Anda di halaman 1dari 88

COVER BELUM BUAT

1
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan bagi masyarakat di bidang kesehatan.
Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk selalu memperbaiki secara terus menerus
pelayanan terhadap masyarakat.
Dengan adanya kebijakan Pelayanan Instalasi Gizi RSUD Bayung Lencir oleh
direktur RSUD Bayung Lencir diharapkan menjadi awal yang baik untuk
Peningkatkan Mutu dan Keselamatan Pasien rumah sakit sehingga dapat melayani
masyarakat dengan baik.

Untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut Instalasi Gizi RSUD Bayung Lencir


membuat Panduan Asuhan dan Terapi Gizi Rumah Sakit yang membuat langkah-langkah
sehingga pelaksanaan pelayanan instalasi gizi di rumah sakit menjadi terencana, terlaksana
dan termonitor lebih baik.
Demikianlah semoga keberadaan panduan ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran
sangat kami harapkan sehingga peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSUD
Bayung Lencir dan berkembang dengan baik.

Ditetapkan di Bayung Lencir


Pada tanggal, Februari 2019
Direktur,

dr. Diyanti Novitasari, MARS


NIP. 198103132010012015

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien yang dirawat
di rumah sakit (RS).Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi malnutrisi pada
pasien saat masuk RS besarnya sekitar 20%-60%. Malnutrisi berdampak buruk
terhadap proses penyembuhan dan hasil pembedahan, serta menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas. Status gizi dapat memburuk selama
perawatan di RS, dan pada pasien yang mengalami kehilangan berat badan (BB),
secara bermakna dapat terjadi peningkatan risiko timbulnya kekambuhan dalam
waktu yang cepat.
Prevalensi malnutrisi yang tinggi di RS, telah dilaporkan dari beberapa
penelitian yang dilakukan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Di
RS University of Alabama, Amerika Serikat, pada tahun 1993, ditemukan kasus
malnutrisi sebanyak 38%. Suatu penelitian Kanada tahun 1994 yang melibatkan
200 pasien di RS, mendapatkan 31% pasien menderita malnutrisi berat atau
sedang. Di RS University of Alabama, Amerika Serikat, pada tahun 1993,
ditemukan kasus malnutrisi sebanyak 38%. Penelitian di empat buah RS di Inggris
pada tahun 2000, yang melibatkan 850 pasien, menunjukkan satu dari lima pasien
menderita malnutrisi.
Pada penelitian di Amerika Latin tahun 2002, yang melibatkan 9.360 subyek
dari 13 negara, ditemukan kasus malnutrisi sebanyak 50,1% dan sejumlah 12,6%
di antaranya menderita malnutrisi berat. Pada penelitian yang dilakukan oleh
‘Multi Center Elan” pada tahun 2002 yang melibatkan 9.348 subyek dari 13
negara ditemukan kasus malnutrisi sebanyak 50.2% dan 11.2% diantaranya
merupakan malnutrisi berat. (Correaria MITD & CamposACL,2003).
Di Indonesia, Firmansyah pada penelitiannya di Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FK Unpad-RS Dr.Hasan Sadikin,Bandung, mendapatkan pasien malnutrisi
sebanyak 71,8% dan malnutrisi berat 28,9%. Penelitian Philippi tahun 1989 di
RSCM,Jakarta, pada pasien kanker saluran cerna yang menjalani bedah mayor,
menunjukkan angka malnutrisi sebanyak 45,9%. Sementara , Titus dkk tahun
1995 di RS Sumber Waras, Jakarta, melaporkan sebanyak 47,76% pasien yang
dirawat, menderita gizi kurang. Penelitian Sudomo tahun 2001 di RSPAD Gatot
Subrtoto, Jakarta, pada pasien perawatan penyakit Dalam, menunjukkan angka
malnutrisi 41,42% dan pasien pasca rawat yang perlu mendapat intervensi nutrisi
berjumlah 78,57%.
Adanya tim dukungan gizi (TDG) di RS dalam menekan malnutrisi dan
memberikan manfaat lainnya telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian.
Penelitian Weinsier dkk dan Hassel dkk, masing-masing tahun 1985 dan 1994,

3
menunjukkan bahwa intervensi gizi oleh TDG dapat menurunkan angka kematian
sebesar 23%, lama hari rawat berkurang 11.6%, dan kejadian rawat ulang
berkurang 43% (memberikan hasil yang lebih baik secara signifikan yaitu lebih
sedikit pasien yang mengalami kehilangan BB, mortalitas menurun, lama rawat
lebih singkat, biaya perawatan lebih murah, dan kejadian rawat ulang berkurang).
Analisis manfaat biaya juga menyatakan bahwa terdapatnya TDG di RS
memberikan keuntungan yang dignifikan bagi RS.
Walaupun berbagai penelitian menunjukkan manfaat dukungan gizi bagi
pasien dan RS, namun upaya beberapa RS di Indonesia dalam pembentukan Tim
Dukungan Gizi (TDG), yang mengacu pada struktur buku pedoman Pelayanan
Gizi Rumah Sakit (PGRS) dan berada di bawah panitia (sub komite) asuhan gizi
komite Medik, belum bekerja seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan panitia
asuhan gizi komite medik bukan merupakan wadah pelayanan dan belum terdapat
alur pelayanan sehingga tidak mungkin dapat merealisasikan pelayanan dukungan
yang nyata dan belum terdapat alur rujukan kepada panitia asuhan gizi sehingga
pelayanannya belum optimal, disamping itu pelayanan gizi belum dianggap
sebagai bagian terpadu dari perawatan pasien. Disamping itu, pasien masih
mengeluarkan biaya untuk terapi gizi terutama enteral dan parental (biaya makan
belum dipisahkan dari biaya perawatan) dan terapi gizi belum dianggap sebagai
bagian terpadu terapi pasien.
Selain itu penyediaan enteral dan parental di RS belum optimal karena biaya
sediaan tersebut belum seluruhnya terakomodir dalam biaya/anggaran RS,
sehingga tidak seluruh pasien terpenuhi kebutuhan gizinya.
Berdasarkan hal tersebut, untuk merealisasikan pelayanan gizi yang
berkualitas, pencegahan dan perbaikan keadaan kurang gizi, serta pencegahan dan
penurunan morbiditas sebagai upaya mempersingkat lama rawat di RS dan
penghematan biaya pasien maka dibutuhkan kerjasama multidisiplin yang bukan
sekedar dukungan tetapi menjadi bagian terapi pasien dalam bentuk tim terapi gizi
(TTG). Tim ini terdiri dari dokter yang berkompetensi dalam gizi klinik atau yang
telah mendapat latihan gizi klinik, dietisien, perawat dan ahli farmasi sesuai
dengan kompetensi masing-masing. TTG merupakan penyempurnaan TDG yang
dalam PGRS, dan struktur TDG berada di bawah panitia asuhan gizi komite medic
belum mewujudkan struktur TDG berada di bawah panitia asuhan gizi komite
medic belum mewujudkan struktur operasional. Maka untuk mewujudkan
pelayanan, TTG perlu di bawah-dan bertanggung jawab- kepada direktur (direktur
medik) sehingga pasien belum mendapatkan pelayanan gizi optimal.
Merujuk kepada Sk Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik nomor:
HK.00.06.3.4.1819 tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di RS, Departemen
Kesehatan RI, Perhimpunan Nutrisi Enteral dan Parenteral Indonesia ( Pernepari)
dan organisasi gizi lainnya, dipandang perlu menyusun buku Pedoman

4
Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi untuk realisasi dan optimalisasi pelayanan gizi
klinik pasien rawat inap.
Buku Pedoman Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi ini juga dapat merupakan
acuan penyempurnaan buku PGRS, dan menjadi pedoman pelayanan gizi klinik
RS bagi profesi yang melayani gizi knilik pada pasien rawat inap.

2. Terminologi
Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi klinik da asuhan gizi yang merupakan
bagian dari pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan
secara terpadu dengan upaya pelayanan gizi promotif,preventif dan rehabiliitatif.
Sub komite Terapi Gizi: merupakan unit kerja yang berada di bawah Komite
Medik RS yang beranggotakan Staf Medik Fungsional terkait.Sub Komite Terapi
Gizi bertugas member masukan kepada pimpinan rumah sakit dalam menerbitkan
kebijakan dan strategi untuk peningkatan mutu pelayanan gizi klinik dan asuhan
gizi.
Tim Terapi Gizi (TTG): merupakan sekelompok tenaga kesehatan di RS
yang berkaitan penyelenggaraan terapi Gizi meliputi dokter spesialis,
dokter,dietisien, perawat ruangan serta Ahli Farmasi dan mempunyai komitmen
untuk menyediakan waktu untuk pelayanan Gizi Klinik dalam TTG. Tim terapi
gizidibentuk oleh pimpinan RS dan diketuai oleh dokter yang mempunyai
kompetensi dalam bidang gizi klinik serta menyediakan waktu penuh untuk
pelayanan GK.

3. Landasan Hukum
a. UU 23/1992 tentang Kesehatan
b. UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen
c. UU 29/2004 tentang praktek kedokteran
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1045 / MENKES / PER / XI /
2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di lingkungan
Departemen Kesehatan.
e. Surat Keputusan Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik nomor:
HK.00.06.3.4.1819 tanggal 24 Maret 2007 tentang Pembentukan Tim
Terapi Gizi di RS.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374 / MENKES / SK / III /2007
tentang Standar Profesi Gizi.

5
BAB II
ORGANISASI TIM TERAPI GIZI

Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu
organisasi yang dapat melaksanakan tugas-tugas dalm terapi gizi yang baku.
1. Visi & Misi
a. Visi
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di Rumah Sakit, yang
selalu berorientasi kepada kualitas pelayanan, efesiensi biaya,
keselamatan dan kepuasan pasien.
b. Misi
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh
yang berdasarkan bukti klinis (evidence based), teknologi dan ilmu
pengetahuan terkini melalui:
1) Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan anggotanya.
2) Peningkatan tata kerja melalui penyusunan standard prosedur
pelayanan terapi gizi.
3) Pelaksanaan pelayanan pada pelanggan internal maupun
eksternal.
4) Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi
dalam hal efesiensi biaya dan dampaknya.
2. Tujuan
a. Tercapainya pelayanan gizi yang optimal sebagai bagian terapi dalam
pelayanan menyeluruh kepada pasien sehingga dapat mengurangi
morbiditas, mortalitas dan lama rawat yang panjang.
b. Tercapainya efesiensi dan keefektifan dalam terapi gizi, baik dari segi
klinis, fungsional, kepuasan pasien dan biaya.
1) Segi klinis : pengukuran anatomis dan faal seperti berat badan,
imbang nitrogen, serum albumin dan kadar kolesterol, termasuk
juga akibat perawatan berupa insiden infeksi, rehospitalisasi dan
pemakian obat.
2) Segi fungsional: pengukuran kemampuan fisis, fungsi psikososial,
dan berkurangnya keluhan nyeri atau ketidak-nyamanan.
3) Segi kepuasan pasien: mengukur pelayanan kesehatan untuk
memenuhi harapan pasien dan dampak pada kualitas hidup.
4) Segi biaya: penurunan beban biaya untuk pasien atau penanggung
biaya (menurunnya lama rawat dan frekuensi visite dokter).

6
3. Pengorganisasian
Organisasi TTG dibentuk oleh pimpinan RS dan diketuai oleh dokter yang
mempunyai kompetensi dalam bidang Gizi klinik serta menyediakan waktu
penuh untuk pelayanan Gizi klinik. Anggota TTG terdiri dari tenaga kesehatan
di RS yang berkaitan penyelenggaraan terapi gizi meliputi dokter spesialis gizi
klinik, dokter spesialis, dokter, dietisien,perawat ruangan serta Ahli Farmasi.
Agar TTG dapat berfungsi secara optimal maka dibuat pengorganisasi dan
jalur koordinasi pelayanan gizi klinik sebagai berikut:

Gambar Pengorganisasian Tim Terapi Gizi Rumah Sakit

4. Sub komite Terapi Gizi


Sub komite terapi gizi adalah unit kerja di bawah komite Medik RS yang
beranggotakan Staf Medik Fungsional terkait yang bertugas member masukan
kepada pimpinan rumah sakit dalam memberikan kebijakan dan strategi untuk
peningkatan mutu pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi.
Peran dan Fungsi :
a. Pendidikan dan pelatihan
Menyusun dan mengembangkan modul pelatihan/ pendidikan interdisipliner
sesuai dengan yang telah ditetapkan mengenai terapi gizi bagi dokter,
dietisien, perawat dan farmasi di lingkungan rumah sakit.
b. Penelitian dan penapisan teknologi
1) Bersama dengan unit terkait di rumah sakit melakukan penelitian
terhadap penerapan terapi gizi atau uji klinis produk baru untuk
dukungan gizi dan metabolitik
2) Menyusun parameter kajian metabolitik dan status gizi.

5. Tim Terapi Gizi


Susunan personil Tim Terapi Gizi
i. Tim Terapi Gizi beranggotakan :
1. Dokter : Spesialis gizi klinik, Dokter Spesialis yang berkompetensi
gizi klinik, Dokter yang berkompetensi gizi klinik. Yang memiliki
tugas:

7
a. Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan
keadaan klinis diagnosa masalah gizi klien / pasien.
b. Menentukan diet klien / pasien bersama nutritionist / dietisien.
c. Memberikan penjelasan kepada klien / pasien dan keluarganya
tentang peranan terapi diet.
d. Merujuk klien / pasien untuk konseling dan terapi gizi
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala bersama anggota
tim selama klien / pasien dalam masa perawatan.
2. Dietisien
Memiliki Tugas sebagai berikut :
a. Mengkaji status gizi klien / pasien berdasarkan data rujukan.
a. Melakukan anamnesis riwayat diet klien / pasien.
b. Menerjemahkan rencana diet kedalam bentuk makanan yang
disesuaikan dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi.
c. Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil pemantauan /
evaluasi terapi diet.
d. Memantau masalah yang berkait dengan masalah asuhan gizi
kepada klien / pasien, bersama dengan perawat ruangan.
e. Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi kepada klien
/ pasien dan keluarganya.
f. Melakukan kunjungan keliling atau visite baik sendiri maupun
bersama dangan Tim Asuhan Gizi kepada klien / pasien.
g. Mengevaluasi status gizi klien / pasien secara berkala, asupan
makanan, dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien
berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Asuhan Gizi.
h. Mengkomunikasikan hasil terapi gizi kepada semua anggota Tim
Asuhan Gizi.
i. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan / diskusi dengan dokter,
perawat anggota tim asuhan gizi lain, klien / pasien dan
keluarganya, dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
j. Menentukan rencana diet awal / sementara bilamana belum ada
penentuan diet dari dokter.
k. Melakukan pemantauan enteraksi obat dan makanan bersama
dengan tim asuhan gizi lainnya.
3. Perawat
1. Melakukan kerjasama dengan dokter dan nutrisionist / dietisien
dalam memberikan pelayanan gizi kepada klien / pasien.
2. Membantu klien / pasien pada waktu makan.
3. Melakukan pengukuran antropometri untuk menentukan dan
mengevaluasi status gizi klien / pasien.

