Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN”M”DENGAN INTERVENSI

RELAKSASI NAFAS DALAM PADA KASUS POST OP BENIGNA


PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) DENGAN MENGGNAKAN
PERBANDINGAN EBN DI RUANG IRNA III A
RSUD KOTA MATARAM
KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

DI SUSUN OLEH :
SUMIYATI
NIM : 105 STYJ 21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARASEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM 2021/2022
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca karya ilmia akir

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Mataram 10 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Tanda dan Gejala
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................... 8

2.1.5 Pathway
2.1.6 Komplikasi0
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang1
2.1.8 Penatalaksanaan Medis2
ASUHAN KEPERAWATAN4
A. Pengkajian4
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi dan Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah saluran
kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur, terutama mereka
yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat menyebabkan pembesaran organ
yang mengakibatkan terjadinya penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini
menyebabkan gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan
tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala dan tanda
ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang mengenai sebagian
kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada jaringan prostat yang diambil dari
penderita hiperlasia prostat atau karsinoma prostat

Beranekaragamnya penyebab dan bervariasinya gejala penyakit yang ditimbulkannya


sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaan BPH, sehingga pengobatan yang
diberikan kadang-kadang tidak tepat sesuai dengan etiologinya. Terapi yang tidak tepat bisa
mengakibatkan terjadinya BPH berkepanjangan. Oleh karena itu, mengetahui secara lebih
mendalam faktor-faktor penyebab (etiologi) BPH akan sangat membantu upaya
penatalaksanaan BPH secara tepat dan terarah.

Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit BPH
mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera
ditangani. Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan bagaimana cara
penyebaran penyakit BPH, misalnya cara pembesaran prostat akan menyebabkan obstruksi
uretra. Secara kuratif perawat berperan memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi
dengan tim dokter. Aspek rehabilitatif meliputi peran perawat dalam memperkenalkan pada
anggota  keluarga cara merawat klien dengan BPH dirumah, serta memberikan penyuluhan
tentang pentingnya cara berkemih. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penulis merasa
tertarik untuk mengangkat dengan judul “Asuhan Keperawatan nyeri akut pada pasien post
op Benigna Prostat Hiperplasia”.

4
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar nyeri akut?
2. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan?
3. Penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada ”Asuhan Keperawatan Pada Tn.M

dengan post op bph hari ke tiga Intervensi Penatalaksanaan non farmakologi tarik

nafas dalam dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit daerah

kota mataram Tahun 2022”.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada ”Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan

Penatalaksanaan post op bph hari ke tiga dengan intervensi non farmakologi tarik

nafas dalam dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit

daerah kota mataram Tahun 2022”.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan ”Asuhan Keperawatan Pada Tn.M

dengan post op bph hari ke tga intervensi penatalaksanaan non farmakologi tarik

nafas dalam dirang irna 3A Rumah Sakit daerah kota mataram Tahun 2022”.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada ” Asuhan Keperawatan

Pada Tn,M dengan post op bph Intervensi Penatalaksanaan non farmakologi tarik

nafas dalam di Rumah Sakit daerah kota mataram tahun

d. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada “Pasien Tn.M dengan

post op bph hari ke tiga Intervensi Penatalaksanaan non famakologi tarik nafas

dalam dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit daerah

kota mataram Tahun 2022”.

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada “Pasien Tn.M dengan post op

5
bph hari ke tiga Intervensi Penatalaksanaan non farmakologi tarik nafas dalam

dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit daerah kota

mataram Tahun 2022”.

A. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit Daerah Kota Mataram

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan seoptimal

mungkin, mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pada pasien dengan penyakit

post op BPH

2. Bagi Perawat

Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada pasien dengan post

op BP. Serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Standar

Operasional Prosedure (SPO).

3. Bagi Instusi Pendidikan

Untuk Stikes Yarsi Mataram, laporan kasus ini dapat memperkaya bahan

pustaka kampus dan dapat dijadikan acuan atau bahan penyusunan bagi mahasiswa

yang melakukan atau menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan pada

pasien Lumbal Spinal Stenosis.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

a. Bagi pasien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin dan diharapkan

dapat mengontrol asupan makanan.

b. Bagi keluarga pasien diharapkan dapat memberi motivasi, mampu mengontrol

asupan makanan yang dikonsumsi pasien ketika pulang kerumah.

6
5. Bagi Mahasiwa Khususnya Profesi Ners

a. Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan wawasan yang luas

dalam kepedulian penanggulangan post op BPH

b. Dapat dijadikan dasar untuk dijadikan pengembangan penelitian lebih lanjut

tentang studi kasus yang berhubungan dengan penyakit penanggulangan Lumbal

Spinal Stenosis, maupun penyakit-`penyakit lain yang lebih mendalam.

B. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data pada studi literatur ini menggunakan studi kasus dan

studi litelatur review yaitu suatu strategi pengamatan, pengumpulan data, analisis

informasi, pelaporan hasilnya dan serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode

pengumpulan tata pustaka, membaca, mencatat, seta mengelolah bahan penelitian.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dar pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana Elin, 2011).

BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria
lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan
aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).

BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang


keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium
uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002).

Anatomi Prostat

Kelenjar prostat merupakan organ khusus pada lokasi yang kecil, yang hanya
dimiliki oleh pria. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih (vesika urinaria)
melekat pada dinding bawah kandung kemih di sekitar uretra bagian atas. Biasanya
ukurannya sebesar buah kenari dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20
gram dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekret
cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan
menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-
50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:

a. Lobus posterior

b. Lobus lateral

c. Lobus anterior

d. Lobus medial

Batas lobus pada kelenjar prostat:

a. Batas superior: basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos
berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Batas inferior : apex prostat

8
terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat
diatas apex permukaan anterior.

b. Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis, dipisahkan dari
simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum retropubica(cavum
retziuz). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis
dan ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan
merupakan kondensasi vascia pelvis.

c. Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan anterior


ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum retovesicalis (vascia Denonvillier).
Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio
rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju corpus perinealis.

d. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator ani waktu
serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus bagisan
atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars prostatica pada pinggir lateral
orificium utriculus prostaticus. Lobus lateral mengandung banyak kelenjar.

9
Gambar: Anatomi Prostat

Fungsi Prostat

Kelenjar prostat ditutupi oleh jaringan fibrosa, lapisan otot halus, dan substansi
glandular yang tersusun dari sel epitel kolumnar. Kelenjar prostat menyekresi cairan seperti
susu yang menusun 30% dari total cairan semen, dan memberi tampilan susu pada semen.
Sifat cairannya sedikit alkali yang member perlindungan pada sperma di dalam vagina yang
bersifat asam. Sekret prostat bersifat alkali yang membantu menetralkan keasaman vagina.

