Anda di halaman 1dari 17

“KODE ETIK TENAGA KESEHATAN”

Nama : Az Zahra Cintya Rahma


NIM : 20203010128

Dosen Pengampu:
Abdul Aziz Hasan S.Pd.,M.Pd.I.
Tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat umum dimana seluruh kalangan masyarakat akan
berinteraksi disana. Diantaranya seperti Rumah sakit, Puskesmas, Klinik, dan lain-lain. Rumah sakit (hospital)
adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan
tenaga ahli kesehatan lainnya. Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk
kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau
bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan dignosa dan
perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.

Di tempat pelayanan kesehatan seperti itulah batasan antara laki-laki dan perempuan menurut islam akan
dikesampingkan. Maksudnya di kesampingkan pada kalimat barusan adalah kaburnya hijab antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim ini. Dapat kita lihat di tempat pelayanan kesehatan bahwa baik dokter, perawat
ataupun petugas pelayanan kesehatan lainnya akan melakukan berbagai interaksi dengan pasien. Tindakan-
tindakan tersebut merupakan serangkaian prosedur yang mesti dijalani menurut profesi masing-masing.
Diantaranya seperti dokter atau perawat yang harus melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasiennya yang
pastinya harus menyentuh tubuh pasien, melakukan injeksi (suntikan) dibagian tertentu yang kadang harus
mmbuat pasien membuka pakaiannya. Tidak hanya itu, bahkan kadang dokter atau perawat harus memegang alat
vital dari kliennya untuk berbagi keperluan seperti pada pemasangan kateter atau operasi pada bagian tersebut
yang tidak jarang bahwa petugas medis yang berlainan jenis kelaminlah yang melakukan tindakan tersebut.
Sedangkan yang kita ketahui bahwa islam melarang hamba-hambaNya untuk menjaga dirinya dari orang
yang bukan muhrimnya. Selain itu juga dikuatkan oleh sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Andaikan ditusukkan ke kepala salah seorang diantara kalian dengan jarum besi, yang demikian itu lebih baik
daripada dia harus menyentuh wanita yang tidak diperbolehkan baginya".
Jadi sebenarnya bagaimanakah pandangan islam mengenai fenomena yang ada di tempat pelayanan
kesehatan ini. Suatu kondisi yang sangat tidak mungkin untuk ditinggalkan sebab keurgentannya.

PERINTAH ISLAM UNTUK MENJAGA DIRI DAN HIJABNYA TERHADAP NON MUHRIM :

Dienul Islam adalah sebuah agama yang mengatur segala seluk beluk yang ada di kehidupan manusia dan semua
ciptaan Allah. Adapun yang termasuk yang dibahas adalah mengenai hubungan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain. Di dalam agama ini diatur bagaimana hubungan antar seorang wanita dan laki-laki
selayaknya menurut pandangan Islam. Adapun perintah Allah swt. Yang berkaitan dengan etika hubungan antara
lelaki dan wanita pada (QS. Al-Ahzab : 53).

Banyak pendapat dari berbagai ulama mengenai hubungan antara laki-laki dan wanita ini, antara lain:
 Asy Syaikh berkata :
“ Bahwa berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan itu hanya diperbolehkan apabila tidak disertai dengan
syahwat serta aman dari fitnah. Apabila dikhawatirkan terjadi fitnah terhadap salah satunya, atau disertai
syahwat dan taladzdzudz (berlezat-lezat) dari salah satunya maka keharaman berjabat tangan tidak diragukan
lagi. Bahkan seandainya kedua syarat ini tidak terpenuhi (YAITU TIADANYA SYAHWAT DAN AMAN DARI
FITNAH) meskipun jabatan tangan itu antara seseorang dengan mahramnya seperti bibinya, saudara sesusuan,
anak tirinya, ibu tirinya, mertuanya, atau lainnya, maka berjabat tangan pada kondisi seperti itu adalah
haram.Bahkan berjabat tangan dengan anak yang masih kecil pun haram hukumnya jika kedua syarat itu tidak
terpenuhi.
 Ma'qil bin Yasar Radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda: "Andaikan ditusukkan ke kepala salah seorang diantara kalian dengan jarum besi, yang demikian itu
lebih baik daripada dia harus menyentuh wanita yang tidak diperbolehkan baginya“.

