 mg. lebih digemari secara
intravena dengan pengenceran. Hati-hati pada bayi demam, takikardi,
dan keadaan umumnya jelek.3,6
2. Penenang
Tidak dianjurkan pada neonatus dan bayi, karena
susunan saraf
pusat belum berkembang, mudah terjadi depresi. Untuk anak pra
sekolah dan usia sekolah yang tidak bisa tenang dan cemas,
pemberian penenang dapat dilakukan dengan pemberian midazolam.
Dosis yang dianjurkan adalah 0,5mg/kgBB. Efek sedasi dan
hilangnya cemas dapat timbul 10 menit setelah pemberian.
Cara induksi pada pasien pediatrik tergantung pada umur, status fisik, dan tipe operasi yang
akan dilakukan. Ahli anestesi tentu memiliki cara dan taktik tersendiri dalam menginduksi
pasien pediatrik dan harus memiliki informasi yang adekuat dari pasien yang akan diinduksi,
minimal umur dan berat badan pasien, jenis pembedahan, apakah emergensi atau elektif,
status fisik dan mental (kooperatif/tidak) pasien. Hal ini dilakukan untuk persiapan
keperluan-keperluan seperti pipa ETT, pemanjangan anestesi, manajemen nyeri post operatif,
ventilasi, dan perawatan intensif yang memadai.

Tujuan teknik sedasi yang diberikan oleh pasien pediatri


Tujuan teknik sedasi yaitu
- Menghasilkan pasien yang tenang untuk kualitas pengobatan terbaik,
- mencapai rencana pengobatan yang lebih kompleks atau lebih panjang dalam periode
singkat dengan memperpanjang periode pertemuan dan mengurangi jumlah kunjungan
ulangan.
- Sedasi berguna untuk mengatasi rasa cemas dan rasa takut pasien dalam menghadapi
perawatan gigi
Berkurangnya kecemasan dapat mengurangi jumlah analgesia yang dibutuhkan. Sedasi
juga dapat memberikan suasana pengobatan yang nyaman dan lebih diterima bagi pasien
dengan gangguan fisik maupun kognitif. Walaupun adanya gangguan kesehatan tertentu
merupakan kontraindikasi sedasi, beberapa pasien mendapatkan manfaat dari
penggunaan sedasi. Tentu saja hal ini dapat menimbulkan risiko untuk mengalami
komplikasi, sehingga harus dipantau ketat oleh dokter yang biasa menangani mereka

4.Apa indikasi dan kontraindikasi tindakan sedasi pada anak? Melani▶️ Ripa
Jawab: Indikasi untuk sedasi prosedural dapat bervariasi dari pasien ke pasien berdasarkan
tingkat kecemasan dan rasa sakit yang terkait dengan prosedur. Perawatan individual penting
ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi prosedural. Pasien mungkin perlu obat
anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.

Indikasinya adalah:
• Kecemasan terhadap perawatan gigi
• Penolakan terhadap anestesi umum maupun local
• Reflex muntah yang tinggi dan trismus
• Prosedur traumatic tertentu (misal: gangguan perdarahan.

Jwban lain:
Indikasi:
• Anak yang takut tetapi memahami perlunya perawatan dan mau dibantu
• Anak – anak yang kurang kooperatif dan tidak punya alas an rasional dan tidak mau
bekerjasama
• Anak yang kelihatannya tidak akan menanggapi setiap bentuk penjelasan.
• Fobia dan kecemasan gigi
• Prosedur gigi yang traumatis dan panjang
• Kondisi medis yang diperburuk oleh stres seperti angina, asma, dan epilepsi
• Anak-anak di atas 1 tahun
• Pasien dengan gangguan mental
• Anestesi lokal tidak efektif karena sebab apa

Kontraindikasi untuk sedasi:


• Pasien menolak / keluarga
• Bayi kecil dengan prosedur tidak menyakitkan, misalnya komputer tomografi, biasanya dapat
dengan pemberian makanan dan menjaga tetap hangat sehingga bayinya bisa tidur selama
prosedur. Mereka tidak harus
• Bayi exprematur < 56 minggu dari usia konsepsional, karena berisiko
terjadinyadepresi pernapasan serta sedasi
• Gangguan perilaku
• Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep apnoea, abnormalitas
• Adanya penyakit pernapasan yang secara signifikan memerlukan terapi
• Adanya ketidakstabilan jantung yang
• Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat bersihan obat sedasi.
• Berisiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus.
• Peningkatan tekanan
• Epilepsi berat atau tidak
• Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas (misalnya nitrogen
oksida harus dihindari jika dijumpai adanya pneumotoraks).