8
4. Bersama dengan nutrisionist / dietisien memantau masalah –
masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada klien / pasien.
5. Melakukan pemantauan, mencatat dan melaporkan asupan
makanan dan respon klinis klien / pasien terhadap diet yang
diberikan.
4. Ahli Farmasi
Adapun tugas dari Ahli Farmasi adalah :
b. Melaksanakan permintaan obat dan cairan parenteral
berdasarkan resep dokter.
c. Mendiskusikan keadaan atau hal – hal yang dianggap perlu
dengan tim, termasuk interaksi obat dan kesehatan.
d. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan
cairan parenteral oleh klien / pasien bersama perawat.
e. Jika perlu, menggantikan bentuk obat dari jenis yang sama sesuai
dengan persetujuan dokter.
f. Bersama dengan nutrisionist / dietisien melakukan pemantauan
interaksi obat dan makanan.

ii. Tim Terapi Gizi dipimpin oleh Dokter spesialis gizi klinik atau dokter
spesialis yang berkopetensi gizi klinik, atau dokter yang berkompetensi
gizi klinik. Kompetensi dicapai dengan mengikuti kursus / pelatihan terapi
gizi yang diakui oleh Depkes dan IDI. Yang mempuyai tugas :
a) Dietisien: diutamakan dietisien yang mempunyai kompetensi
pelayanan dietetic RS atau dietisien yang telah berpengalaman
kerja di rumah sakit minimal 2 tahun.
b) Perawat : perawat yang berpengalaman dan berkomitmen di
bidang gizi klinik. Diutamanakan bagi yang sudah mengikuti
kursus yang berhubungan dengan pelayanan gizi klinik.
c) Ahli Farmasi : Apoteker yang diutamakan telah mengikuti
kursus atau pelatihan farmasi klinik khususnya mixing and
compounding nutrisi parenteral yang diakui oleh Depkes dan /
atau organisasi profesi terkait.

iii. Peran dan Fungsi


a) Pelayanan pada pasien rawat inap
Kajian status gizi dan metabolik dan pengelolaan pasien yang
membutuhkan terapi gizi oral, enteral maupun parenteral, serta
pengawasannya melalui visite tim
b) Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan oleh semua anggota tim sesuai dengan fungsi masing
masing anggota.

9
c) Program kemitraan
(1) Menyusun program terapi terpadu bersama dokter-dokter
yang merawat atau Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP).
(2) Menyusun pertemuan berkala
(3) Menyusunptogram kerjasama dalam bidang penelitian dan
pendidikan bersama unit -unit terkait di dalam maupun luar
rumah sakit.

Tabel Peranan Anggota TIM Terapi Gizi


No Kegiatan Dokter Dietisien Perawat Farmasi

1. Skrining Gizi Perawat TTG atau


Perawat ruang rawat
inap (sesuai kebijakan
rumah sakit)

2. Anamnesis 1. Keluhan utama 1. Kebiasaan 1. Identitas Pasien


2. Riwayat penyakit makan sebelum 2. Mengkaji keluhan
3. Riwayat penyakit sakit dan saat pasien
Dahulu Sakit 3. Konsumsi makanan
4. Riwayat penyakit 2. Analisis asupan dan cairan beberapa
dalam keluarga gizi ( food recall hari terakhir
5. Riwayat masalah & food 4. mengkaji
Gizi frequency : perkembangan
6. Riwayat kelahiran’’ - sebelum sakit keluhan pasien
- selama sakit 5. Keluhan yang
berkaitan dengan
makanan (alergi dan
lain-lain)

3 Pemeriksaan 1. Analisis hasil 1. Pemeriksaan 1. Penimbangan BB dan


Fisik pemeriksaan Antro- antropometri ukur TB/PB
Pomeri Awal 2. Evaluasi tanda vital
2. Pemeriksaan (tekanan darah,
tingkat kesadaran suhu, nadi, dan
dan tanda kegawat pernafasan) dan
Daruratan kegawat daruratan
3. Pemeriksaan status
generalis inspeksi,
perkusis, palpasi
dan auskultasi
4 Tindakan 1. Menetapkan 1. anilisis Pemantauan : Mempersiap
status gizi pasien Asupan kan
1. Tanda vital
2. Menentukan makanan obat-
2. status gizi,
terapi gizi sesuai Selama obatan
3. in take-output
diagnosis perawatan dan zat
cairan,
3. Preskripsi terapi 2. Menyediakan terkait,
4. perkembangan
gizi (jenis, bentuk, makanan vitamin,
penyakit dan
jumlah frekuensi Sesuai mineral,
keluhan pasien
pemberian preskripsi elektrolit
5. tanda-tanda infeksi,
makanan) Dokter , dan
perawatan infus
3. analisis nutrisi
dan Nasogastric
Asupan parenter
tube
makanan al.
(food record 6. membuat surat
10
kontrol ulang Menentukan
jumlah dan
kompatib
komposisi
i litas zat
asupan)
gizi yang
akan
diberika
n kepada
pasien.

Cara menentukan AMB


AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan, dan tinggi badan. Ada
beberapa cara menentukan AMB, yaitu:
1. Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)
Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

2. Cara cepat (2 cara)


a. Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan= 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
b. Laki-laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan= 25 kkal x kg BB

3. Cara FAO/WHO/UNU
Cara ini memperhatikan umur, gender dan berat badan.

Tabel. Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan AMB


Kelompok AMB (kkal/hari)
Umur Laki-laki Perempuan
0-3 60,9 B * - 54 61,0 B + 51
3-10 22,7 B + 495 22,5 B + 499
10-18 17,5 B + 651 12,2 B + 746
18-30 15,3 B + 679 14,7 B + 496
30-60 11,6 B + 879 8,7 B + 829
≥60 13,5 B + 478 10,5 B + 596
Sumber : FAO/WHO/UNU
*) Berat badan

Cara menentukan kebutuhan energi untuk aktifitas fisik


Aktifitas fisik dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu sangat ringan,
ringan, sedang dan berat. Kebutuhan energi untuk berbagai aktifitas fisik
dinyatakan dalam kelipatan AMB.

11
Tabel. Cara menaksir kebutuhan energi menurut
aktifitas dengan menggunakan kelipatan AMB
Gender
Aktifitas
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan 1,3 1,3
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,7
Berat 2,1 2

Contoh cara menaksir kebutuhan energi untuk seorang perempuan


berumur 30 tahun dengan berat badan 52 kg dan tinggi badan 158 cm dengan
aktifitas ringan menggunakan 4 cara adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan energi untuk AMB
a. Harris Benedict
= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 52) + (1,8 x 158) – (4,7 x 30)
= 1297,6 kkal

b. Rumus Cepat 1
= 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
= 0,95 kkal x 52 x 24
= 1185,8 kkal
c. Rumus Cepat 2
= 25 kkal x kg BB
= 25 x 52
= 1300 kkal
d. Rumus FAO/WHO/UNU
= 14,7 x 52 + 496 kkal
= 1260,4 kkal
2) Kebutuhan energi dengan aktifitas fisik
Kalikan nilai AMB dengan kelipatan yang sesuai dengan jenis aktifitas,
dalam hal ini aktifitas ringan.
= 1, 55 x 1300 kkal = 2015 kkal

Faktor Berat Badan


Kebutuhan energi untuk AMB diperhitungkan menurut berat badan normal
atau ideal. Cara menetapkan berat badan ideal yang sederhana menggunakan
Rumus Brocca, yaitu :
Berat Badan Ideal (kg) = (Tinggi Badan dalam cm – 100) – 10%
Berat badan ideal tergantung pada besar kerangka dan komposisi tubuh
yaitu otot dan lemak. Oleh sebab itu, rumus berat badan diatas diberi kelonggaran
12
± 10%.
Contoh kasus:
Seorang yang mempunyai tinggi badan 160 cm dengan kerangka badan
besar mempunyai berat badan ideal :
(160 – 100) – 10% ( + 10%) = (54 + 5,4) kg = 59,4 kg

Bila kerangka badannya kecil, berat badan idealnya adalah :


(160 – 100) – 10% ( - 10%) = (54 - 5,4) kg = 48,6 kg
Cara lain menilai berat badan adalah dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh
(IMT)
Berat Badan (kg)
IMT = Tinggi Badan
2
(m)
Penilaian berat badan berdasarkan IMT menggunakan batas ambang seperti pada
tabel berikut ini:

Tabel. Kategori batas ambang IMT


Batas
Kategori
ambang
kekuangan berat badan tingkat
Berat < 17,0
Kurus
kekuangan berat badan tingkat
Ringan 17,0 - 18,5
Normal > 18,5 - 25,0
Kelebihan berat badan tingkat
Gemuk Ringan > 25,0 - 27,0
kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber : 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang 1994

Bila berat badan dinilai kurang dari berat badan ideal, maka kebutuhan
energi ditambah sebanyak 500 kkalori, sedangkan bila lebih, dikurangi sebanyak
500 kkalori.
Contoh kasus:
Seorang laki-laki yang mempunyai berat badan 45 kg dengan tinggi badan
165 cm mempunyai IMT = 16,5. Orang ini mengalami kekurangan berat badan
tingkat berat. Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka berat badan idealnya
adalah 51,7 kg atau 52 kg.

Perhitungan kebutuhan energinya adalah sebagai berikut:


Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 = 1248 kkal
>> AMB + aktifitas fisik = 1,56 x 1248 kkal = 1947 kkal
>> Tambahan untuk menaikan berat badan = 500 kkal
13
Total kebutuhan energi = 2447 kkal

Protein, Lemak dan Karbohidrat


Cara menentukan protein, lemak dan karbohidrt menurut WHO adalah sebagai
berikut :
 Protein : 10-15% dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi dalm
sehari adalah 2450 kkal, energi yang berasal dari protein hendaknya
sebesar 245-368 kkal atau 61-92 g protein.
 Lemak : 10-25% dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi dalam
sehari adalah 2450 kkal, energi yang berasal dari lemak hendaknya sebesar
245-613 kkal atau 27-68 g lemak.
 Karbohidrat : 60-75% dari kebutuhan energo total atau sisa dari kebutuhan
energi yang telah dikurangi dengan energi yang berasal dari protein dan
lemak. Bila kebutuhan energi dalamsehari 2450 kkal, maka energi yang
berasal dari karbohidrat hendaknya sebedsar 1470-1838 kkal atau 368-460
g karbohidrat.

Vitamin dan Mineral


Kebutuhan vitamin dan mineral dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan (AKG) karena angka-angka tersebut diperhitungkan untuk
sebagian besar penduduk. Tetapi, karena sebagian vitamin dan mineral rusak
selama penyimpanan dan olahan makanan, maka sebaiknya kebutuhan ditetapkan
lebih besar dari pada AKG.

Cara menentukan kebutuhan gizi dalam keadaan sakit


Kebutuhan gizi dalam keadaan sakit, selain tergantung pada faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam keadaan sehat juga dipengaruhi oleh jenis dan berat
ringannya penyakit.
a. Energi
Kebutuhan energi berubah dalam keadaan sakit, sesuai dengan jenis dan
beratnya penyakit. Cara menentukan kebutuhan energi orang sakit dapat
dilakukan dengan

(1) Menghitung kebutuhan energi menurut kg berat badan (kkal/kg/hari)

Kategori dan Berat badan TB Energi total Energi/kg BB


umur (tahun) (kg) (cm) (kkal) (kkal)
Laki-laki
20-45 62 165 2800 45
46-59 62 165 2500 40
≥60 62 165 2200 35
Perempuan
20-45 54 156 2200 40
14
46-59 54 156 2100 39
≥60 54 154 1850 34

Contoh kasus:
Seorang pasien perempuan berobat jalan. Berumur 30 tahun dengan tinggi
badan 158 cm dan berat badan 50 kg dan menderita gastroenteritis. Berat
badannya sudah ideal. Kebutuhan energinya 50 x 40 kkal/kg BB = 2000 kkal/hari.

(2) Menurut % kenaikan kebutuhan diatas Angka Metabolisme Basala (AMB)


yaitu dengan mengalikan AMB dengan foktor aktifitas dengan foktor
trauma/stres.

Rumus yang digunakan adalah:

Kebutuhan energi = AMB x faktor aktifitas x faktor stres

Tabel. Faktor aktifitas dan faktor stres


untuk menentapkan kebutuhan energi orang sakit
No Aktifitas Faktor No Jenis Stres Faktor
1 Istirahat 1,2 1 Tidak ada stres,pasien dalam
ditempat tidur keadaan baik. 1,3
2 Tidak terikat 1,3 2 Stres ringan, peradangan
ditempat tidur saluran cerna, kanker, bedah
elektif, trauma kerangka 1,4
moderat.
3 Sters sedang : sepsis, bedah
tulang, luka bakar, trauma 1,5
kerangka mayor.

