Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Stase Keperawatan Dasar Profesi
Program Profesi Ners XXXVI
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG 2018
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Nutrisi memiliki peran yang penting dan tidak dapat dipisahkan dengan
persiapan pra operasi dan pasca operasi pada pasien yang menjalani prosedur
utama bedah umum dan tindakan suportif pada pasien yang luka parah. Secara
umum, ketika dokter memutuskan kepada pasiennya untuk menjalani prosedur
operasi besar, nutrisi suportif telah menunjukkan pengurangan komplikasi luka
utama seperti luka terbuka dan kebocoran anastomosis luka (Nutrition Assessment
and Technique, 2007).
Pasien yang menjalani operasi menghadapi tantangan secara metabolik
dan fisiologi yang dapat membahayakan status gizi. Gejala pascaoperasi seperti
mual, muntah, nyeri, dan anoreksia dapat terjadi pada pasien, hal ini juga bahkan
dapat terjadi pada pasien yang menjalani operasi kecil, padahal katabolisme,
infeksi, dan proses penyembuhan luka menjadi faktor peyulit pada pasien setelah
operasi besar (Godoy, 2013).
Kekhawatiran terjadinya ileus pasca operasi dan integritas dari pembuatan
anastomosis baru menyebabkan terjadinya kelaparan, sehingga pemberian nutrisi
menggunakan cairan intravena sampai terjadinya kentut. Namun, sejak saat itu
telah menunjukkan bahwa pemberian makanan enteral secepatnya pasca operasi
ialah efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Pemberian makanan secara enteral
juga berhubungan dengan manfaat klinis tertentu seperti menurunnya insiden
komplikasi infeksi pascaoperasi dan peningkatan respon penyembuhan luka.
Namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan hubungan
antara nutrisi enteral dengan terjadinya modulasi fungsi usus (Graham, 2009).
Bahkan pasien dengan gizi yang cukup saja dapat mengalami hasil yang
kurang baik jika gizi pasca operasi tertunda secara signifikan. Kurangnya gizi
untuk 10-14 hari, khususnya selama periode meningkatnya kebutuhan (demand)
metabolik dengan pemulihan pasca operasi, dapat mengakibatkan komplikasi dan
tingkat kematian yang lebih buruk daripada mereka yang menerima nutrisi
suportif. Sejalan dengan ini, pedoman yang disediakan oleh American Society for
Parenteral dan Nutrisi Enteral (ASPEN) merekomendasikan bahwa nutrisi
suportif diberikan pada pasien tidak mampu mengambil nutrisi oral yang cukup
selama 7-14 hari. organisasi medis lainnya juga telah membuat rekomendasi yang
sama (Godoy, 2013).
2
Early feeding adalah pemberian diet yang dimulai 24-48 jam pasca
operasi. (Lee et al.,2014) Awalnya pemberian makanan enteral setelah
anastomosis usus halus ditunda untuk mencegah munculnya berbagai macam
komplikasi. Namun kemudian berbagai penelitian menunjukkan bahwa early
enteral feeding menguntungkan dibandingkan dengan delayed feeding. Penelitian
dibagian fisiologi menunjukkan bahwa dismotilitas pasca operasi terutama
mempengaruhi gaster dan kolon, sedangkan motilitas pada usus halus kembali
normal dalam 4-8 jam pasca operasi laparotomi.
Di ruang Kemuning 5 RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung, mayoritas
merupakan pasien dengan post opp. Oleh karena itu diharapkan penulisan
makalah ini dapat menjadi tinjauan pustaka untuk dijadikan acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan post opp di ruang kemuning
5 RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung.
1.2 Tujuan
Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui jenis pemberian
nutrisi terbaik bagi pasien post opp.
1.3 Manfaat
Untuk menjadikan bahan rekomendasi atau pertimbangan bagi rumah sakit
dalam pemenuhan nutrisi pasien pasca operasi dan sebagai pembaharuan
pengetahuan mengenai Evidence Based Practice nutrisi pasien pasca operasi.
3
BAB II
KONSEP TEORI
4
Metode pemberian nutrisi enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian
menggunakan corong yang disambungkan ke selang nasogastric dengan kecepatan
mengikuti gaya gravitasi) dan intermittent feeding (pemberian nutrisi secara
bertahap yang diatur kecepatannya menggunakan syringe pump). Metode
intermittent feeding lebih efektif dibandingkan metode gravity drip, hal ini dilihat
dari nilai mean volume residu lambung yang dihasilkan pada intermittent feeding
lebih sedikit dibandingkan gravity drip yaitu 2,47 ml : 6,93 ml. Hal ini
dikarenakan kondisi lambung yang penuh akibat pemberian secara gravity drip
akan memperlambat motilitas lambung dan menyebabkan isi lambung semakin
asam sehingga akan mempengaruhi pembukaan spinkter pylorus. Efek dari
serangkaian kegiatan tersebut adalah terjadinya pengosongan lambung
(Munawaroh, et al., 2012). Volume residu lambung yang dihasilkan dari nutrisi
enteral hingga 500 ml masih dikategorikan normal karena tidak menimbulkan
komplikasi gastrointestinal dan diet volume rasio (diet yang diberikan) pada
pasien yang terpasang ventilator dengan nutrisi enteral tidak berpengaruh terhadap
produksi volume residu lambung (Montejo, et al., 2010 dalam Anna, 2014).
