Anda di halaman 1dari 8

SEDATIF DALAM ANESTESI

Sedasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan agen-agen farmakologik untuk menghasilkan


depresi tingkat kesadaran secara cukup sehingga menimbulkan rasa mengantuk dan
menghilangkan kecemasan tanpa kehilangan komunikasi verbal.
The American Society of Anesthesiologists menggunakan definisi berikut untuk sedasi :
Sedasi minimal adalah suatu keadaan dimana selama terinduksi obat, pasien berespon normal
terhadap perintah verbal. Walaupun fungsi kognitif dan koordinasi terganggu, tetapi fungsi
kardiovaskuler dan ventilasi tidak dipengaruhi.
Sedasi sedang (sedasi sadar) adalah suatu keadaan depresi kesadaran setelah terinduksi obat di
mana pasien dapat berespon terhadap perintah verbal secara spontan atau setelah diikuti oleh
rangsangan taktil cahaya. Tidak diperlukan intervensi untuk menjaga jalan napas paten dan
ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana selama terjadi depresi kesadaran setelah terinduksi
obat, pasien sulit dibangunkan tapi akan berespon terhadap rangsangan berulang atau rangsangan
sakit. Kemampuan untuk mempertahankan fungsi ventilasi dapat terganggu dan pasien dapat
memerlukan bantuan untuk menjaga jalan napas paten. Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
Dapat terjadi progresi dari sedasi minimal menjadi sedasi dalam di mana kontak verbal dan
refleks protektif hilang. Sedasi dalam dapat meningkat hingga sulit dibedakan dengan anestesi
umum, dimana pasien tidak dapat dibangunkan, dan diperlukan tingkat keahlian yang lebih
tinggi untuk penanganan pasien. Kemampuan pasien untuk menjaga jalan napas paten sendiri
merupakan salah satu karakteristik sedasi sedang atau sedasi sadar, tetapi pada tingkat sedasi ini
tidak dapat dipastikan bahwa refleks protektif masih baik. Beberapa obat anestesi dapat
digunakan dalam dosis kecil untuk menghasilkan efek sedasi. Obat-obat sedative dapat
menghasilkan efek anestesi jika diberikan dalam dosis yang besar.
INDIKASI PENGGUNAAN OBAT-OBAT SEDATIF
Premedikasi
Obat-obat sedatif dapat diberikan pada masa preoperatif untuk mengurangi kecemasan sebelum
dilakukan anestesi dan pembedahan. Sedasi dapat digunakan pada anak-anak kecil, pasien
dengan kesulitan belajar, dan orang yang sangat cemas. Obat-obat sedatif diberikan untuk
menambah aksi agen-agen anestetik. Pemilihan obat tergantung pada pasien, pembedahan yang
akan dilakukan, dan keadaan-keadaan tertentu: misalnya kebutuhan pasien dengan pembedahan
darurat berbeda dibandingkan pasien dengan pembedahan terencana atau pembedahan mayor.
Penggunaan oral lebih dipilih dan benzodiazepin adalah obat yang paling banyak digunakan
untuk premedikasi.
Sedo-analgesia
Istilah ini menggambarkan penggunaan kombinasi obat sedatif dengan anestesi lokal, misalnya
selama pembedahan gigi atau prosedur pembedahan yang menggunakan blok regional.
Perkembangan pembedahan invasif minimal saat ini membuat teknik ini lebih luas digunakan.
Prosedur radiologik
Beberapa pasien, terutama anak-anak dan pasien cemas, tidak mampu mentoleransi prosedur
radiologis yang lama dan tidak nyaman tanpa sedasi. Perkembangan penggunaan radiologi
intervensi selanjutnya meningkatkan kebutuhan penggunaan sedasi dalam bidang radiologi.