10
Cairan prostat juga mengandung enzim pembekuan yang akan menebalkan semen dalam
vagina sehingga semen bisa bertahan dalam serviks.

2.1.2 Etiologi

Penyebab hiperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada beberapa


pendapat dan fakta yang menunjukan, ini berasal dan proses yang rumit dari androgen
dan estrogen. Dehidrotestosteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim
5-α reduktase diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam
sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron (DHT). Reseptor
ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk
kemudian akan berikatan dengan reseptor membentuk DHT-Reseptor komplek.
Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis
protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa sebagai dasar adanya
gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan bertambahnya umur
diketahui bahwa jumlah androgen berkurang sehingga terjadi peninggian estrogen
secara retatif. Diketahui estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah,
lobus lateralis dan lobus medius) hingga pada hiperestrinism, bagian inilah yang
mengalami hiperplasia

Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat


adalah :

1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada


usia lanjut.

2. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu pertumbuhan


stroma kelenjar prostat.

3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.

4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.

2.1.3 Tanda dan Gejala

1. Gejala iritatif, meluputi:

11
a. Peningkaan frekuesnsi berkemih.

b. Nocturia (terbangun di malam hari untuk miksi)

c. Perasaan untuk ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat di tunda (urgensi).

d. Nyeri pada saat miksi (disuria).

2. Gejala obstruktif, meliputi:

a. Pancaran urin melemah.

b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik.

c. Jika ingin miksi harus menunggu lama.

d. Volume urin menurundan harus mengedan saat berkemih.

e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus.

f. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia
karena pernumpukan berlebih.

g. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah
nitrogen) dan gagal ginjal dengan etensi urun kronis dan volume residu yang
besar.

3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.

Berdasarkan keluhan dapat menjadi menjadi:

a. Derajat 1, penderita merasakan lemahnya pancara berkemih, kencing tidak puas,


frekuensi kencing bertambah terutama di malam hari.

b. Derajat 2, adanya retensi urin mak timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh
pada saat miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.

c. Derajat 3, timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul
aliran refluks ke atas, timbul infeksi askenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonefritis, hidronefrosis.

12
2.1.4 Patofisiologi

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Bahwa pertumbuhan kelenjar ini
sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat
hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim
alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di
dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi
pertumbuhan kelenjar prostat.

Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya


perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi
yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh kombinasi
resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatan
kontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis,
sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal
setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada
leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi
keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal.
Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat
seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos
keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula
sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase
kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua
tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal
berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus
(mengganggu permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran
lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang
tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga

13
sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas
otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency,
disuria).

Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu
lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter
dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence).
Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal,
maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian
atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada
miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan
menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu,
stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,
yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis
(Sjamsuhidajat, 2005).

14
2.1.5 Pathway

15
2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH adalah:

Seiring dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi obstruksi saluran kemih,
karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal.

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik


mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang mengakibatkan
peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid.
Stasis dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan
iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesiko urinaria menjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme. Yang dapat menyebabkan pyelonefritis
(sjamsuhidrajat, 2015).
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada pasien dengan BPH adalah :
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih.
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
2. Pencitraan
a. Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang
merupakan tanda dari retensi urin.
b. IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-
buli.
c. Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)

16
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa
urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra
parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan BPH adalah:

1. Observasi

Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien

2. Medika mentosa

Terapi diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa
disertai penyakit. Obat yang digunakan berasal dari : phitoterapi (misalnya :
hipoxis rosperi, serenoa repens, dll) gelombang alfa blocker dan golongan
supresor androgen.

3. Pembedahan

Indikasi:

a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut

b. Dengan residual urin >100 ml

c. Klien dengan pengulit

d. Terapi medika mentosa tidak berhasil

e. Flowmetri menunjukan pola obstruktif

f. Pembedahan dapat dilakukan dengan:

1) TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90-95 %).

2) Retropublic atau extravesical prostatectomy.

3) Perianal prostatectomy.

4) Suprapublic atau tranvesical prostatectomy.

17
4. Alternatif lain (misalnya kriyoterapi, hipertermia, termoterapi ,terapi ultrasonic).

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien striktur urethra keluhan-keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi,
intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akhirnya menjadi retensio urine.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK
(Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita.
Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat
penyakit DM dan hipertensi .
4. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
striktur urethra. Anggota keluarga yang menderita DM, asma, atau hipertensi.
5. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan
obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam
mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan
yang adekuat )
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum
tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi
seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak
mengalami gangguan atau masalah.
c) Pola eliminasi

18
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, jumlah
kecil dan tidak lancar menetes - netes, kekuatan system perkemihan. Klien juga
ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien
ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari
p[enyempitan urethra kedalam rectum.
d) Pola tidur dan istirahat .
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi
miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal
atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi
kesulitan tidur.
e) Pola aktifitas .
Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang,
kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien
masih mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri.
f) Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain,
perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat
berperan sebagai mana seharusnya.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien
sebelum pembedahan. Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara
operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping
klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak
berdaya.
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien.
Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada
klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.

19
i) Pola reproduksi seksual
Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya
tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang,
masalah seksual yang dialami sekarang (masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi )
dan pola perilaku seksual.
j) Pola penanggulangan stress
Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme
penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya
dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif
atau negatif.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan
klien dalam menjalankan ibadah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi uretra
3. Risiko infeksi b/d agen biologi.