2.3 Beneficial Enteral
1. Pemberian nutrisi enteral bermanfaat untuk menurunkan insiden
komplikasi infeksi pascaoperasi dan peningkatan respon penyembuhan
luka.
2. Pemberian EN dapat menurunkan resiko infeksi dibanding PN,
penelitian lain menunjukkan bahwa kasus infeksi lebih banyak terjadi
pada pasien yang diberi nutrisi secara parenteral dibandingkan EN
3. Morbiditas operatif lebih jarang terjadi setelah dilakukan EEN
4. EENdapat memberbaiki hasil klinis pasca operasi serta memperpendek
masa rawat inap di Rumah Sakit
5. pencegahan komplikasi pasca operasi yang berat dan peningkatan
status gizi
6. mengurangi komplikasi medis dan pembedahan, memperbaiki keadaan
klinik post-operasi gastrointestinal
5
Beneficial Enteral
7. Pemberian nutrisi enteral bermanfaat untuk menurunkan insiden
komplikasi infeksi pascaoperasi dan peningkatan respon penyembuhan
luka.
8. Pemberian EN dapat menurunkan resiko infeksi dibanding PN,
penelitian lain menunjukkan bahwa kasus infeksi lebih banyak terjadi
pada pasien yang diberi nutrisi secara parenteral dibandingkan EN
9. Morbiditas operatif lebih jarang terjadi setelah dilakukan EEN
10. EENdapat memberbaiki hasil klinis pasca operasi serta memperpendek
masa rawat inap di Rumah Sakit
11. pencegahan komplikasi pasca operasi yang berat dan peningkatan
status gizi
12. mengurangi komplikasi medis dan pembedahan, memperbaiki keadaan
klinik post-operasi gastrointestinal
terutama pada pasien post operasi yang memerlukan perawatan khusus. Pasien
yang dirawat tidak mengalami malnutrisi serta terhindar dari risiko infeksi. Nutrisi
6
yang tidak adekuat dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan menambah
lama rawat di rumah sakit. Pemberian nutrisi pada pasien yang menjalani
perawatan di rumah sakit penting untuk diperhatikan oleh tenaga kesehatan agar
dapat menjaga keadaan umum pasien tetap dalam status yang baik. Nutrisi mampu
tersebut dapat diberikan melalui enteral nutrisi (NE) dan parenteral nutrisi (PN)
apapun tidak memengaruhi terhadap discharge pasien dari ruang ICU. Namun
fisik pasien. Penelitian menunjukkan bahwa Early Enteral Nutrition (EEN) lebih
unggul pada aspek LOS post-operasi dan keefektifan biaya (Hongyu Han, Meixia
Pan, Yang Tao et al., 2018). Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Anisa
prospective study dengan control internal menunjukkan hasil tidak ada hubungan
antara pemberian early enteral nutrition terhadap lama rawat inap pasien ICU.
Meski demikian, responden yang mendapat delayed enteral nutrition lebih dari
hari ke 3 sejak masuk ICU, rerata rawat inap nya adalah 8.7 ± 1.2 hari. Ini
merupakan rawat inap yang paling panjang jika dibandingkan dengan responden
yang mendapat early enteral nutrition rerata rawat inapnya adalah 5.0 ± 2.7 hari.
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Li, et al (2015)
bahwa lama rawat inap di rumah sakit pasca operasi pada kelompok eksperimen
7
(pemberian EEN) secara signifikan lebih pendek daripada di kelompok kontrol
Nutrisi yang diberikan dengan cara early enteral nutrition sesuai indikasi
pertahanan imunitas untuk melawan infeksi, kejadian komplikasi medis dan klinis
dapat menurun, mempercepat waktu flatus pada pasien sehingga pemberian nutrisi
lebih cepat terpenuhi (Rui Xu, Zhi Ding, Ping Zhao et al., 2016). Setianingsih
enteral pada pasien tidak lagi menunggu bising usus pasien efektif ataupun
terjadinya flatus/kentut pada pasien post operasi. Selain itu penelitian menurut
Bajwa dan Brar (2017), pemberian makanan enteral secara dini pada pasien
makanan melalui rute enteral dalam 48 jam pasca operasi gerak peristaltik
ususnya lebih cepat meningkat, rata-rata jumlah hari rawat inap lebih rendah dan
kadar albumin pasca operasi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
meningkatkan status gizi serta memperpendek masa rawat inap dirumah sakit.
dengan pemberian EEN, morbiditas operatif lebih jarang terjadi dimana sedikitnya
pasien yang mengalami infeksi luka, infeksi dada dan kebocoran anastomosis.