Stres berat : trauma multipel,


4 sepsis dan bedah multiple 1,6
5 Luka sangat berat

Contoh kasus
Laki-laki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan
50 kg dirawat dengan demam karena hepatitis (ringan). Ia harus istirahat ditempat
tidur. Perhitungan kebutuhan energinya adalah : Berat badan ideal adalah 53 kg.
15
Faktor aktifitas = 1,2. Faktor stres = 1,4 ( stres ringan). Kebutuhan AMB = 1 kkal
x 53 kg x 24 jam = 1272 kkal. Kebutuhan energi total adalah 1,2 x 1,4 x 1272 =
2136 kkal.

b. Protein
Kebutuhan protein normal adalah 10-15% dari kebutuhan energi total atau
0,8-1,0 gr/kg BB. Kebutuhan protein minimal untuk mempertahan kan
keseimbangan nitrogen adalah 0,4-0,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi,
trauma, dan luka dapatt meningkatkan katabolisme protein, sehingga
meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB. Sebagian besar
pasien yan dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g/kg BB.

c. Lemak
Kebutuhan lemak normal adalah 10-25% dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit, yaitu
lemak sedang atau lemak rendah. Disamping itu, pada penyakit tertentu,
misalnya dislipidemia membutuhkan modifikasi jenis lemak. Lemak
sedang dapat dinyatakan sebagai 15-20% dari kebutuhan energi total,
sedangkan lemak rendah dapat ≤ 10% dari kebutuhan energi total.
Modifikasi jenis lemak dapat dinyatakan sebagai : lemak jenuh < 10% dari
kebutuhan energi total, lemak tidak jenuh anda 10% dari kebutuhan energi
total dan lemak tidak jenuh tunggal 10-15 % dari kebutuhan energi total.

d. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat normal adalah 60-75% dari kebutuhan energi total,
atau sisa energi setelah dikurangi yang berasal dari protein dan lemak.
Pada penyakit diabetes melitus, dislipidemia dan konstipasi membutuhkan
serat tinggi ( 30-50 g/hr), sedangkan diare membutuhkan serat rendah (<
10g/hr).

e. Mineral dan Vitamin


Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang dianjurkan. Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit,
simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit dan saluram cerna
dan interaksi dengan obat-batan. Untuk menjamin kebutuhan, dalam
keadaan tertentu vitamin dan mineral perli ditambah dalam bentuk
suplemen.

f. Cairan
16
Orang sehat membutuhkan sebanyak 1800-2500 ml atau 7- 10 gelas air
sehari. Tambahan cairan diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan
karena keringat yang berlebihan, muntah, diare atau keadaan yang lain
yang menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan.. bils sdupsn ciran
tidak cukup melalui konsumi makanan dan minuman perlu
dipertimbangkan pemberian cairan parentral yang biasa disertai elektrolit.

STANDAR MAKANAN UMUM


17
RUMAH SAKIT

A. MAKANAN BIASA

Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam,


bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan makanan
mengacu pada Pola Menu Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan kepada pasien
berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet). Walau tidak ada
pantangan secara khusus, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah
dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna.

Tujuan Diet
Tujuan diet makanan biasa adalah memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

Syarat Diet
Syarat-syarat dari makanan biasa adalah sebagai berikut :
1) Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan isirahat
2) Protein 10-15 % dari kebutuhan energi total
3) Lemak 10-25 % dari kebutuhan energi total
4) Karbohidrat 60-75 % dari kebutuhan energi total
5) Cukup mineral, vitamin, dan kaya serat
6) Makanan tidak merangsang saluran cerna
7) Makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi

Indikasi Pemberian
Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet khusus
berhubungan dengan penyakitnya.

18
Bahan Makanan Sehari dan Nilai Gizi
Bahan Makanan Sehari
1) 2)
Bahan Makanan berat (gr) urt
Beras 300 4 ½ gls nasi
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang hijau 25 2 ½ sdm
3)
Sayuran 200 2 gls
Buah pepaya 200 2 ptg sdg
Gula pasir 25 2 ½ sdm
Minyak 30 3 sdm
Ket :
1) Bahan makanan dapat ditukar dengan bahan makanan lain, sesuai dengan
makanan yang ada di daerah dan kebiasaan makanan setempat. Cara menukar
dapat dilihat pada Daftar Bahan Makanan Penukar
2) Urt = ukuran rumah tangga
3) Sayuran terdiri dari campuran sayuran kacang-kacangan, sayuran daun hijau
atau sayuran berwarna kuning, dan sayuran lain

Nilai Gizi
Energi 2146 kkal Besi 20,8 mg
Protein 76 gr Vitamin A 3761 RE
Lemak 59 gr Tiamin 1,0 mg
Karbohidrat 331 gr Vitamin C 237 mg
Kalsium 622 mg

Pembagian Makanan Sehari


Pagi
Beras 75 gr = 1 gls nasi
Telur ayam 50 gr = 1 btr
Sayuran 50 gr = ½ gls
Minyak 5 gr = ½ sdm

19
Siang / Malam
Beras 125 gr = 2 gls nasi (malam 100 gr = 1 ½ gls nasi)
Daging 50 gr = 1 ptg sdg
Tempe 50 gr = 2 ptg sdg
Sayuran 75 gr = ¾ gls
Buah (pepaya) 100 gr = 1 ptg sdg
Minyak 10 gr = 1 sdm

Snack ( pkl.10.00 )
Kacang hijau 25 gr = 2 ½ sdm
Gula pasir 25 gr = 2 ½ sdm
Santan 50 ml ¼ gls

Makanan yang tidak di anjurkan


Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan biasa adalah makanan yang
merangsang, seperti makanan yang berlemak tinggi, terlalu manis, terlalu
berbumbu, dan minuman yang mengandung alkohol.

B. MAKANAN LUNAK
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan, dan dicerna dibandingkan makanan biasa. Makanan ini mengandung
cukup zat-zat gizi, asalkan pasien mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah
cukup. Menurut keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung
kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.

Tujuan Diet
Tujuan diet makanan lunak adalah memberikan makanan dalam bentuk lunak
yang mudah ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.

Syarat Diet
1) Energi, protein, dan zat gizi lain cukup
2) Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan
keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien
3) Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makan lengkap dan 2
kali selingan
4) Makanan mudah cerna, rendah serat, dan tidak mengandung bumbu tajam

20
Indikasi Pemberian
Makanan lnak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu, dan pasien
dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien
dengan kesulitan mengunyah dan menelan, serta sebagai perpindahan dari
makanan saring ke makanan biasa.

Bahan Makanan Sehari dan Nilai Gizi


Bahan Makanan Sehari
Bahan Makanan berat (gr) urt
*)
Beras 250 4 ½ gls nasi
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang hijau 25 2 ½ sdm
3)
Sayuran 200 2 gls
Buah pepaya 200 2 ptg sdg
Gula pasir 50 2 ½ sdm
Minyak 25 3 sdm
Susu 200 1 gls
Ket :
*)
bila beras diberikan dalam bentuk bubur nasi, jumlah yang diberikan hanya
150 gr sehari ( 6 gls bubur ). Sebagai pengganti 100 gr beras lainnya diberikan
makanan selingan pukul 16.00 berupa 1 buah pudding atau 2 buah biscuit dan 1
gls susu.

Nilai Gizi
Energi 2097 kkal Besi 21,8 mg
Protein 78 gr Vitamin A 3660 RE
Lemak 61 gr Tiamin 1,0 mg
Karbohidrat 311 gr Vitamin C 162 mg
Kalsium 871 mg

Pembagian Makanan Sehari


Pagi
Beras
Telur ayam
Sayuran
Minyak
Gula pasir

21
Siang / Malam
Beras 100 gr = 2 gls nasi tim
Daging 50 gr = 1 ptg sdg
Tempe 50 gr = 2 ptg sdg
Sayuran 75 gr = ¾ gls
Buah (pepaya) 100 gr = 1 ptg sdg
Minyak 10 gr = 1 sdm

Snack ( pkl.10.00 )
Kacang hijau 25 gr = 2 ½ sdm
Gula pasir 20 gr = 2 sdm

Snack ( pkl 16.00)


Biskuit 2 buah

Nilai Gizi
ETPT I ETPT II
Energi (kkal) 2690 3040
Protein (gr) 103 120
Lemak (gr) 73 98
Karbohidrat (gr) 420 420
Kalsium (mg) 700 1400
Besi (mg) 30,2 36
Vitamin A (RE) 2746 2965
Tiamin (mg) 1,5 1,7
Vitamin C (mg) 114 116

22
Pembagian Bahan Makanan Sehari (sebagai bahan tambahan makanan
biasa )
Waktu Pemberian ETPT I ETPT II

Pagi 1 btr telur ayam 1 btr telur ayam


Pkl. 10.00 - 1 gls susu
Siang 1 ptg daging 1 ptg daging
Pkl. 16.00 1 gls susu 1 gls susu
Malam - 1 ptg daging
Pkl. 21.00 1 gls formula komersial 1 btr telur ayam
1 gls formula komersial

Contoh Menu sehari ETPT II


Pagi Siang Malam
Nasi Nasi Nasi
Telur dadar Ikan bb. Acar daging empal
Daging Semur Ayam goring telur balado
Ketimun + tomat iris tempe bacem sup sayuran
Susu sayur asem Pisang
Pepaya

Pkl. 10.00 pkl. 16.00 pkl. 21.00


Bubur kacang hijau susu telur ½ matang
Susu formula komersial

C. DIET ENERGI RENDAH


Gambaran Umum
Diet energi rendah adalah diet yang kandung energinya di bawah kebutuhan
normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat
dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan pada energi, seperti
kue-kue yang banyak mengandung karbohidrat sederhana dan lemak, serta goring-
gorengan.

Tujuan Diet
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender,
dan kebutuhan fisik.
2.
2. Mencapai IMT normal, yaitu 18,5-25 kg/m
3. Menguragi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat badan
sebanyak ½ - 1 kg/minggu. Pastikan bahwa yang berkurang adalah sel
lemak dengan mengukur tebal lemak lipatan kulit dan pinggang.

23
Syarat Diet
1. Energi rendah, ditujukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan
dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan
dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan
sebanyak ½ - 1 kg/minggu, asupan energy dikurangi sebanyak 500 – 1000
kkal/hari dari kebutuhan normal. Perhitungan kebutuhan energi normal
dilakukan berdasarkan berat badan ideal.
2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1 – 1,5 g/kg/bb/hari atau 15 – 20% dari
kebutuhan energi total.
3. Lemak sedang, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energy total. Usahakan
sumber lemak berasal dari makanan yang mengandung lemak tak jenuh
ganda yang kadarnya tinggi.
4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55 – 65% dari kebutuhan energi
total. Gunakan lebih banyak sumber karbohidrat kompleks untuk memberi
rasa kenyang dan mencegah konstipasi. Sebagai alternative, bisa
digunakan gula buatan sederhana sebagai pengganti gula sederhana.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
6. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan.
7. Cairan cukup, 8 – 10 gelas/hari.

Macam Diet dan Indikasi Pemberian


Menurut keadaan pasien dapat diberikan salah satu dari dua macam diet energi
rendah, yaitu :
1. Diet Energi Rendah I/DER I (1200kkal)
2. Diet Energi Rendah II/DER II (1500kkal)
Diet ini diberikan kepada pasien yang berdasarkan perhitungan mempunyai IMT >
2
25 kg/m . Sesuai dengan kemampuan pasien, diet enegi rendah dapat diberikan
secara bertahap. Untuk itu perlu dilakukan konsultasi secara perorangan. Diet
diberikan sampai tercapai berat badan normal.

Bahan Makanan Sehari

Diet Energi Rendah

Bahan Makanan DER I DER II


Berat (g) Urt Berat (g) Urt
Beras 125 2 gls nasi 175 2 ½ gls nasi
Telur ayam 25 ½ btr 50 1 btr
Ikan 100 2 ptg sdg 150 3 ptg sdg
Tempe 100 4 ptg sdg 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2 ½ gls 300 3 gls

24
Buah 500 5 ptg papaya 500 5 ptg papaya
Minyak 10 1 sdm 15 1 ½ sdm
Tepung susu skim 20 4 sdm 20 4 sdm
Nilai Gizi
Diet Energi Rendah (DER)
I II
Energi (kkal) 1200 1500
Protein (gr) 63 80
Lemak (gr) 25 35
Karbohidrat (gr) 190 233
Serat (gr) 30,2 35
Kalsium (mg) 840 910
Besi (mg) 22,4 24,7
Vitamin A (RE) 8131 226
Tiamin (mg) 0,9 1,1
Vitamin C (mg) 260 270

D. DIET GARAM RENDAH


Gambaran Umum
Yang dimaksud dengan garam dalam diet garam rendah adalah garam

natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3),
baking powder, natrium benzoate, dan vetsin (MSG). natrium adalah kation utama
dalam cairan ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan
asam basa dan cairan tubuh, serta berperan dalm transmisi saraf dan kontraksi
otot. Asupan makanan sehari-hari umumnya mengandung lebih banyak natrium
daripada yang dibutuhkan tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang
dikeluarkan tubuh melalui urine sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga
terjadi keseimbangan.

Tujuan Diet
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Syarat Diet
1. Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin
2. Bentuk makanan sesuai dengan keadaa penyakit
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi

Macam Diet dan Indikasi Pemberian

25
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan/atau
hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit sirosis hati, penyakit ginjal tertentu,
toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial.
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat
diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.

a. Diet Garam Rendah I ( 200 – 400 mg Na )


Diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan hipertensi berat. Pada
pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.

b. Diet Garam Rendah II ( 600 – 800 mg Na )


Diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan hipertensi tidak terlalu
berat. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur ( 2 gr ).
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

c. Diet Garam Rendah III ( 1000 – 1200 mg Na )


Diberikan kepada pasien dengan edema dan hipertensi ringan. Pemberian
makanan sehari sam dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan
makanannya boleh menggunakan 1 sdt ( 4 gr ) garam dapur.

E. DIET SERAT TINGGI


Gambaran Umum
Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua
makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tetapi berpengaruh
baik untuk kesehatan. Serat terdiri atas dua golongan, yaitu serat larut air dan
tidak larut air.
Pada umumnya makanan serat tinggi mengandung energy rendah, dengan
demikian dapat membantu menurunkan berat badan. Diet serat tinggi
menimbulkan rasa kenyang sehingga menunda rasa lapar. WHO menganjurkan
asupan serat 25-30 gr/hari.

Tujuan Diet
Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
yang tinggi serat sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi
berjalan normal.

Syarat Diet

26
1. Energi cukup sesuai umur, gender, aktivitas
2. Protein cukup, 10-15 % dari kebutuhan energi total
3. Lemak cukup, 10-25 % dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
5. Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara
kekuatan otot saluran cerna
6. Cairan tinggi yaitu 2 – 2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.
Pemberian air minum sebelum makan akan membantu merangsang
peristaltic usus
7. Serat tinggi yaitu 30 – 50 gr/hari terutama serat tidak larut air yang berasal
dari beras tumbuk, beras merah, sayuran dan buah

Indikasi Pemberian
Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit
divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan perkembangan penyakit.

F. DIET SISA RENDAH


Gambaran Umum
Diet sisa rendah adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah
serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dimaksud dengan sisa adalah
bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti terdapat di dalam susu dan
produk susu serta daging yang berserat kasar (liat). Di samping itu, makanan lain
yang merangsang saluran cerna harus dibatasi.

Tujuan Diet
Tujuan diet sisa rendah adalah untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses,
dan tidak merangsang saluran cerna.

Syarat Diet
1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, aktivitas
2. Protein cukup, 10-15 % dari kebutuhan energi total
3. Lemak sedang, 10-25 % dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energi total
5. Menghindari makana berserat tinggi dan sehingga asupan serat maksimal 8
gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan
6. Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar (liat) sesuai
dengan toleransi perorangan
7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam
dan berbumbu tajam

27
8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu
panas dan dingin
9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau keadaan khusus, diet perlu
disertai suplemen vitamin dan minera,l makanan formula, atau makanan
parenteral

Macam Diet dan Indikasi Pemberian


Diet sisa rendah diberikan kepada pasien diare berat, peradangan saluran cerna
akut, diverticulitis akut, obstipasi spastic, penyumbatan sebagian saluran cerna,
hemoroid berat, serta pada pra dan pascabedah saluran cerna. Diet biasanya
rendah dalam beberapa jenis zat gizi, sehingga hanya diberikan untuk jangka
waktu pendek. Bila diperlukan, disamping diet diberikan suplemen vitamin dan
mineral dan/atau makan parenteral.
Menurut beratnya penyakit diberikan Diet Sisa Rendah I atau II

Diet Sisa Rendah I


adalah makanan yang diberikan dalam bentuk disaring atau dibelder. Makanan ini
menghindari makanan berserat tinggi dan sedang, bumbu yang tajam, daging,
susu, dan membatasi penggunaan gula dan lemak. Kandungan serat maksimal 4
gr. Diet ini rendah energi dan sebagian besar zat gizi.

Diet Sisa Rendah II


Merupakan makanan peralihan dari diet sisa rendah I ke makanan biasa. Diet ini
diberikan bila penyakit mulai membaik atau bila penyakit bersifat kronis.
Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Makanan berserat sedang
diperbolehkan dalam jumlah terbatas, sedangkan makanan berserat tinggi tidak
diperbolehkan. Susu diberikan maksimal 2 gelas sehari. Lemak dan gula diberikan
dalam bentuk mudah cerna. Bumbu kecuali cabe, merica, cuka, boleh diberikan
dalam jumlah terbatas. Kandungan serat diet ini 4 – 8 gr.

G. DIET PADA TINDAKAN BEDAH


Gambaran Umum
Pengaruh pembedahan terhadap metabolisme pascabedah tergantung berat
ringannya pembedahan, keadaan gizi pasien prabedah, dan pengaruh pembedahan
terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat-zat gizi.
Setelah pembedahan sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan
natrium yang dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pascabedah.
Peningkatan ekskresi kalsium terjadi setelah operasi besar, trauma kerangka
tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (mobilisasi). Demam meningkatkan

28
kebutuhan energi, sedangkan luka dan pendarahan meningkatkan kebutuhan
protein, zat besi, dan vitamin C. cairan yang hilang perlu diganti.

1. Diet Pra – Bedah


Gambaran Umum
Diet pra-bedah adalah pengaturan makan yang diberikan kepada pasien yang akan
menjalani pembedahan, tergantung pada :
1) Keadaan umum pasien, apakah normal atau tidak dalam hal status gizi, gula
darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal, dan suhu tubuh
2) Macam pembedahan :
a. Bedah minor atau bedah kecil, seperti tindakan insisi, ekstirpasi, dan
sirkumsisi atau khitan
b. Bedah mayor atau bedah besar, yang dibedakan dalam bedah pada saluran
cerna (lambung, usus halus, dan usus besar) dan bedah di luar saluran
cerna (jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang, dan sebagainya)
3) Sifat operasi :
a. Segera dalam keadaan darurat atau cito, sehingga pasien tidak sempat
diberikan diet pra-bedah
b. Berencana atau elektif. Pasien disiapkan dengan pemberian diet pra-bedah
sesuai status gizi dan macam pembedahan
4) Macam Penyakit
a. Penyakit utama yang membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran
cerna, jantung, ginjal, saluran pernapasan, dan tulang
b. Penyakit penyerta uang dialami, misalnya penyakit diabetes mellitus,
jantung, dan hipertensi

Tujuan Diet
Adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada
saat pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stress dan
penyembuhan luka.
Syarat Diet
1. Energi
a) Bagi Pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45 kkal/kh
BB
b) Bagi pasien dengan status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25% di bawah
kebutuhan energi normal
c) Bagi pasien dengan status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan
energi normal ditambah factor stress sebesar 15% dari AMB ( angka
metabolisme basal)

29
d) Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan
penyakitnya
2. Protein
a) Bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (,2,5
mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5 – 2,0 g/kg BB
b) Bagi pasien dengan status gizi baik atau kegemukan diberikan protein
normal 0,8-1 gr/kg BB
c) Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan diet sesuai penyakitnya
3. Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan
penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya
4. Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk
menghindari hopermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu
diberikan sesuai penyakitnya
5. Vitamin cukup
6. Mineral cukup
7. Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma
Jenis, Indikasi, dan Lama Pemberian Diet
1. Prabedah darurat/Cito
Sebelum pembedahan tidak diberikan diet tertentu
2. Prabedah berencana atau elektif
a. Prabedah minor atau kecil, seperti tonsilektomi tidak membutuhkan diet
khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan pada
pasien yang akan menjalankan apendektomi, hernitomi,
hemoroidektomi,dsb diberikan Diet Sisa Rendah sehari sebelumnya
b. Prabedah mayor atau besar seperti :
1) Prabedah besar saluran cerna diberikan Diet Sisa Rendah selam 4-5
hari, dengan tahapan :
- Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi makanan lunak
- Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi makanan saring
- Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberi formula enteral sisa
rendah
2) Prabedah besar dilakukan diluar saluran cerna diberikan formula enteral
sisa rendah selama 2-3 hari. Pemberian makanan terakhir pada
prabedah besar dilakukan 12-18 jam sebelum pembedahan, sedangkan
minum terakhri 8 jam sebelumnya.

Bahan Makanan dan Pembagian Makanan Sehari dan Nilai Gizi


Dapat dilihat pada Diet Makanan Lunak, Saring, dan Makanan Cair

30
Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan serta Contoh Menu
Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dapat dilihat pada diet
Makanan Lunak, saring, dan Makanan Cair
Cara Pemesanan Makanan
Diet Pra-bedah Makanan Lunak/Saring/Cair Oral/Formula Enteral
(DPBML/MS/MCO/MFE)

2. Diet Pasca-Bedah
Gambaran Umum
Adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

Tujuan Diet
Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk
mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien,
dengan cara :
1) Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2) Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
3) Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Syarat Diet
Syarat diet pasca-bedah adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari
bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap
tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien seperti :
a) Pascabedah Kecil
Makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal
b) Pascabedah besar
Makanan diberikan secara berhati-hati sesuai dengan kemampuan pasien
untuk menerimanya

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :
a. Pascabedah kecil : setelah sadar atau rasa mual hilang
b. Pascabedah besar : setelah sadar atau rasa mual hilang serta ada tanda-
tanda usus mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan
Selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang diberikan berupa air
putih, the manis, atau cairan lain seperti pada Makanan Cair Jernih. Makanan

31
ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, Karen kurang semua zat gizi.
Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.

Bahan Makanan dan Nilai Gizi Sehari


Bahan makanan dan nilai gizi dapat dilihat pada diet Makanan Cair Jernih.
Makanan diberikan secara bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien,
mulai dari 30ml/jam.

Cara Pemesanan Diet


Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

2. Diet Pasca-Bedah II (DPB II)


Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah saluran cerna atau
sebagai perpindahan dari diet Pasca-Bedah I

Cara Memberikan Makanan


Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah,
sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat
diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu
singkat karena zat gizinya kurang.

Bahan Makanan Sehari dan Nilai Gizi


Bahan makanan sehari dan nilai gizi dapat dilihat pada Makanan Cair Kental
dengan pemberian secara berangsur dimulai 50ml/jam.

Makanan yang Tidak Dianjurkan


Yaitu : air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida

3. Diet Pasca-Bedah III (DPB III)


Diberikan kepada pasien pascabedah saluran cerna atau sebagai perpindahan
dari diet Pasca-Bedah II

Cara Memberikan Makanan


Makanan diberikan berupa Makanan Saring ditambah susu dan biscuit. Cairan
hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat diberikan makanan
parenteral bila diperlukan

Makanan Yang Tidak Dianjurkan


Adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung
karbondioksida.

32
Bahan Makanan Sehari
Dapat dilihat pada Makanan Saring ditambah dengan :
Pkl. 16.00 : Susu 1 gls pkl. 22. 000 : Biskuit 30 gr Gula pasir 20 gr

Cara Memesan Diet


Diet Pasca-Bedah III (DPB III)

4. Diet pasca-bedah IV(DPB IV)


Diet ini diberikan kepada :
a. Pasien pascabedah kecil, setelah Diet Pasca- Bedah I
b. Pasien pascabedah besar, setelah Diet Pasca-Bedah III

Cara Memberikan Makanan


Makanan diberikan berupa Makanan Lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan
lengkap dan 1 kali makanan selingan

Bahan Makanan Sehari dan Nilai Gizi


Dapat dilihat pada Makanan Lunak. Apabila makanan poko dalam bentuk
bubur atau tim tidak habis, sebagai pengganti diberikan makanan selingan pkl.
16.00 dan pkl. 22.00 berupa 2 buah biscuit atau 1 porsi puding da 1 gelas susu.

Makanan yang Tidak Dianjurkan


Adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung
karbondioksida.

Cara Memesan Diet


Diet Pasca-Bedah IV (DPB IV)

3. Diet Pasca-Bedah Lewat Pipa Lambung


Diet Luka Bakar
Gambaran Umum
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas
pada suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme.
Luka bakar dapat disebabkan oleh ledakan, aliran listrik, api, zat kimia, uap
panas, minyak panas, matahri, dan lainnya. Luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan :
1) Kedalaman pengaruh panas terhadap tubuh, dikenal dengan “Derajat Luka
Bakar” I s/d III

33
a. Derajat I adalah derajat luka bakar di mana terjadi kematian pada lapisan
atas epidermis kulit yang disertai pelebaran pembuluh darah sehingga kulit
tampak kemerah-merahan.
b. Derajat II adalah derajat luka bakar di mana terjadi kerusakan epidermis
dan dermis, sedangkan pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan
mengeras. Selain timbul warna kemerah-merahan pada kulit juga timbul
gelembung-gelembung.
c. Derajat III adalah derajat luka bakar di mana terjadi kerusakan seluruh sel
epitel kulit (epidermis, dermis, dan sub kutis) dan otot. Pembuluh darah
mengalami hrombosis.
2) Luasnya permukaan tubuh yang terkena pengaruh panas
Dinyatakan dalam persen luas tubuh. Untuk dewasa, perkiraan luas tubuh
terkena didasarkan pada bagian tubuh yang terkena menurut rumus 9 (rule of
nine) yang dikembangkan Wallace (1940) yaitu :
a. Kepala 9%
b. Tubuh bagian depan 18 %
c. Tubuh bagian belakang 18 %
d. Ekstremitas atas 18 %
e. Ekstremitas bawah kanan 18 %
f. Ekstremitas bawah kiri 18 %
g. Organ genital 1%

Penilaian luka bakar yang memerlukan perawatan dan pengobatan adalah :


a. Luka derajat II dengan luas luka bakar > 15 %
b. Luka derajat III dengan luas luka bakar > 20 %
c. Luka bakar pada daerah genital dan anus
d. Luka bakar yang disertai trauma berat terutama pada jalan napas, tulang,
dan alat tubuh dalam rongga perut

Tujuan Diet
Mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan metabolic
serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan.

Syarat Diet
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi
Enteral Dini (NED)
2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka
bakar, yaitu :
a. Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB actual + 40 kkal x % luka bakar

34
b. Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar (lihat
tabel)
Luka Bakar ( % ) Kebutuhan Energi (kkal)
< 10 1,2 x AMB
11 – 20 1,3 x AMB
21 – 30 1,5 x AMB
31 – 50 1,8 x AMB
> 50 2,0 x AMB
Sumber : Hanbook No. 6 Principles of nutritional management of disorders. JADA, 1990

3. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total


4. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total
5. Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebuthan energi total
6. Vitamin diberkan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan,
untuk membantu mempercepat penyembuhan
7. Mineral tinggi
8. Cairan Tinggi

Jenis diet dan Indikasi pemberian


Diet Luka Bakar I
Diberikan pada pasien lukan bakar berupa cairan air gula garam soda (AGGS) dan
makanan cair penuh dengan pengaturan sebagai berikut :
a. 0 – 8 jam pertama sampai residu lambung kosong, diberi AGGS dan
makanan cair penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip dengan kecepatan
50ml/jam
b. 8 – 16 jam kemudian, jumlah energy permililiter ditingkatkan menjadi 1
kkal/ml dengan kecepatan yang sama
c. 16 – 24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energy
ditingkatkan menjadi 1kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas
24 jam bila tidak ada keluhan, kecepatan pemberian makanan dinaikkan
sampai dengan 100 ml/menit
d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AGGS dan makanan cair penuh
diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan
dihentikan selama 2 jam

Komposisi AGGS adalah :


 Air 200 ml
 Gula/sirup 25 gr/30 ml
 Garam dapur 2 gr/ 2bks
 Soda kue 1 gr/ 1 bks

35
Diet Luka Bakar II
Merupakan perpindahan dari diet luka bakar I, yaitu diberikan segera setelah
pasien mampu menerima cairan AGGS dan makanan cair penuh dengan nilai
energy 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal. Bentuk makanan yang
diberikan sesuai dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk saring, lumat, lunak,
atau biasa.

DIET PENYAKIT HATI DAN KANDUNG EMPEDU

Diet Penyakit Hati


Gambaran Umum
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan
setelah diabsorsi, langsung dibawa ke hati untuk disimpan atau diubah menjadi
bentuk lain dan diangkut ke bagian tubuh yang membutuhkan. Hati merupakan
tempat penyimpanan mineral berupa zat besi dan tembaga yang dibutuhkan untuk
membentuk sel darah merah serta vitamin-vitamin larut lemak A, D, E, dan K.
Hati mengatur volume dan sirkulasi darah serta berperan dalam detoksifikasi obat-
obatan dan racun-racun. Dengan demikian, kelainan atau kerusakan pada hati
berpengaruh terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh
sehingga sering menyebabkan gangguan gizi.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah hepatitis dan sirosis
hati. Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin
tertentu atau karena infeksi virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa
mual dan muntah, serta jaundice (kuning). Hepatitis dapat bersifat akuta atau
kronis.
Sirosis hati adalah kerusakan hati yang menetap, disebabkan oleh hepatitis
kronis, alcohol, penyumbatan saluran empedu, dan berbagai kelainan
metabolisme. Jaringan hati secara merata rusak akibat pengerutan dan pengerasan
(fibrotik) sehingga fungsinya terganggu. Gejalanya yaitu kelelahan, kehilangan
berat badan, penurunan daya tahan tubuh, gangguan pencernaan, dan jaundice.
Dalam keadaan berat disertai asites, hipertensi portal, dan hematemesis-melena
yang dapat berakhir dengan koma hepatic.

Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit hati dan kandung empedu adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsihati dengan cara :

36
1) meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dan meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2) Mencegah katabolisme protein
3) Mencegah penurunan berat badan atu meningkatkkan berat badan bila
kurang.
4) Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus, dan hipertensi portal.
5) Mencegah koma hepatik.

Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit hati dan kandungan empedu adalah :
1) Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap
sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kg BB
2) Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami
steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium
Chain Triglyceride/ MCT). Jenis lemak ini tidak membutuhkan aktivitas
lipase dan asam empedu dalam proses absorbsinya. Pemberian lemak
sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis
lemak.
3) Protein cukup tinggi, yaitu 1,25 – 1,5 g/kg BB agar tejadi anabolisme
protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam dalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak
30-40 gram/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein diberikan
sebanyak 1,25 g/kg BB. Asupan minimal protein hendaknya 0,8 -1 g/kg
BB. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang
dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses. Namun sering
timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini dapat
mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki
keseimbangan nitrogen.
4) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu,
diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan
zat besi bila ada anemia.
5) Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila
pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
6) Cairan diberikan lebih dari biasa, keculi ada kontraindikasi.
7) Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan
biasa sesuai kemampuan saluran cerna.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

37
a. Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan.
Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau
lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemakdiberikan dalam
bentuk mudah dicerna. Formula enterala dengan asam amino rantai cabang
(Branched Chain Amino Acid/BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin
dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian
cairan maksimal 1 liter / hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin, karena
itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya
retensi garam aatau air, makanan diberikan sebagai diet Hati garam
rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik,
diberikan dietgaram rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain
makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan
glukosa.

Bahan Makanan Sehari


1. Makanan Padat
Bahan Makanan Berat (g) Urt
Beras 120 4 gls bubur
Telur ayam 50 1 bsr
Maizena 20 4 sdm
Daging 50 1 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg pepaya
Margarin 20 2 sdm
Gula pasir 100 10 sdm

Nilai Gizi :
Energi 1394 kkal Besi 11,3 mg

Protein 28 g Vitamin A 12018RE


Lemak 37 g Tiamin 0,5 mg
Karbohidrat 244 g Vitamin C 271 mg
Kalium 271 g

Pembagian Bahan
Makanan Sehari

38
Contoh Menu

Pagi Pa
gi
Beras 30 g = 1 gls bubur Bubur ayam
Telur ayam 50 g = 1 btr Telur ½ masak
Sayuran 50 g = ½ gls Jus tomat
Gula pasir 10 g = 1 sdm

Maizena 20 g = 4 sdm Puding maizena + sirup


Gula pasir 40 g = 4 sdm Air jeruk
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Siang dan malam Siang


Beras 45 g = 1 ½ gls bubur Bubur/ nasi/ tim
Daging 25 g = 1 ptg kcl Gadon daging
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg Setup bayam
Gula pasir 10 g = 1 sdm Pepaya
Margarin 10 g = 1 sdm

Pukul 16.00 Pukul


16.00
Gula pasir 30 g = 3 sdm Sirup

Malam
Bubur/ nasi / tim
Perkedel daging
Wortel + labu siam
pisang

39
2. Makanan Padat + Formula Enteral BCAA (Branched Chain Amino Acid)
Bahan Makanan Berat (g) Urt
Beras 100 4 gls bubur
Maizena 20 4 sdm
Daging 50 1 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg pepaya
Margarin 20 2 sdm
Formula BCAA 750 ml 3 ¼ gls
Gula pasir 25 2 ½ sdm

Nilai gizi
Energi 1264 kkal
Protein 54 g
Lemak 40 g
Karbohidrat 202 g
Kalsium 395 mg
Besi 12,3 mg
Vitamin A 11468 RE
Tiamin 0,4 mg
Vitamin C 320 mg

Maizena 20 g = 4 sdm
Pembagian Bahan Makanan
Gula pasir 15 g = 1 ½
Sehari sdm
Pagi Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Formula BCAA 250 ml = 1 ¼ gls
Gula pasir 10 g = 1 sdm Siang dan malam
Beras 50 g = 2 gls bubur
Pukul 10.00 Daging 25 g = 1 ptg kcl
40
Sayuran 100 g = 1 gls
Margarin 10 g = 1 sdm
Contoh menu sehari
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Pagi
Pukul 16.00 dan pukul 21.00
Formula BCAA
Formula BCAA 250 ml = 1 ¼ gls
Teh manis

Pukul 10.00
Puding maizena
Pepaya

Siang
Bubur/ nasi / tim
Gadon daging
Setup wortel + buncis
Jeruk

Pukul 16.00
Formula BCAA

Malam
Bubur/ nasi/ tim
Perkedel daging bakar
Sup sayuran
Jeruk

Pukul 21.00
Formula BCAA

41
b. Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati I kepada
pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan
diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/ kg BB dan
lemak sedang (20-25 % dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang
mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C, tetapi
kurang kalsium dan tiamin. Menurut berat nta retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai diet hati II garam rendah. Bila asites hebat dan diuresis
belum baik, diet mengikuti pola diet garam rendah I.

Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan Berat (g) Urt
Beras 200 4 gls tim
Maizena 40 8 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 50 2 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg pepaya
Minyak 25 2 ½ sdm
Gula pasir 70 7 sdm

Nilai gizi
Energi 1973 kkal Kalsium 295 Vitamin C 271 mg
Protein 53 g Besi 18,8 mg Natrium 194 mg
Lemak 55 g Vitamin A 26671 RE
Karbohidrat 318 g Tiamin 0,7 mg

Pembagian Bahan Makanan Sehari Telur ayam 50 g = 1 btr

Pagi Sayuran 50 g = ½ gls

Beras 50 g = 1 gls tim Minyak 5 g = ½ sdm


42
Gula pasir 10 g = 1 sdm

Pukul 10.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Siang
Beras 75 g = 1 ½ gls tim
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½ gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm

Pukul 16.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm

Malam
Beras 75 g = 1 ½ gls tim
Daging 50 g = 1 ptg sdg

Tempe 25 g = 1 ptg sdg


Sayuran 75 g = ½ gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm

43
Contoh menu sehari
Pagi
Bubur manado
Telur ½ matang
Teh manis

Pukul 10.00
Ongol-ongol + kelapa muda
Jus apel

Siang
Nasi/ tim
Semur bola-bola daging
Souffle tahu saos tomat
Tumis bayam
Selada buah

Pukul 16.00
Puding karamel
Sirup

Malam
Nasi/tim
Lele bakar kecap
Pepes tempe
Sayur lodeh
Pepaya

44
c. Diet Hati III
Diet hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II atau
kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis infeksiosa/A dan Hepatitis serum/B)
dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima
protein, dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Menurut kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau
biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak, mineral dan
vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai diet hati III garam rendah I.

Bahan makanan sehari


Bahan makanan Berat (g) Urt
Beras 250 5 gls tim
Maizena 20 4 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 100 2 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang hijau 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah 300 3 ptg sdg pepaya
Minyak 25 2 ½ sdm
gula pasir 70 7 sdm
susu 200 1 gls

Protein 78 g
Lemak 65 g
Nilai Gizi
Karbohidrat 371 g
Energi 2367 kkal
45
Kalsium 676 mg
Besi 28,9 mg
Vitamin A 27002 RE Pembagian bahan makanan sehari
Tiamin 1,1 mg Pagi
Viatmin C 274 mg Beras 50 g = 1 gls tim
Natrium 298 mg Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ½ gls
Minyak 5 g = ½ sdm
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Susu 200 g = 1 gls

Pukul 10.00
Kacang hijau 25 g = 2 ½ sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Siang dan malam


Beras 100 g = 1 ¾ gls tim
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Telur ayam 25 g = ½ btr
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Sayuran 75 g = ½ gls
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg
Minyak 10 g = 1 sdm

Pukul 16.00
Maizena 20 g = 4 sdm
Gula pasir 30 g = 3 sdm

46
Bahan makanan yang dibatasi
Bahan makanan yang dibatasi untuk diet hati I, II, dan III adalah dari sumber
lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak mengandung lemak dan santan
serta bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi,
lobak, ketimun, durian dan nangka.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan


Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hati I, II, dan III adalah
makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi kental.

Contoh menu sehari


Pagi
Nasi/tim
Telur ceplok air
Setup buncis
Susu
Pukul 10.00
Bubur kacang hijau
The
Siang
Nasi/tim
Ikan baker + saos tomat
Tumis tahu
Sup bayam
Apel
Pukul 16.00
Kelepon
Teh
Malam
Nasi/tim
Empal daging
Oseng-oseng tempe
Sup kacang polong + wortel
Pepaya

47
Cara memesan diet
Diet hati I/II/III (DH I/ II/ III)

Diet Penyakit Kandung Empedu


Gambaran Umum
Fungsi utama kandung empedu adalah untuk mengkonsentrasikan dan
menyimpan empedu yang diproduksi oleh hati. Cairan empedu mengandung garam
empedu dan kolesterol. Empedu membantu pencernaan serta absorpsi lemak dan
vitamin larut lemak A, D, E, K, mineral besi dan kalsium.
Penyakit kandung empedu yang membutuhkan diet khusus adalah koletiasis dan
kolesistitis.

Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah terbentuknya batu empedu yangn bila masuk ke dalam
saluran empedu menimbulkan penyumbatan dan kram. Penyaluran empedu ke
duodenum terganggu sehingga menggganggu absorpsi lemak. Ada dua jenis batu
empedu, yaitu batu kolesterol dan batu pigmen yang terdiri dari polimer bilirubin dan
garam kalsium.
Faktor risiko terjadinya batu kolesterol antara lain adalah gender perempuan,
kegemukan, faktor etnik, obat-obatan, dan penyakit saluran cerna, sedangkan faktor
risiko batu pigmen adalah berat badan kurang, asupan lemak dan protein kurang, serta
sirosis hati.

Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu. Penyebab utamanya adalah
batu empedu yang menyumbat saluran empedu. Penyakit ini dapat disertai jaundice
(ikterus), karena cairan empedu yang tidak bisa masuk ke saluran cerna berubah
warna menjadi bilirubin yang berwarna kuning dan masuk ke peredaran darah.

55

48
Tindakan medik biasanya dilakukan berupa operasi pengeluaran batu atau
kandung empedu.

Tujuan diet
Tujuan diet penyakit kandung empedu adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi optimal dan memberi istirahat pada kandung empedu, dengan cara :
1) Menurunkan berat badan bila kegemukan, yang dilakukan secara bertahap
2) Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri abdomen.
3) Mengatasi malabsorbsi lemak.

Syarat diet
Syarat-syarat diet penyakit kandung empedu :
1) Energi sesuai kebutuhan. Bila kegemukan diberikan diet rendah energi.
Hindari penurunan berat badan yang terlalu cepat.
2) Protein agak tinggi, yaitu 1-1,25 g/ kg BB.
3) Pada keadaan akut, lemak tidak diperbolehkan sampai keadaan akutnya
mereda, sedangkan pada keadaan kronis dapat diberikan 20-25 % dari total
kebutuhan energi. Bila ada steatorea dimana letak feses > 25 g/ 24 jam, lemak
dapat diberikan dalam bentuk asam lemak rantai sedang (MCT), yang
mungkin dapat mengurangi lemak feses dan mencegah kehilangan vitamin
dan mineral.
4) Bila perlu diberikan suplemen vitamin A, D, E, dan K.
5) Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat kelebihan
asam empedu dalam saluran cerna.
6) Hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan tidak
nyaman.

49
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet Lemak Rendah I
Diet lemak rendah I diberikan kepada pasien kolelitiasis dan kolesistitis
dengan klik akut. Makanan yanng diberikan berupa buah-buahan dan minuman manis
Makanan ini rendah energi dan semua zat gizi kecuali vitamin A dan C. Sebaiknya
diberikan selama 1-2 hari saja.

Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan Berat (g) Urt
Buah 1000 10 ptg sdg pepaya
Sirup 400 2 gls
Gula pasir 100 10 sdm

Nilai gizi :
Energi 996 kkal
Protein 5 g
Lemak 0 g
Karbohidrat 244 g
Kalsium 200 mg
Besi 17 mg
Vitamin A 1100 RE
Tiamin 0,4 mg
Vitamin C 780 mg

Pembagian bahan makanan sehari


Pukul 07.00 teh 1 gls
Pukul 08.00 pisang 1 bh sdg
Pukul 10.00 pepaya 2 ptg sdg
Pukul 12.00 pisang 2 bh sdg
Sirup 1 gls
Pukul 15.00 pepaya 2 ptg sdg
Pukul 18.00 pisang 2 bh sdg
Sirup 1 gls
50
Pukul 20.00 pisang 1 bh sdg
Teh manis 1 gls

Diet Lemak Rendah II


Diet lemak rendah II diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah dapat
diatasi dan perasaan mual sudah berkurang atau kepada pasien penyakit saluran
empedu kronis yang terlalu gemuk. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan
dalam bentuk cincang, lunak, atau biasa. Makanan ini rendah energi, kalsium dan
tiamin.

Bahan Makanan sehari


Bahan Makanan Berat (g) Urt
Beras 100 4 gls bubur
Telur ayam 50 1 btr
Daging 100 2 ptg sdg
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 200 2 gls
Buah 400 4 ptg sdg pepaya
Margarin 10 1 sdm
Gula pasir 30 3 sdm

Kalsium 335 mg
Besi 21 mg
Nilai gizi Vitamin A 12248 RE
Tiamin 0,7 mg
Energi 1250 kkal Vitamin C 184 mg
Protein 56,2 g
Lemak 34 g Pembagian bahan makanan sehari
Karbohidrat 187 g Pagi

51
Beras 30 g = 1 gls bubur
Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ½ gls Contoh Menu sehari
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Pukul 10.00 dan 16.00 Pagi
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg Bubu/nasi/ tim
Gula pasir 10 g = 1sdm Telur ceplok air + saos
Siang dan malam tomat Rebusan kacang
Beras 35 g = 1 gls bubur panjang Teh
Daging 50 g = 1 ptg sdg Pukul 10.00
Tempe 50 g = 2 ptg sdg Jus jeruk
Sayuran 75 g = ¾ gls Siang
Pepaya 100 g = 1 ptg sdg Bubur/nasi/tim
Margarin 5 g = ½ sdm Perkedel daging panggang
Tempe bacem
Sayuran bening bayam
Apel
Pukul 16.00
Selada pepaya
Malam
Bubur/nasi/tim
Ayam presto
Tahu bakso kukus saos tomat
Sup sayuran
Pisang

52
Diet Lemak Rendah III
Diet lemak rendah III diberikan kepada pasien penyakit kandung empedu yang
tidak gemuk dan cukup mempunyai nafsu makan. Menurut keadaan pasien, makanan
diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup energi dan semua zat
gizi.
Bahan Makanan sehari
Bahan Makanan Berat (g) Urt
Beras 250 5 gls tim
Maizena 20 4 sdm
Telur ayam 50 1 btr
Daging 100 2 ptg sdg
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2 ½ gls
Buah 200 2 ptg sdg
Margarin 10 1 sdm
Gula pasir 80 8 sdm
Susu skim bubuk 20 4 sdm

Nilai Gizi

Energi 2073 kkal


Protein 74 g
Lemak 34 g
Karbohidrat 369 g
Kalsium 700 mg
Besi 21,8 mg
Vitamin 14049 RE
Tiamin 0,9 mg
Vitamin C 143 mg

Pagi
Beras 50 g = 1 gls tim
Pembagian bahan makanan sehari Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ¾ gls
53
Gula pasir 20 g = 2 sdm
Pukul 10.00
Contoh menu sehari
Susu skim bubuk 20 g = 4 sdm
Maizena 20 g = 4 sdm Pagi
Roti bakar isi madu
Gula pasir 40 g = 4 sdm
Telur ceplok
Siang dan Malam
Susu skim
Beras 100 g = 2 gls tim
Pukul 10.00
Daging 50 g = 1 ptg sdg
Pudding maizena + saos
Tempe 50 g = 2 ptg sdg
Siang
Sayuran 100 g = 1 gls
Nasi/tim
Papaya 100 g = 1 ptg sdg
Soto ayam
Margarine 5 g = ½ sdm
Perkedel tempe bakar
Pukul 16.00
Tumis taoge + kacang
Gula pasir 20 g = 2 sdm
panjang Semangka
Pukul 16.00
Sirup
Malam
Nasi/tim
Fu yung hay
Sup tahu
Capcay
Papaya

54
Bahan makanan yang tidak dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet penyakit kandung empedu adalah
semua makanan dan daging yang mengandung lemak, gorengan, dan makanan yang
menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian dan
nangka.

Cara memesan diet


Diet lemak rendah I/II/III (DLR I/II/III)

Diet Penyakit Diabetes Melitus

I. Diet Penyakit Diabetes Melitus tanpa komplikasi


Gambaran Umum
Diabetes mellitus (DM) kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormone
insulin secara absolute atau relative. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan
latihan jasmani dan perubahan prilaku tentang makanan.
Sesuai consensus pengelolahan diabetes mellitus di Indonesia (2002) oleh
perkumpulan Endokrinologi Indonesia, penyakit Diabetes Melitus dibagi dalam 4
golongan, yaitu Diabetes Melitus Tipe I dan II, Diabetes Melitus Gestasional, dan tipe
lain.

Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit Diabetes Melitus adalah membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih baik,
dengan cara :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau exogenous),
dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

55
3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
4) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin
seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah
yang berhubungan dengan latihan jasmani.
5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit Diabetes Melitus adalah :
1) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi serta ada
tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi
(20%), siang (30%), dan sore (25%) serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan
(masing-masing 10-15%).
2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3) Kebutuhab lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
< 10 % dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak
tidak jenuh ganda, sedangkan isinya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan
kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg hari.
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60 – 70%.
5) Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas. Gula alternative adalah bahan
pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternative yaitu yang bergizi dan
yang tidak bergizi. Gula alternative bergizi adalah fruktosa, gula alcohol berupa
sorbitol, manitol, dan solitol, sedangkan gula alternative tak bergizi adalah
aspartame dan sakarin. Penggunaan gula alternative hendaknya dalam jumlah
terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat
meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan gula alcohol dalam jumlah
berlebihan mempunyai laksatif.
6) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah

56
terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan
energi total.
7) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat didalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan
serat sehari.
8) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium
dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila
mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi (Lihat Diet Garam Rendah)
9) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan
vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diabetes Melitus dikontrol
berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Sebagai pedoman
dipakai 8 jenis Diet Diabetes Melitus sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 17.1.
Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien, jenis Diabetes Melitus dan program
pengobatan secara keseluruhan.

Tabel 17.1. Jenis Diet Diabetes mellitus Menurut kandungan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat.
Jenis Diet Energi (Kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51.5 36.5 235
IV 1700 55.5 36.5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396

57
Bahan Makanan Sehari

Jumlah bahan makanan sehari untuk tiap standar diet Diabetes Melitus dinyatakan
dalam satuan penukar (lihat Tabel 17.2). Daftar bahan makanan penukar yang
digunakan adalah Daftar Bahan Makanan penukar II.
Pembagian makanan sehari untuk tiap standar diet Diabetes Melitus dapat dilihat
pada Tabel 17.3.

Tabel 17.2 Jumlah bahan makanan sehari menurut Standar Diet Diabetes
Melitus (dalam satuan penukar II)
Golongan Standar Diet
Bahan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Makanan kkal kkal kkal Kkal Kkal kkal Kkal kkal
Nasi atau 2½ 3 4 5 5½ 6 7 7½
penukar
Ikan atau 2 2 2 2 2 2 2 2
penukar
Daging atau 1 1 1 1 1 1 1 1
penukar
Tempe atau 2 2 2½ 2½ 3 3 3 5
penukar
Sayuran/ S S S S S S S S
penukar A
Sayuran/ 2 2 2 2 2 2 2 2
penukar B
Buah atau 4 4 4 4 4 4 4 4
penukar
Susu atau - - - - - - 1 1
penukar
Minyak atau 3 4 4 4 4 7 7 7
penukar
Keterangan : S = sekehendak

58
Tabel 17.3 Pembagian makanan sehari tiap standar Diet Diabetes Melitus dan
Nilai Gizi (dalam satuan penukar II)
Waktu, Bahan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 Makanan

Pagi
Nasi ½ 1 1 1 1½ 1½ 1½ 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe - - ½ ½ 1 1 1 1
Sayuran A S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Pukul 10.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1

Siang
Nasi 1 1 2 2 2 2½ 3 3
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3

Pukul 16.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1

Malam
Nasi 1 1 1 2 2 2 2½ 2½
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Nilai Gizi
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (g) 43 45 51.1 55.5 60 62 73 80
Lemak (g) 30 35 36.5 36.5 48 53 59 62
Karbohidrat (g) 172 192 235 275 299 319 369 396
Keterangan S = Sekehendak

59
Contoh Menu sehari
Waktu Bahan Makanan Penukar Urt Menu
Pagi nasi 1½p 1 gls Nasi
Telur ayam 1p 1 btr Telur dadar
Tempe 1p 2 ptg sdg Oseng-oseng tempe
Sayuran A S Sup oyong + tomat
Minyak 2p 1 sdm

Pukul10.00 Buah 1p 1 ptg sdg Pepaya

Siang Nasi 2p 1 ½ gls Nasi


Ikan 1p 1 ptg sdg Pepes ikan
Tempe 1p 2 ptg sdg Tempe goreng
Sayuran B 1p 1 gls Lalapan kc.panjang +
kol
Buah 1p ¼ bh sdg Nanas
Minyak 2p 1 sdm

Pukul 16.00 Buah 1p 1 bh Pisang

Malam Nasi 2p 1 ½ gls Nasi


Ayam tanpa kulit 1p 1 ptg sdg Ayam bakar bb kecap
Tahu 1p 1 bh bs Tahu bacem
Sayuran B 1p 1 gls Stup buncis + wortel
Buah 1p 1 ptg sdg Pepaya
Minyak 2p 1 sdm

60
Bahan Makanan yang Dianjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan
sagu.
2) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe,
tahu, dan kacang-kacangan.
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna.
Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan
dibakar.

Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan


Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet Diabetes
Melitus adalah yang :
1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti :
a. Gula pasir, gula jawa.
b. Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan, dan es krim.
c. Kue-kue manis, dodol, cake, dan tarcis.
2) Mengandung banyak lemak, seperti cake, makan siap saji (fast food), goreng-
gorengan.
3) Mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan.

Cara Memesan Diet


Diet Diabetes Melitus I/II/III (DM I/II/III)

II. Diet Penyakit Diabetes Melitus dengan Nefropati


Gambaran Umum
Diabetes Melitus (DM) jika tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh, diantaranya ginjal. Manifestasi
lanjut dari kelainan ginjal pada diabetes mellitus adalah Nefropati Diabetes.

61
Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit diabetes mellitus dengan nefropati adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal serta menghambat laju kerrusakan ginjal, dengan
cara :
1) Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah.
2) Mencegah menurunkan fungsi ginjal
3) Memperthankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit diabetes mellitus dengan nefropati adalah :
1. Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg/BB ideal.
2. Protein rendah, yaitu 10 % dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB.
Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung pada kondisi pasien sebanyak
65% protein berasal dari sumber protein bernilai biologic tinggi.
3. Karbohidrat sedang, yaitu 55-60 % dari kebutuhan enrgi total. Kebutuhan
karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Gunakan karbohidrat
kompleks sebagai sumber karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana
berupa gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan bersama makanan
utama dan bukan diantara waktu makan.
4. Lemak normal, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan asam lemak
tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan asam lemak jenuh hendaknya < 10 %
asupan energi total. Kolesterol < 300 mg.
5. Natrium 1000-3000 mg, tergantung pada tekanan darah, adanya edema, dan
ekskresi natrium.
6. Kalium dibatasi hingga 40-70 mEq(1600-2800 mg) atau 40 mg/kg BB, bila ada
hiperkalemia (GFR ≤ 10 ml/menit) atau bila jumlah urin < 1000 ml/hari.
7. Fosfor tinggi 8-12 mg/kg BB (diperlukan obat pengikat fosfor).
8. Kalsium tinggi 1200-1600 mg (diperlukan suplemen)
9. Vitamin tinggi . Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B
kompleks, asam folat dan piridoksin, serta vitamin C.

62
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Ada 8 jenis diet diabetes mellitus rendah protein (DMRP) menurut nilai energi 1100-
2500 kkal yang masing-masing dibagi lagi menurut nilai protein, yaitu 30 g, 40 g, dan
50 g. Protein 50 g sehari hanya ditetapkan untuk diet DMRP 2100 kkal, 2300 kkal,
dan 2500 kkal. Diet diberikan sesuai dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi
ginjal pasien. Pembagian makanan dan nilai gizi makanan sehari DMRP menurut
satuan penukar dapat dilihat pada Tabel 17.4, 17.5, dan 17.6

63
Tabel 17.4 Standar Diet Diabetes Nefropati dan Nilai Gizi dalam Satuan
Penukar II (dengan protein 30 g)
Waktu,Bahan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Makanan
Pagi
Nasi 1 1 1 1 1 1 1 1
Daging ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½
Sayuran ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½
Minyak 1 1 1 1 1 1 1 1

Pukul 10.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Gula - 1 - - - - - -
Ubi - - - - - - - -
Santan - - - - - - - -

Siang
Nasi 1 1 1 1 1 1 1 1
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½
Buah 1 2 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 1 1 1 1

Pukul 16.00
Buah 1 2 1 1 1 1 1 1
Gula - 1 - - - - - -
Ubi - - - - - - - -
Hunkwe - - - - - - - -

64
Santan - - - - - - - -

Malam
Nasi 1 1 1 1 1 1 1 1
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 1 1 1 1

Nilai Gizi
Energi (kkal) 1075 1075 1075 1075 1075 1075 1075 1075
Protein (g) 31 31 31 31 31 31 31 31
Lemak (g) 25 25 25 25 25 25 25 25
Karbohidrat 176 176 176 176 176 176 176 176
(g)

65
Diet Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
1. Diet Dislipidemia
Gambaran Umum
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein
(LDL), dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein
(HDL). Peningkatan kadar kolesterol, terutama LDL, atau trigliserida darah perlu
mendapat perhatian karena merupakan predisposisi terhadap terjadinya aterosklerosis
atau penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar HDL plasma menurunkan risiko
terhadap Penyakit Jantung Koroner. Rendahnya HDL menyebabkan
Hipertrigliseridemia.
Pengobatan dislipidemia menormalisasi nilai lipid darah mengurangi risiko
terhadap aterogenesis dan penyakit kardiovaskuler. Penyebab utama peningkatan
kolesterol dalam darah adalah factor keturunan dan asupan lemak tinggi. Faktor risiko
utama terserang aterosklerosis adalah kegemukan. Asam lemak tidak jenuh ganda dan
asam lemak tidak jenuh tunggal , serat larut air, karbohidrat kompleks, dan diet
vegetarian mempunyai pengaruh terhadap kadar lipid darah, sedangkan asam lemak
jenuh, kolesterol dan kegemukan mempunyai pengaruh kurang baik terhadap kadar
lipid darah yang berisiko penyakit jantung koroner. Pilar utama pengolahan
dislipidemia adalah diet, latihan jasmani, dan pengelolaan berat badan.
Penyebab utama peningkatan trigliserida darah adalah factor genetic,
kegemukan, alcohol, hormone estrogen, obat-obatan, Diabetes Melitus tidak
terkontrol, penyakit ginjal kronik, penyakit hati serta asupan karbohidrat sederhana
berlebihan.

Tujuan Diet
Tujuan Diet Dislipidemia adalah untuk :
1) Menurunkan berat badan bila kegemukan
2) Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
3) Menurunkan asupan kolesterol makanan

66
4) Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat
sederhana.

Syarat Diet
Syarat-syarat diet dislipidemia adalah :
1) Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berta badan dan aktivitas fisik. Bila
kegemukan, penurunan berat baha dicapai dengan asupan energi rendah dan
meningkatkan aktivitas fisik serta bisa menghasilkan penurunan penurunan kadar
trigliserida darah yang cepat.
2) Lemak sedang, < 30 % dari kebutuhan energi total lemak. Lemak jenuh untuk
diet dislipidemia tahap I, but<10 % dari total kebutuhan energi total dan diet
dislipidemia tahap II, < 7 % dari kebutuhan energi total. Lemak tak jenuh ganda
dan tunggal untuk diet Dislipidemia Tahap I maupun tahap II adalah 10-15% dari
kebutuhan energi total. Kolesterol < 300 mg untuk diet dislipidemia tahap I dan
< 200 mg untuk diet dislipidemia tahap II.
3) Protein cukup, yaitu 10-20 % dari kebutuhan energi total. Sumber protein
hewani, terutama dari ikan yang banyak mengandung lemak omega-3.
4) Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.
5) Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tubuk, atau
beras merah, havermout atau kacang-kacangan.
6) Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien
yang mengkonsumsi ≤ 1200 kkal energi sehari.

Jenis diet, indikasi pemberian, dan lama pemberian


Ada dua jenis diet dislipidemia yaitu Diet dislipidemia tahap I dan II. Bagi yang
kegemukaan dilakukan pengkajian berat badan, usaha penurunan berat badan, dan
sikap yang berhubungan dengan makanan. Untuk memulai diet dilakukan pemberian
diet tahap I dan kemudian akan dilanjutkan tahap II.
Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah setelah 4-6
minggu dan 3 bulan. Tujuan diet tidak tercapai selama 3 bulan dengan diet tahap I
maka harus pindah ke diet tahap II. Apabila tujuan pengobatan tidak dapat dicapai
pada waktu yang ditentukan, maka pasien harus kondsultasi dengan dietesien.

67
Bahan makanan sehari dan nilai gizi

Standar diet dislipidemia


(dalam satuan penukar II)
1. Tahap I
Bahan Energi (kkal)
makanan
1200 1600 2000 2500
Nasi 2½ 3½ 5½ 6½
Ikan 2 3 3 4
Daging ½ 1 1 1½
Tempe 3½ 4 4 5½
Sayuran 2 3 3 3
Buah 3 3 3 4
Susu - - 1 2
Minyak 2½ 4 5 6
kelapa sawit
Gula 10 10 10 10

Nilai Gizi

Bahan makanan Energi (kkal)


1200 1600 2000 2500
Energi (kkal) 1201 1602 2002 2477
Protein (g) 47 65 73 95
15,7 % 16 % 14,5 % 15 %
Lemak (g) 29,5 43 48 62
22,1 % 24 % 21,5 % 22 %
Lemak jenuh (g) 12,4 13,3 14,3 16,1
9,3 % 7,4 % 6,4 % 6%

68
Kolesterol (mg) 173,8 140 135 192,5
Karbohidrat (g) 180 229 309 371
59,9 % 57 % 61,7 % 60 %
Serat (g) 22,1 23 23 25,5

2. Tahap II
Bahan makanan Energi (kkal)
1200 1600 2000 2500
Nasi 2½ 4 5½ 6½
Ikan 2½ 2 2 4
Daging 1 1½ 1½ 1½
Tempe 3 3 4 5
Sayuran 2 3 3 3
Buah 3 3 3 4
Susu 3 3 5 6
Minyak kelapa sawit - - 1 2

Gula 10 10 10 10

Nilai Gizi
Bahan Energi (kkal)
makanan 1200 1600 2000 2500
Energi (kkal) 1217 1576 1976 2451
Protein (g) 51,5 64 72 94
17 % 16,4 % 14,6 % 15,3 %
Lemak (g) 34 43 48 62
25 % 24,6 % 22,2 % 22,8 %
Lemak jenuh 4,5 5,3 6,0 7,8
(g)
3,2 % 3% 2,7 % 2,8 %

Kolesterol 121,5 133,7 133,8 168,8

69
(mg)

Karbohidrat 176 223 303 366


(g)

58 % 56,7 % 61,8 % 59,7%

Serat (g) 44 23 23,03 26,4

Keterangan :
Pengguanaan telur sebagai pengganti daging :
Diet tahap I : 3 butir / minggu
Diet tahap II : 1 butir / minggu
Penggunaan minyak :
Diet tahap I : boleh menggunakan lemak jenuh (minyak kelapa/ kelapa sawit)
Diet tahap II : hanya menggunakan minyak tidak jenuh ganda (minyak
jagung/minyak kedelai)
Penggunaan Susu:
Diet tahap I : susu penuh / whole
Diet tahap II : susu skim / non fat

70
Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber Karbohidrat Beras terutama beras Produk makanan jadi: pie,
tumbuk/ beras merah, pasta, cake, croissant, pastries,
makaroni, roti tinggi serat biskuit, krekers berlemak,
(whole wheat bread), dan kue-kue berlemak
cereal, ubi, kentang, kue lain.
buatan sendiri dengan
menggunakan sedikit
minyak/lemak tak jenuh.
Sumber Protein Ikan, unggas tanpa kulit, Daging gemuk, daging
hewani daging kurus, putih telur, kambing, daging babi,
susu skim, yoghurt rendah jeroan, otak, sosis, sardin,
lemak, dan keju rendah kuning telur (batasi hingga
lemak. 3 btr seminggu), susu
skim, susu kental manis,
krim, yoghurt dari susu
penuh, keju, dan es krim.
Sumber protein Tempe, tahu, dan kacang- Dimasak dengan santan
nabati kacangan dan digoreng dengan
minyak jenuh, seperti
kelapa dan kelapa sawit.
Sayuran Semua sayur dalam bentuk Sayuran yang dimasak
segar, direbus, dikukus, dengan mentega, minyak
disetup, ditumis kelapa atau minyak kelapa

71
Menggunakan minyak sawit dan kental manis.
jagung, minyak kedelai atau
margarin tanpa garam yang
dibuat dari minyak tidak
jenuh ganda, dimasak
dengan santan encer.
Buah Semua buah dalam keadaan Buah yang diawet dengan
segar atau bentuk jus gula, seperti buah kaleng
dan buah kering.
Sumber lemak Minyak jagung, kedelai, Minyak kelapa dan
kacang tanah, bunga minyak kelapa sawit,
matahari Dan wijen, mentega, margarin,
margarin tanpa garam yang kelapa, santan, krim,
dibuat dari minyak tidak lemak babi/lard, bacon,
jenuh ganda, mayones dan cocoa mentega, mayones
salad dressing tanpa garam dan dressing dibuat
yang dibuat dari minyak dengan telur.
tidak jenuh ganda.

Contoh Menu
Diet Dislipidemia Tahap I 1600 kkal
Waktu Bahan Penukar Urt Menu
Makanan
Pagi Nasi 1p ½ gls Nasi
Ikan 1p 1 ptg sdg Ikan pepes
Tempe 1p 2 ptg sdg Tempe bacem
Sayuran ½p ½ gls Lalapan +
Minyak 1p ½ sdm sambel

72
Pukul Pisang 1p 1 bh Pisang
10.00
Siang Mi 1½p 1 ½ gls Mi bakso
Bakso 1½p 15 bj sdg campur
Tahu 1½p 1 ½ bj bsr
Sayuran 1p 1 gls Sawi
Minyak 1p ½ sdm
Jeruk manis 1p 2 bh Jeruk manis
Pukul Pepaya 1p 1 ptg sdg Pepaya
16.00 Gula pasir 1p 1 sdm teh
Malam Nasi 1½p 1 gls Nasi
Ikan 1p 1 ptg Ikan bumbu
Tempe 1p 2 ptg sdg kuning
Sayuran ½p ½ gls Oseng tempe
Minyak 1p ½ sdm Cah sawi

Cara memesan diet


Diet Dislipidemia tahap I (DDI) ______ kkale
Diet Dislipidemia tahap II (DDII) _____ kkal

2. Diet Penyakit Jantung


Gambaran Umum
Penyakit Jantung terjadi akibat proses berkelanjuutan, dimana jantung secara
berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukannya untuk melakukan fungsi
secara normal.
Dalam keadaan tidak terkompensasi (Decompensatio Cordis), sirkulasi darah
yang tidak normal menyebabkan sesak napas (Dyspnea), rasa lelah, dan rasa sakit di
daerah jantung. Berkurangnya aliran darah dapat menyebabkan kelainan pada fungsi
ginjal, hati, otak, serta tekanan darah yang berakibat terjadinya resorpsi natrium dapat
menimbulkan edema. Penyakit jantung menjadi akut bila disertai infeksi

73
(Endocarditis atau carditis), gagal jantung, setelah Myocard infact, dan setelah
operasi jantung.

Tujuan diet
Tujuan diet penyakit jantung adalah :
1) Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung
2) Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.
3) Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau lihat.

Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit jantung adalah sebagai berikut :
1) Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2) Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB.
3) Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak
jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh.
4) Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia.
5) Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium, dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
6) Garam rendah, 2-3 g / hari, jika disertai hipertensi atau edema.
7) Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8) Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9) Cairan cukup ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
10) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi
kecil.
11) Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parentral, atau suplemen gizi.

74
Jenis diet dan indikasi pemberian
a. Diet Jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard
infarct (MCI) atau Dekompensasio kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter
cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini
sangat rendah energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan
selama 1-3 hari.
b. Diet Jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I, atau setelah fase akut dapat
diatasi. Jika disertai hipertensi atau edema, diberikan diet jantung II garam
rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium, dan tiamin.
c. Diet jantuung III
Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diberikan
sebagai peralihan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi
yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan edema, diberikan Diet jantung
III garam rendah. Diet ini rendah energi, kalsium, tetapi cukup zat gizi lainnya.
d. Diet Jantung IV
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan
keadaan ringan. Jika disertai hipertensi atau edema, diberikan sebagai diet jantung
IV garam rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lain, kecuali kalsium.

75
Bahan Makanan Sehari

Bahan Diet Jantung Diet Jantung Diet Jantung Diet Jantung


makanan I II III IV
Berat urt Berat Urt Berat urt Berat Urt
(g) (g) (g) (g)
Beras - - 100 3 gls 200 4 gls 250 3 ¾
bubur tim Gls
Nasi
Daging - - 100 2 ptg 100 2 ptg 100 2 Ptg
sdg sdg Sdg
Telur ayam - - 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
Tempe - - - - 75 3 ptg 125 5 Ptg
sdg Sdg
Sayuran 400 2 gls 300 3 gls 300 3 gls 300 3 gls
sari
buah
Buah - - 400 4 ptg 400 4 ptg 400 4 Ptg
sdg sdg Sdg
pepaya
Minyak - - 15 1 ½ 15 1 ½ 25 2 ½
sdm sdm Sdm
Margarin 10 1 sdm - - - - - -
Tidak
bergaram
Gula pasir 80 8 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm
Sususkim 100 2 sdm 20 4 sdm - - - -
bubuk

76
Nilai Gizi
Diet Jantung I Diet Jantung II Diet jantung Diet Jantung
III IV
Energi 905 1223 1662 2004
(kkal)
Protein (g) 40 44 60 72
Lemak (g) 10 37 40 53
Karbohidrat 172 186 271 317
(g)
Kalsium 1438 544 384 451
(mg)
Besi (mg) 2,3 14,8 22,8 28,2
Vitamin A 960 26570 26633 26665
(RE)
Tiamin 0,7 0,9 0,9 1
(mg)
Vitamin C 203 344 343 343
(mg)
Natrium - 188 198 359
(mg)

77
Bahan Makanan Yang dianjurkan dan Tidak dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan


Sumber Beras ditim atau disaring, Makanan yang mengandung
Karbohidrat roti, mi, kentang, macaroni, gas atau alcohol, seperti ubi,
biscuit, tepung beras, terigu, singkong, tape singkong dan
sagu aren, sagu ambon, gula tape ketan
pasir, gula merah, madu dan
sirup.
Sumber Protein Daging sapi, ayam tanpa Daging sapi dan ayam yang
Hewani kulit, ikan, telur, susu berlemak seperti gajih, sosis,
rendah lemak. ham, hati, limpa, babat, otak,
kepiting, dan kerang-
kerangan, keju, dan susu
penuh.
Sumber Protein Kacang-kacangan kering Kacang-kacangan kering
Nabati seperti kacang kedelai dan yang mengandung lemak
hasil olahnya, seperti tahu cukup tinggi seperti kacang
dan tempe. tanah, kacang mete, dan
kacang bogor.
Sayuran Sayuran yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas seperti mengandung gas seperti kol,
bayam, kangkung, kacang kembang kol, lobak, sawi,
buncis, kacang panjang, dan nangka mudo.
wortel, tomat, labu siam,
dan tauge.
Buah-buahan Semua buah-buahan segar Buah-buahan segar yang
seperti pisang, papaya, mengandung alcohol atau

78
jeruk, apel, melon, gas seperti durian, dan
semangka, dan sawo. nangka matang.
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai, margarine, mentega kelapa sawit serta santan
dalam jumlah terbatas dan kental.
tidak untuk menggoreng
tetapi untuk menumis.
Minuman Teh encer, coklat dan sirup Teh kental, kopi, minuman
yang bersoda dan alcohol
seperti bir, güisqui.
Bumbu Semua bumbu selain bumbu Lombok, cabe rawit, dan
tajam dan dalam jumlah bumbu-bumbu lain yang
terbatas tajam.

