Proses Asuhan Gizi Klinik Pada Pasien Post URS+litotripsi+TUR Buli ec batu
buli+ tumor Di ruangan BEDAH IRINA A kamar 01
RSUP prof. DR. R.D Kandou Manado.
Oleh :
Mutiara Maspeke
751341120020
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
ASUHAN GIZI KLINIK (AGK)
Diajukan Oleh :
MUTIARA MASPEKE
751341120020
Koordinator
Clinical Instructure Clinical Instructure
MUTIARA MASPEKE
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
selama di BEDAH.
sudah stabil.
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Pasien dapat memahami dan menerapkan terapi diet yang telah diberikan
setelah pulang dari rumah sakit serta keluarga dapat membantu dan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Post URS
dengan gelombang pneumatik. Pecahan batu akan keluar bersama air seni
B. Lithotripsi
yang digunakan untuk mengobati batu ginjal yang terlalu besar untuk melewati
energi ultrasonik terfokus atau gelombang kejut langsung ke batu yang pertama
menjadi batu yang lebih kecil yang akan melewati sistem kemih. Lithotripsy
memungkinkan orang dengan jenis batu tertentu dalam sistem kemih untuk
medicine, 2020).
C. Tumor Buli
‘kantung’ dalam pelvis yang m enyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin
kemih) merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua
kali lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita. Terdapat kasus yang
darah. Tetapi karena pernah mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di
saluran kemih dan bisa sembuh atau hilang dengan minum obat tertentu, pasien
berdarah karena itu bukan hanya berarti infeksi, tapi bisa juga berarti tanda
adanya batu saluran kencing bahkan keganasan atau kanker di saluran kemih.
Bila Anda menemui keluhan kencing darah yang berulang atau menetap dengan
atau tanpa rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus
dianggap sebagai sebuah masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
telah ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan
asal tumor dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika
dalam waktu lama. Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik
adalah benzidine.
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar oleh
4-aminobifamil).
2) Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih besar
E. Gejala Klinis
lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah
adanya darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata
telanjang, ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti adanya iritasi
pada urinasi juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung kemih, seperti rasa
sakit dan terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi, sering
urinasi dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau tanpa
2. Kambuhan (intermitten).
karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak
datang meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit
yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema
tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh
massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.terdapat
hidronefrosis.
F. Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah
reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat
ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya,
antara lain:
1) Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat
melalui kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik.
Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya rekurensi
pada pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan
tumor buli superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan Zat ini
diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan maintenan terapi
sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal sering terjadi, toksisitas
sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan absorbsi di lumen buli. Pada apsien
gross hematuri sebaik nya menghindari cara ini karena dapat menyebabkan
komplikasi sistemik berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan membatasi intake
cairan sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi berbeda, tidak
G. Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukurang mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi didalam
tubuh. Cara menentukan status gizi seseorang atau kelompok yaitu dengan
melakukan penilaian status gizi baik secara langsung yaitu dengan antropometri,
klinis, biokimia, dan biofisik dan yang tidak langsung yaitu dengan survei
Kategori IMT
Obesitas >27,0
Kategori %
Obesitas >120%
Overweight 110-12%
Normal 90-110%
Kurang 60-90%
Buruk <60%
H. Asupan Makanan
tentangjumlah dan jenis makanan yang dimakan atau dikonsumsi oleh seseorang
ataukelompok orang pada waktu tertentu. Dari asupan makan diperoleh zat
dengan ketegori:
Kategori %
Sedang 90-90%
Kurang 70-79%
A. Assesment Gizi
1. Identitas Penderita
Umur : 75 Tahun
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Pekerjaan : Pensiun
Agama : kristen
Nomor RM : 00788912
2. Data Subyektif
a. Riwayat Penyakit Dahulu
-
b. Riwayat Penyakit Sekarang
post URS+litotripsi+TUR Buli ec batu buli+ tumor buli
c. Riwayat Penyakit Keluarga
-
3. Riwayat Nutrisi
a. Asupan Sebelum Pengamatan
Pada saat sebelum pengamatan pola makan pasien saat SMRS pasien
makan 3 kali sehari 3-4 centong setiap makan, 2-3 potong ikan sekali
makan, sayur 2-4 sendok dalam sekali makan dan buah 5-6 kali
dalam seminggu.
Pasien memiliki kebiasaan minum teh manis setiap hari dan jarang
minum air putih.
Tabel 1. Asupan sebelum pengamatan
Berat Badan 70 kg
LILA -
Suhu 36,5
Nadi 122
c. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
PCV - 35-50 % -
Energi H1 H2 H3
Asupan 69,8 74,1 70,2
Kebutuhan 68,4 68,4 68,4
Presentase
Energi H1 H2 H3
Asupan
Kebutuhan
Presentase
Energi H1 H2 H3
Asupan
Kebutuhan
Presentase
D. Monitoring Antropometri
Tabel monitoring antropometri
E. Monitoring
F. Monitoring
G. Pembahasan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN