DI SUSUN OLEH :
SUMIYATI
NIM : 105 STYJ 21
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca karya ilmia akir
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Tanda dan Gejala
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................... 8
2.1.5 Pathway
2.1.6 Komplikasi0
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang1
2.1.8 Penatalaksanaan Medis2
ASUHAN KEPERAWATAN4
A. Pengkajian4
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi dan Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah saluran
kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur, terutama mereka
yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat menyebabkan pembesaran organ
yang mengakibatkan terjadinya penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini
menyebabkan gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan
tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala dan tanda
ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang mengenai sebagian
kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada jaringan prostat yang diambil dari
penderita hiperlasia prostat atau karsinoma prostat
Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit BPH
mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera
ditangani. Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan bagaimana cara
penyebaran penyakit BPH, misalnya cara pembesaran prostat akan menyebabkan obstruksi
uretra. Secara kuratif perawat berperan memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi
dengan tim dokter. Aspek rehabilitatif meliputi peran perawat dalam memperkenalkan pada
anggota keluarga cara merawat klien dengan BPH dirumah, serta memberikan penyuluhan
tentang pentingnya cara berkemih. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penulis merasa
tertarik untuk mengangkat dengan judul “Asuhan Keperawatan nyeri akut pada pasien post
op Benigna Prostat Hiperplasia”.
4
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar nyeri akut?
2. Apa saja konsep dasar asuhan keperawatan?
3. Penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada ”Asuhan Keperawatan Pada Tn.M
dengan post op bph hari ke tiga Intervensi Penatalaksanaan non farmakologi tarik
nafas dalam dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit daerah
2. Tujuan Khusus
Penatalaksanaan post op bph hari ke tiga dengan intervensi non farmakologi tarik
nafas dalam dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit
dengan post op bph hari ke tga intervensi penatalaksanaan non farmakologi tarik
nafas dalam dirang irna 3A Rumah Sakit daerah kota mataram Tahun 2022”.
Pada Tn,M dengan post op bph Intervensi Penatalaksanaan non farmakologi tarik
post op bph hari ke tiga Intervensi Penatalaksanaan non famakologi tarik nafas
dalam dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit daerah
5
bph hari ke tiga Intervensi Penatalaksanaan non farmakologi tarik nafas dalam
dengan Perbandingan EBN di Ruang Rawat Inap 3 Rumah Sakit daerah kota
A. Manfaat
mungkin, mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pada pasien dengan penyakit
post op BPH
2. Bagi Perawat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada pasien dengan post
op BP. Serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Standar
Untuk Stikes Yarsi Mataram, laporan kasus ini dapat memperkaya bahan
pustaka kampus dan dapat dijadikan acuan atau bahan penyusunan bagi mahasiswa
yang melakukan atau menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan pada
a. Bagi pasien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin dan diharapkan
6
5. Bagi Mahasiwa Khususnya Profesi Ners
a. Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan wawasan yang luas
B. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada studi literatur ini menggunakan studi kasus dan
studi litelatur review yaitu suatu strategi pengamatan, pengumpulan data, analisis
informasi, pelaporan hasilnya dan serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dar pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana Elin, 2011).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria
lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan
aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).
Anatomi Prostat
Kelenjar prostat merupakan organ khusus pada lokasi yang kecil, yang hanya
dimiliki oleh pria. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih (vesika urinaria)
melekat pada dinding bawah kandung kemih di sekitar uretra bagian atas. Biasanya
ukurannya sebesar buah kenari dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20
gram dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekret
cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan
menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-
50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
a. Lobus posterior
b. Lobus lateral
c. Lobus anterior
d. Lobus medial
a. Batas superior: basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos
berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Batas inferior : apex prostat
8
terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat
diatas apex permukaan anterior.
b. Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis, dipisahkan dari
simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum retropubica(cavum
retziuz). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis
dan ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan
merupakan kondensasi vascia pelvis.
d. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator ani waktu
serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus bagisan
atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars prostatica pada pinggir lateral
orificium utriculus prostaticus. Lobus lateral mengandung banyak kelenjar.
9
Gambar: Anatomi Prostat
Fungsi Prostat
Kelenjar prostat ditutupi oleh jaringan fibrosa, lapisan otot halus, dan substansi
glandular yang tersusun dari sel epitel kolumnar. Kelenjar prostat menyekresi cairan seperti
susu yang menusun 30% dari total cairan semen, dan memberi tampilan susu pada semen.
