Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA NY.

M
DENGAN PEMENUHAN NUTRISI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik II Departemen Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Anni Sutriningsih, S.Kep., Ns.,M.Kep.

KELOMPOK 5

Jefri Kabukut Ndatang

2018610026

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG

1
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Lansia Ny.A
Dengan Pemenuhan Nutrisi” sebagai tugas individu dalam mengikuti praktik klinik II
telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 3 Juli 2021

Malang, 3 Juli 2021

Dosen Pembimbing,

Anni Sutriningsih, S.Kep., Ns.,M.Kep.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Tujuan .............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................
A. Konsep Dasar Nutrisi.......................................................................................
1. Definisi.......................................................................................................
2. Etiologi.......................................................................................................
3. Patofiologi .................................................................................................
4. Jenis – Jenis Gangguan Nutrisi..................................................................
5. Fisiologi Nutrisi ........................................................................................
6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi.........................
B. Konsep Dasar Lansia........................................................................................
1. Definisi Lansia...........................................................................................
2. Batasan dan Ciri Lansia.............................................................................
3. Perkembangan Lansia................................................................................
4. Perubahan yang Terjadi pada Lansia.........................................................
5. Prinsip Etika pada Pelayanan Lansia.........................................................
C. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia...............................................................
1. Pengkajian..................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................
3. Intervensi....................................................................................................
4. Implementasi..............................................................................................
5. Evaluasi .....................................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
LAMPIRAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA (KASUS)...................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan
proses alami yang tidak bisa dihindarkan oleh setiap individu. Organisasi kesehatan
dunia World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lanjut usia meliputi
usiapertengahan (45-59 tahun),lanjut usia (60-74 tahun),usia tua (75-90 tahun), dan
usia sangat tua (di atas 90 tahun) (Mubarak,2011).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua adalah
merupakan proses alamiah (Nugroho, 2011).
Jumlah lansia di Indonesia sebanyak 18,57 juta jiwa. Perkiraan jumlah penduduk
lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun.
Perkiraanya di tahun 2025 yang akan datang jumlah penduduk lansia di Indonesia
akan meningkat sekitar 34,22 juta jiwa (Badan pusat Statistik, 2012). Meningkatnya
usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah
lanjut usia yang dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat
pendidikan, serta dukungan sosial terhadap lansia dalam pemeliharaan kesehatan
usia lanjut usia. Peningkatan usia harapan hidup dapat menyebabkan masalah
kesehatan yang serius terutama masalah kesehatan yang sangat rentan terjadi pada
seseorang yang sudah mencapai usia lanjut (Tamher,2012).
Masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius pada lanjut usia adalah
pemenuhan nutrisi. Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta nebgeluarkan
sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat

4
lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit (Wartonah, 2012). Namun pengetahuan tentang konsep
dasar pemenuhan nutrisi pada lansia dan keluarga yang merawatnya sangatlah
kurang.
Oleh karena itu penting bagi kita sebagai mahasiswa keperawatan untuk
mengetahui konsep dasar nutrisi, konsep dasar lansia, dan konsep asuhan
keperawatan lansia dengan masalah utama pemenuhan nutrisi guna kedepannya kita
dapat menerapkannya secara langsung saat menghadapi problem tersebut serta
mengurangi angka lansia dengan masalah kesehatan utama pemenuhan nutrisi.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan lansiaNy. M dengan
masalah utama pemenuhan nutrisi
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar nutrisi
b. Untuk mengetahui konsep dasar lansia
c. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan lansia dengan masalah
utama pemenuhan nutrisi
d. Untuk menerapkan asuhan keperawatan lansia Ny. M dengan masalah utama
pemenuhan nutrisi

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR NUTRISI


1. DEFINISI
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta nebgeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Wartonah,
2012).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nturisi merupakan sumber energi
untuk segala aktivitas dalam tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari
dalam tubuh sendiri, seperti glikoge, yang terdapat dalam otot dan hati ataupun
protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh
seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia. Menurut NANDA (2012-2O14)
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

2. ETIOLOGI
Tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi, psikologi taua ekonomi.

Faktor predisposisi

Faktor pencetus dari gangguan nutrisi adalah karena berkurangnya nafsu makan
yang disebabkan oleh:

6
a. Rasa nyeri.
b. Anxietas
c. Depresi.
d. Perubahan situasi/lingkungan.
e. Perbedaan makanan.
f. Gangguan pemasukan makanan.
g. Waktu pemeberian makanan dan pemberian obat tidak tepat.

3. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa hal yang mempengaruhi pemasukan intake nutrisi setiap individu.
Berikut ini adalah proses individu yang mengalami kekurangan nutrisi :
Pola makan tidak teratur, Obat-obatan, Nikotin, alkohol dan stres.
I
Berkurangnya pemasukan makanan.
I
Kekosongan lambung.
I
Erosi pada lambung (gesekan dinding lambung).
I
Produksi HCL meningkat.
I
Asam lambung.
I
Reflek muntah.
I
Intake makanan tidak adekuat.
I
Kekurangan nutrisi.

4. JENIS-JENIS GANGGUAN NUTRISI

7
Secara umum, gangguan kebutuhan nutirsi terdiri atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung
koroner, kanker, anoreksia nervosa.
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akaibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Tanda klinis:

1) Berat badan 10-20% dibawah normal.


2) Lingkar kulit triseps lengah tengah kurang dari 60% ukuran standar.
3) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
4) Adanya penurunan albumin dan serum.
5) Adanya penurunan transferin.

Kemungkinan penyebab:

1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori


akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan pernafasan.
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronh atau intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun.
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatau keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan metabolisme
secara berlebihan.
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
4) Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.

Kemungkinan penyebab:

8
1) Perubahan pola makan.
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malanutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah
berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang
dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat
pada kulit, membrane mukosa, konjungtiva dan lain-lain.
e. Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin
atau penggunaan karbohidarat secara berlebihan.
f. Hipertensi
Hipertensi merupankan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya
obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
g. Penyakit jantung koroner
Penyakit jatung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolestrol darah dan merokok. Saat ini, penyakit
jatung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang
tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsi lemak secara berlebihan.

5. FISIOLOGI NUTRISI

9
Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi
organ dan pergerakan badan, untuk menyediakan materila mentah, untuk fungsi
enzim, pertumbuhan, penempatan kembali dan perbaikan sel. Metabolisme
mengacu pada semua reaksi biokemia dalam tubuh. Proses metabolic dapat
menjadi anabolic (membangun) atau katabolic (merusak). Energi adalah
kekuatan untuk bekerja, manusia mebutuhkan energi untuk terus menerus
berhubungan dengan lingkungan.
a. Pemasukan energi
Pemasukan energi merupaka energi yang dihasilakan selama oksidasi
makanan. Makanan merupakan sumber energi utama bagi manusia. Besarnya
energi dihasilakan dengan satuan kalori.
b. Pengeluaran energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan tubuh untuk mensupport
jaringan dan fungsi – fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk
senyawa fosfat seperti ATP.
c. Basal metabolisme rate (BMR)
Basal metabolisme ratae adalah energi yang digunakan tubuh pada saat
istirahat yaitu untuk pegerakan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung dan
lainnya.

6. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN


NUTRISI
a. Pengetahuan
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Tinggi dan berat badan
e. Ekonomi
f. Status kesehatan
g. Faktor psikologis
h. Alkohol dan obat

10
B. KONSEP DASAR LANSIA
1. DEFINISI LANSIA
Lansia adalah seseorang yang mengalami tahap akhir dalam
Perkembangan kehidupan manusia. UU No. 13/Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia
lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014). Proses menua adalah proses alamiah
kehidupan yang terjadi mulai dari awal seseorang hidup, dan memiliki beberapa
fase yaitu anak, dewasa, dan tua (Kholifah, 2016).
Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang terjadi banyak
penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial yang saling berhubungan satu
sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun
jiwa pada lansia (Cabrera, 2015). Lansia mengalami penurunan biologis secara
keseluruhan, dari penurunan tulang, massa otot yang menyebabkan lansia
mengalami penurunan keseimbangan yang berisiko untuk terjadinya jatuh pada
lansia (Susilo, 2017).

2. BATASAN DAN CIRI LANSIA


a. Batasan lansia
Batasan usia pada lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65
tahun. Berikut pendapat para ahli dalam Nugroho (2011) mengenai batasan
usia menurut organisasi kesehatan WHO ada empat tahap yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4) Usia Sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.
b. Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam

11
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat
sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia
yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan
keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan
bahkan memiliki harga diri yang rendah.

3. PERKEMBANGAN LANSIA
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan

12
mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk
tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang,
jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori,
namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik.

4. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA


Perubahan yang terjadi pada lansia seiring dengan bertambahnya usia,
seseorang akan mengalami berbagai macam perubahan pada dirinya. Perubahan-
perubahan umum terjadi pada lansia yaitu:
a. Perubahan Kondisi Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, muskoloskeletal,
gastrointestinal, endokrin dan integumen.
b. Perubahan Kondisi Mental
Perubahan mental pada lansia erat sekali kaitanya dengan perubahan fisik,
keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi
lingkungan. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut,
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan
karena tidak berguna lagi. Munsulnya perasaan kurang mampu untuk
mandiri serta cenderung bersifat introvert (DeLaune & Ladner,2011).

