Anda di halaman 1dari 148

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut dan kronik (Price & Wilson, 2012). Masyarakat
pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang
menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, gastritis terjadi pada semua usia
mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai tua. Penyakit ini disebabkan salah
satunya karena sikap penderita gastritis yang tidak memperhatikan kesehatannya,
terutama makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Gastritis dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak
pada perut. Banyak penderita gastritis itu berawal dari kesibukan yang berlebihan
sehingga mengakibatkan seseorang lupa makan. Terkadang gejala gastritis pada
awalnya diabaikan saja, padahal jika penyakit gastritis itu dibiarkan maka bias terjadi
kondisi komplikasi yang cukup parah (Putra, 2012).

Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia menempati


urutan ke empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak setelah negara China,
Inggris dankanadayaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI,
2012).Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka
kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Gastritis adalah masalah kesehatan
yang sering terjadi pada masyarakat Indonesianamun sering disepelekan.

Penyakit gastritis terjadi karena salah satu akibat masalah yang sering muncul
akibat dari perubahan gaya hidup. Seperti konsumsi makanan yang tinggi asam,
pedas, stress, merokok, mengkonsumsi alkohol yang berlebihan akan memicu
timbulnya gastritis. Pada penderita gastritis biasanya ada reaksi mengeluh sakit
perut ,mual ,muntah . Masalah yang perlu diperhatikan adalah Kurangnya olah
raga,stress psikologi dan pola makan yang tidak teratur(Budiana,2006). Menurut Arif
(2008), terjadinya Gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan
tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan, hingga lambung
menjadi sensitive bila asam lambung meningkat penggunaan aspirin atau obat
antiflamasi non steroid (AINS) lainya, obat-obatan kortikosteroid, penyalahgunaan
alkohol, menelan substansi erosi, merokok, atau kombinasi dari factor-faktor tersebut
juga dapat mengancam ketahanan mukosa lambung. Lambung memiliki lapisan epitel
mukosa yang secara konstan terpapar oleh berbagai factor endogen yang dapat
mempengaruhi integritas mukosanya, seperti asam lambung, pepsinogen/pepsin dan
garam empedu. Sedangkan factor eksogenya adalah obat-obatan, alkohol dan bakteri
yang dapat merusak integritas mukosa lambung misalnya Hellycobacter Pylori.
Pelindung integritas mukosa lambung yaitu produksi mucus yang didalamnya terdapat
yang berperan penting dalam mempertahankan dan menjaga integritas mukosa
lambung, kemudian sel-sel epitel yang menstranport ion untuk memelihara pH
intraseluler dan produksi asam bikarbonat serta system mikrovaskuler yang ada di
lapisan subepitelial sebagai komponen utama yang menyediakan ion HCO3 sebagai
penetral asam lambung dan memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi yang
adekuat saat menghilangkan efek toksik metabolic yang merusak mukosa lambung.
Gastritisterjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini rusak atau hilang,
sehingga dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam lambung (Prie &
Wilson, 2009). Faktor endogen maupun faktor eksogen yang dapat merusak
pertahanan mukosa lambung dapat memungkinkan difusi kembali asam pepsin
kedalam jaringan lambung sehingga menimbulkan peradangan pada lambung. Proses
peradangan ini yang akhirnya merangsang mediator nyeri yaitu bradikinin, histamin,
serotonin dan prostaglandin sehingga tumbuh akan merasa nyeri pada epigastrium.
Penyakit gastritis dapat dicegah dengan menjaga pola makan. Yang salah satunya
dengan melakukan pengurangan makanan yang berasam dan pedas. Pada pasien
gastritis kronis perlu di rawat di RS karena memerlukan perawatan yang memadai
oleh karena itu perawat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat
tentang penyakit gastritis dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya
menjaga pola makan, penyebab gastritis, tanda dan gejalapenyakit gastritis pada
penderita gastritis maupun keluarga.
Dari latar belakang di atas alasan memilih untuk meneliti adalah untuk
mengetahui sejauh mana gastritis dan bagaimana cara pencegahannya, dan dapat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan penyakit dan keluhan pasien terutama
penyakit gastritis.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut : “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. “A” dengan Gastritis
di Ruang Melati RSUD Awal Bros Batam?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan ini yaitu untk menerapkan teori yang telah di dapatkan
di bangku kuliah khususnya asuhan keperawatan pada pasien Ny. “A” dengan
gastritis di Ruang Melati RSUD Awal Bros Batam.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan pada pasien Ny. “A” dengan Gastritis di Ruang Melati RSUD
Awal Bros Batam mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
b. Mampu menodkumentasikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan pada pasien Ny. “A” dengan Gastritis di Ruang Melati RSUD
Awal Bros Batam.
c. Mampu mengidentifikasikan faktor pendukung dan penghambat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Ny. “A” dengan Gastritis di
Ruang Melati RSUD Awal Bros Batam.