Sifat cairannya sedikit alkali yang member perlindungan pada sperma di dalam vagina yang
bersifat asam. Sekret prostat bersifat alkali yang membantu menetralkan keasaman vagina.
10
Cairan prostat juga mengandung enzim pembekuan yang akan menebalkan semen dalam
vagina sehingga semen bisa bertahan dalam serviks.
2.1.2 Etiologi
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.
11
a. Peningkaan frekuesnsi berkemih.
c. Perasaan untuk ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat di tunda (urgensi).
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik.
f. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia
karena pernumpukan berlebih.
g. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah
nitrogen) dan gagal ginjal dengan etensi urun kronis dan volume residu yang
besar.
3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.
b. Derajat 2, adanya retensi urin mak timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh
pada saat miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
c. Derajat 3, timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul
aliran refluks ke atas, timbul infeksi askenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonefritis, hidronefrosis.
12
2.1.4 Patofisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Bahwa pertumbuhan kelenjar ini
sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat
hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim
alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di
dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi
pertumbuhan kelenjar prostat.
13
sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas
otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency,
disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu
lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter
dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence).
Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal,
maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian
atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada
miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan
menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu,
stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,
yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis
(Sjamsuhidajat, 2005).
14
2.1.5 Pathway
15
2.1.6 Komplikasi
Seiring dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi obstruksi saluran kemih,
karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal.
16
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa
urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra
parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan BPH adalah:
1. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien
2. Medika mentosa
Terapi diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa
disertai penyakit. Obat yang digunakan berasal dari : phitoterapi (misalnya :
hipoxis rosperi, serenoa repens, dll) gelombang alfa blocker dan golongan
supresor androgen.
3. Pembedahan
Indikasi:
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut
3) Perianal prostatectomy.
17
4. Alternatif lain (misalnya kriyoterapi, hipertermia, termoterapi ,terapi ultrasonic).
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien striktur urethra keluhan-keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi,
intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akhirnya menjadi retensio urine.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK
(Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita.
Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat
penyakit DM dan hipertensi .
4. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
striktur urethra. Anggota keluarga yang menderita DM, asma, atau hipertensi.
5. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan
obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam
mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan
yang adekuat )
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum
tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi
seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak
mengalami gangguan atau masalah.
c) Pola eliminasi
18
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, jumlah
kecil dan tidak lancar menetes - netes, kekuatan system perkemihan. Klien juga
ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien
ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari
p[enyempitan urethra kedalam rectum.
d) Pola tidur dan istirahat .
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi
miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal
atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi
kesulitan tidur.
e) Pola aktifitas .
Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang,
kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien
masih mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri.
f) Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain,
perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat
berperan sebagai mana seharusnya.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien
sebelum pembedahan. Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara
operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping
klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak
berdaya.
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien.
Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada
klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
19
i) Pola reproduksi seksual
Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya
tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang,
masalah seksual yang dialami sekarang (masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi )
dan pola perilaku seksual.
j) Pola penanggulangan stress
Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme
penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya
dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif
atau negatif.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan
klien dalam menjalankan ibadah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi uretra
3. Risiko infeksi b/d agen biologi.
20
Intervensi Keperawatan (PPNI, 2017)
1
1. Melaporkan 3) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
bahwa nyeri 4) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
berkurang
dengan 1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
menggunakan
manajemen
nyeri
2. Mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Status
Kenyamanan
1. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
2
menurun dan warna)
2. Desakan Terapeutik
berkemih
1. Catat aktu dan haluaran berkemih
menurun
2. Batasi asupan cairan,jika perlu
3. Distensi
kandung 3. Ambil sampel urine tengah
kemih (midstream) atau keltur
menurun
Edukasi
4. Disuris
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
menurun
saluran kemih
Kolaborasi
3
dilakukan asuhan 2. identifikasi riwayat keseatan dan
keperawatan riwayat alergi
selama 3 x 24 jam
3. identifikasi kontraindikasi pemberian
diharapkan nyeri
imnisasi
pada pasien
berkurang dengan 4. idenifikasi status imunisasi setiap
kriteria hasil kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
4
1. Implementasi Keperawatan
baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri
sehari-hari
dan keluarganya.