13
c. Perubahan Psiokosial
Masalah terkait psikososial akan sangat beragam, tergantung pada
kepribadian individu yang bersangkutan. Perubahan psikososial yang terjadi
pada lansia, misalnya pesniun, merasakan atau sadar akan kematian, adanya
perubahan cara hidup (yaitu memasuki rumah perawatan) penghasilan
menurun padahal biaya hidup meningkat dan adanya tambahan biaya
pengobatan (Schulz,2011). Perubahan lainya yaitu kesepian akibat
pengasingan dari lingkungan social, kehilangan hubungan denga teman dan
keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik atau perubahan konsep
diri da kematianpasangan hidup (DeLaun & Ladner,2011).

5. PRINSIP ETIKA PADA PELAYANAN LANSIA


Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia
adalah:
a. Empati
Istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar pengertian yang
dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus memandang seorang lansia
yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan
yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan
dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over
protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus
memahami peroses fisiologis dan patologik dari penderita lansia.
b. Non maleficence dan beneficence.
Pelayanan pada lansia selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan
yang baik dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan
(harm). Sebagai contoh, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk
menghindari rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivat
morfina) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh
berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
c. Otonomi

14
yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja
hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut
berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat membuat keputusan secara
mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran, seringakali hal ini dibantu (atau
menjadi semakin rumit ?) oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki,
prinsip otonomi berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional masih
kapabel (sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat
melindungi penderita yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini
seolah-olah memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil
dari orang lain untuk membuat suatu keputusan (misalnya seorang ayah
membuat keputusan bagi anaknya yang belum dewasa).
d. Keadilan
Yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan yang sama
bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak
relevan.
e. Kesungguhan hati
Suatu prinsip untuk selalu mememnuhi semua janji yang diberikan pada
seorang lansia.

15
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Proses keperawatan gerontik adalah metode ilmiah yang digunakan secara


sistematis, untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan lansia,
merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
lansia sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil
keperawatan yang dilaksanakan terhadap lansia.

Asuhan keperawatan gerontik melalui praktik keperawatan dengan sasaran lansia.


Tahapan dari proses keperawatan gerontik yaitu pengkajian lansia, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan
pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
1. Data umum
a. Identitas klien
Meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, agama, suku,
status perkawinan , pendidikan terakhir, dan alamat rumah.
b. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Meliputi : pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, sumber pendapatan, dan
kecukupan pendapatan
c. Kedaan lingkungan sekitar
Meliputi : kebersihan dan kerapihan ruangan , penerangan, sirkulasi udara,
keadaan kamar mandi & WC, pembuangan air kotor, sumber air minum,
pembuangan sampah, sumber pencemaran, privasi, dan risiko injuri.
2. Riwayat kesehatan

16
a. Keluhan utama
Tidak nafsu makan, berat badan menurun, kesulitan dalam menelan
makanan, tubuh kurus.
b. Riwayat kesehatan saat ini
Saat ini megalami mag, demam.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Belum pernah opname di rumah sakit.
3. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan/ penanganan
Sangat menghargai kesehatan karena membutuhkan biaya yang mahal/sehat
itu mahal.
b. Nutrisi – metabolik
Makanan yang di habiskan sedikit, sulit menelan.
c. Eliminasi
BAK jarang, BAB mengalami konstipasi/sambelit.
d. Aktivitas/ latihan
Pola latihan, aktivitas, bersenang – senang, rekreasi, dan kegiatan sehari –
hari, faktor yang mempengaruhi pola – pola individu yang diharapkan atau
diinginkan
e. Kognitif – perseptual
Keadekuatan alat sensori seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,
sentuhan, penghidu, persepsi nyeri, kemampuan fungsional kognitif.
f. Istirahat – tidur
Tidur nyeyak
g. Persepsi diri/ konsep diri
Sikap individu mengenai dirinya, persepsi terhadap kemauan, cita tubuh,
perasaan senang dan pola emosi.
h. Peran – hubungan
Persepsi klien tentang peran yang utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan sekarang
i. Seksualitas/ reproduksi

17
Kepuasan/ ketidakpuasan klien dengan seksualitas dan tahap pola
reproduksi.
j. Koping/ toleransi
Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung, dan
kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani situasi.
k. Nilai – keyakinan
Nilai – nilai, tujuan, atau keyakinan yang mengarahkan pilihan atau
keputusan
4. Pemeriksaan fisik
a. Sistem persarafan : tidak ada kesulitan nafas.
b. Sistem kardiovaskuler : jantung dan pembuluhn darah normal.
c. Sistem persyarafan : normal
d. Sistem pencernaan : biasanya terganggu
e. Sistem muskuloskeletal : lemah
5. Pengkajian khusus dan informasi penunjang
Meliputi : diagnosa medis, laboratorium, terapi medis, fungsi kognitif SPMSQ,
status fungsional (Katz Indeks), MMSE, APGAR keluarga, skala depresi,
screening fall, dan skala norton.
6. ANALISA DATA
Meliputi : data subjektif dan objektif, problem atau masalah, dan etiologi atau
penyebab.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial.