Endoskopi
Obat-obat sedatif umumnya digunakan untuk menghilangkan kecemasan dan memberi efek
sedasi selama pemeriksaan dan intervensi endoskopi. Pada endoskopi gastrointestinal (GI),
analgesik lokal biasanya tidak tepat digunakan, perlu penggunaan bersamaan obat sedatif dan
opioid sistemik. Sinergisme antara kelompok obat-obat ini secara signifikan meningkatkan resiko
obstruksi jalan napas dan depresi ventilasi.
Terapi intensif
Kebanyakan pasien dalam masa kritis membutuhkan sedasi untuk memfasilitasi penggunaan
ventilasi mekanik dan intervensi terapetik lain dalam Unit Terapi Intensif (ITU). Dengan
meningkatnya penggunaan ventilator mekanik, pendekatan modern yaitu dengan kombinasi
analgesia yang adekuat dengan sedasi yang cukup untuk mempertahankan pasien pada keadaan
tenang tapi dapat dibangunkan. Farmakokinetik dari tiap-tiap obat harus dipertimbangkan, di
mana sedatif terpaksa diberikan lewat infus untuk waktu yang lama pada pasien dengan disfungsi
organ serta kemampuan metabolisme dan ekskresi obnat yang terganggu. Beberapa obat yang
berbeda digunakan untuk menghasilkan sedasi jangka pendek dan jangka panjang di ITU,
termasuk benzodiazepin, obat anestetik seperti propofol, opioid, dan agoni 2-adrenergik. Nilai
skor sedasi selama perawatan masa kritis telah dibuat sejak bertahun-tahun, tapi perhatian lebih
terfokus akhir-akhir ini pada pentingnya sedasi harian holds; strategi interupsi harian dengan
obat-obat sedasi menyebabkan lebih sensitifnya kebutuhan untuk sedasi. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi insiden terjadinya komplikasi terkait penggunaan ventilasi mekanik selama masa
kritis dan untuk mengurangi lama perawatan.
Suplementasi terhadap anestesi umum
Penggunaannya yaitu dari sinergi antara obat-obat sedatif dan agen induksi intravena dengan
teknik ko-induksi. Penggunaan sedatif dalam dosis rendah dapat menghasilkan reduksi signifikan
dari dosis agen induksi yang dibutuhkan, dan dengan demikian mengurangi frekuensi dan
beratnya efek samping.
TEKNIK PENGGUNAAN
Penggunaan obat sedatif memerlukan keterampilan dan kehati-hatian, penting karena bisa
terjadinya progresi progresi dari sedasi ringan menjadi anestesi umum. Dahulu obat-obat sedatif
digunakan melalui bolus intravena intermiten. Terdapat variasi yang cukup besar dari respon
individual terhadap dosis yang diberikan dan terdapat banyak keadaan di mana praktisi medis
tanpa pelatihan anestetik menggunakan sedatif. Teknologi terbaru dalam pompa infus dengan
kontrol mikroprosesor telah meningkatkan keamanan penggunaan sedatif. Sistem patientcontrolled analgesia telah diprogram untuk patient-controlled sedation, biasanya untuk
mempertahankan sedasi setelah dosis bolus awal digunakan oleh dokter. Setelah sistem tersebut
sepenuhnya terkontrol oleh pasien, dosis rata-rata obat sedatif menurun sementara jarak
pemberian meningkat.
Pada target-controlled infusion, pompa spuit telah diprogram dengan model farmakokinetik obat
dan didesain untuk mencapai konsentrasi plasma target yang diinginkan secepat mungkin,
sesuai dengan berat badan pasien. Usia pasien juga seharusnya diperhatikan di mana semakin tua
usia pasien, semakin tinggi sensitivitas efek obat-obat sedatif terhadap SSP. Karena terdapat
variabilitas efek farmakodinamik obat, operator dapat mengubah-ubah level target.
Pemakaian sedasi yang aman
Pemakaian sedasi yang aman bertujuan untuk membuat prosedur lebih aman dan meminimalkan
resiko terhadap pasien. Ketika sedasi digunakan di luar lingkungan operasi, perlu dipastikan
tersedianya fasilitas yang adekuat, peralatan, dan orang yang berkompeten. Beberapa panduan
pemakaian telah diperkenalkan untuk mengatasi hal ini. Panduan terkait penggunaan sedasi