D. Ruang lingkup
1. Lingkup Waktu
Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny.”A” dengan Gastritis di
Ruang Melati RSUD Awal Bros Batam, dilaksanakan selama 3x24 jam, yang
dimulai pada tanggal 6 November sampai 9 November 2020.
2. Lingkup Tempat
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini bertempat di Ruang Melati RSUD Awal Bros
Batam.
3. Lingkup keperawatan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny. “A” dengan Gastritis di
Ruang Melati RSUD Awal Bros Batam menggunakan pendekatan proses
keperawatan melalui 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta dokumentasi keperawatan
4. Lingkup Mata Kuliah
Laporan studi kasus ini merupakan bagian mata ajar Keperawatan Medikal Bedah
sistem pencernaan.

E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan laoran studi kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan pada pasien
Ny. “A” dengan Gastritis di Ruang Melati RSUD Awal Bros Batam ini adalah :
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan, pengalaman, wawasan dalam memberikan Asuhan
Keperwatan pada pasien dengan gastritis di Ruang Melati RSUD Awal Brs
Batam.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil laporan studi kasus ini di harapkan dapat memberikan masukan dan bahan
pertimbangan bagi profesi perawat khususnya dalam upaya mengembangkan dan
meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan gastritis di Ruang
Melati RSUD Awal Bros Batam.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan studi kasus ini di harapkan dapat menjadi bahan acuan bagi
mahasiswa Akademi Perawatan Karya Bakti Husada Yogyakarta dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dengan Gastritis serta menambah wawasan
bagi pembaca.
4. Bagi Rumah Sakit
Penulisan laporan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
berguna bagi tim kesehatan khususnya perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Gastritis dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan pemberian asuhan keperawatan.

F. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan studi kasus ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan yaitu mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi (Sofia, 2012).

G. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan laporan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gastritis terdiri dari 5 BAB yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang : Latar Belakang Masalah, rumusa Masalah, Ruang Lingkup,
Tujuan Penulis, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
a. Gambara Umum Gastritis yang terdiri dari anatomi fisiologi, pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan.
b. Tinjauan Umum Asuhan Keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi.
c. Tinjauan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gastritis yang terdiri
dari data dasar pengkajian, diagnosa keperawatan perencanaan,
implementasi, evaluasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Terdiri dari Pengkajian Keperawatan, Analisa Data, Perumusan Diagnosa
Keperawatan, prioritas Diagnosa Keperawatan, Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gastritis. Rencana Asuhan Keperawatan dan Catatan
perkembangan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Terdri dari pembahasan Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan,
Intervensi keperawatan, Implementasi Keperawatan, Evaluasi Keperawatan,
Dokumentasi Keperawatan, dan faktor penghambat dan pendukung.
BAB V : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Gastritis