20
Intervensi Keperawatan (PPNI, 2017)

No Diagnosa Tujuan & Intervesi keperawatan


keperawatan kriteria hasil
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)

1 Nyeri Akut Setelah Manajemen nyeri


dilakukan asuhan
 Observasi
keperawatan selama
3 x 24 jam 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
diharapkan nyeri
pada pasien 2) Identifikasi skala nyeri

berkurang dengan 3) Identifikasi respon nyeri nonverbal


kriteria hasil :
4) Identifikasi factor yang memperingan dan
memperberat nyeri
Tingkat Nyeri
1. Nyeri berkurang 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
dengan skala 2 nyeri
2. Pasien tidak
6) Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
mengeluh nyeri
3. Pasien tampak 7) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
tenang hidup pasien
4. Pasien dapat
tidur dengan 8) Monitor efek samping penggunaan analgetik
tenang 9) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
5. Frekuensi nadi sudah diberikan
dalam batas
normal (60-100  Terapeutik
x/menit)
1) Fasilitasi istirahat tidur
6. Tekanan darah
dalam batas 2) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
( missal: suhu ruangan, pencahayaan dan
normal (90/60
mmHg – 120/80 kebisingan).
3) Beri teknik non farmakologis
mmHg)
7. RR dalam batas  Edukasi
normal (16-20 1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
x/menit) 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kontrol Nyeri

1
1. Melaporkan 3) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
bahwa nyeri 4) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
 Kolaborasi
berkurang
dengan 1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

menggunakan
manajemen
nyeri
2. Mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Status
Kenyamanan

1. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

2 Gangguan Setelah Manajeman eliminasi 1.04152


eliminasi dilakukan asuhan
 Observasi
urine keperawatan
selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
diharapkan nyeri atau inkontinensia urine
pada pasien
2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
berkurang dengan
retensi atau inkontinensia urine
kriteria hasil
3. Monitor eliminasi urine
1. Sensasi
(frekensi,konsistensi,aroma,volume
berkemi

2
menurun dan warna)

2. Desakan  Terapeutik
berkemih
1. Catat aktu dan haluaran berkemih
menurun
2. Batasi asupan cairan,jika perlu
3. Distensi
kandung 3. Ambil sampel urine tengah
kemih (midstream) atau keltur
menurun
 Edukasi
4. Disuris
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
menurun
saluran kemih

2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan


haluran urine

3. Anjurkan mengambil specimen urine


midsream

4. Ajarkan mengenali tanda berkemih


dan waku yang tepat untuk berkemih

5. Ajarkan terapi modalitas penguatan


otot-otot pinggul/berkemih

6. Anjurkan minum yang cukup,jika


tidak ada kontra indikasi

7. Anjurkan mengurangi minum


menjelang tidur

 Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat supositoria


uretera bila perlu

3 Risiko infeksi Setelah  Observasi

3
dilakukan asuhan 2. identifikasi riwayat keseatan dan
keperawatan riwayat alergi
selama 3 x 24 jam
3. identifikasi kontraindikasi pemberian
diharapkan nyeri
imnisasi
pada pasien
berkurang dengan 4. idenifikasi status imunisasi setiap
kriteria hasil kunjungan ke pelayanan kesehatan

 Terapeutik

 tidak ada 1. Batasi jumlah pengunjung


tanda-tanda
2. Berikan perawaan luka yang steril
kemerahan
di sekitar 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
luka konak dengan pasien

 tidak ada 4. Perahankan teknik aseptik pada


bengkak pasien beresiko tinggi

 tidak ada  Edukasi


cairan
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
ataupun
nanah 2. Anjurkan cara memeriksa luka

 tidak ada 3. Anjurkan meningkakan asupan cairan


demam
 Kolaborasi
 kadar
1. Kolaborasi pemberian antibiotik jika
leokosit
perlu
dalam batas
nornal

4
1. Implementasi Keperawatan

Menurut Patricia A. Potter (2005 dalam (Khisbiyatul, 2021),

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan

keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan

baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri

dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya

seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi

keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.

Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :

a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

c. Menyiapkan lingkungan terapeutik

d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari

e. Memberikan asuhan keperawatan langsung

f. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien

dan keluarganya.

5
2. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang

memungkinkan pearawat untuk menentukan apakah intervensi

keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. (Potter &

Perry,2009. Fundamental of Nursing 7 th Edition dalam (Khisbiyatul,

2021)

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,atau tidak

teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan

tujuan dan criteria hasil yang telah ditetapkan. Formaat evaluasi

menggunakan :

S Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien


setelah tindakan diberikan

O Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,


penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan

A Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan


objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi.

P Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan


berdasarkan hasil analisa

A. EBN

Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk

meningkatkan kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti

terbaik (Almaskari, 2017). Evidence-Based Practice in Nursing adalah

penggunaan bukti eksternal dan bukti internal (clinic expertise), serta

6
manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan

di pelayanan kesehatan (Chang, Jones & Russell, 2013).

Nyeri merupakan masalah kesehatan masyarakat yang secara

umum akan berpengaruh besar pada kehidupan pasien dan keluarga

mereka. Baik nyeri kronis maupun akut, merupakan hal umum dan

memiliki dampak kesehatan yang signifikan (Strassels, Chen, Carr, 2002).

Manifestasi klinis dari lumbal spinal stenosis ini berupa nyeri.

Penatalaksanaan nyeri meliputi terapu farmakologi dan non farmakologis.

Terapi farmakologis meliputi obat analgesik. Terapi non farmakologis

meliputi manajemen nyeri, dianataranya deep breathing execise .

(Qurratan, Azzahro, 2016).

Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan

tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Pemberian

deep breathing akan memberikan dampak pada penurunan simpatis

sehingga menurunkan persepsi nyeri dan efek rileksasi. Pasien dapat

meletakkan satu tangan pasien di atas abdomen (tepat di bawah tulang)

dan tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan

perut saat pasien bernapas ,menarik napas dalam melalui hidung selama 4

detik sampai dada dan perut terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap

tertutup selama inspirasi, tahan napas selama 2 detik,menghembuskan

napas dengan mulut yang dirapatkan dan sedikit terbuka sambil

mengontraksikan otot- otot perut dalam 4 detik, melakukan pengulangan

selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap pengulangan, mengikuti dengan

periode istirahat 2 menit, melakukan latihan dalam 5 siklus selama 15

7
menit.(Marli & Rahman, 2021)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
a. Identitas pasien

8
Nama : Tn. M
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : SMA
Alamat : sekotong lobar
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal masuk : 08 april 2022
Tanggal pengkajian : 11 april 2022
Diagnosa medis : Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : ny,S
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : sekotong lobar
Hubungan dengan pasien : istri

9
2) Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri saat BAK dan terdapat nyeri pada luka post
operasi pada tanggal 09-april-2022
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke RS pada tanggal 08 april 2022 dengan keluhan nyeri
saat BAK, lalu dilakukan operasi prostat pada tanggal 10-04-2022.
Pasien mengatakan nyeri pada bagian bekas luka operasi. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk jarum. Pasien meringis kesakitan saat luka
ditekan dan beraktivitas. Nyeri dirasakan dibagian abdomen bawah
(area post operasi), nyeri dirasakan pada skala 5-6 (dari 0-10). Nyeri
dirasakan pada saat bergerak dan hilang saat istirahat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit kronis sebelumnya. Baik
penyakit menular seperti tb paru
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita BPH. Dan penyakit
menular lainnya.
a. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

10
: Pasien

: Meninggal

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

b. Riwayat psikososial dan Spritual

a) Orang terdekat dengan pasien

Pasien mengatakan dekat dengan anaknya.

b) Interaksi dalam keluarga

Pola komunkasi baik, pembuatan keputusan oleh suami,

kegiatan kemasyarakatan jarang diikuti.

c) Dampak penyakit pasien terhadap keluarga

Keluarga merasa cemas dengan penyakit yang diderita oleh

ibunya.

d) Masalah yang mempengaruhi pasien

Pasien mengatakan hanya cemas dengan penyakit yang

dideritanya.

e) Mekanisme koping terhadap stress

Pasien mengatakan mengatasi masalah dengan diskusi dengan

anaknya, dan minum obat.

f) Persepsi Pasien terhadap keluarga

Pasien mengatakan khawatir dengan kondisi penyakitnya saat

ini, pasien berharap ingin cepat sembuh.