5.Apa saja tehnik sedasi pada anak


Jawab:
1. Nitrous Oxide (Laughing Gas/N2O)

N2O atau Laughing Gas seringkali digunakan untuk anak-anak/ orang


dewasa dengan kecemasan ringan sampai sedang, sehingga dapat dilakukan
perawatan gigi dengan nyaman dan rileks.
Cara Pemberiannya ?
Pasien akan diberikan masker gas yg berisi gas N2O dan Oksigen untuk dihirup,
dengan kadar tertentu yg akan diatur oleh dokter. Apabila gas N2O sudah mulai
bekerja maka pasien akan merasa rileks. Pasien akan tetap dapat berkomunikasi &
merespon setiap instruksi.
Kekurangannya ?
Untuk anak yg masih sangat kecil dibawah usia 4 tahun prosedur ini kurang
disarankan, karena anak seringkali tidak dipakaikan masker gas & belum lancar
berkomunikasi. Selain itu bila pasien memiliki masalah untuk bernapas melalui
hidung juga tidak dapat dilakukan prosedur ini.

Di negara-negara maju prosedur ini biasanya digunakan untuk pasien dewasa yg


cemas dan fobia ke dokter gigi.
Di Indonesia penggunaan gas N2O oleh dokter gigi belum ada regulasi yg pasti,
sehingga sepengetahuan penulis belum resmi diijinkan & harus bekerja sama
dengan dokter anestesi.
2. Sedasi Oral
Anak dengan tingkat kecemasan lebih tinggi, di bawah 4 tahun & belum lancar
komunikasi biasanya membutuhkan obat sedasi yg lebih kuat. Jenis sedasi yg dipilih
biasanya adalah sedasi oral (obat minum).
Dengan penggunaan sedasi oral , pasien akan merasa rileks dan mengantuk,
namun tetap dapat merespon setiap instruksi. Biasanya pasien harus melakukan
puasa beberapa jam sebelum pemberian obat.
Di negara maju seperti di Jerman, jenis sedasi oral ini yg paling sering digunakan,
selain dengan Bius Umum, untuk perawatan gigi pada anak.
Di Indonesia penggunaan sedasi oral belum ada regulasi secara resmi, karena jenis
obat sedasi tersebut beredar di Indonesia bukan untuk diminum, melainkan untuk
injeksi.

3. Sedasi Intra Ven


Pasien akan diberikan obat lewat infus, sehingga pasien akan merasa rileks dan
tidak terganggu dengan perawatan apapun. Pasien tetap dapat merespon &
bekomunikasi dengan dokter, namun pasien akan lupa (amnesia) terhadap segala
perawatan & kejadian selama reaksi obat bekerja. Banyak pasien bahkan yg sama
sekali tidak mengingat tentang perawatan giginya, dan mereka merasa seolah olah
waktu seperti berjalan sangat cepat.
Selama perawatan dilakukan dokter Anestesi akan memantau terus level oksigen,
tekanan darah dan denyut nadi pasien, sehingga obat sedasi ini sangat aman
digunakan.
Adapun pasien dengan kondisi hamil, alergi terhadap obat sedasi, intoksikasi
alkohol, depresi sistem saraf pusat, dan glaukoma, tidak boleh diberikan obat sedasi
ini.

Sedasi adalah penggunaan obat anestesi untuk menghasilkan penurunan tingkat kesadaran,
sehingga menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan rasa cemas tanpa kehilangan
komunikasi lisan. Seringkali dikombinasikan dengan obat anti nyeri agar pasien lebih nyaman.
Tujuan sedasi pada tindakan intervensi kardiovaskuler adalah untuk mencapai keadaan pasien
yang kooperatif, tidak cemas atau sakit dan meminimalkan akibat dari intervensi. Tingkat
kedalaman sedasi meliputi:
a. Sedasi minimal, yaitu tingkat sedasi dimana pasien masih dapat melakukan respon secara
normal terhadap perintah lisan. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi sudah menurun
namun fungsi nafas dan kardiovaskuler tidak terpengaruh.
b. Sedasi sedang, yaitu tingkat sedasi dimana kesadaran pasien menurun dengan respon
terhadap perintah lisan dan rangsang taktil minimal, namun masih berespon dengan
rangsangan nyeri minimal dan tidak membutuhkan intervensi lebih lanjut untuk menjaga
pernafasan spontan yang adekuat.
c. Sedasi dalam, yakni tingkat sedasi dimana kesadaran menurun sehingga pasien tidak
memberikan respon terhadap perintah lisan namun berespon setelah rangsang nyeri
maksimal berulang. Bila kemampuan menjaga nafas secara spontan menurun sehingga
membutuhkan bantuan nafas. maka sudah masuk dalam kondisi anestesi umum.

Jenis sedasi berdasarkan cara pemberiannya, yaitu sedasi inhalasi, sedasi enteral (oral dan rektal),
dan sedasi parenteral (intramuscular, subcutaneous, submucosal, intranasal, intravenous)
(1) Sedasi oral
Sedasi yang biasa digunakan pada bidang kedokteran gigi anak adalah sedasi oral.
- Keuntungan sedasi oral, antara lain : Cara pemberiannya yang mudah, ekonomis dan
toksisitasnya yang minimal. Sedangkan
- Kerugiannya, antara lain efek yang ditimbulkan dapat bervariasi.

Obat yang digunakan untuk sedasi oral terbagi dua golongan besar, yaitu golongan
barbiturat (pentobarbital, secobarbital, methohexital), dan nonbarbiturate hypnotics
(chloral hydrate, paraldehyde)
Di bidang kedokteran gigi, chloral hydrate merupakan obat yang populer digunakan
untuk manajemen kecemasan. Chloral hydrate tersedia dalam bentuk tablet dan sirup.
Adapun kekurangan dan efek samping pada chloral hydrate adalah rasa pahit, gangguan
di lambung, mual, muntah, flatulence, sakit kepala ringan, dan ataksia
• Salurapa Niniek S., Sri Ramadany. 2009. Mouth preparation dengan pendekatan
farmakologis pada anak penderita ventricular septal defect. Dentofasial jurnal. 8(2) :
111-117
(2) Sedasi inhalasi
Sedasi inhalasi merupakan cara pemberian anastetikum yang diberikan dalam bentuk gas atau
uap, yang kemudian masuk ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan, kemudian
diabsorbsi oleh darah dari alveoli paru-paru dan masuk ke dalam peredaran darah. Melalui
peredaran darah anastetikum akan sampai di jaringan otak.
Teknik sedasi inhalasi dibatasi hanya sampai tahap pertama atau tahap analgesia. Seorang
dokter gigi harus mengetahui sampai tahap penderita teranalgesi untuk memastikan bahwa
tindakannya benar dan bahwa penderita benar- benar telah mengalami sedasi dengan baik
(3) Sedasi Intra Vena
Pasien akan diberikan obat lewat infus, sehingga pasien akan merasa rileks dan tidak
terganggu dengan perawatan apapun. Pasien tetap dapat merespon & bekomunikasi dengan
dokter, namun pasien akan lupa (amnesia) terhadap segala perawatan & kejadian selama
reaksi obat bekerja. Banyak pasien bahkan yg sama sekali tidak mengingat tentang perawatan
giginya, dan mereka merasa seolah olah waktu seperti berjalan sangat cepat.
Selama perawatan dilakukan dokter Anestesi akan memantau terus level oksigen, tekanan
darah dan denyut nadi pasien, sehingga obat sedasi ini sangat aman digunakan.
Adapun pasien dengan kondisi hamil, alergi terhadap obat sedasi, intoksikasi alkohol, depresi
sistem saraf pusat, dan glaukoma, tidak boleh diberikan obat sedasi ini.

6.Bagaimana prosedur tindakan sedasi pada pasien pediatri? Alsya


Jawab:
- Persiapan Pasien
Persiapan yang perlu diperhatikan mencakup informed consent, anamnesis,
pemeriksaan kondisi fisik pasien, kondisi khusus pasien, dan potensi kontraindikasi.
Tanyakan kepada pasien atau keluarga mengenai kelainan sistem organ yang
pernah diderita, riwayat efek samping terkait sedasi atau analgesia, atau riwayat
efek samping saat menjalani prosedur anestesi regional atau umum sebelumnya.
Pastikan apakah pasien memiliki alergi obat atau tidak.Tanyakan kepada pasien
asupan oral terakhir, hal ini berguna untuk menentukan lama puasa atau
pengosongan lambung sebelum prosedural sedasi dilakukan. Tanyakan kebiasaan
merokok, minum alkohol, atau indikasi adanya penyalahgunaan zat.Periksa tanda-
tanda vital pasien serta pemeriksaan fisik general yang berfokus pada penilaian
jantung dan paru-paru. Evaluasi juga jalan napas pasien, apakah ada
kecenderungan jalan napas sulit atau gigi yang terlepas.

