Halaman Judul
Daftar Isi
Lembar Pengesahan
BAB I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
3. PENGERTIAN
2. KONTRAINDIKASI
3. PENGGUNAAN OBAT
7.1.ANAMNESIS
8. PEMERIKSAAN FISIK
14. PERALATAN
14.3. MONITOR
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR
Jumlah prosedur non invasif dan invasif minimal di lakukan di luar ruang operasi telah
berkembang pesat selama beberapa dekade.Sedasi, analgesia atau keduanya mungkin diperlukan
untuk banyak prosedur intervensi dan diagnostik. Perawatan individual penting ketika
menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi analgesia prosedural (PSA). Pasien mungkin
perlu obat anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.Manajemen sedasi dapat berkisar dari sedasi
minimal, sejauh anestesi minimal.
Berbagai prosedur yang memerlukan sedasi prosedural dilayani lebih baik dengan
mempertimbangkan tujuan sedasi prosedural dan menentukan apakah pasien tertentu
memerlukan intervensi farmakologis untuk memenuhi tujuan selama prosedur.
2. TUJUAN
2.1. Tujuan Umum :
Sebagai acuan untuk pemberian sedasi untuk pasien yang akan menjalani prosedur di IGD,
radiologi, kedokteran gigi.
Sedasi Minimal (anxiolysis). Dalam keadaan ini pasien dapat merespon perintah verbal dan
mungkin memiliki beberapa gangguan kognitif, tetapi tidak ada efek pada status
Sedasi Moderat. Ada depresi kesadaran, tetapi pasien dalam keadaan in dapat merespons
dengan tepat perintah verbal, baik sendiri atau bersama dengan stimulasi taktil cahaya.
Pasien mampu mempertahankan jalan nafas secara independen, ventilasi yang cukup dan
fungsi jantung biasanya terpengaruh oleh obat yang
Sedasi Dalam. Pasien pada kondisi ini tidak mudah terbangun, tetapi merespon dengan
sengaja (tidak hanya menarik) setelah stimulasi berulang atau menyakitkan. Pasien mungkin
memerlukan bantuan menjaga jalan nafas dan ventilasi yang cukup, tetapi status
kardiovaskuler normal dipertahankan selama
Respons Tidak
normal Merespons sadar,
Merespons setelah diberikan meskipun
terhadap terhadap stimulus dengan
RESPONS stimulus verbal stimulus berulang/stimulu stimulus
sentuhan s nyeri nyeri
Tidak Sering
JALAN NAPAS Tidak terpengaruh perlu Mungkin memerluka
intervensi perlu intervensi n intervensi
Sering
VENTILASI Dapat tidak
SPONTAN Tidak terpengaruh Adekuat tidak adekuat adekuat
Biasanya
FUNGSI dapat Biasanya
KARDIOVASKUL dipertahanka dapat Dapat
ER Tidak terpengaruh n dengan dipertahankan terganggu
baik dengan baik
3. PENGERTIAN
Sedasi adalah anestesi mana obat diberikan untuk menenangkan pasien dalam suatu periode yang
dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman, atau gelisah. Seringkali diberikan kepada pasien
segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis tidak nyaman.Sedasi menggunakan
obat-obatan sedatif.
Sedasi adalah tehnik di mana satu atau lebih obat yang digunakan untuk menekan sistem saraf
pusat dari pasien sehingga mengurangi kesadaran pasien untuk lingungannya.
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresion dari sistemsaraf pusat
sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama tindakan, kontak verbal dengan
pasien harus tetap terjaga.Berdasarkan definisi ini, maka setiap kehilangan kesadaran yang
berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat didefinisikan sebagai anestesi umum.
Selama sedasi, diharapkanpasien dapat dipertahankan jalan napas dan refleks protektif. Telah
disarankan suatu konsep ‘sedasi dalam’, akan tetapi definisi terhadap hal ini belum jelas.
Kebanyakan prosedur, yang dilakukan pada orang dewasa dalam keadaan sadar, tetapi pada anak
memerlukan anestesi umum terutama jika prosedur dengan waktu yang lama atau menyakitkan.
Namun, sekarang ada peningkatan minat dalam penggunaan regimen sedativa pada bidang
pediatri. Hal ini disebabkan karenakurang invansif
dibandingkan dengan anestesi umum serta lebih murah.Mungkin lebih sulit untukmenentukan
tingkat sedasipada anak serta kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi.
2. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi untuk sedasi :
3. PENGGUNAAN OBAT
Sedasi yang efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan dimana anak sementara dalam
keadaan mengantuk,bebas nyeri, dengan ketakutan atau kecemasan yang minimal. Penggunaan
anestesi lokal dan analgesik sederhana sangatlah penting, dan terapi pengalihan perhatian juga
sangat berguna. Orang tua sering dihadirkan, dimana hal ini sangat membantu dalam menjaga
kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah tertentu, dapat beresiko menghasilkan
ketidaksadaran pada anak.Hal ini dapat menyebabkan hipoksia, hiperkapnia dan berpotensi
terjadi aspirasi. Untuk itu pada penggunaan tehnik sedasi non-anestesi, maka harus mempunyai
margin of safety lebar.
Personil non-anestesi yang memberikan obat sedasi termasuk dokter (terutama ahli radiologi,
gastroenterologis dan kardiologis), perawat spesialis dan dokter gigi, semuanya harus benar-
benar terlatih untuk memberikan pelayanan yang aman dan efektif.
Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang pesat. Beberapa pusat
pediatrik melatih sedationists yang biasanya berasal dari perawat spesialis (nurse-lead sedation).
Namun, tanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan idealnya harus terletak pada
departemen anestesi dengan konsultan yang membawahi layanan.
Mereka harus:
Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan persetujuan
tindakan.
Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir, dan diidentifikasi faktor-faktor risiko
potensial seperti alergi atau kondisi medis
Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit, dimana
kemungkinanakan meningkatkansedasi yang efektif tetapi juga berpotensi meni ngkatkan
kejadian efek samping (lihat Kotak 2).
Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan ginjal, hati atau
fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi (lihat Kotak3 dan 4).
Dosis sedasi
Obat oral (mg/kg) Detail
50-70 (max 1
Triclofos g) Metabolit aktif = trichlorethanol
200-500
Diazepam mcg/kg Dapat diberikan melalui rektal
Dosis sedasi
Obat (mg/kg) Detail
Beresiko apnue
Beresiko menginduksi anestesi
Propopol Dalam evaluasi
Isoflurane,
enflurane 1 % dalam udara Masih dalam evaluasi
Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesia pada orang dewasa, karena mereka
bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini.Seperti pada anestesia untuk orang yang dewasa
anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus diketahui betul sebelum dapat melahirkan
anestesia karena itu anestesia pediatri seharusnya ditangani oleh dokter spesialis anestesiologi
atau dokter yang sudah berpengalaman.
Ada 5 perbedaan mendasar anatomi dari airway pada anak-anak dan dewasa.
1. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah juga alebih besar
2. Laring yang letaknya lebih anterior
3. Epiglottis yang lebih panjang
4. Leher dan trache yang lebih pendek daripada dewasa
5. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway
Populasi usia lanjut adalah kelompok yang heterogen, dan kronologis pertambahan usia tidak
selalu paralel dengan kondisi fisiologis. Pasien yang berusia lebih tua menunjukkan sejumlah
komorbiditas, riwayat pengobatan yang banyak, dan kurangnya cadangan fisiologis. Pasien usia
lanjut lebih sensitif terhadap efek sedatif dan depresan dari obat-obatan yang digunakan untuk
sedasi dan juga mengalami peningkatan risiko untuk efek samping aditif ika diberikan obat-
obatan kombinasi. Jika episode singkat dari hipotensi atau desaturasi mungkin tidak bermakna
pada pasien muda, episode yang sama pada pasien usia lanjut dapat mengakibatkan konsekuensi
serius, seperti aritmia dan iskemia jantung.
Pemantauan klinis pada pasien usia lanjut mungkin lebih dituntut dibandingkan pasien yang
lebih muda. Selama prosedur, individu yang bertugas harus dapat mengawasi pasien.Individu ini
tidaklah melakukan prosedur melainkan harus terus memantau respon, kerjasama, dan tanda-
tanda vital pasien.Karena pasien yang tersedasi harus responsif setiap saat, maka komunikasi
dengan pasien adalah salah satu metode pemantauan yang paling berharga.
8. PEMERIKSAAN FISIK
Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan napas, jantung, paru-paru dan pemeriksaan
neurologik .Jika ingin melaksanakan teknik anestesi regional maka perlu dilakukan pemeriksaan
extremitas dan punggung.
Untuk pemeriksaan khusus yang lebih mendalam, misalnya ekokardiografi atau kateterisasi
jantung diperlukan konsulatasi dengan ahli-ahli bidang lain sehingga persiapan dan
penilaian pasien dapat dilakukan lebih
X
Hb –
PT / PLT BUN/ SGOT/ E
Kondisi preo Lek APT Elekt Gula ra K
perative osit T / BT rolit Creat darah Al.Ph y G Preg T/S
P W
Operasi
dengan
perdarahan X X X
Operasi tanpa
perdarahan
Neonatus X X
Umur < 40 X
Umur40-49 X M
Umur50–64 X X
Umur > 65 X X X X + X
Peny.