5
2. Evaluasi Keperawatan
2021)
menggunakan :
A. EBN
6
manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan
mereka. Baik nyeri kronis maupun akut, merupakan hal umum dan
dan tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan
perut saat pasien bernapas ,menarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik sampai dada dan perut terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap
7
menit.(Marli & Rahman, 2021)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
a. Identitas pasien
8
Nama : Tn. M
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : SMA
Alamat : sekotong lobar
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal masuk : 08 april 2022
Tanggal pengkajian : 11 april 2022
Diagnosa medis : Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : ny,S
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : sekotong lobar
Hubungan dengan pasien : istri
9
2) Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri saat BAK dan terdapat nyeri pada luka post
operasi pada tanggal 09-april-2022
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke RS pada tanggal 08 april 2022 dengan keluhan nyeri
saat BAK, lalu dilakukan operasi prostat pada tanggal 10-04-2022.
Pasien mengatakan nyeri pada bagian bekas luka operasi. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk jarum. Pasien meringis kesakitan saat luka
ditekan dan beraktivitas. Nyeri dirasakan dibagian abdomen bawah
(area post operasi), nyeri dirasakan pada skala 5-6 (dari 0-10). Nyeri
dirasakan pada saat bergerak dan hilang saat istirahat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit kronis sebelumnya. Baik
penyakit menular seperti tb paru
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita BPH. Dan penyakit
menular lainnya.
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
10
: Pasien
: Meninggal
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
ibunya.
dideritanya.
11
g) Sistem nilai kepercayaan
5 waktu.
c. Pola kebiasaan
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
1) BAK
Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : Kuning
2) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Warna : kecoklatan
12
Kosistensi : Lembek
1) Mandi
Frekuensi : 2x/hari
2) Oral hygine
Frekuensi : 2x/hari
3) Cuci Rambut
Frekuensi : 3x/hari
4) Mengganti Pakaian
Frekuensi : 2x/hari
Olahraga : jarang
1. Merokok
13
2. NAFZA/Miras
NFZA/Miras.
1) Pemeriksaan Fisik
b) Kesadaran : Compomentis
c) GCS : E4V5M4
Nadi :61x/menit
RR: 20x/menit
Suhu:36,5 C
Spo²: 98%
e) Berat Badan : 62 Kg
1) Sistem Pengelihatan
d. Pupil : isokor
e. Sklera : anikterik
14
2) Sistem Pendengaran
f. Tinitus : Tidak
4) Sistem pernafasan
e. Irama : Teratur
h. Inspeksi dada
i. Palpasi dada
Fokal fremitus kiri dan kanan sama, krepitasi tidak ada, nyeri tekan
tidak ada.
15
j. Perkusi dada
k. Auskultasi dada
Tidak ada
m. Penggunaan alat bantu pernafasan
Tidak ada
5) Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi Perifer
Nadi : 61x/menit
Irama : Teratur
Denyut : Kuat
b. Sirkulasi Jantung
Irama : Teratur
6) Sistem hematologi
16
Gangguan Hematologi
7) Sistem persarafan
GCS : E4V5M4
8) Sistem pencernaan
a. Keadaan Mulut
Gigi : Lengkap
Lidah kotor
: Tidak ada
Saliva : Normal
17
h. Hepar : Teraba
i. Abdomen : Lembek
9) Sistem endokrin
b. BAK : 4-5x/hari
c. Warna : Kuning
a. Turgor : Baik
a. Kesulitan bergerak : ya
c. Fraktur : tidak
18
e. Kelainan struktur tulang : Tidak ada
f. Kekuatan otot : 5 5
4 4
1) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat luka insisi bedah
tanggal 09-04-2022 di abdomen inguinalis kanan
dengan karakteristik panjang luka 8-10 cm jumlah
hecting 7 jahitan tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor,
dolor, kalor, tumor). Terpasang drain dengan produksi
± 50 cc warna merah muda.
Palpasi : ada nyeri tekan di sekitar luka post operatif di
abdomen inguinalis kanan, skala 5-6 (nyeri sedang),
teraba hangat di daerah sekitar luka.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus 6 x/menit.
2) Genetalia
(pasien menolak untuk dikaji).
Penatalaksaan Medis
Cairan
19
kadar gula yang tinggi & soda.