Diagnosa keperawatan prioritas :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)


2. Deficit nutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan (D.0019)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

18
C. INTERVENSI
Perencanaan keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk d ilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan dan keperawatan yang
telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien sesuai
dengan diagnosa keperawatan prioritas.
1. Diagnosa keperawatan no. 1 nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi
Kriteria hasil
SLKI : tingkat nyeri (L.08066)
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Frekuensi nadi membaik
e. Nafsu makan menurun

SIKI : manajemen nyeri (I.08238)

a. identifikasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


b. identifikasi skala nyeri
c. identifikasi respon nyeri non verbal
d. identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin)
f. fasilitasi istirahat dan tidur
g. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
h. kolaborasi pemberian anlgetik, jika perlu

2. Diagnosa keperawatan no.2 deficit nutrisi berhubungan dengan berat badan


menurun

19
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi
Kriteria hasil
SLKI : Status nutrisi (L.03030)
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b. Berat badan membaik
c. Napsu makan membaik
d. Frekuensi makan membaik
e. Membran mukosa membaik
SIKI : manajemen nutrisi (I.03119)

a. Identifikasi status nutrisi


b. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c. Monitor asupan makanan
d. Monitor berat badan
e. Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
f. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan )
g. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
h. Ajarkan diet yang diprogramkan
i. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

3. Diagnosa keperawatan no. 3 intoleransi aktivitas berhubungan dengan


kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi

Kriteria hasil

SLKI : Toleransi aktivitas (L.05047)

a. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat


b. Keluhan lelah menurun
c. Perasaan lemah menurun
d. Warna kulit membaik

20
e. Tekanan darah membaik
SIKI : Manajemen energi (I.05178)

a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


b. Monitor pola dan jam tidur
c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama aktivitas
d. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan )
e. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / aktif
f. Anjurkan tirah baring
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
h. Ajarkan stategi koping untuk mengurangi kelelahan

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah salah satu tahapan dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat .
1. Diagnosa keperawatan no. 1
a. mengidentifikasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. mengidentifikasi skala nyeri
c. mengidentifikasi respon nyeri non verbal
d. mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/ dingin)
f. memfasilitasi istirahat dan tidur
g. mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
h. kolaborasi pemberian anlgetik, jika perlu
2. Diagnosa keperawatan no.2
a. mengidentifikasi status nutrisi

21
b. mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c. memonitor asupan makanan
d. memonitor berat badan
e. melakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
f. memfasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan )
g. menganjurkan posisi duduk, jika mampu
h. mengajarkan diet yang diprogramkan
i. berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
3. Diagnosa keperawatan no.3
a. mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. memonitor pola dan jam tidur
c. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama aktivitas
d. menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
e. melakukan latihan rentang gerak pasif dan / aktif
f. menganjurkan tirah baring
g. menganjurkan melakukan aktivitas secara bertaha
h. mengajarkan stategi koping untuk mengurangi kelelahan

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil, implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan. Bila
hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun intervensi keperawatan yang
baru.

No. Dx. Evaluasi Paraf


1 Nyeri akut S: pasien mengatakan sudah tidak nyeri jefri
berhubungan dibagian uluh hati
dengan agen O: pasien tampak tidak meringis lagi

22
pencedera A: masalah teratasi
fisiologis P: intervensi dihentikan
2 Deficit S: pasien mengatakan sudah nafsu jefri
nutrisi makan
berhubungan O: berat badan pasien meningkat
dengan berat A: masalah teratasi
badan P: intervensi dihentikan
menurun
3 Intoleransi S: pasien mengatakan sudah tidak jefri
aktivitas merasa lemah
berhubungan O: aktivitas sehari – hari pasien tampak
dengan ke mandiri tidak dibantu keluarga lagi
lemahan A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

23
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta nebgeluarkan sisanya.
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit (Wartonah, 2012).

B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa keperawatan harus mempelajari lebih lanjut mengenai
konsep dasar pemenuhan nutrisi , konsep dasar lansia, konsep dasar asuhan
keperawatan lansia dengan masalah utama pemenuhan nutrisi dan asuhan
keperawatan lansia dengan kasus pemenuhan nutrisi . Agar kedepannya ketika
sudah terjun di lapangan atau di pelayanan kesehatan kita sudah siap dan
berkompeten.

24
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Putu Edi. 2014. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Nutrisi. Prgoram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Diakses 30 Juni 2021 Pukul 09.00 WIB.

25

Anda mungkin juga menyukai