1. Anatomi dan fisiologi
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara
bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008). Lambung
merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada dibawah diafragma,
terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen
(Tortora & Derrickson, 2009).
Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaste. Lambung terdiri dari bagian atas fundus
uteri berhubungan dengan eshopagusmelalui orifasum pilarik, terletak dibagian
diafragma didepan pancreas dan limfa, menempel disebelah kiri fundus uteri,
bagian lambung terdiri dari (Syaifuddin, 2010) :
a. Fundus ventrikuli
Adalah bagian yang menonjol ke atas terletak disebelah kiri osteum
kardium dan biasnaya penuh berisi gas.
b. Korpus Ventrikuli, setinggi oestum kardium
Adalah suatu letkukan pada bagian bawah kuvatura minor,
c. Antrum pylorus
Adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spinter pylorus.
d. Kurvatura minor
Terdapat disebelah kanan lambung terbentang dari sisi kiri osteum
kardiokum melalui fundus venrikuli menuju kekanan ampai ke pilorus
infrior.
e. Kurvatura mayor
Lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardiiokum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus
inferior.
f. Osteum kardiak
Merupakan tempat dimana esofagus bagian kanan abdomen masuk ke
lambung.
Susunan lapisan dari dalam keluar yang terdiri dari :
a. Lapisan selaput lendiri (mukosa), apabila lambung ni dikosongkan,
lapisan ini akan berlipat-lipat yang disebut rugae.
b. Lapisan oto melingkar (muskulus aurikularis), merupakan jaringan otot
yang kuat.
c. Lapisan otot miring (muskulus obiliqus), mempunyai otot bergris
miring.
d. Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal), susunan lapisan otot
lambung yang panjang.
e. Lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum) atau serosa,melapisi
lambung bagian luar (Syaifuddin, 2010).

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat
orang makan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan
terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf
menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung
melepaskan hormone yang disebut sekresi getah lambung, getah lambung
dihalangi oleh sistem saraf simpats yang dapat terjadi pada waktu
gangguan emosi seperti marah dan rasa takut (Syafuddin, 2010).

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 jliter getah lambung. Sel – sel
yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak dilapisan mukosa
lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian
terpisah ;

a. Mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body),


b. Daerag kelenjar piloruk yang mlapisi bagian antrum, sel – sel kelenjar
mukosa terdapat dikantong lambung gastric-pits), yaitu suatu
invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi sel
sekretori yang melapisi invaginasi ini beerapa di antaranya adalah
eksokrin, endokrin, dan parakrin (Sherwood, 2010).

Fungsi lambung menurut Syaifuddin (2010), terdiri dari :


a. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung.
b. Getah cerna lambung yang di hasilkan :
a) Pepsin
Fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton).
b) Asam garam (HCL)
Fungsinya mengasamkan makanan, sebagi antiseptic dan
desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi
pepsi.
c) Renin
Fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari kasinogen 9kasinogen dan protein susu)
d) Lapisan lambung
Memecah lemak yang merangsang sekresi getah lambung.
2. Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab
terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaaan. Pelepasan
epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung
(Sukarmin, 2012)
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya epitel. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya
proses inflamasi pada lambung yang akan
mengakibatkan/menimbulkan gangguan saluran pencernaan ( Ardian
R.R & Adwan G.M. 2013).
3. Etiologi Gastritis
Menurut sukarmin, (2012) berbagai kasus yang terjadi pada gastritis sering
berkaitan dengan hal- hal sebagai berikut :
a. Pemakaian obat-obatan khusunya obat anti inflamasi nonsteroid seperti
aspirin, asama mefenamat, aspilet dalam jumlah besar.
b. Konsumsi alkohol yang berlebih
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada
mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada
mukosa lamung.
c. Banyak merokok
Asam nikotin pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang
berkonstribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke
lambung mengaami penurunan. Penurunan ini dapat berdampak pada
penurunan produksi mukkus yang salah satu fungsinya untuk melindungi
lambung dari iritasi. Selain itu karbondioksida (CO 2) yang dihasilkan oleh
rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen sehingga memungkinkan
perfusi jaringan pada lambung. Kejadian Gastritis pada perokok juga
dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotin yang menurunkan rangsangan
pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung
dapat langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak
ada makanan yang masuk.
d. Uremia
Ureum darah dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh
terutama saluran pencernaan (Gastrointestinal Uremik. Perubahan ini dapat
memicu kerusakan pada epitel mukosa lambung.
e. Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan
merangsang pningkatan laju metabolic yang berdampak pada peningkatan
aktifitas lambung dalam mencerna makanan. Peningkatan HCL lambung
dalam kondisi seperti dapat memicu timbulnya perlukaan pada lambung.
1. Setress berat
Setress psikologi akan meningkatkan aktivitas ssaraf simpatik yang dapat
merangsang peningkatan produksi asam lambung peningkatan HCL dapat
di rangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh neuron simpatik
seperti epenefrin.
2. Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang pelepasan
gastrin dan peningkatan sekresi asam seperti bakteri Helicobacter pylori.
1. Klasifikasi Gastritis
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna (Muttaqin,
2011). Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestassi klinisnya
adalah :
a) Gastritis akut hemoragic
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b) Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut (Muttaqin, 2011)
b. Gastritis kronis
Menurut Muttaqin (2011) gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan dua perbedaan sebagai berikut :
a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema ,
serta perdarahan dan erosi mukosa.
b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan
mukosa pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul –
nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis , dan
hemoragik.
1. Patofisiologi
a. Gastritis akut
Muttaqin (2011), mengemukakan bahwa secara patofisiologi,
ada beberapa factor yang dapat menyebabkan karusakan mukosa
lambung, meliputi kerusakan mukosa barrier, yang menyebabkan
difusi balik ion H+ meningkat, perfusi mukosa lambung yang
terganggu, dan jumlah asam lambung yang tinggi.
Factor- factor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya
stress fisik akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu
sehingga timbul daerah – daerah infark kecil. Pada passion stress fisik
biasanya tidak terganggu pada mucosal barriernya. Hal tersebut yang
membedakannya dengan gastritis erosif karena bahan kimia atau obat.
Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia dan obat dapat
menyebabkan mucosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H+
meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan
mempercepat kerusakan mucosal barrier oleh cairan infus (Muttaqin,
2011).
Infeksi bakteri juga merupakan penyebab lain yang dapat
meningkatkan peradangan pada mukosa lambunng. Helicobacter
pylori merupakan bakteri utama yang paling sering menyebabkan
terjadinya gastritis akut. Biasanya terjadi infeksi oleh bakteri H.pylori