2) Pemeriksaan Labolatorium
HEMATOLOGI
Neutrofil% 91.0 % 50 – 70
3) Pemeriksaan Radiologi
20
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Jl. TGH. M. Rais Lingkar Selatan Kota Mataram
Hasil Pemeriksaan :
3. Terapi
21
4. Analisa Data
Proses pembedahan
1. DS: Nyeri akut
P : Ps mengatakan nyeri
dibagian bekas luka oprasi
DO:
TD :130/80 mmhg
Nadi :90x/mnt
Suhu :36,5
RR :20x/mnt
Spo2 :99%
22
BPH
2. DS: Resiko infeksi
DO:
- Terpasang drain
TTV
Resiko infeksi
TD : 130/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 90x/menit
S : 36,,5oC
- Leukosit 6.600mm3/drh
DO:
23
Susah beraktifitas
- Ps tampak lemah.
24
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
25
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
tenang, yang
4 Mengetahui
memperingan dan
- TTV dalam batas memperberat respon nyeri dan
nyeri non verbal
normal
5 Identifikasi
( TD: 120/80 mmHg, S: pengetahuan dan 5 Mengeahui dan
keyakinan meyakinkan
36,5°C, HT: 60-100
tentang nyeri
x/menit, RR: 16-24 tentang nyeri
6 Identifikasi
x/menit) budaya terhadap
6 Memberikan rasa
respon nyeri
7 Identifikasi nyamann bagi
pengaruh nyeri pasien.
terhadap kualitas
hidup pasien 7 Mengalihkan
26
8 Monitor efek perhatian nyeri.
samping
penggunaan 8 Unuk mengetahuai
analgetik ada alergi atau
9 Monitor
tidak
keberhasilan
terapi 9 Memberi suasana
komplementer
nyaman bagi
yang sudah
diberikan pasien.
Terapeutik
10 Analgetik
4) Fasilitasi mengurangi rasa
istirahat tidur
nyeri.
5) Kontrol
lingkungan yang
11 Mengurangi rasa
memperberat
nyeri ( missal: nyeri
suhu ruangan,
12 Menambah
pencahayaan dan
kebisingan). pengeahuan pasien
6) Beri teknik non
13 Agar pasien tahu
farmakologis
teknik tarik cara meredakan
napas dalam nyeri
Edukasi
14 Cara cepa
5) Jelaskan
penyebab, mengurangi nyeri
periode dan
pemicu nyeri
6) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
7) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
8) Anjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
27
Kolaborasi
2) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2.Resiko infeksi Setelah dilakukan 1.Mengetahui
tindakan adanya tanda
Observasi
keperawatan 3x24 dan gejala
1. Monitor
1. Terdapat jam infeksi lokal
tanda dan
luka post operasi diharapkaninfeksi dan sistemik
gejala
pada abdomen tidak terjadi
infeksi lokal
bawah. dengan kriteria
dan sistemik
hasil :
2. Tampak luka Terapeutik
insisi post operasi Do : tidak tampak 1. Batasi
11-07-2014 adanya tanda jumlah
tanda infeksi pengunjung
3. Panjang luka (rubor, dolor, 2. Berikan
8-10cm kalor, tumor) 1. Mencegah
perawatan
luka yang resiko infeksi
4. Jumlah Leukosit normal
heating 7 jahitan 4.000-11.000 steril
3. Cuci tangan
5. Tidak S : 36,7 -37,5 0C 2.Mengajarkan
sebelum dan
terdapat tanda pasien untuk
sesudah
infeksi (rubor, mempertahank
konak
dolor, kalor, an kondisi
dengan
tumor) balutan luka.
pasien
4. Perahankan
6. Terpasang
teknik
drain 3.Mencegah
aseptik pada
terjadnya
TTV
pasien
infeksi
beresiko
28
tinggi
TD : 120/80 mmHg
Edukasi
RR : 16x/menit
1. Jelaskan
N : 80x/menit 4.Mempercepp
tanda dan
enyembuhan
S : 36,7oC gejala
luka
infeksi
7. Leukosit
2. Anjurkan
6.600mm3/drh
cara
memeriksa
luka
3. Anjurkan
meningkaka
n asupan
cairan
Kolaborasi
7. Protein
2. Kolaborasi
mempercepat
pemberian
proses
antibiotik
penyembuhan
jika perlu
luka.