- Informed Consent

Dilakukan informed consent kepada pasien dan keluarganya untuk tindakan


prosedural sedasi. Dokter dapat menjelaskan alasan prosedur yang dilakukan
dengan menyampaikan diagnosis yang dicurigai, risiko, manfaat, dan alternatif
prosedur. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk bertanya agar
diskusi terjadi dua arah.
Pastikan pasien dan keluarga paham mengenai prosedur yang akan dijalani
sehingga pasien dapat membuat keputusan yang tepat. Berikan konseling mengenai
risiko hipotensi, hipoksia, bradikardia, aritmia, depresi napas, kebutuhan
ventilasi, intubasi, reaksi alergi. Sampaikan juga risiko hal-hal tak terduga seperti
mencapai sedasi yang lebih dalam dari yang diharapkan.
Yakinkan pasien bahwa efek samping dapat hilang secara spontan atau dengan
agen tambahan dan selama prosedur pasien akan ditangani dan diawasi langsung
oleh dokter spesialis anestesi yang kompeten. Setelah semua jelas, pastikan pasien
dan keluarga menandatangani dan melengkapi berkas informed consent.
- Persiapan Pratindakan

Sebelum prosedural sedasi dilakukan, diperlukan puasa makanan padat 6 jam dan
puasa minum cairan 2 jam. Puasa dapat ditambah hingga 8 jam apabila pasien
memiliki riwayat makan makanan berlemak, daging, atau makanan yang digoreng.
Bayi yang menyusui dipuasakan 4 jam sebelum tindakan. Pada prosedur darurat,
risiko aspirasi harus dikaji dan dibandingkan dengan manfaat tindakan.

- Persiapan Pelaksana
Pelaksana prosedural sedasi haruslah orang yang kompeten dalam:

▪ Memahami detail farmakodinamik, farmakokinetik, dan dosis obat-obatan yang akan


digunakan untuk prosedur

▪ Memahami tata laksana jalan napas tingkat lanjut, serta dapat melakukan bantuan
kardiovaskular (cardiovascular support)
▪ Mampu menyelamatkan pasien yang mengalami sedasi lebih dalam daripada yang
telah direncanakan

▪ Kompeten melakukan tata laksana reversal sedasi dan dalam menangani dan
mengatasi komplikasi yang timbul selama berlangsungnya prosedural sedasi

▪ Mengelola semua potensi komplikasi

- Peralatan
Sebelum memulai prosedural sedasi, operator harus memastikan peralatan sudah
tersedia. Peralatan yang dibutuhkan untuk prosedural sedasi adalah:

▪ Jalur intravena terpasang dan akses lancar

▪ Obat-obatan dan peralatan untuk resusitasi jantung paru


▪ Peralatan untuk oksigenasi mulai dari nasal kanul hingga masker oksigen aliran tinggi
▪ Suction
▪ Alat kelengkapan untuk tata laksana jalan napas seperti bag valve mask, laryngeal mask
airway, bougie, direct atau video-assisted laringoskopi dengan ukuran blade yang sesuai,
serta pipa endotrakeal sesuai ukuran
▪ Reversal agents untuk opioid atau benzodiazepin, seperti naloxone dan flumazenil
▪ Obat-obatan untuk sedasi dan analgesik

▪ Spuit berbagai ukuran

- Posisi Pasien
Posisi pasien bergantung pada posisi prosedur medis yang akan dilakukan selanjutnya. Pada
umumnya, pasien dibaringkan posisi supinasi dengan kedua lengan di sisi samping tubuh,
Apabila pasien dilakukan anestesi melalui pungsi lumbal, maka biasanya pasien akan
diposisikan duduk, kemudian akan dibaringkan supinasi.[2,3,6,8]
- Obat Sedasi untuk Pasien Dewasa
Midazolam