pada individu tergnatung oleh factor usia, social ekonomi dan ras
(Muttaqin, 2011).
b. Gastritis kronis
Patofisiologi terjadi pada gastritis kronis masih belum jelas
diketahui, tetap ada beberapa teori yang berhubungan dengan kondisi
kerusakan permukaan mukosa lambung secara menahun, yaitu sawar
lambung dan penetrasinya pada gastritis, serta atrofi lambunng
(Muttaqin, 2011)
Muttaqin (2011), sawar lambung dan penetrasinya pada
gastritis. Absorpsi pada lambung, normalnya sangat rendah. Derajat
absorpsi yang rendah ini terutama disebabkan oleh dua gambaran
spesifik dari mukosa lambung, antara lain:
a) Lambung dilapisi oleh sel – sel mukosa yang sangat resistern,
yang menyereksi mucus yang sangat kental dan lekat.
b) Mukosa lambung mempunyai sambungan yang sangat rapat (tight
junction) antara sel – sel epitel yang berdekatan.
Dua hal ini kemudian Bersama – sama dengan hambatan –
hambatan absorpsi lambung yang lain disebur sawar lambung.
Pada gastritis, permeabilitas sawar sangat meningkat. Ion
hydrogen kemudian berdifusi kedalam epitel lambung
mengakibatkan kerusakan tambahan, serta atrofi progresif mukosa
lambung. Peristiwa ini juga mengakibatkan mukosa lambung
rentan terhadap pencernaan peptide sehingga sering menyebabkan
uklkus lammbung (Muttaqin, 2011)
Banyak orang mengalami gastritis autoimun, mukosa secara
bertahap mejadi atrofi sampai sedikit atau tidak ada aktivitas
kelenjar lambung yang tersisa. Ada juga tanggapan bahwa orang
yang mempunyai autoimunitas terhadap mukosa lambung, hal ini
juga akhirnya menyebabkan atrofi lambung. Kehilangan sekresi
lambung pada atrofi lambung menimbulkan aklorhida dan
terkadang anemia pernisiosa.
Aklorhida berarti lambung benar – benar gagal menyereksi
asam hidroklorida dna hal ini di diagnosis apabila pH sekresi
lambung gagal turun dibawah 6,5 setelah adanya rangsangan
maksimal. Hipoklorida berarti sekresi asam lambung berkurang,
biasanya bila asam lambung tidak di sekresi, maka pepsin juga
tidak disekresi. Bahkan bila terjadi, hilangnya asam akan
menghambat fungsi pepsin karena pepsi membutuhkan medium
asam untuk bekerja (Muttaqin, 2011).
Anemia pernisiosa sering menyertai aklorhida da atrofi
lambung. Sekresi lambung yang normal mengandung glikoprotein
yang disebut faktor intrinsik, disekresi oleh sel parietal yang lama
dengan yang menyereksi asam hidroklorida. Faktor intrinsik harus
ada untuk mengabsorbsi vitamin B12 dan kemudian
melindunginya dari pencernaan dan penghancuran selama
melewati traktus gastrointestinal (Muttaqin, 2011).
Tuberkulosa dan jamur akan mempengaruhi terbentuknya
granuloma lambung. Kondisi ini secara progresif akan
menyebabkan nekrosis dan penyakit gastritis granuloma
(Muttaqin, 2011).
1. Manifestasi klinis
a. Gastritis akut
Sukarmin (2012), manifestasi klinik yang muncul berbeda sesuai
dengan jenis gastritis. Gejala gastritis akut snagat bervaariasi mulai
dari yang sangat ringan asimtomatik sampai yang berat dan dapat
menimbulkan kematian. Penyebab kematian yang sangat penting
adalah perdarahan gaster. Gejala yang sangat emncolok adalah :
a) Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat
sampai terjadi ranjatan karena kehilangan darah.
b) Pada sebagian kasus, gejalanya amat ringan bahlkan
asimtomatis. Keluhan – keluhan ini misalnya nyeri timbul pada
ulu hati, biasnaya ringan dan tidak dapat di tunjuk dengan tepat
lokasinya.
c) Mual – mual dan muntah
d) Perdarahan saluran cerna
e) Pada kasus yang sangat ringan perdarahan bermanifestasi
sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai
tanda – tanda anemia defesiensi dengan etiologi yang tidak
jelas.
f) Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak di temukan kelainan
kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat
sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan
hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, takikardi, sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis
Sukarmin (2012), gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang
lain dan kadang tidak jelas, antara lain :
a) Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi yang berlebihan pada
lambung ketika ada makanan yang masuk. Sehingga kapasitas
makanan menjadi menurun karena sebagian besar telah diisi
oleh mukus dan cairan hasil sekresi.
b) Distress epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan
perasaan gaster seperti penuh padahal kalua di lakukan
pengecekan secara detail lambung tidak mengalami
peningkatan intralumennya. Respon ini terkait dengan adaptasi
psikologis yang berlangsung lama, jadi penderita seolah – olah
terbawa emosi lambungnya terasa penuh terus.
Manifestasi pada gastrointestinal dapat juga berupa ulkus lidah,
anoreksia, penurunan berat bada, diare, malabsorbsi yang dihubungkan
dengan perubahan megaloblastic. Pada pemeriksaan fisik biasanya
didapatnya nyeri tekan abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit
membrane mukosa kering), dan bukti adnya gangguan sistemik dari
sekunder anemia pernisiosa (Muttaqin, 2011).