Penelitian yang dilakukan oleh Shu (2016) juga mengatakan bahwa pemberian
8
Pemberian EEN juga mempercepat masa rawat inap dirumah sakit, apabila
Huang, Sun, Huang dan Shen (2015) menunjukan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan pasien yang hanya diberi makan secara enteral atau
komplikasi pasca operasi dan mengurangi masa tinggal di rumah sakit. Selain itu,
komplikasi pasca operasi dan LOS pasien (Zhu, Wu, Qiu et al., 2013)
pembedahan rektal mayor didapatkan hasil bahwa waktu untuk buang air besar
pertama secara signifikan lebih pendek pada kelompok enteral awal (early enteral
lama tinggal di rumah sakit lebih pendek (13,4 hari) pada kelompok enteral
dibandingkan kelompok kontrol (parenteral) yang lebih lama (16,7 hari) sehingga
pemberian nutrisi enteral awal (early enteral nutrition) aman digunakan dan
terkait dengan ileus secara signifikan lebih sedikit. Penelitian ini didukung oleh
penelitian Guiping dkk (2013) bahwa hasil dalam penelitian ini didapatkan bahwa
pada kelompok PN waktu pertama buang angin 70,6, buang air besar 83,4, long of
stay hospital 14,3, dan komplikasi 1,7. Sedangkan pada kelompok EN waktu
pertama buang angin 52,7, buang air besar 66,1, long of stay hospital 10,3, dan
9
komplikasi 1,5. Hasil tersebut menunjukan bahwa pemberian EN memberi waktu
dalam penelitian Wang, Chen, Liu, Ma, & Jia, 2015 bahwa nutrisi enteral awal
dalam 48 jam aman dan berlaku untuk pasien kanker esofagus pasca operasi dan
peristaltik usus, memperpendek waktu rawat inap dan mengurangi biaya rawat
inap.
10
BAB III
3.1 Kesimpulan
Pemberian nutrisi pada pasien post operasi sangat dibutuhkan. Hal ini
disebabkan supaya keadaan umum pasien tetap dalam keadaan yang baik.
Pemberian nutrisi pada pasien post operasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
enteral dan parenteral dimana pemberian early nutrition lebih baik dibandingkan
dengan delayed nutrition. Pasien post operasi yang mendapat Early Enteral
Nutrition (EEN) menunjukan status gizinya meningkat, imunitas meningkat,
bising usus lebih cepat kembali, nilai albumin lebih cepat membaik, isidensi
infeksi menurun, isidensi komplikasi pasca operasi menurun, masa rawat inap di
rumah sakit menjadi lebih pendek dan mengurangi biaya rawat inap. Selain
pemberian nutrisi secara enteral pasien post operasi juga dapat diberikan nutrisi
secara parenteral dimana pasien yang mendapat nutrisi secara enteral yang
dikolaborasikan dengan parenteral status kesehatannya menjadi lebih baik
dibandingkan pasien yang hanya mendapat enteral atau parenteral saja.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Dorai, D., Kumar, J. L., Chitra, T., & Prasanna, G. (2016). Effects of Early
Enteral Nutrition on Patients After Emergency and Elective
Gastrointestinal Surgery. International Archives of Integrated Medicine,
Vol. 3, Issue 8, August, 2016, 3(88), e323.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000000323
http://www.who.int/topics/nutrition/en/
Lewis SR, Butler AR, Alderson P, Smith AF. Enteral versus parenteral
nutrition for adults in the intensive care unit. Cochrane Database of
Systematic Reviews 2016, Issue 7. Art. No.: CD012276. DOI:
10.1002/14651858.CD012276.
Faridah, V.N., & Farida,F. (2017). Penatalaksanaan Perdarahan Saluran Cerna
Bagian Atas Dengan Nutrisi Enteral Dini Terhadap Kadar Albumin. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, 13 (4), 188-195
Han, Hongyu., Pan, Meixia., Tao, Yang., Liu, Runzhon., Huang, Zhiliang.,
Korinne., . . . , Liu, Ranyi. 2018. Early Enteral Nutrition is Associated
with Faster Post-Esophagectomy Recovery in Chinese Esophageal Cancer
Patients: A Retrospective Cohort Study. Pennsylvina: Routledge
Martos-Benitez, Frank Daniel., Gutierrez-Noyola, Anarelys., Garcia, Andres
Soto., Gonzales-Martines, Iraida., Betancour-Plaza, Ilionanys. 2018.
Program of Intestinal Rehabilitation and Early Postoperative Enteral
Nutrition: A Prospective Cohort Study. Havana : ABCD Arq Bras Cir Dig
Xu, Zhi Ding, Ping Zhao et al. 2016. The Effect of Early Post-Operative Soluble
Dietary Fiber Enteral Nutrition for Colon Cancer. China : PubMed.
Zanten, Francois Sztark, Udo X. Kaisers, Siegfried Zielmann et al. 2014. High-
Protein Enteral Nutrition Enriched with Immune-Modulating Nutrients
vs Standard High-Protein Enternal Nutrition and Nosocomial Infection
in the ICU. American Medical Association.
Ziegler, Thomas R. 2009. Parenteral Nutrition in the Critically Ill Patient. The
New England Journal of Medicine. NEJM. http://search.proquest.com
12
13