untuk endoskopi GI, prosedur di bagian darurat, prosedur pembedahan gigi, dan sedasi pada
anak-anak merupakan beberapa tema yang diangkat. Kelayakan pasien untuk menjalani prosedur
dengan sedasi harus dievaluasi: misalnya pasien dengan masalah jalan napas tidak boleh
menggunakan prosedur ini. Fasilitas harus tersedia untuk memonitor kondisi fisiologis seperti
saturasi oksigen arterial, dan individu yang melakukan prosedur tidak bertanggungjawab
memonitor kondisi pasien pada saat bersamaan. Seorang personel harus dilatih untuk dapat
mengenali, dan berkompetensi untuk menangani komplikasi kardiorespirasi, dan peralatan
resusitasi harus lengkap dan tersedia secepatnya.
OBAT-OBATAN SEDATIF
Kebanyakan obat-obatan sedatif dikategorikan dalam satu dari tiga kelompok utama, yaitu:
Benzodiazepin, neuroleptik dan agonis a2 adrenoseptor. Obat-obatan ini lebih sering di
klasifikasikan sebagai jenis anestesi intravena, terutama propofol dan ketamin, juga digunakan
sebagai obat sedatif dengan dosis subanestetik; farmakologi obat ini telah dijelaskan pada bab 3.
Anestesi inhalasi juga sering digunakan sebagai sedatif dalam kadar subanestetik.
BENZODIAZEPIN
Obat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk keperluan obat anxiolytik dan hypnotik dan pada
tahun 1960-an menggantikan obat barbiturat oral. Agar sediaan parenteral tersedia, mereka terus
mengembangkan di anestesi dan perawatan intensif. Semua benzodiazepin mempunyai efek
farmakologi yang sama, efek terapi ini ditentukan oleh potensi dan ketersediaan obat-obatan.
Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu sebagai lama kerja panjang
(diazepam), lama kerja sedang (temazepam), lama kerja pendek (midazolam).
FARMAKOLOGI
Mekanisme Aksi
Benzodiazepin bekerja oleh daya ikatan yang spesifik pada reseptor benzodiazepin, yang mana
merupakan bagian dari kompleks reseptor asam g aminobutirik (GABA). GABA merupakan
inhibitor utama neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP), melalui neuron-neuron modulasi
GABA ergik. Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABA A. Berikatan
dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang menyebabakan
hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat membuat neuron ini resisten terhadap
rangsangan. Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA. Reseptor
benzodiazepin dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan densitas tinggi pada korteks
serebral, serebelum dan hipokampus dan densitas rendah pada medula spinalis. Tidak adanya
reseptor GABA selain di SSP, hal ini aman bagi sistem kardiovaskuler pada saat penggunaan
obat ini.
Efek Benzodiazepin pada SSP ditunjukan pada hubungan dengan kemampuan reseptor.
Dosis midazolam Efek