1. Komplikasi
a. Gastritis akut
Muttaqin (2011), komplikasi dari gastritis antara lain :
a) Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan
kedaruratan medis, terkadang pendarahan yang terjadi cukup
bnayak sehingga dapat menyebabkan kematian.
b) Ulkus, jika prosesnya hebat.
c) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
b. Gastritis kronis
Muttaqin (2011), komplikasi dari gastritis kronis antara lain :
a) Anemia pernisiosa
b) Ulkus peptikum
c) Keganasan lambung
1. Pemeriksaan penunjang
Apabila pasien terdiagnosis terkena gastritis, biasnya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Antara lain :
a.Esofagogstriduodenoskopi (EGD) : tes diagnostic kunci untu
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan/derajat
ulkus jaringan/cedera.
b. Minum barium dengan foto rontgen : dilakukan untuk
membedakan diagnose penyebab/sisi lesi.
c.Analisa gaster : dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nocturnal penyebab ulkus
duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ullkus gaster,
sipersekresi berat dan asiditas menunjukan sindrom Zollinger-elison.
Amylase serum : meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah di duga
gastritis (Wijaya, 2013).

1. Penatalaksanaan
Ardian dan adwan (2013) , terapi yang dilakukan saat peningkatan asam
lambung adalah dengan melakukan pengobatan. Pengobatan yang
dilakukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengobatan umum dan
pengobatan dengan cara memberi obat.
a.Pengobatan umum
Pengobatan umum bagi penderita dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a) Usahakan dapat beristirahat cukup pada malam hari, usahakan
untuk dapat tdiru selama kurang lebih 8 jam, dan pada siang
hari dapat beristirahat dengan duduk rileks atau berbaring
kurang lebih 1 jam.
b) Maltih diri untuk bekerja dengan tenang, tidak terburu- buru.
c) Hindari stress
d) Mengatur diet makan yang sesuai, jangan minum alcohol dan
hentikan kebiasaan merokok.
e) Syarat diet
Syarat diet penyakit lambung adalah (sinusita, 2008) :
a.Makanan yang mudah di cerna, porsi kecil, dan makan
sering.
b. Energi dan protei cukup, lemah rendah, rendah serat,
cairan cukup, tidak mengandung bahan makanan atau
bumbu yang tajam.
a. Pemberian obat
Macam atau jenis obat yang doat diberikan dalam pengobatan pada
penderita gastritis adalah sebagai berikut menurut Ardian dan Adwan
(2013) :
a) Antasida
Antasida merupakan obat umum yang paling banyak di
gunakan dalam terapi penyakit gastritis meskipun sebenarnya
bukanlah merupakan obat penyembuh tukak yang ada, namun
hanya berfungsi sebagai pengurang rasa nyeri. Antasida
berfungsi untuk mempertahankan pH cairan lambung antara 3-
5. Obat antasida ini harus di berikan minimal satu jam sesudah
makan.
Hal ini disebabkan adanya efek buffer dari makanan dan
merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengosongkan
isi lambung. Dengan cara ini, maka pengguna antasida dalam
dosis yang cukup akan daapat menetralisir asam lambung
selama dua jam berikutnya (3 jam sesudah makan).
Namun antasida juga memiliki efek samping.beberapa
efek samping yang muncul adalah diare dan sembelit. Untuk
mengatasi efek samping tersebut banyang pabrik yang
memproduksi obat dengan cara mengkombinasi antara gara
magnesium dan garam alumanium yang masing – masing
dengan dosis yang kecil.
Obat antasida yang banyak beredar dipasaran adalah
alumny, actal, aludona, antimaag, gelusil, neosanmaag, promag
dan masih banyak yang lain. Obat antasida yang berbentuk
suspense ( cairan ), lebih efektif daripada yang berbentuk
tablet.
b) Simetidin dan remitidin
Kedua obat yang tergolong baru jika merupakan obat –
obatan yang tergolong baru jika dibandingkan dengan antasida.
Simetidin mulai digunakan pada tahun 1977, sedangkan
remitidin mulai digunakan pada tahun 1981.
Kedua obat tersebut berfungsi untuk merintangi secara
selektif efe histamin terhadap reseptornya dalam jaringan
lambung. Sehingga dengan demikian, sekresi asam lambung
akan bertambah, tukak lambung berkurang, dan keluhan nyeri