11
g) Sistem nilai kepercayaan

Pasien mengatakan tidak ada nilai-nilai dan kepercayaan yang

bertentangan dengan keseahatan, pasien rutin beribadah sholat

5 waktu.

c. Pola kebiasaan

a) Pola nutrisi

Frekuensi makan : 3 x/hari

Nafsu makan : Baik

Porsi makanan yang dihabiskan : 1 porsi

Makanan yang tidak disukai : tidak ada

Makanan yang memicu alergi : tidak ada

Makanan pantangan : tidak ada

Makanan diet : tidak ada

Penggunaan obat sebelum makan : tidak ada

Penggunaan alat ( NGT,dll) : tidak ada

b) Pola eliminasi

1) BAK

Frekuensi : 4-5x/hari

Warna : Kuning

Keluhan : tidak ada

2) BAB

Frekuensi : 1x/hari

Waktu : tidak tentu

Warna : kecoklatan

12
Kosistensi : Lembek

c) Pola personal Hygine

1) Mandi

Frekuensi : 2x/hari

Waktu : pagi dan malam

2) Oral hygine

Frekuensi : 2x/hari

Waktu : pagi dan setelah makan

3) Cuci Rambut

Frekuensi : 3x/hari

4) Mengganti Pakaian

Frekuensi : 2x/hari

d) Pola istirahat tidur

Lama tidur siang : 2-3 jam/hari

Lama tidur malam : 8 jam/hari

Kebiasaan sebelum tidur : Menonton TV

e) Pola aktivitas dan latihan

Waktu Bekerja : pagi dan siang

Olahraga : jarang

Keluhan saat aktivitas : tidak ada

f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

1. Merokok

Pasien mengatakan tidak pernah merokok.

13
2. NAFZA/Miras

Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi

NFZA/Miras.

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Compomentis

c) GCS : E4V5M4

d) Tanda-Tanda Vital :TD:127/79 mmHg

Nadi :61x/menit

RR: 20x/menit

Suhu:36,5 C

Spo²: 98%

e) Berat Badan : 62 Kg

f) Tinggi Badan : 150 cm

g) Pembesaran getah bening : Tidak ada

1) Sistem Pengelihatan

a. Posisi Mata : Simetris

b. Kelopak mata : Normal

c. Konjungtiva : merah muda

d. Pupil : isokor

e. Sklera : anikterik

f. Fungsi pengelihatan : Baik

g. Tanda-tanda radang : Tidak ada

h. Pemakaian kaca mata : Tidak ada

14
2) Sistem Pendengaran

a. Daun telingan : Normal

b. Cairan dari telinga : Tidak ada

c. Kondisi telinga tengah : Normal

d. Serumen : Tidak ada

e. Rasa penuh ditelinga : Tidak

f. Tinitus : Tidak

g. Fungsi pendengaran : Normal

h. Penggunaan alat bantu : Tidak Ada

i. Gangguan keseimbangan : Tidak ada

3) Sistem Wicara : Normal

4) Sistem pernafasan

a. Jalan nafas : Bersih

b. Pernafasan : Tidak sesak

c. Penggunaan otot bantu pernafasan : Tidak ada

d. Frekuensi pernafasan : 20x/menit

e. Irama : Teratur

f. Batuk : Tidak ada

g. Sputum : Tidak ada

h. Inspeksi dada

Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, frekuensi nafas 20x/menit.

i. Palpasi dada

Fokal fremitus kiri dan kanan sama, krepitasi tidak ada, nyeri tekan

tidak ada.

15
j. Perkusi dada

Pekak di kedua lapang paru.

k. Auskultasi dada

Bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

l. Nyeri saat berbafas

Tidak ada
m. Penggunaan alat bantu pernafasan

Tidak ada
5) Sistem kardiovaskuler

a. Sirkulasi Perifer

Nadi : 61x/menit

Irama : Teratur

Denyut : Kuat

Tekanan darah : 127/79 mmHg

Distensi vena jugularis : Tidak ada

Temperatur kulit : Hangat

Warna kulit : Kemerahan

Edema : Tidak ada

b. Sirkulasi Jantung

Kecepatan denyut jantung : 61x/menit

Irama : Teratur

Kelainan bunyi jantung : Normal

Sakit dada : Tidak ada

6) Sistem hematologi

16
Gangguan Hematologi

Pucat : Tidak ada

Perdarahan : Tidak ada

7) Sistem persarafan

Keluhan sakit kepala : tidak ada

Tingkat kesadaran : Composmentis

GCS : E4V5M4

Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak ada

Gangguan sistem persarafan : Tidak ada

8) Sistem pencernaan

a. Keadaan Mulut

Gigi : Lengkap

Gigi palsu : Tidak ada

Stomatitis : Tidak ada

Lidah kotor

: Tidak ada

Saliva : Normal

Muntah : Tidak ada

b. Nyeri Perut : Tidak ada

c. Bising Usus : 13x/menit

d. Diare : Tidak ada

e. Warna Feces : Kecoklatan

f. Kosistensi Feces : Setengah Padat

g. Konstipasi : Tidak ada

17
h. Hepar : Teraba

i. Abdomen : Lembek

9) Sistem endokrin

a. Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak ada

b. Nafas bau keton : Tidak ada

c. Luka ganggren : Tidak ada

10) Sistem Urogenital

a. Perubahan pola berkemih : Normal

b. BAK : 4-5x/hari

c. Warna : Kuning

d. Distensi Kandung Kemih : tidak

e. Keluhan Pinggang : Ya, Nyeri

11) Sistem integumen

a. Turgor : Baik

b. Warna kulit : Normal

c. Keadaan kulit : Baik

d. Kelainan kulit : Tidak ada

e. Keadaan kulit daerah pemasangan infus : Baik

f. Keadaan rambut : Normal

12) Sistem Muskuluskletal

a. Kesulitan bergerak : ya

b. Sakit pada tulang dan sendi : ya

c. Fraktur : tidak

d. Kelainan bentuk tulang : tidak

18
e. Kelainan struktur tulang : Tidak ada

f. Kekuatan otot : 5 5

4 4

1) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat luka insisi bedah
tanggal 09-04-2022 di abdomen inguinalis kanan
dengan karakteristik panjang luka 8-10 cm jumlah
hecting 7 jahitan tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor,
dolor, kalor, tumor). Terpasang drain dengan produksi
± 50 cc warna merah muda.
Palpasi : ada nyeri tekan di sekitar luka post operatif di
abdomen inguinalis kanan, skala 5-6 (nyeri sedang),
teraba hangat di daerah sekitar luka.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus 6 x/menit.
2) Genetalia
(pasien menolak untuk dikaji).
Penatalaksaan Medis

Cairan

(1) Pasien terpasang infus RL 500 ml/jam hari pertama

(2) Pasien terpasang infus Nacl 1200 ml/jam hari ke dua

(3) Pasien terpasang infus paracetamol 100 ml hari kedua

(4) Pasien terpasang infus Nacl 1200 ml/jam hari ke ketiga

1) Diet: Makanan dengan kadar gula yang tinggi, minuman dengan

19
kadar gula yang tinggi & soda.

2) Pemeriksaan Labolatorium

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Jl. TGH. M. Rais Lingkar Selatan Kota Mataram

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nama Pasien : Tn. M No. RM : 00436876


Umur : 53 Tahun Tgl. pemeriksaan : 08/04/2022
Jenis Kelamin : Laki-laki Ruangan : Irna 3 A
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11.4 9/dl 111.7-15.5

Leokosit 14.27 ul 6.0-12.0

Eritrosit 3.81 ul 4.0-5.2

Hematokrit 32.6 % 45-47

Trombosit 301 ul 150-440

MCV 85.6 tl 10-100

MCH 29.9 pg 26-34

MCHC 35.0 dl 32-36

RDW 12.5 % 11.5-14.5

MPV 9.8 tl 6.8-10

Limfosit% 7.6 % 25-48

Monosit% 1.3 % 2-8

Eosinofil% 0.0 % 2-4

Basofil% 0.1 % 0-1

Neutrofil% 91.0 % 50 – 70

PCT 0.29 % 0.2 – 0.36

3) Pemeriksaan Radiologi

20
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Jl. TGH. M. Rais Lingkar Selatan Kota Mataram

HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Nama Pasien : Tn. M Tgl. pemeriksaan : 08/04/2022


Umur : 53 Tahun Ruangan : Irna 3A
Jenis Kelamin : Laki-Laki Jenis foto : Thorax PA
No. RM : 00436876

Hasil Pemeriksaan :

1. COR: tak tampak pembesaran dan bentuk normal

2. Pulmo : tak tampak perselubungan

3. Terapi

No. Nama Obat Dosis Rute Manfaat

1. Tramadol 2 x 100 ml IV Mengurangi rasa nyeri

2. Ranitidine 2 x 50 ml IV Mengurangi produksi


asam lambung

3. Asam Tranexamat 3 x 500 ml IV Menghentikan


perdarahan

4. Cefoprazon 2 x 1 gr IV Sebagai obat


antibiotic

5. Infus RL 20 tpm IV Sebagai pemenuhan


cairan saat dirawat di
RS

21
4. Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

Proses pembedahan
1. DS: Nyeri akut

P : Ps mengatakan nyeri
dibagian bekas luka oprasi

Q :pasien mengatakan nyeri di Luka insisi pembedahan


rasakan seperti di tusuk-tusuk

R :nyeri pada perut bagian


bawah
Nyeri akut
S :skala nyeri 5-6 (0-10)

T :nyeri berlangsung 3-4 menit

DO:

keadaan umum lemah kesadaran


compos mentis GCS E4 V5
M6,pasien tampak meringis
kesakitan,tampak pucat

TD :130/80 mmhg

Nadi :90x/mnt

Suhu :36,5

RR :20x/mnt

Spo2 :99%

22
BPH
2. DS: Resiko infeksi

DO:

- Terdapat luka post operasi Tindakkan pembedahan


pada abdomen bawah.

- Tampak luka insisi post


operasi 09 april 2022
Proses inflamasi
- Panjang luka 8-10cm

- Jumlah heating 7 jahitan

- Tidak terdapat tanda infeksi


Terpapar organisme
(rubor, dolor, kalor, tumor)

- Terpasang drain

TTV
Resiko infeksi
TD : 130/80 mmHg

RR : 20x/menit

N : 90x/menit

S : 36,,5oC

- Leukosit 6.600mm3/drh

Tindakkan pembedahan Intoleransi aktifitas


3. DS:

- Ps mengatakan tidak bisa


melakukan aktifitas secara
mandiri
Nyeri
- Ps mengatakan luka terasa
nyeri saat melakukan aktifitas

DO:

23
Susah beraktifitas
- Ps tampak lemah.

- Ps tampak kesakitan jika


melakukan aktivitas.

- Ps terpasang kateter triway no. Intoleransi aktifitas


22

- Ps terpasang infus RL 20 tpm.

24
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d luka post operasi.

2. Resiko infeksi b/d kerusakan jaringan efek sekunder dari prosedur


pembedahan.

3. Intoleran aktivitas b/d nyeri akibat luka bekas operasi.

25
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOS TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O A KRITERIA
KEPERAW ASIL
ATAN

Nyeri akut Setalah dilakukan Manajemen nyeri


1.
tindakan
 Observasi 1 Mengetahui
keperawatan 3x24
keadaan umum
1 Identifikasi
jam diharapkan
lokasi, pasien.
nyeri dapat karakteristik,
berkurang atau durasi, 2 Mengetahui

hilang dengan frekuensi, penyebab


kualitas, nyeri,frekwensi
kriteria hasil : intensitas nyeri
2 Identifikasi kualias dan
- Ds : pasien
skala nyeri inensias nyeri
mengatakan nyeri
3 Identifikasi 3 Untk mengetahui
berkurang dengan
respon nyeri
skala 1-3 tingka nyeri yang
nonverbal
- Do : pasien tampak 4 Identifikasi factor di rasakan

tenang, yang
4 Mengetahui
memperingan dan
- TTV dalam batas memperberat respon nyeri dan
nyeri non verbal
normal
5 Identifikasi
( TD: 120/80 mmHg, S: pengetahuan dan 5 Mengeahui dan
keyakinan meyakinkan
36,5°C, HT: 60-100
tentang nyeri
x/menit, RR: 16-24 tentang nyeri
6 Identifikasi
x/menit) budaya terhadap
6 Memberikan rasa
respon nyeri
7 Identifikasi nyamann bagi
pengaruh nyeri pasien.
terhadap kualitas
hidup pasien 7 Mengalihkan