 ‘Aisyah ia berkata:
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membai’at para perempuan dengan perkataan. Tidak pernah tangan
Rasulullah SAW memegang tangan para perempuan, kecuali tanganperempuan yang telah menjadi miliknya”. Tidak
hanya itu, dalam islam juga melarang agar kaum muslimin tidak berdua-duan . Seperti yang dijelaskan sebagai
berikut:
1. Ibnu Abbas, ia berkata: Aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpidato:
“Janganlah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali wanita
itu bersama mahramnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya”.
2. seorang lelaki bangkit berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya isteriku pergi untuk
menunaikan ibadah haji, sedangkan aku terkena kewajiban mengikuti peperangan ini dan itu.
Beliau bersabda: “Berangkatlah untuk berhaji bersama isterimu”.

Hendaklah para muslimah tidak duduk-duduk dengan lelaki lain, hanya untuk sekedar ngobrol tanpa
ada maksud dan tujuan tertentu. Duduk-duduk yang diperbolehkan hanya bila ada kebutuhan yang
bersifat syar’I.
BEBERAPA PENDAPAT ULAMA-ULAMA DARI EMPAT MADZHAB BESAR DIANTARANYA :

 Madzhab Hanafi :
a) Haram menyentuh wajah dan dua telapak tangan perempuan bukan muhrim, sekalipun aman dari syahwat.
b) Berjabat tangan dengan perempuan tua yang sudah tidak bersyahwat lagi; At-Thahawi berkata tidak mengapa.
c) Manakala Syamsudin Ahmad bin Qaudar berkata tidak halal sekalipun aman dari syahwat.
d) Imam al-Kasaani berkata: “menyentuh (wanita) lebih berpotensi mem- bangkitkan syahwat daripada sekedar
melihat”.

 Madzhab Maliki:
a) Haram berjabat tangan dengan perempuan bukan muhrim. Ini dinyatakan oleh al-Imam al-Baaji, al-Qadhi Abu
Bakar Ibnul Arabi dan As-Shawi.
b) Hukum berjabat tangan dengan perempuan tua, menurut Syeikh Abul Barakat Ahmad bin Muhamad bin Ahmad
ad-Durdair ia tidak dibenarkan.
c) Imam Abul Barokaat menyatakan: “Tidak boleh berjabat tangan dengan wanita (bukan muhrim) walaupun kaum
lelaki sudah tidak memiliki lagi keinginan (hasrat) kepadanya .”

 Madzhab Syafi’i :
a) Imam An-Nawawi di dalam beberapa karyanya, as-Syaribini dan lain-lain ulama as-Syafi’iyyah menyatakan
haram berjabat tangan dengan perempuan bukan muhrim.
b) Imam an-Nawawi berkata: “Memandang wanita (bukan muhrim) saja haram, maka menyentuhnya tentu lebih
haram lagi, karena terasa lebih nikmat .”
c) Imam Nawawi dalam kitab berkata: “Para sahabat kami (dari kalangan Syafi’iyyah) mengatakan bahwa setiap hal
yang dilarang untuk dilihat, maka dilarang pula untuk menyentuhnya. Bahkan menyentuh itu lebih besar lagi
urusannya, karena telah dibolehkan bagi seseorang untuk melihat seorang wanita yang bukan muhrimnya pada
saat hendak menikahi- nya, pada saat jual beli, pada saat mengambil barang dan menyerahkannya dan yang
semisal dengan hal tersebut di atas. Akan tetapi tetap tidak diperbolehkan baginya pada saat-saat tersebut untuk
menyentuhnya”.
 Madzhab Hanbali:
a) Imam Ahmad ketika ditanya tentang masalah berjabat tangan dengan perempuan bukan muhrim, beliau menjawab:
“Aku membencinya.”
b) Mengenai berjabat tangan dengan perempuan tua:
“Imam Ishaq bin Mansur al-Marwazi menukil dari imam Ahmad, ia tidak dibenarkan (tidak dibolehkan)“.
Sementara Ibnu Muflih menyatakan; pemilik an-Nazham mengatakan makruh dan dengan anak kecil (yang belum
baligh) dibolehkan dengan tujuan budi pekerti.

c) Imam al-Marruzi mengatakan: “Aku pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal. ”

Apakah anda membenci jabat tangan dengan kaum wanita (non muhrim)?
Beliau menjawab: “Aku membencinya.”
Masih banyak lagi pendapat ulama dari empat madzhab yang mengharamkan berjabatan tangan dengan wanita bukan
Muhrim.”

FENOMENA YANG ADA DI TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN SAAT INI :


Dalam ilmu kedokteran / kesehatan untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit, dokter perlu melaksanakan
pemeriksaan pada pasien seluruh tubuhnya, baik diluar, maupun dari dalam, sehingga pada umumnya pasien harus
bersedia menanggalkan pakaiannya.
Pemeriksaan dilakukan oleh dokter di ruang pemeriksaan, di mana dokter dapat memeriksa pasien dengan
leluasa tanpa dapat dilihat dan didengar oleh orang lain. Dokter dan tenaga para medis diwajibkan secara etis
memelihara kehormatan manusia, baik dalam ruang pemeriksaan, maupun dalam ruang perawatan.
Adapun prosedur-prosedur yang sering dilaksanakan dalam tahap pemeriksaan di Rumah Sakit atau tempat
pelayanan kesehatan lain tersebut antara lain:

1. Mengambil anamnesa (riwayat penyakit)


Pasien diharapkan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dokter secara jujur dan jelas, karena kadang –
kadang pasien tidak ingin menceritakan riwayat penyakitnya karena merasa malu.

2. Melakukan inspeksi
Inspeksi ini sudah dilakukan sejak pasien memasuki kamar kerja dokter, cara dia berjalan, normal atau dipapah,
napas sesak, kemudian bentuk badan,emosionalnya,dan lain-lain.

3. Melakukan palpasi
Yaitu meraba tubuh dengan telapak tangan. Untuk ini perlulah pasien diminta untuk membuka pakaiannya terutama
bagian atas, kalau nanti ternyata diperlukan pemeriksaan yang lebih lengkap barulah si pasien diminta untuk
membuka celana, gune pemeriksaan dalam, baik melalui vagina maupun anus (dubur).

4. Melakukan perkusi
Yaitu dengan memukulkan jari tengah kanan diatas jari tengah tangan kiri yang diletakkan dibagian atas tubuh yang
diperiksa. Pada perkusi akan menimbulkan suara sehingga dapat ditentukan batas konfigurasi jantung, paru-paru dan
sebagainya. Apakah ada cairan di rongga dada atau pada rongga perut.

5. Melakukan aukultasi
Dengan alat pendengar stetoskop dokter dapat mendengar bunyi-bunyi udara di dalam paru-paru, baik yang normal
maupun yang tidak normal, bunyi jantung yang normal dan yang tidak normal, bunyi bising, bunyi gerakan usus dan
sebagainya.
6. Pemeriksaan Pelengkap
Dilakukan dengan alat-alat seperti Reflek hamer dan Elektro Cardiograf, alat yang untuk mencatat aktivitas jantung
yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa abnormal yang tidak diketahui dengan cara-cara diatas.

7. Pemeriksaan Laboratorium
Permeriksaan darah untuk mengetahui sel-sel darah, berbagai macam zat-zat dalam darah seperti gula, empedu ,
kolesterol, dan sebagainya.
Dengan berbagai cara pemeriksaan ini dokter mendapat bahan-bahan dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit.

PANDANGAN ISLAM TERHADAP FENOMENA DALAM DUNIA KESEHATAN


Islam menentukan bahwa setiap manusia harus menghormati manusia yang lainnya, karena Allah sebagai
khalik sendiri menghormati manusia, sebagai mana di jelaskan Allah dalam surat Al Isra’ :70.
Maka dokter maupun paramedis haruslah tidak memaksakan sesuatu kepada pasien, segala tindakan yang
harus mereka kerjakan haruslah dengan suka rela dan atas keyakinan.

Di Indonesia, dalam fatwa MPKS disebutkan, tidak dilarang melihat aurat perempuan sakit oleh seorang
dokter laki-laki untuk keperluan memeriksa dan mengobati penyakitnya. Seluruh tubuhnya boleh diperiksa oleh
dokter laki-laki, bahkan hingga genetalianya, tetapi jika pemeriksaan dan pengobatan itu telah mengenai genitalian
dan sekiatarnya maka perlu ditemani oleh seorang anggota keluarga laki-laki yang terdekat atau suaminya.
Jadi, kebolehan berobat kepada lain jenis dipersyaratkan jika yang sejenis tidak ada. Dalam hal demikian,
dianjurakan bagi pasien untuk menutup bagian tubuh yang tidak diobati. Demikian pula dokter atau yang sejenisnya
harus membatasi diri tidak melihat organ pasien yang tidak berkaitan langsung.
KODE ETIK KEDOKTERAN DAN SIFAT-SIFAT YANG HARUS DIMILIKI TENAGA MEDIS

Yang dimaksud dengan tenaga medik, ialah para dokter, sedang tenaga para medik ialah perawat, bidan,
laboran dan sebaginya. Mereka merupakan manusia-manusia yang mempunyai keahlian yang terdidik dalam
mengobati penyakit, dan merawat penderita, tingkah laku mereka yang baik dapat mempercepat kesembuhan.
Haruslah ada hubungan kejiwaan yang akrab antara mereka dan penderita. Islam mengajarkan supaya usaha mulia ini
haruslah didasarkan atas iman dan pengbdian diri kepada-Nya.

 Sumpah Dokter dan Etika Kedokteran

Sejak permulaan sejarah umat manusia, orang sudah mengenal hubungan kepercayaan antara dua insane yaitu
si penderita dan sang pengobat, yang pada zaman modern ini disebut sebagai hubungan dokter dengan pasien.

 Rumusan-rumusan disiplin untuk para dokter itu mula pertama dikenal sebagai “Sumpah Hippocrates”, meluputi:

a) mengajarkan ilmu kedokteran kepada mereka yang berhak menerimanya.


b) mempraktikkan ilmu kedokteran hanya untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi pasien.
c) tidak mengerjakan sesuatu yang berbahaya bagi pasien.
d) tidak melakukan keguguran buatan yang bersifat kejahatan.
e) menyerahkan perasat-perasat tertentu kepada teman-teman sejawat ahli dalam lapangan yang
bersangkutan.
f) Tidak mempergunakan kesempatan untuk melakukan kejahatan atau godaan yang mungkin timbul dalam
mengerjakan praktik kedokteran.
g) Hidup dalam keadaan suci dan sopan santun.
h) Memelihara rahasia jabatan.
Setiap nasihat dan peringatan tersebut diatas adalah dasar dari pada susila kedokteran
dewasa ini. Pada kode etik kedokteran terdapat point-point pada tiap-tiap bab nya yaitu
antara lain; kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap pasien, kewajiban dokter terhadap
team sejawat, dan kewajiban dokter terhadap diri sendiri.

Isi kode etik kedokteran islam tersebut terdiri atas dua belas pasal. Rinciannya disebutkan :
a. Pertama, definisi profesi kedokteran.
b. Kedua, ciri-ciri para dokter.
c. Ketiga, hubungan dokter dengan dokter.
d. Keempat, hubungan dokter dengan pasien.
e. Kelima, rahasia profesi.
f. Keenam, peranan dokter di masa perang.
g. Ketujuh, taggung jawab dan pertanggungjawaban.
h. Kedelapan, kesucian jiwa manusia.
i. Kesembilan, dokter dan masyarakat.
j. Kesepuluh, dokter dan kemajuan biomedis modern.
k. Kesebelas, pendidikan kedokteran.
l. Keduabelas, sumpah dokter.
islam menganjurkan beberapa sifat-sifat yang harus dipunyai oleh dokter dan tenaa para
medik antara lain :
1. Beriman

2. Tulus-ikhlas karena Allah


3. Penyantun (Q.S Al-baqarah : 263)

4. Peramah (Q.S Ali Imran : 159)


5. Sabar (Q.S Asy syura :43)

6. Tenang (riwayat At thabrani dan Bhaiqi).\


7. Teliti
8. Tegas
9. Patuh pada peraturan
10. Bersih, apik , suci. (Q.S At taubah : 108)
11. Penyimpan rahasia (Q.S An-nisa 148)

12. Dapat dipercaya (Q.S Al mu’minun : 1-11)

13. Bertanggung jawab (Q.S Al isra’ : 36)


Ada 9 karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan ,
yaitu :
a. pertama, dokter harus mesngobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan Al-Qur’an.
b. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau dicampur dengan unsure haram.
c. Ketiga, dalam pengobatan tidak boleh mengakibatkan mencacatkan tubuh pasien,
kecuali sudah tidak ada alternative lain.
d. Keempat, pengobatannya tidak berbau takhayyul, khurafat, atau bid’ah.
e. Kelima, hanya dilakukan oleh tenaga medis yang ,menguasai di bidang medis.
f. Keenam, dokter memiliki sikap-sikap terpuji, tidak pemilik rasa iri, riya, tkabbur,
senang merendahkan orang lain, serta sikap hina lainnya.
g. Ketujuh, harus berpenampilan rapid an bersih.
h. Kedelapan, lembaga-lembaga pelayanan kesehatan mesti bersikap simpatik.
i. Kesembilan, menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambing-lambang
non-islami.

Anda mungkin juga menyukai