dapar berkurang bahkan hilang.
B. Tinjauan Umum Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving
yang memerlukan ilmu, teknuk dan keterampilan interpersonal, dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
sekunsial dan berhubungan : pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual “problem solving”
keterampilan dan sikap mendefinisikan suatu tindakan keperawatan (Nursalam, 2013).
Tujuan proses keperawatan secara umum aadalah untuk membuat suatu
kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga, masyarakat
dapat terpenuhi. Proses keperawatan juga ditujukan untuk memnuhi tujuan asuhan
keperawtan yaitu untuk mempertahankan keadaan pasien yang optimal dan jika
pernytaan tersebut berubah, untuk membuat suatu jumlah dan kualitas tindakan
keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, keperawatan dikelompokkan menjadi 5 tahap :
pengkajian, diagnose, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi (Nursalam, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai data untuk
megevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,2013).
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
yang terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu :
Pertama, mengumpulkan data secara sistematis : kedua, mmeilah dan mengatur
data yang di kumpulkan : ketiga, mendokumentasikan dalam format yang dapat
dibuka kembali (Nursalam, 2013).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Pengumpulan data primer
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pasien. Data yang diambil melalui
wawancara adalah identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan
pasien, identitas keluarga, pola makan, pola eliminasi, kebiasaan
sehari – hari dan aspek fisik, social dan spiritual.
b. Observasi
Observasi meliputi 2S HFT (sight (penglihatan), smell (penciuman),
hearing (pendengaran), feeling ( perasaan) dan taste ( pengecap) ).
Observasi dilakukan pada pasien, dan lingkungan pasien :
c. Pemeriksaan fisik, meliputi :
a) Inspeksi
Aadalah proses observasi dengan mengguakan mata, dapat
dilakukan untuk mendeteksi hal – hal atau tanda – tanda fisik.
b) Palpasi
Adlah suatu Teknik yang menggunakan indera peraba tangan
dan jari – jari.
c) Perkusi
Pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk untuk
membandingkan baian kiri dan bagian kanan pada setiap daerah
permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara.
d) Auskultasi
Pemeriksaan dengan jlan mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.
2. Pengumpulan data sekunder yaitu :
a. Wawancara
Wawancara di lakukan dengan keluarga, perawat, dokter dan tim
kesehatan lainnya untuk mengetahui masalah pada pasien serta dapat
membantu dalam bertindak untuk menangani maslah pasien.
b. Studi dokumentasi
Pengumpulan data disini dikumpulkan dari rekam medik yang
merupakan riwayat penyakit dan keperawatan pasien masa lalu.
1. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individua tau
kelompok dimana perawat sevara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2013).
Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan diantaranya :
a. Diagnosis keperawatan actual
Adlah menyajikan keadaan secara klinis yang telah divalidasikan
melalui Batasan karakteristik mayir yang diidentifikasikan.
Diagnosis keperawatan actual penulisannya adalah adanya
pernyataan maslah (P), adanya pernyataan etiologi (E) dan
pernyataan tanda dan gejala (symptom).
a) Problem (masalah), dapat ditentukan dari data yang terkumpul
yang tela divalidasi dan diindetifikasi pola.
b) Etiologi (penyebab), dengan cara menghubungkan factor yang
berhubungan dengan masala keperawatan yang dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Factor yang
berhubungan atau dapat digunakan dalam etiolgi terdiri dari
empat komponen meliputi: patfisiologi ( biologi atau
psikologi), tindakan yang berhubungan, situasional (lingkungan
personal), dan maturasional.
c) Symptom (tanda/gejala), dalam menentukan symptom yang
merupakan tanda dan gejala dari masalah keperawatan yang