Kemampuan Dosis
flumazenil
reseptor (%) untuk membalikan

Dosis rendah

Antiepilepsi

20-25

Anxiolisis

20-30

Sedasi ringan

25-50

Penurunnan perhatian

60-90

Dosis rendah

Amnesia
Sedasi kuat
Relaksasi otot
Dosis tinggi

Anestesi

Dosis tinggi

Reseptor GABA merupakan reseptor dengan struktur besar yang mempunyai ikatan yang
terpisah dengan obat lain yaitu barbiturat, alkohol dan propofol. Ikatan dengan komponen yang
lain pada reseptor benzodiazepin menunjukan efek sinergis dengan beberapa obat lain. Efek
sinergis ini menunjukan bahaya depresi SSP jika obat digunakan secara bersamaan dan juga
menyebabkan efek farmakologi toleransi silang dengan penggunaan alkohol. Hal ini juga
konsisten dengan penggunaan benzodiazepin untuk mengatasi gejala timbal balik akut atau
detoksifikasi alkohol atau obat-obatan lain.
Antagonis benzodiazepin yaitu flumazenil dapat menempati reseptor tapi tidak dapat
menyebabkan aktifitas. Senyawa benzodiazepin telah dikembangkan pada reseptor ligand tapi
menyebabkan pergerakan terbalik dari agonis, akibatnya terjadi rangsangan pada otak. Senyawa
ini juga merupakan antagonis dari flumazenil. Gambaran ini merupakan reaksi berlawanan pada
benzodiazepin yang sebelumnya adalah cadangan yang lama dari flumazenil dan merupakan
akibat dari eksaserbasi pada penambahan dosis obat murni. Lebih dari itu dapat menyebabkan
kegelisahan seperti pada hipoksemia dan toksisitas anestasi lokal, yang seharusnya hal ini
diperhatikan terkebih dahulu.
Penggunaan benzodiazepin yang lama menyebabkan penurunan regulasi dari reseptor dan juga
terjadi penurunan ikatan dan funsi dari reseptor, pada akhirnya menunjukan peningkatan
toleransi. Penggunaan yang lama juga dapat menyebabkan ketergantungan secara fisik maupun
mental, yang walaupun obat ini mempunyai efek adiktif yang rendah dari opiod dan barbiturat.
Hubungan timbal balik yang dalam dapat menyebabkan gejala klinik yang sama seperti pada
penggunaan alkohol akut, oleh sebab itu dosis benzodiazepin diturunkan secara teratur setelah
penggunaan yang lama.
Pada penderita yang telah lama menggunakan obat ini sensitif terhadap efek dari benzodiazepin
dan dosis harus diturunkan secara teratur.
Efek pada SSP
Efek benzodiazepin pada SSP yaitu anxiolysis, sedasi, amnesia dan aktifitas antiepileptik.
Anxiolysis terjadi pada penggunaan obat dengan dosis yang rendah dan apabila obat ini
digunakan secara efektif untuk pengobatan anxietas yang akut maupun kronik. Efek yang
panjang dari obat oral seperti diazepam dan chlordaizepoksid dapat mengobati efek timbal balik
dari alkohol akut. Anxiolysis lebih sering terjadi pada saat premedikasi dan pada prosedur yang
salah.
Efek sedasi terjadi pada ketergantungan dosis yang menyebabkan depresi aktivitas serebral, dan
efek sedasi yang ringan pada kemampuan reseptor yang rendah yang sama dengan pada anestesi
umum jika ruang reseptor terisi. Midazolam terbukti benar aman sebagai obat sedatif intravena.
Benzodiazepin mempunyai efek terapi yang tinggi (berbanding efektif dengan dosis letal) karena
pada dosis yang berlebihan, perbedaan pada densitas reseptor menyebabkan terjadi reaksi
sensitivitas yang berlebihan pada korteks dan depresi medula. Bagaimanapun hal ini dapat

