OLEH :
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan PBL
C. Manfaat PBL
A. Pengertian Posyandu
B. Pengertian status gizi
C. Faktor penyebab masalah gizi pada bayi dan balita
D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
E. Penilaian status gizi pada bayi dan balita
A. Waktu
B. Tempat pelaksanaan
C. Metode pengukuran
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Sasaran
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi
untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal
tubuh dan untuk produksi energi dan intake zat gizi lainnya. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002).
Menurut Suhardjo (2003) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Serta faktor
tidak langsung antara lain tingkat pendapatan, pengetahuan tentang gizi dan pendidikan.
Sejalan dengan Suhardjo, Almatsier (2002) menyatakan bahwa berbagai faktor sosial ekonomi
akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor sosial ekonomi tersebut antara lain:
pendapatan keluarga, pekerjaan, pendidikan dan pemilikan kekayaan atau fasilitas. Faktor
sosial ekonomi keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga
sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. Hal ini dapat terlihat anak dengan sosial
ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan
anak dengan status sosial ekonomi rendah (Marimbi, 2010). Demikian juga dengan status 2
pendidikan ibu, misalnya tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk menerima arahan dalam
pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan
kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak (Gerungan, 2004). Pudjiadi (2001) memberikan
gambaran bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, menunjukkan semakin tingginya status sosial
ekonomi keluarga tersebut.
B. Tujuan PBL
1. Tujuan umum
Pada akhir Praktek Belajar Lapangan (PBL) mahasiswa mampu melakukan pengukuran
antropometri pada bayi dan balita, untuk mengetahui status gizinya.
2. Tujuan khusus
a.Mahasiswa mampu menyiapkan instrumen pengukuran antropometri pada bayi
dan balita
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran antropometri pada bayi dan
balita
c.Mahasiswa mampu menentukan status gizi pada anak taman kanak-kanak.
C. Manfaat PBL
a. Mahasiswa dapat menyiapkan instrumen pengukuran antropometri pada bayi dan balita.
b. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran antropometri pada bayi dan balita.
c. Mahasiswa dapat menentukan status gizi pada bayi dan balita.
BAB II
A. Pengertian Posyandu
1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005). Posyandu merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelanggraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemmudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ). Posyandu adalah system pelayanan
yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum
komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau
berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan
dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga. Berencana
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang
dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu
dalam peningkat mutu manusia di masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan
dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu :
Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina
tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap
menjadi tenaga kerja tangguh.
Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan
kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.
Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan
pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan Posyandu merupakan strategi yang
tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek
Poleksosbud.
Sylva, Lestari (2015). Dalam penelitianya Ia menyatakan bahwa ada pengaruh tentang
pendapatan kepala keluarga dengan asupan makan dan status gizi pada balita.
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait. Terdapat dua faktor
langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi,
keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab langsung kedua
adalah penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular dan
buruknya kesehatan lingkungan.
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah
dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan,
bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI eksklusif. Faktor penyebab langsung
kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular
terutama diare dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup
sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan
perilaku hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban,
tidak merokok , sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga, khususnya pangan
untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi
seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola
asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi dan
ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang
biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta),
bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan semakin memburuknya
status gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana memang dalam kondisi bermasalah.
Kondisi ini diperburuk dengan bantuan makanan yang sering terlambat, tidak
berkesinambungan, serta terbatasnya ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk
lagi dengan kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk
bayi dan baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus mengalami situasi
darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan
dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan cara bayi
tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila tidak
memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan
pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.
A. WAKTU
Hari/tanggal : Senin, 08 November 2021
Jam : 08.00-12.00WITA
B. TEMPAT PELAKSAAN
Penelitian ini dilakukan Di puskesmas dungingi
C. METODE PENGUKURAN
Untuk pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dengan satuan centimeter
(cm) sedangakan pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital dengan satuan
kilogram (kg) Dan Babyshacle
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Wilayah
Alamat : Jl. Palma Kelurahan Huango Botu, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, provinsi Gorontalo
B. Hasil