26
8 Monitor efek perhatian nyeri.
samping
penggunaan 8 Unuk mengetahuai
analgetik ada alergi atau
9 Monitor
tidak
keberhasilan
terapi 9 Memberi suasana
komplementer
nyaman bagi
yang sudah
diberikan pasien.
 Terapeutik
10 Analgetik
4) Fasilitasi mengurangi rasa
istirahat tidur
nyeri.
5) Kontrol
lingkungan yang
11 Mengurangi rasa
memperberat
nyeri ( missal: nyeri
suhu ruangan,
12 Menambah
pencahayaan dan
kebisingan). pengeahuan pasien
6) Beri teknik non
13 Agar pasien tahu
farmakologis
teknik tarik cara meredakan
napas dalam nyeri
 Edukasi
14 Cara cepa
5) Jelaskan
penyebab, mengurangi nyeri
periode dan
pemicu nyeri
6) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
7) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
8) Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri

27
 Kolaborasi

2) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2.Resiko infeksi Setelah dilakukan 1.Mengetahui
tindakan adanya tanda
 Observasi
keperawatan 3x24 dan gejala
1. Monitor
1. Terdapat jam infeksi lokal
tanda dan
luka post operasi diharapkaninfeksi dan sistemik
gejala
pada abdomen tidak terjadi
infeksi lokal
bawah. dengan kriteria
dan sistemik
hasil :
2. Tampak luka  Terapeutik
insisi post operasi Do : tidak tampak 1. Batasi
11-07-2014 adanya tanda jumlah
tanda infeksi pengunjung
3. Panjang luka (rubor, dolor, 2. Berikan
8-10cm kalor, tumor) 1. Mencegah
perawatan
luka yang resiko infeksi
4. Jumlah Leukosit normal
heating 7 jahitan 4.000-11.000 steril
3. Cuci tangan
5. Tidak S : 36,7 -37,5 0C 2.Mengajarkan
sebelum dan
terdapat tanda pasien untuk
sesudah
infeksi (rubor, mempertahank
konak
dolor, kalor, an kondisi
dengan
tumor) balutan luka.
pasien
4. Perahankan
6. Terpasang
teknik
drain 3.Mencegah
aseptik pada
terjadnya
TTV
pasien
infeksi
beresiko

28
tinggi
TD : 120/80 mmHg
 Edukasi
RR : 16x/menit
1. Jelaskan
N : 80x/menit 4.Mempercepp
tanda dan
enyembuhan
S : 36,7oC gejala
luka
infeksi
7. Leukosit
2. Anjurkan
6.600mm3/drh
cara
memeriksa
luka
3. Anjurkan
meningkaka
n asupan
cairan
 Kolaborasi
7. Protein
2. Kolaborasi
mempercepat
pemberian
proses
antibiotik
penyembuhan
jika perlu
luka.

3. Intoleran Setelah dilakukan 1.Kaji tanda 1. Mengetahui


aktivitas tindakan 3x24 tanda infeksi keadaan umum
jam diharapkan pasien
intoleran aktivitas
dengan criteria 2.Kaji tingkat

hasil : aktifitas 2. Mengetahui


tingkat
- Pasien 3.berikan
ketergantungan

29
mengatakan bisa posisi pasien
beraktivitas senyaman
3. Memberikan
secara mandiri mungkin
kenyamanan pada
dan secara
pasien
perlahan
4.dekatkan 4. Memberikan
- Pasien biisa
barang yang kenyamanan
melakukan secara
diperlukan pada pasien.
mandiri
pasien
5.Mencegah
5. ajarkan kelemahan otot
pasien untuk dan
latihan aktif merangsang
dan pasif mobilisasi.
sesuai kondisi
6. Memberikan
6. Ciptakan kenyamanan
lingkungan yang pada pasien.
tenang

30
4. Implementasi Keperawatan

No Hari/Tgl/ Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Hasil Ttd


Jam Keperawatan
1 Senin Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Pengkajian nyeri
11/04/2022 karakteristik, durasi, (PQRST)
(08.00) frekuensi, kualitas, - P: nyeri
intensitas nyeri dirasakan saat
bergerak
- Q: nyeri seperti
kesemutan
- R: nyeri
dirasakan di
perut bawah
- S: skala 5-6 (0-
10)
- T: hilang
timbul

2. Pasien tampak
meringis kesakitan
2. Mengidentifikasi respon dan tampak
08.05 nyeri nonverbal memegangi lokasi
nyeri

3. Pasien
mengatakan nyeri
3. Mengidentifikasi factor saat berjalan dan
yang memperingan dan beraktifitas
08.10 memperberat nyeri
4. Pasien tampak
kooperatif menarik
4. Memberi teknik non nafas dan
farmakologis untuk menghembuskan
meredakan nyeri dengan secara perlahan
08. 40 tehnik yaitu menarik dan mengatakan
nafas dalam nyeri sedikit
berkurang dengan
skala nyeri 4 (0-
10).

5. Pasien kooperatif
saat diberikan
terapi obat dan
5. Mengkolaborasi mengatakan
pemberian analgetik nyerinya

31
berupa berkurang.
a. Terapi obat
08. 45 tramadol (IV 2
gr)
b. Terapi injeksi
ketorolac 30 mg
(iv)
2 Selasa Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Pengkajian nyeri
12/04/2022 karakteristik, durasi, (PQRST)
09.00) frekuensi, kualitas, - P: nyeri
intensitas nyeri dirasakan saat
bergerak
- Q: nyeri seperti
tusk-tusuk
- R: nyeri
dirasakan di
perut bawah
- S: skala 4 (0-
10)
- T: hilang
timbul

2. Pasien masih
meringis kesakitan
2. Mengidentifikasi respon dan tampak
09.05 nyeri nonverbal memegangi lokasi
nyeri

3. Pasien mengatakan
nyeri saat berjalan
3. Mengidentifikasi factor dan beraktifitas
yang memperingan dan
09.10 memperberat nyeri 4. Pasien mengatakan
nyeri sudah terasa
berkurang dengan
4. Memberi teknik non tehnik yang telah
farmakologis untuk diterapkan dengan
meredakan nyeri dengan skala nyeri yang
09. 40 tehnik yaitu Tarik Nafas dirasakan 4 (0-10)
dalam
5. Pasien kooperatif
saat diberikan
terapi obat dan
mengatakan
nyerinya berkurang
saat diberikan obat.