menyebabkan obstruksi jalan napas bagian atas dan kehilangan refleks protektif yang terjadi
sebelum dalam efek sedasi, dan hal bahaya yang utama yaitu efek sedasi yang berlebihan atau
terjadi self poisoning.
Amnesia paling sering terjadi pada penggunaan benzodiazepin secara intravena dan yang
digunakan pada penderita yang menjalani pengobatan atau penggunaan pada prosedur yang
berulang. Anterograd amnesia mempengaruhi ambilan informasi. Retrograd amnesia tidak
ditemukan pada penggunaan benzodiazepin. Periode kronik pada amnesia dilaporkan terjadi
pada penggunaan obat oral lorazepam, yang dapat berpotensi bahaya pada kasus ini.
Aktivitas antiepilepsi, dapat mencegah pengobatan seizure pada subkortikal. Obat intravena
lorazepam dan diazepam dapat digunakan untuk menghentikan seizure dan clonazepam
digunakan untuk membantu terapi pada terapi epilepsi kronik. Benzodiazepin dapat
meningkatkan ambang aktivitas seizure pada toksisitas anestesi lokal, tapi dapat terlihat sebagai
gejala awal.
Penggunaan benzodiazepin dapat memberikan efek yang menyenangkan untuk insomnia dan
lebih efektif lagi pada insomnia akut. Bagaimanapun pengobatan yang lama tidak dianjurkan
karena dapat memberikan masalah seperti efek toleransi dan ketergantungan dan yang terpenting
yaitu kesulitan dalam efek timbal balik pada pengobatan. Penggunaan benzodiazepin sebagai
hipnotik sekarang telah digantikan dengan nonbenzodiazepin yang baru sebagai hipnotik yaitu,
zopiklon, dimana obat ini dapat bereaksi pada reseptor benzodiazepin.
Benzodiazepin menurunkan metabolisme oksigen di otak dan aliran darah otak, dan juga respon
serebrovaskular untuk karbondioksida dilindungi, oleh sebab itu mereka menyesuaikan untuk
digunakan pada beberapa pasien dengan kelaianan intrakranial. Bagaimanapun harus diketahui
bahwa midazolam tidak dapat mencegah peningkatan tekanan intrakranial bersama dengan
pemasangan intubasi trakeal. Sebagai tambahan, depresi ventliasi disebabkan oleh benzodiazepin
pada pernapasan spontan yang dari pasien menunjukan peningkatan PCO 2 arteri, yang tidak
diinginkan jika pemenuhan tekanan intrakranial menurun.
Efek samping yang tidak diinginkan pada SSP, seperti perasaan mengantuk dan terjadi kerusakan
pada tampilan psikomotor. Meskipun efek residu sedatif minimal tapi dapat mempengaruhi
fungsi kognitif dan koordinasi motorik, yang seharusnya dapat diperkirakan kapan pengobatan
ini dihentikan pada pasien.
Relaksasi Otot
Benzodiazepin menyebabkan reduksi otot ringan yang bisa menguntungkan misalnya pada
penggunaan ventilasi mekanik di unit perawatan intensif, yang mengurangi resiko dari dislokasi
artikular atau saat pemasangan endoskopi. Bagaimanapun juga relaksasi otot berperan secara
responsif pad obstruksi jalan napas pada penggunaan obat sedatif intravena. Relaksasi otot tidak
berhubungan dengan efek pada neuromuskular junction, tapi menyebabkan peningkatan pada
penghantaran impuls neuron pada medula spinalis dan penurunan transmisi polisinaptik pada
otak.
Efek pada Respirasi
Dosis benzodazepin dapat menyebabkan depresi sentral pada ventilasi . respon ventilasi terhadap
CO2 dapat terganggu dan respon dari ventilasi yang kurang ditandai dengan adanya depresi. Hal
ini diikuti juga dengan adanya sindrom hipoventilasi dan gagal napas tipe 2 yang peka terhadap
depresi pernapasan akibat efek dari benzodiazepin. Depresi ventilasi merupakan efek eksaserbasi
dari obstruksi jalan napas dan hal ini paling sering pada dari yang sebelumnya. Apabila opiod
dan benzodaizepin digunakan secara bersama-sama akan terjadi efek yang sinergis. Apabila
kedua obat ini diberikan bersama-sama secara intravena, obat opiod harus diberikan terlebih
dahulu dan efeknya dapat diperkirakan. Penurunan dosis benzodiazepin yang diperlukan sampai
75% harus diantisipasi. Hal ini harus menjadi standar praktek untuk menyediakan oksigen

tambahan dan monitor saturasi oksigen dengan oximetri selama pemberian obat sedatif secara
intravena.

Efek Kardiovaskuler
Benzodiazepin menghasilkan efek hemodinamik yang tidak terlalu besar dimana mekanismemekanisme refleks hemostatik masih tetap terpelihara dan lebih aman dari agen anastesi
intravena. Suatu penekanan pada resistensi vaskuler perifer menghasilkan sedikit penekanan
pada tekanan arteri. Hipotensi yang signifikan dapat terjadi pada pasien yang mengalami
hipovolemia atau vasokonstriksi.
Farmakokinetik
Benzodiazepin adalah molekul kecil yang relative larut lemak, yang siap diabsorbsi secara oral
dan dengan cepat melewati SSP. Midazolam harus melewati hepar dulu sehingga hanya sekitar
50% dari dosis oral yang sampai ke sirkulasi sistemik. Setelah pemberian bolus intravena,
penghentian aksi obat terjadi secara lebih luas dengan proses redistribusi. Dibandingkan dengan
obat-obatan seperti propofol, benzodiazepine memiliki waktu yang lebih lambat untuk mencapai
keseimbangan konsentrasi pada target organ. Hal ini menganjurkan bahwa harus tersedia waktu
untuk menilai seluruh efek klinis sebelum memberikan suatu kenaikan dosis lebih lanjut.
Terdapat pengikatan protein secara luas. Eliminasi dari metabolisme hepatik mengikuti ekskresi
dari metabolisme renal. Ada 2 jalan utama dari metabolisme meliputi oksidasi mikrosomal atau
konjugasi dengan glukoronidase. Makna dari hal ini adalah bahwa oksidasi lebih mungkin
dipengaruhi oleh usia, penyakit hepar, interaksi obat dan faktor-faktor lain yang mengubah
konsentrasi dari sitokrom P450. Beberapa dari golongan benzodiazepine, termasuk diazepam
memiliki metabolic aktif yang secara luas memperpanjang efek klinis mereka. Disfungsi renal
terlihat dari akumulasi dari metabolit-metabolit dan ini merupakan satu faktor penting penundaan
pemulihan dari pemanjangan sedasi dari ITU.
DIAZEPAM
Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang tersedia untuk penggunaan parenteral.
Tidak larut dalam air dan pada awalnya diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat
iritan untuk vena dan dihubungkan dengan peningkatan insidens dari tromboflebitis. Suatu
emulsi lemak (diazemuls) ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi tersebut
disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam juga tersedia untuk oral yaitu
tablet atau sirup dengan 100% bioavibilitas dan larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu
paru 20-50 jam, tetapi metabolit-metabolit aktif diproduksi termasuk desmetil diazepam dengan
waktu paru 36-200 jam, clearance menurun pada disfungsi hepar.
Dosis
Premedikasi : 10 mg oral 1-1,5 jam sebelum operasi
Sedasi : 5-15 mg IV perlahan-lahan, peningkatan bolus 1-2 mg.
Status epileptikus : 2 mg, diulang setiap menit sampai kejang berhenti. Dosis
maksimal 20 mg.
Terapi intensif : Tidak cocok untuk infus, dosis bolus IV 5-10 mg/4 jam.
MIDAZOLAM

Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol yang mencapai


kelarutan air pada pH < 4. Pada pH darah, obat tersebut menjadi lebih larut lemak dan
mempenetrasi otak dengan cepat dengan onset sedasi dalam 90 detik dan efek puncak pada 2-5
menit. Tersedia dalam vial 50 ml terdiri dari 1 mg/ml dan tablet 15 mg dan bioavailabilitas 44%.
Midazolam melewati metabolisme oksidatif hepatik dan memiliki waktu paru 1 jam dan
meskipun aktif secara biologik, obat tersebut penting hanya sesudah pemanjangan waktu infus
pada pasien dengan kelainan ginjal. Midazolam lebih potensial 1,5-2 kali dari diazepam dan
memiliki farmakokinetik yang lebih baik untuk digunakan sebagai suatu sedatif intravena jangka
pendek.
Dosis
Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 g/kg
Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua : < 4 mg)
Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/j