29
mengatakan bisa posisi pasien
beraktivitas senyaman
3. Memberikan
secara mandiri mungkin
kenyamanan pada
dan secara
pasien
perlahan
4.dekatkan 4. Memberikan
- Pasien biisa
barang yang kenyamanan
melakukan secara
diperlukan pada pasien.
mandiri
pasien
5.Mencegah
5. ajarkan kelemahan otot
pasien untuk dan
latihan aktif merangsang
dan pasif mobilisasi.
sesuai kondisi
6. Memberikan
6. Ciptakan kenyamanan
lingkungan yang pada pasien.
tenang
30
4. Implementasi Keperawatan
2. Pasien tampak
meringis kesakitan
2. Mengidentifikasi respon dan tampak
08.05 nyeri nonverbal memegangi lokasi
nyeri
3. Pasien
mengatakan nyeri
3. Mengidentifikasi factor saat berjalan dan
yang memperingan dan beraktifitas
08.10 memperberat nyeri
4. Pasien tampak
kooperatif menarik
4. Memberi teknik non nafas dan
farmakologis untuk menghembuskan
meredakan nyeri dengan secara perlahan
08. 40 tehnik yaitu menarik dan mengatakan
nafas dalam nyeri sedikit
berkurang dengan
skala nyeri 4 (0-
10).
5. Pasien kooperatif
saat diberikan
terapi obat dan
5. Mengkolaborasi mengatakan
pemberian analgetik nyerinya
31
berupa berkurang.
a. Terapi obat
08. 45 tramadol (IV 2
gr)
b. Terapi injeksi
ketorolac 30 mg
(iv)
2 Selasa Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. Pengkajian nyeri
12/04/2022 karakteristik, durasi, (PQRST)
09.00) frekuensi, kualitas, - P: nyeri
intensitas nyeri dirasakan saat
bergerak
- Q: nyeri seperti
tusk-tusuk
- R: nyeri
dirasakan di
perut bawah
- S: skala 4 (0-
10)
- T: hilang
timbul
2. Pasien masih
meringis kesakitan
2. Mengidentifikasi respon dan tampak
09.05 nyeri nonverbal memegangi lokasi
nyeri
3. Pasien mengatakan
nyeri saat berjalan
3. Mengidentifikasi factor dan beraktifitas
yang memperingan dan
09.10 memperberat nyeri 4. Pasien mengatakan
nyeri sudah terasa
berkurang dengan
4. Memberi teknik non tehnik yang telah
farmakologis untuk diterapkan dengan
meredakan nyeri dengan skala nyeri yang
09. 40 tehnik yaitu Tarik Nafas dirasakan 4 (0-10)
dalam
5. Pasien kooperatif
saat diberikan
terapi obat dan
mengatakan
nyerinya berkurang
saat diberikan obat.
32
5. Mengkolaborasi
pemberian analgetik
berupa:
a. Terapi obat tramadol
09. 45 (IV 2 gr)
b. Terapi injeksi
ketorolac (30 mg iv)
2. Pasien masih
meringis kesakitan
08.05 2. Mengidentifikasi respon dan tampak
nyeri nonverbal memegangi lokasi
nyeri
3. Pasien mengatakan
nyeri saat berjalan
3. Mengidentifikasi factor dan beraktifitas
08.10 yang memperingan dan
memperberat nyeri 4. Pasien mengatakan
nyeri sudah terasa
berkurang dengan
4. Memberi teknik non tehnik yang telah
farmakologis untuk diterapkan dengan
08. 40 meredakan nyeri dengan skala nyeri yang
tehnik yaitu Tarik nafas dirasakan 2 (0-10)
dalam
5. Pasien kooperatif
saat diberikan
terapi obat dan
33
mengatakan
nyerinya berkurang
saat diberikan obat
5. Mengkolaborasi
pemberian analgetik
berupa:
a. Terapi obat
08. 4 tramadol (IV 2
5 gr)
b. Terapi injeksi
ketorolac (IV 30
mg)
R/ pasien
mengikuti dengan
baik.
R/
P = Saat
34
ditekan dan saat
beraktifitas.
Q = Seperti
ditusuk-tusuk.
08.30
R = Di bagian
abdomen (luka
operasi).
S = 4-5 nyeri
sedang.
T = intermiten
(kadang-
kadang).
3. Memberi terapi
injeksi sesuai
dengan resep
dokter.