Midazolam dapat diberikan dalam dosis awal 0,01-0,1 mg/kgBB intravena untuk sedasi
sedang, atau 0,1-0,4 mg/kgBB untuk sedasi dalam. Dosis ulangan 25% dari dosis awal dapat
diberikan bila sedasi diperlukan lebih lanjut. Dosis ulangan diberikan setelah 3-5 menit dan
tidak melebihi 2,5 mg/dosis. Dosis kumulatif tidak boleh melebihi 5 mg.
Perlu diingat bahwa depresi pernapasan, atau hipotensi dapat terjadi, terutama bila obat ini
masuk dengan cepat, atau dikombinasikan dengan fentanil. Dalam hal tersebut, dosis
midazolam perlu diawasi secara ketat. Obat ini memberikan efek sedasi, namun tidak
memiliki efek analgesia.[2,3,9]

Pemberian obat dapat menginduksi reaksi disinhibisi termasuk agresivitas yang tidak
terkendali, agitasi, atau halusinasi. Reaksi disinhibisi dimanifestasikan dalam waktu 5 menit
setelah pemberian midazolam dan didahului oleh sedasi sementara sebelum agitasi
mendadak. Reaksi disinhibisi terkait dengan faktor genetik, penyalahgunaan alkohol, atau
gangguan psikologis.

Fentanil

Fentanil termasuk dalam golongan opioid yang dapat memberikan analgesia dan sedasi
selama prosedur yang menyakitkan. Fentanil disukai karena awitan yang cepat dengan durasi
kerja yang singkat. Dibandingkan morfin, fentanil memiliki efek depresi kardiovaskular
minimal dan jarang menyebabkan hipotensi.
Fentanil berikatan dengan reseptor stereospesifik di banyak tempat dalam sistem saraf pusat
dan meningkatkan ambang nyeri, mengubah persepsi nyeri, dan menghambat jalur nyeri.
Agonis opioid juga dapat menekan refleks batuk dan menyebabkan depresi pernapasan,
kantuk, dan sedasi.Fentanil merupakan opioid sintetis yang dimetabolisme oleh hepar.
Fentanil memiliki sifat redistribusi obat yang cepat dari sistem saraf pusat. lama kerja obat
sekitar 30-60 menit.

Ketamine
Ketamine dapat menimbulkan efek disosiatif dan amnestik yang dalam. Dosis yang
digunakan untuk prosedural sedasi dan analgesia tidak mempengaruhi refleks faring-laring,
dan memungkinkan jalan napas tetap paten serta respirasi spontan. Karakteristik obat ini
sangat membantu jika prosedur darurat harus segera dilakukan sementara pasien belum
sempat untuk puasa.Depresi pernapasan sementara dapat terjadi jika diberikan terlalu cepat
atau dalam dosis tinggi. Peningkatan sekresi orofaringeal sering terpicu oleh pemberian
ketamine, namun dapat dicegah dengan premedikasi berupa glikopirolat.
Etomidate

Etomidate merupakan hipnotik nonbarbiturat awitan sangat cepat yang digunakan untuk
anestesi. Etomidate menghasilkan induksi cepat tanpa pelepasan histamin dan dengan efek
kardiovaskular serta pernapasan minimal. Seperti ketamine atau barbiturat, etomidate secara
sementara dapat menurunkan aliran darah otak sebesar 20-30% dan sedikit mengurangi
tekanan intrakranial dan intraokular. Lama kerja obat sekitar 3-5 menit. Perlu diingat bahwa
obat ini digunakan sebagai obat untuk sedasi dan hipnosis, serta dapat digunakan sebagai
obat induksi untuk anestesi umum. Obat ini tidak memiliki efek analgesik. Umumnya dapat
menyebabkan mioklonus, dan nyeri setelah injeksi.

Propofol

Propofol merupakan obat dengan formulasi berwarna putih susu dengan manfaat anestesi
yang cepat dan waktu pemulihan yang singkat. Propofol tidak memiliki efek analgesik
sehingga dapat dikombinasikan dengan opioid. Dengan awitannya yang cepat dan tingkat
pemulihan yang baik, propofol sering digunakan untuk sedasi pada pasien anak yang akan
menjalani prosedur MRI atau CT Scan.

7. Apa yang berpengaruh pada tindakan sedasi? Zidni▶️


Jawab:
8.Bagaimana struktur anatomi dan fisiologi oral pada anak serta pengaruhnya terhadap
tindakan sedasi? iyyak▶️
Jawab:
9.Apa kelebihan dan kekurangan tindakan sedasi pada pasien anak ? Aulia ▶️melani
Jawab:

10. Apa saja yang perlu di perhatikan dalam melakukan pencabutan gigi decidui ?
Jawab :

Anda mungkin juga menyukai