TEMAZEPAM
Golongan benzodiazepin ini hanya tersedia bentuk oral, namun digunakan lebih luas sebagai
suatu obat premedikasi karena sifat anxiolitiknya. Pemberian secara oral absorpsinya sempurna
tapi membutuhkan waktu sampai dengan 2 jam untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma.
Metabolisme berlangsung di hepar lewat konjugasi dengan glukoronidase dan tidak ada produksi
metabolit yang penting. Memiliki eliminasi waktu paru relatif lama 8-15 jam. Dosis 20 mg
efektif dalam 1-2 jam dan bertahan sekitar 2 jam, dengan gejala siksa mengantuk. Toleransi dan
ketergantungan jarang terjadi pada pemakaian lama dari temazepam, ditujukan secara luas
sebagai suatu hipnotik.
LORAZEPAM
Obat ini tersedia untuk penggunaan parenteral dan oral, tetapi tidak digunakan secara rutin
sebagai sedatif IV karena dibatasi oleh aksi dari onset yang pelan. Metabolisme oleh
glukoronidasi dengan eliminasi waktu paru 15 jam dan durasi yang lebih panjang dibandingkan
temazepam. Jika digunakan untuk premedikasi, dosis 2-4 mg diberikan malam sebelumnya atau
pada permulaan hari pembedahan. Amnesia adalah suatu tanda yang menyertai pemberian obat
ini.
Saat ini lorazepam IV merupakan drug of choice pada penanganan status epileptikus, karena
memiliki durasi yang lebih panjang untuk aksi antilepilepsi dibanding diazepam. Juga bisa
digunakan untuk penanganan serangan akut panik yang berat, baik secara IM/IV dengan dosis
25-30 g/kg (dosis biasa 1,5-2.5 mg). Jalur IM hanya digunakan jika tidak ada jalur lain yang
tersedia.
EFEK SAMPING
Efek samping dari benzodiazepin tergantung dosis dan dapat diprediksi dari efek
farmakodinamiknya. Oversedasi, depresi ventilasi, ketidakstabilan hemodinamik dan obstruksi
jalan napas dapat terjadi pada kelebihan dosis yang tidak diperhatikan dan lebih sering terjadi
pada orang tua atau pasien dengan kondisi yang lemah.
FLUMAZENIL
Flumazenil adalah suatu kompetitif antagonis berafinitas tinggi untuk semua ligand reseptor
benzodiazepin. Obat ini secara cepat melawan semua efek benzodiazepin di CNS dan juga efek

berbahaya yang berpotensi muncul melawan efek fisiologis termasu depresi respirasi dan
kardiovaskuler dan obstruksi jalan napas.
Flumazenil memiliki sangat sedikit aktivitas intrinsik pada dosis tinggi dan ditoleransi dengan
baik dengan efek samping minimal.
Flumazenil secara cepat dibersihkan dari plasma den dimetabolisme oleh hati. Flumazenil
memiliki waktu paruh eliminasi yang sangat singkat yaitu kurang dari 1 jam. Lama kerja
tergantung pada dosis yang diberikan dan identitas dan dosis agonis. Berkisar antara 20 menit
sampai 2 jam untuk potensi resedasi jika agonis memiliki waktu paruh yang lebih panjang, yang
mengharuskan suatu periode observasi tertutup.
Dosis dan pemberian
Flumazenil tersedia untuk penggunaan IV dalam ampul 5 ml terdiri dari 100 g/ml. Dosis efektif
yang biasa digunakan adalah 0,2-1 mg diberikan dalam bentuk 0,1-0,2 mg bolus dan diulang tiap
interval 1 menit. Dosis untuk pasien koma tidak boleh lebih dari 2 mg.
Indikasi
Pemulihan sedasi. Megurangi waktu dari sedasi pada penderita atau pasien yang lemah. Resiko
resedasi membuat obat ini tidak digunakan secara rutin.
Pada keracunan. Terapi dari benzodiazepin kelebihan dosis dapat menyebabkan tidak sadar dan
depresi pernapasan. Dosis ulangan atau infus terus dibutuhkan sampai konsentrasi dalam plasma
agonis menurun. Pada keadaan koma yang tidak diketahui penyebabnya, flumazenil dapat
menjadi suatu alat diagnostik.
Pada ITU. Perpanjangan sedasi, sering dihasilkan dari akumulasi midazolam pada pasien
dengan gagal ginjal. Dapat diterapi dengan suatu infus dari flumazenil. Sebagai tambahan bolus
obat ini mengurangi efek sedasi dan bolehmenilai keadaan neurogikal.
Pencegahan
Pasien epilepsi. Pasien epilepsi memiliki resiko kejang khususnya jika suatu benzodiazepin
diresepkan sebagai terapi antiepilepsi.
Ketergantungan benzodiazepin. Gejala putus obat dapat terjadi.
Reaksi cemas. Dapat terjadi pada pemberian secara cepat pada sedasi yang lama.
Pasien dengan trauma kepala yang berat. Flumazenil dapat mepercepat suatu peningkatan
tiba-tiba dari tekanan intrakranial.

Anda mungkin juga menyukai