32
5. Mengkolaborasi
pemberian analgetik
berupa:
a. Terapi obat tramadol
09. 45 (IV 2 gr)
b. Terapi injeksi
ketorolac (30 mg iv)

3 Rabu Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Pengkajian nyeri


13/04/2022 karakteristik, durasi, (PQRST)
29/04/2022 frekuensi, kualitas, - P: nyeri
(08.00) intensitas nyeri dirasakan saat
bergerak
- Q: nyeri seperti
di tusuk-tusuk
- R: nyeri
dirasakan di
perut bawah
- S: skala 3 (0-
10)
- T: hilang
timbul

2. Pasien masih
meringis kesakitan
08.05 2. Mengidentifikasi respon dan tampak
nyeri nonverbal memegangi lokasi
nyeri

3. Pasien mengatakan
nyeri saat berjalan
3. Mengidentifikasi factor dan beraktifitas
08.10 yang memperingan dan
memperberat nyeri 4. Pasien mengatakan
nyeri sudah terasa
berkurang dengan
4. Memberi teknik non tehnik yang telah
farmakologis untuk diterapkan dengan
08. 40 meredakan nyeri dengan skala nyeri yang
tehnik yaitu Tarik nafas dirasakan 2 (0-10)
dalam
5. Pasien kooperatif
saat diberikan
terapi obat dan

33
mengatakan
nyerinya berkurang
saat diberikan obat
5. Mengkolaborasi
pemberian analgetik
berupa:
a. Terapi obat
08. 4 tramadol (IV 2
5 gr)
b. Terapi injeksi
ketorolac (IV 30
mg)

DX 1. Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan belum bisa beraktifitas


3. aktifitas pasien. secara mandiri.

H/ pasien hanya O : Pasien tampak lemah.


beraktifitas di
A : Masalah belum teratasi .
tempat tidur.
P : Intervensi 1 dan 2 dilanjutkan.
2. Mengajarkan
latihan fisik aktif
dan pasif.

R/ pasien
mengikuti dengan
baik.

DX 15 Juli 2014 1. Mengkaji TTV S : Pasien mengatakan nyeri sedikit


1. berkurang.
07.30 H/ TD : 150/80,
N : 82 x/m, RR: O : Pasien tampak lebih tenang.
16 x/m, S : 36,5 C o

08.10 A : Masalah teratasi sebagian.


2. Mengkaji skala
P : Intervensi 1, 2 dan 3 dilanjutkan.
nyeri

R/

P = Saat

34
ditekan dan saat
beraktifitas.

Q = Seperti
ditusuk-tusuk.
08.30
R = Di bagian
abdomen (luka
operasi).

S = 4-5 nyeri
sedang.

T = intermiten
(kadang-
kadang).

3. Memberi terapi
injeksi sesuai
dengan resep
dokter.

R/ Tramadol 1
amp IV.

4. Memberikan
posisi nyaman bagi
pasien.

H/ Pasien tampak
nyaman.

35
2 Risiko
infeksi

DX 15 Juli 2014 1. Memberikan S : Pasien mengatakan tidak ada rasa gatal,


2. terapi injeksi . panas dan sakit.
09.00
R/ Cifrofloxacin O : Tidak ada tanda-tanda infeksi.
11.00
500 mg IV.
A : Masalah masih resiko.
2. Melakukan
08.00 P : Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.
perawatan luka
dengan teknik
aseptik dan steril.
H/ perban tambak
bersih, tidak
terdapat tanda-
tanda infeksi.

DX 15 Juli 2014 1. Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan sebagian aktifitas


3. aktifitas pasien. sudah bisa dilakukan sendiri.
13.00
H/ sebagian O : Pasien tampak lebih bersemangat dalam
aktifitas pasien melakukan aktifitas.
sudah dapat
A : Masalah teratasi sebagian .

36
13.30 dilakukan sendiri P : Intervensi 1 dan 2 dilanjutkan.

2. Mengajarkan
latihan fisik aktif
dan pasif.

R/ pasien
mengikuti dengan
baik.

DX 16 Juli 2014 1. Mengkaji TTV S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.


1. 07.30 H/ TD : 120/80, N O : Pasien tampak lebih tenang.
: 80 x/m, RR: 16
A : Masalah teratasi sebagian.
x/m, S : 36,5oC
08.10 P : Intervensi 1, 2 dan 3 dilanjutkan.
2. Mengkaji skala
nyeri

R/

P = Saat
ditekan dan saat
beraktifitas.

Q = Seperti
ditusuk-tusuk.
08.30
R = Di bagian
abdomen (luka
operasi).

S = 1-3 nyeri
ringan.

T = intermiten
(kadang-

37
kadang).

3. Memberi terapi
injeksi sesuai
dengan resep
dokter.

R/ Tramadol 1
amp IV.

DX 16 Juli 2014 1. Mengkaji tanda- S : Pasien mengatakan tidak ada rasa gatal,
2. tanda infeksi. panas dan sakit.
09.00
H/ Tidak ada O : Tidak terlihat ada tanda-tanda infeksi.
11.00
tanda-tanda
A : Masalah masih resiko.
infeksi (rubor,
dolor, kalor, P : Intervensi dihentikan.

08.00 tumor).

2. Memberikan
terapi injeksi
sesuai dengan
anjuran dokter.

R/ Cifrofloxacin
500 mg IV.

3. Melakukan
perawatan luka
dengan teknik
aseptik dan steril.
H/ perban tambak
bersih, tidak
terdapat tanda-
tanda infeksi.

DX 16 Juli 2014 1. Mengkaji tingkat S : Pasien mengatakan sebagian aktifitas

38
3. aktifitas pasien. sudah bisa dilakukan sendiri.

09.00 H/ sebagian O : Pasien tampak lebih bersemangat dalam


aktifitas pasien melakukan aktifitas.
sudah bisa
A : Masalah teratasi sebagian.
dilakukan secara
13.30 mandiri. P : Intervensi 1 dilanjutkan.

2. Mengajarkan
latihan fisik aktif
dan pasif.

R/ pasien
mengikuti dengan
baik.

39
BAB IV

PEMBAHAN

Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering

terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat

(Yuliana Elin, 2011).

BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum

pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi

uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).

BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran

memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin

dengan cara menutupi orifisium uretra. (Smeltzer dan Bare, 20020).

Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan diagnosa post op BPH hari

ke tiga dilakukan sejak awal masuk pada tanggal 08 April 2022, pasien

masuk dari ugd lalu di rawat di irna 3A pasien telah dilakukan tindakan

oprasi pada tgl 09 april 2022 pada saat pengkajian pada tanggal 11 April

2022 pasien mengeluh nyeri pada luka oprasi di daerah abdomen bawah.

Masalah keperawatan yang utama adalah nyeri akut. Dari hasil pengkajian

pasien mengatakan nyeri di rasakan di abdoment bawah nyeri di rasakan saat

beraktifitas/bergerak nyeri di rasakan pada skala 5-6 (0-10), nyeri dirasakan

seperti di tusuk-tusuk dan hilang di saat istiraat, pasien tampak meringis

kesakitan saat luka di tekan dan beraktifitas.Nyeri adalah peristiwa yang

tidak menyenangkan pada seseorang dan dapat menimbulkan rasa sakit

(Rusminah et al.,2019) dalam (Widianti, 2020).

40
Terapi non farmakologis manajemen nyeri diantaranya penggunaan teknik

distraksi berupa distraksi, hypnosis, Transcutaneous Electrical Nerve

Stimulation (TENS), pemijatan, tusuk jarum, aroma terapi serta kompres

hangat dan dingin (Sastra et al.,2018). Penanganan nyeri dengan melakukan

teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

untuk mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa

relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi

(Aini & Reskita, 2018) dalam (Widianti, 2020)

Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan

otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas abdomen dengan

frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas

perlahan dengan nyaman (Aini & Reskita, 2018).

Manajemen nyeri dengan non farmakologis merupakan salah satu cara

yang digunakan dibidang kesehatan sebagai salah satu cara mengurangi rasa

nyeri seperti relaksasi nafas dalam. Sehubungan dengan masalah keperawatan

nyeri akut, penulis tertarik untuk melakukan terapi non farmakologis dengan

cara relaksasi nafas dalam yang merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini penulis mengajarkan kepada pasien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,

selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Ilmiah

et al., 2020).

41
Evaluasi Keperawatan adalah tahap dimana membandingkan hasil

tindakan yang dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan dalam

perencanaan serta menilai apakah masalah sudah teratasi seluruhnya,hanya

sebagian atau belum teratasi (Debora, 2011)

Berdasarkan tindakan keperawatan 3x24 jam yang telah di lakukan ole

penulis evaluasi di dapatkan dengan hasil terjadi penurunan sekala nyeri pada

psien post op BPH hari ke tiga di dapatkan skala nyeri 5-6(0-10) di hari ke 4

skala nyeri turun menjadi 3(0-10) dan di hari ke 5 turun menjadi skala 2,

dengan hasil masalah teratasi sebagian, sehingga intervensi dilanjutkan :

informasikan kepada klien saat nyeri muncul, anjurkan untuk menggunakan

teknik manajemen nyeri non farmakologi kolaborasi dengan dokter untuk

penberian analgetik

Dari hasil evaluasi di atas maka dapat di simpulkan bahwa tindakan

keperawatn relaksasi nafas dalam yang di anjurkan penulis efektif dalam

menurunkan nyeri seperi yang sudah di buktikan dan di dukung oleh jurnal

(Nurul Ichsan M.Rizki dkk 2020) dan jurnal (Ratna sari Maharani dkk

2019)di dapat kannya hasil penurunan nyeri setelah di berikan intervensi non

farmakologi (relaksasi nafas dalam) selama 3 hari dari post op hari ke tiga

dengan sekala nyri 7(0-10) menjadi skala 2 di hari ke 5 post op

Selain untuk mengurangi nyeri pada pasien pos op bph tehnik relaksasi

nafas dalam juga bisa di gunakan pada tindakan pembedahan lainya seperi pos

op app, sangat efektif untuk di terapkan ( candra seyo uomo dkk 2018)

42
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus dan studi literatur yang telah dilakukan,pada

pasien Tn.M dengan pemberian implementasi keperawatan relaksasi nafas

dalam pada nyeri akut post op bph efektif dan sesuai dengan lama hari rawat

antara penulis dengan EBN yang di jadikan pembanding dalam pemberian

terapy relaksasi nafas dalam untuk menurunkan sekala nyeri pada pasien post

op BPH maka dapat diambil kesimpulan bahwa Terapai Non Farmakologis

seperti Terapi Relaksasi Nafas Dalam sangat efektif dapat menurunkan tingkat

nyeri pada pasien post op bph,baik pos op apendisitis,hemoroid dan tindakan

pembedahan lainnya

B. SARAN

1. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

Diharapkan digunakan sebagai dasar pengembangan Manajemen Asuhan

Keperawatan pada Pasien Post op baik pos op BPH maupun pos op yang

lain seperi apendiksitis,haemoroid dan indakan pembedahan lainnya

supaya mencari refrensi yang kaitannya dengan Terapi Relaksasi Nafas

Dalam.

Dan harapannya kedepan agar menambah EBN tentang waku efektif

pemberian terpi relaksasi nafas dalam kepada pasien dengan keluhan

nyeri akut baik pada post op BPH maupun post op lainnya

2. Bagi Perawat

43
Hasil dari studi literatur ini diharapkan dapat menjadi pengembangan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien khususnya pada pasien post op BPH

3. Bagi Instusi Pendidikan

Diharapkan studi literatur ini dapat digunakan sebagai bahan mahasiswa

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi ( STIKES YARSI) guna dapat

menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa khususnya pada bidang

Keperawatan Medikal Bedah.

4.Bagi Pasien dan Keluarga

a. Bagi pasien dapat menambah pengetahuan tentang proses Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan post op BPH dengan Terapi

Relaksasi Nafas Dalam.

b. Bagi keluarga pasien untuk selalu meningkatkan dukungan dan

perhatian kepada keluarga dengan post op BPH sehingga dapat

meningkatkan kesehatan yang optimal

5.Bagi Mahasiwa Khususnya Profesi Ners

Diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang

luas dalam kepedulian penanggulangan nyeri akut pada pasien post op

hernia pada ksusunya dan sema pasien post op pada umumnya

44
DAFTAR PUSTAKA

Engram Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Brunner dan Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Yogyakarta: Media Action Publishing.

Wijaya Andra Saferi, dkk. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Penerbit
Nuha Medika.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta:
EGC

Syamsuhidayat & Jong, W. D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia : definisi dan indicator
diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan
keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

45

Anda mungkin juga menyukai