Diet
Contoh Menu sehari

79
jantung

Diet jantung II III


Pagi Pagi
Bubur nasi Nasi tim
Telur dadar Telur rebus
Sup wortel Tahu ungkep
Susu skim Sayur bening
labu siam
Teh
Selada buah
Pukul 10.00
Siang Selada buah
Bubur nasi
Daging bb semur Siang
Sayur bening bayam Nasi tim
Jeruk Ikan pinggang
Tempe bumbu
Pukul 16.00 kuning
Apel Sup oyong
Malam Apel
Bubur nasi
Ayam panggang Pukul 16.00
Tumis kacang panjang Agar-agar buah
Pepaya Malam
Nasi tim
Daging rolade
Tahu bacem
Tumis wortel
Pepaya

80
Diet jantung IV
Menu sama dengan diet jantung III, hanya nasi tim diganti dengan nasi.

Cara Memesan Diet


Diet Jantung I/II/III/IV Garam Rendah I/II/III (DJ I/II/III/IV GR I/II/III)

3. Diet Penyakit Stroke


Gambaran Umum
Stroke atau penyakit peredaran darah otak adalah kerusakan pada bagian
otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke
bagian otak tersumbar atau pecah. Akibatnya, dapat terjadi beberapa kelainan
yang berhubungan dengan kemampuan makan pasien yang pada akhirnya
berakibat penurunan status gizi. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan diet
khusus.

Tujuan Diet
Tujuan Diet Stroke adalah untuk :
1) memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
dengan memerhatikan keadaan dan komplikasi penyakit.
2) Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal,
dan dekubitus.
3) Mempertahankan keseimbanngan cairan dan elektrolit.

Syarat Diet
Syarat-syarat diet stroke adalah :
1) Energi cukup, yaitu 25-45 kkal/kg BB. Pada fase akut energi diberikan 1100-
1500 kkal/hari.
2) Protein cukup, yaitu 0,8 – 1 g/kg BB. Apabila pasien berada pada gizi kurang,
protein diberikan 1,2 -1,5 g/kg BB. Apabila penyakit disertai Gagal ginjal
kronik (GGK), protein diberikan rendah yitu 0,6 g/kg BB.
3) Lemak cukup, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi. Batasi sumber lemak
jenuh yaitu < 10 % dari kebutuhan energi total dan kolesterol < 300 mg.
4) Karbohidrat cukup yaitu 60-70 % dari kebutuhan energi total. Untuk pasien
DM diutamakan karbohidrat kompleks.
5) Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, C dan E.
6) Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium. Penggunaan
natrium dibatasi dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1 ½
sendok teh/ hari (setara dengan ± 5 gram garam dapur atau 2 gram natrium).
7) Serat cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan
mencegah konstipasi.

81
8) Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan asites,
cairan dibatasi.
9) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
10) Makanan diberikan dalam Porsi kecil dan sering.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


Berdasarkan tahapannya diet stroke dibagi menjadi 2 fase yaitu ;
1) Fase Akut (24-48 jam)
Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun. Pada
fase ini diberikan makanan parenteral (NPO) dan dilanjutkan dengan
makanan enteral (NGT). Kelebihan cairan menimbulkan edema serebral.
Kebutuhan energi pada NPO total adalah AMB x 1 x 1,2; protein 1,5 g/kg
BB; lemak maksimal 2,5 g/kg BB; dekstrosa maksimal 7 g/kg BB.
2) Fase Pemulihan
Fase pemulihan adalah fase di mana pasien sudah sadar dan tidak mengalami
gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan per oral secara
bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring, makanan lunak, dan
makanan biasa. Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai
gabungan makanan NPO, peroral, dan NGT sebagai berikut :
a. NPO
b. ¼ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ¾ bagian melalui NGT.
c. ½ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ½ bagian melalui NGT.
d. Diet per oral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT.
e. Diet lengkap oral.

Apabila makanan melalui NGT bertahan selama 6 minggu, perlu dipertimbangkan


kemungkinan pemberian makanan melalui gastrostomi atau jejunosromi.
Bila ada tukak lambung akibat sekresi asam lambung dan gastrin meningkat
(terutama pada stroke hemoragik), makanan diberikan secara bertahap dengan
syarat :
a. Bila tidak ada perdarahan lambung dan cairan maag slang (CMS) < 200
ml dapat diberikan makanan enteral.
b. Bila ada perdarahan, untuk sementara diberikan makanan parenteral
sampai perdarahan berhenti dan CMS < 200 ml dalam 6 jam.
c. Bila CMS sudah jernih, makanan parentral dapat diubah menjadi makanan
enteral.

82
Sesuai dengan fase penyakit, diberikan diet stroke I atau II.
1) Diet Stroke I
Diet stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada
gangguan fungsi menelan. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental
atau kombinasi cair jernih, dan cair kental yang diberikan secara oral atau
NGT sesuai dengan keadaan penyakit. Makanan diberikan dalam porsi
kecil tiap 2-3 jam. Lama pemberian makanan disesuaikan dengan keadaan
pasien.

Bahan Makanan Sehari


Bahan Makanan Berat (gram) Urt
Maizena 25 5 sdmm
Telur ayam 50 1 btr
Susu penuh bubuk 25 5 sdm
Susu skim bubuk 120 24 sdm
Buah 120 2 ptg sdg pepaya
Minyak jagung 20 2 sdm
Gula pasir 100 10 sdm
Cairan 1500 6 gls

Nilai Gizi
Energi : 1361 kkal
Protein : 56 g (16 % energi total)
Lemak : 34 g (22% energi total)
Lemak jenuh : 8,4 g (5,5 % energi total)
Karbohidrat : 211 g (61% energi total)
Kalsium : 1869 mg
Besi : 6,1 mg

Vitamin A : 1573 RE
Tiamin : 0,6 mg
Vitamin C : 166 mg
Kolesterol : 213 mg

83
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Waktu Bahan Makanan Volume (ml) Urt
Pukul 07.00 Susu formula 250 1 gls
Pukul 10.00 Susu 200 ¾ gls
Sari buah 100 ½ gls
Pukul 13.00 Susu formula 250 1 gls
Pukul 15.00 Susu 200 ¾ gls
Sari buah 100 ½ gls
Pukul 18.00 Susu formula 250 1 gls
Pukul 21.00 Susu formula 250 1 gls
Keterangan : susu formula dibuat dari susu skim bubuk, susu penuh bubuk, tepung
maizena, telur ayam, minyak jagung, dan gula pasir.

Bahan makanan yang dianjurkan


Sumber karbohidrat : maizena, tepung beras, tepung hunkwe, dan
sagu.
Sumber Protein hewani : susu whole dan skim, telur ayam 3- 4
btr/minggu.
Sumber Protein Nabati : susu kedelai, sari kacang hijau, dan susu
tempe.
Sumber lemak : margarin, minyak jagung.
Buah : sari buah dari jeruk, pepaya, tomat, dan
sirsak.
Minuman : teh encer, sirup, air gula, madu, dan kaldu.

2) Diet Stroke II
Diet stroke II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet stroke I
atau kepada pasien pada fase pemulihan.
Diet stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
1) Diet stroke II A : Makanan cair + bubur saring 1700 kkal
2) Diet stroke II B : Lunak 1900 kkal
3) Diet stroke IIC : biasa 2100 kkal

84
BAB III
KONSEP PELAYANAN TIM TERAPI GIZI

Proses Terapi Gizi Baku


Tahapan langkah proses terapi gizi terdiri dari skrining / penapisan, kajian,
diagnosis medic dan diagnosis gizi (penentuan masalah gizi) formulasi terapi
(intervensi gizi), pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi, penyusunan
rencana ulang terapi atau penghentian terapi. Rangkaian langkah tersebut
bertujuan untuk member dampak terapi yang optimal bagi pasien dan mempunyai
keefektifan biaya.
a. Skrining / Penapisan Gizi
Skrining gizi bertujuan mengidentifikasi status gizi pasien yang masuk
dalam kategori malnutrisi atau resiko malnutrisi, sehingga membutuhkan
kajian gizi yang lebih mendalam. Metoda skrining dan kategori malnutrisi
ditetapkan oleh tim. Skrining sebaiknya bersifat sederhana dan cepat. Data
skrining umumnya meliputi umur, gender, diagnose medis, berat badan,
tinggi badan, perubahan berat badan dan diet yang sedang dijalankan.
Pelaksanaan skrining dapat dilakukan oleh anggota tim yang berwenang
sesuai kompetensinya.

b. Kajian Gizi
Kajian gizi dilakukan pada pasien yang masuk dalam kategori malnutrisi
maupun risiko malnutrisi. Kajian gizi merupakan proses sistematis dalam
pengambilan, verifikasi dan interpretasi data untuk menetapkan masalah
gizi yang berkaitan dengan penyakitnya, status gizi dan perubahan
metaboliknya. Kajian ini merupakan formulasi terapi gizi.
Komponen kajian gizi :
1) Riwayat makan, medis, obat-obatan dan lain-lain yang terkait dengan
masalah gizi
2) Pemeriksaan fisis termasuk pengukuran antropometri
3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya.
c. Diagnosis Medis dan Diagnosis Gizi (Penentuan Masalah Gizi)
Berdasarkan data obyektif dan subyektif pada pengkajian gizi dapat
ditentukan penyebab, derajat serta area masalahnya. Dari fakta tersebut
dapat ditegakkan diagnosa gizi
d. Formulasi Rencana Terapi Gizi
1) Penetapan waktu dimulainnya pemberian terapi gizi.
2) Penentuan kebutuhan energy. Aktivitas fisis, specific dynamic
action (SDA) dan perubahan fisiologis dan metabolisme tubuh.
3) Penetapan komposisi zat gizi pembentuk energy. Komposisinya
bergantung pada diagnosis penyakit, perubahan metabolisme dan
85
fungsi organ. Misalnya, KH sederhana untuk penderita DM harus
rendah dan komposisi lemak untuk penderita gagal harus tinggi.
4) Penetapan kebutuhan vitamin, mineral, elektrolit dan cairan.
Kebutuhan vitamin dan mineral umumnya sesuai dengan diagnosis
penyakit, perubahan metabolisme dan fungsi organ.
5) Penetapan rute pemberian (oral, enteral, parenteral) dan frekuensi
pemberian makanan per hari.
6) Penetapan bentuk dan kepekatan (viskositas) makanan bergantung
pada kondisi saluran cerna dan cara pemberian.

86
e. Implementasi Terapi Gizi
Pelaksanaan implementasi gizi meliputi beberapa aspek yaitu
pemberian makanan sesuai dengan rancangan diet serta pemberian
konseling dan edukasi gizi sesuai dengan kesepakatan dan
kebikajakan rumah sakit.kegiatan ini dilakukan oleh tim sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan masing-masing. Hasil kegiatan ini
berupa pasien mendapat pelayanan gizi secara holistik.
f. Pemantauan dan Evaluasi Terapi Gizi
Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses
dan keberhasilan implementasi terapi gizi
serta rencana tindak lanjut terapi. Pemantauan dan evaluasi meliputi
penetapan jadwal pelaksanaa dengan ruang lingkup anatara lain :
1) Dampak pemberian makanan terhadap status gizi, toleransi
saluran cerna dan status hemodinamik serta kondisi metabolik
pasien.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan gizi seperti : kondisi
nafsu makan, jumlah makanan yang tidak dimakan (sisa),
makanan dari luar rumah sakit yang dimakan, reaksi saluran
cerna terhadap makanan dan lain-lain.

g. Konseling
Tujuan Konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan
mampu merubah perilaku diet sesuai dengan yang dianjurkan.
Konseling diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang
memebutuhkan untuk mendapatkan penjelasan tentang diet yang harus
dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit dan kondisinya.
Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.

87
BAB IV
PENUTUP

Terapi gizi RSUD Bayung Lencir merupakam bagian dari pelayanan medis
yang memberi konstribusi penyembuhan pasien dan menurunkan angka malnutrisi
RS, lama hari rawat dan biaya perawatan.
Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi
Gizi dalam bentuk kebijakan dan operasional dengan membentuk Tim Terapi
Gizi, meningkatkan profesionalisme tenaga dan penetapan biaya makan pasien
dipisahkan dari biaya perawatan, sehingga biaya terapi gizi merupakan bagian dari
biaya makan pasien.
Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu Kriteria
standar pelayanan rumah sakit dan dijadikan Kriteria penilian akreditasi. sehingga
mutu pelayanan gizi RS dapat ditingkatkan secara berkesinambungan.

Ditetapkan di Bayung Lencir


Pada tanggal, Februari 2019
Direktur,

dr. Diyanti Novitasari, MARS


NIP. 198103132010012015

88

Anda mungkin juga menyukai