R/ Tramadol 1
amp IV.
4. Memberikan
posisi nyaman bagi
pasien.
H/ Pasien tampak
nyaman.
35
2 Risiko
infeksi
36
13.30 dilakukan sendiri P : Intervensi 1 dan 2 dilanjutkan.
2. Mengajarkan
latihan fisik aktif
dan pasif.
R/ pasien
mengikuti dengan
baik.
R/
P = Saat
ditekan dan saat
beraktifitas.
Q = Seperti
ditusuk-tusuk.
08.30
R = Di bagian
abdomen (luka
operasi).
S = 1-3 nyeri
ringan.
T = intermiten
(kadang-
37
kadang).
3. Memberi terapi
injeksi sesuai
dengan resep
dokter.
R/ Tramadol 1
amp IV.
DX 16 Juli 2014 1. Mengkaji tanda- S : Pasien mengatakan tidak ada rasa gatal,
2. tanda infeksi. panas dan sakit.
09.00
H/ Tidak ada O : Tidak terlihat ada tanda-tanda infeksi.
11.00
tanda-tanda
A : Masalah masih resiko.
infeksi (rubor,
dolor, kalor, P : Intervensi dihentikan.
08.00 tumor).
2. Memberikan
terapi injeksi
sesuai dengan
anjuran dokter.
R/ Cifrofloxacin
500 mg IV.
3. Melakukan
perawatan luka
dengan teknik
aseptik dan steril.
H/ perban tambak
bersih, tidak
terdapat tanda-
tanda infeksi.
38
3. aktifitas pasien. sudah bisa dilakukan sendiri.
2. Mengajarkan
latihan fisik aktif
dan pasif.
R/ pasien
mengikuti dengan
baik.
39
BAB IV
PEMBAHAN
pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
ke tiga dilakukan sejak awal masuk pada tanggal 08 April 2022, pasien
masuk dari ugd lalu di rawat di irna 3A pasien telah dilakukan tindakan
oprasi pada tgl 09 april 2022 pada saat pengkajian pada tanggal 11 April
2022 pasien mengeluh nyeri pada luka oprasi di daerah abdomen bawah.
Masalah keperawatan yang utama adalah nyeri akut. Dari hasil pengkajian
40
Terapi non farmakologis manajemen nyeri diantaranya penggunaan teknik
relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi
otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas abdomen dengan
yang digunakan dibidang kesehatan sebagai salah satu cara mengurangi rasa
nyeri akut, penulis tertarik untuk melakukan terapi non farmakologis dengan
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
et al., 2020).
41
Evaluasi Keperawatan adalah tahap dimana membandingkan hasil
tindakan yang dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan dalam
penulis evaluasi di dapatkan dengan hasil terjadi penurunan sekala nyeri pada
psien post op BPH hari ke tiga di dapatkan skala nyeri 5-6(0-10) di hari ke 4
skala nyeri turun menjadi 3(0-10) dan di hari ke 5 turun menjadi skala 2,
penberian analgetik
menurunkan nyeri seperi yang sudah di buktikan dan di dukung oleh jurnal
(Nurul Ichsan M.Rizki dkk 2020) dan jurnal (Ratna sari Maharani dkk
2019)di dapat kannya hasil penurunan nyeri setelah di berikan intervensi non
farmakologi (relaksasi nafas dalam) selama 3 hari dari post op hari ke tiga
Selain untuk mengurangi nyeri pada pasien pos op bph tehnik relaksasi
nafas dalam juga bisa di gunakan pada tindakan pembedahan lainya seperi pos
op app, sangat efektif untuk di terapkan ( candra seyo uomo dkk 2018)
42
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus dan studi literatur yang telah dilakukan,pada
dalam pada nyeri akut post op bph efektif dan sesuai dengan lama hari rawat
terapy relaksasi nafas dalam untuk menurunkan sekala nyeri pada pasien post
seperti Terapi Relaksasi Nafas Dalam sangat efektif dapat menurunkan tingkat
pembedahan lainnya
B. SARAN
Keperawatan pada Pasien Post op baik pos op BPH maupun pos op yang
Dalam.
2. Bagi Perawat
43
Hasil dari studi literatur ini diharapkan dapat menjadi pengembangan
44
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta:
EGC
Syamsuhidayat & Jong, W. D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia : definisi dan indicator
diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan
keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
45