Kardiovaskul
ar X X X
Penyakit paru X X
Keganasan X X * * X
Terapi radias
i X X X
Penyakit hati X X
Terpapar
hepatitis X
Penyakit
ginjal X X X X
Gangguan Pe X X
Tabel berikut ini merupakan suatu petunjuk untuk menggunakan penilaian klinis dalam
membuat permintaan pemeriksaan
rdarahan
Diabetes X X X X
Merokok X X X
Kehamilan X
Pemakaian
diuretik X X
Pemakaian
digoksin X X X
Pemakaian
steroid X X
Pemak.antiko
agulan X X X
Penyakit SSP X X X X X
Tidak semua penyakit termasuk dalam table ini. Simbol : + mungkin dilakukan; * hanya untuk
leukemia; X dilakukan; M dilakukan hanya untuk pria.
ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan
ASA 2 : Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain
penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi
ringan
ASA 3 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi
belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial,
hipertensi tak terkontrol
ASA 4 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit
yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
ASA 5 : Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja
dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada
pasien koma berat
ASA 6 : Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan
diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat), mis:
operasi apendiks diberi kode ASA 1 E
12. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN.
Tingkat kesadaran dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Penilaian ini harus dilakukan
secara periodik untuk menulai apakah keadaan penderita semakin membaik atau memburuk.
GCS terendah jumlahnya adalah 3 (koma dalam atau mati), sementara yang tertinggi adalah 15
(sadar penuh). Dari ketiga komponen GCS tersebut motorik merupakan komponen yang paling
objektif. Dan sebaiknnya penilaian untuk satu penderita senantiasa dilakukan oleh orang yang
sama.
Untuk penderita dengan hematoma periorbita yang besar, penilaian komponen mata harus
disesuaikan dengan respon motorik.Demikian pula untuk penderita yang afasia, atau terintubasi,
konponen verbalnya harus disesuaikan dengan respon motorik.Dan untuk itu perlu latihan dan
pengalaman yang berulang-ulang.
Sebagaimana disebutkan oleh Plum dan Postner, tingkat kesadaran tidak akan terganggu jika
cedera hanya terbatas pada satu hemisper saja, tetapi menjadi progresif memburuk jika kedua
hemisfer mulai terlibat, atau jika ada proses patologis akibat penekanan atau cedera pada batang
otak.
Penilaian GCS berdasarkan reaksi yang didapatkan sesuai dengan umur penderita.
Mata ? 1 tahun 0 – 1 tahun
Membuka mata
4 spontan Membuka mata spontan
Tidak membuka
1 mata Tidak membuka mata
Motori
k ? 1 tahun 0 – 1 tahun
Disorientasi tapi
mampu ber- Menyebutkan
4 komunikasi kata yang tidak sesuai Menagis lemah
Menyebutkan
kata-kata yang Kadang
3 tidak sesuai Menagis dan menjerit menagis / menjerit lemah
13. INFORMED
Pasien, anggota keluarga atau wali pasien harus diberitahu tentang intervensi bedah dan
kemungkinan komplikasi yang dapat timbul. Kapasitas putusan merupakan prasyarat untuk suatu
informed consent yang sesuai dengan hukum dan moral. Pasien usia lanjut mungkin tidak
sepenuhnya memahami intervensi yang direncanakan, sehingga kerabat terdekat harus terlibat
untuk memperoleh informed consent yang terperinci. Status mental dan kognitif pasien harus
dipertimbangkan dan didokumentasikan.
14. PERALATAN
ALAT-ALAT :
Mesin anestesi
Circuit/breathing anestesi
Ventilator anestesi
Monitor
2. Pressure regulator
Reduce the high pressure –> 45 psi –> 350 – 500 kpa, 50 – 70 psi, 3 1/2 – 5 atm –>
constant low
< 25 psi –> automatically shut off
14.3. MONITOR
1. Blood pressure (noninvasive or invasive)
2. ECG (electrocardiograf)
3. Pulse oxymeter
4. Caphinograf
BAB IV PENUTUP
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan
kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan
tehnologi dibidang kesehatan.
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan merupakan
prosedur yang kompleks di rumah sakit. Tindakan – tindakan ini membutuhkan asesmen pasien
yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang
berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya
transfer maupun pemulangan pasien.