terjadi dapat diperoleh dari hasil pengelompokan data yaitu
data subyektif dengan memperhatikan Batasan karakteristik
dari pernyataan masalah.
b. Diagnose keperawatan risiko atau risiko tinggi
Adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas
sangat rentan untuk mengalami masalah disbanding yang lain pada
situasi yang sama atau hampir sama. Validasi untuk menunjang
diagnosis risiko tinggi adalah factor risiko yang memperlihatkan
keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok
dan tidak menggunakan Batasan karakteristik.
c. Diagnosis keperawatan kemungkinan
Adalah pernyataan tentang masalah yang di duga masih memerlukan
data tambahan, dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan
adanya tanda dan gejala utama factor risiko.
d. Diagnosis keperawatan sehat – sejahtera
Adalah keputusan klinis mengenai individu, kelompok atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat
kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatannya dengan
menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing – masing
pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang di sahkan.
e. Diagnosis keperawatan sindrom
Adalah diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok
diagnosis keperawatan actual atau risiko tinggi yang diduga akan
tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah – masalah yang didefinisikan
pada diagnose keperawatan, dan menyimpulkan rencana dokumentasi
(Nursalam, 2013).
Menurut Nikmatur dan Walid, (2009) menetapkan kriteria hasil :
Kriteria hasil adalah Batasan karakteristik atau indicator keberhasilan dari tujuan
yang telah di tetapkan.
S : Spesifik, berfokus pada pasien, singkat dan jelas
M : Measurable, dapat diukur
A : Achievable, realistic
R : Reasonable, ditentukan oleh perawat dan klien
T : Time, kontrak waktu
Menurut Nikmatur dan Walid, (2009) merumuskan rencana tindakan
keperawatan :
Rencana tindakan keperawatan adalah desain spesifik untuk membantu pasien
dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil. Tipe rencana tindakan keperawatan :
a) Diagnostic/observasi
Rencana tindakan keperawatan diagnostic adalah rencana tindakan untuk
mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan klien dengan
pemantauan secara langsung yang dillakukan secara kontinu. Dengan
observasi ini diharapkan hal yang ditetapkan dalam kriteria hasil dapat
dipantau secara sinambung sampai tujuan berhasil dicapai.
b) Terapeutik/Nursing Treatment
Rencana tindakan teraupetik adalah rencana tindakan yang ditetapkan
untuk mengurangi, memperbaiki, dan mencegah perluasan masalah.
Rencana tindakan ini berupa intervensi mandiri perawat yang bersumber
dari ilmu, kiat, dan seni keperawatan.
c) Penyuluhan/ Health Education/ Pendidikan kesehatan
Rencana tindakan yang berbentuk Pendidikan kesehatan adalah rencana
yang di tetapkan bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri klien
dengan penekanan pada partisipasi klien untu bertanggungjawab terhadap
perawatan diri terutama untuk perawatan diri dirumah. Penyuluhan atau
Pendidikan kesehatan diperlukan terutama bila masalah keperawatan dan
keriteria hasil berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
d) Rujukan/ kolaborasi medical treatment
Rencana tindaan kolaboratif adalah tindaan medis yang dilimpahkan
kepada perawat. Rencana kolaboratif ini disesuaikan dengan masalah
yang terjadi, masalah yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor
mungkin tidak memerlukan tindakan medis.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yag
spesifik (Nursalam,2013). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang di harapkan. (Nursalam, 2013).
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi :
a) Tindakan mandiri (independen) perawat yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan yang lain.
b) Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan pada hasil
keputusan Bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Nursalam,
2013)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2013).
Menurut Nursalam (2013) kriteria evaluasi ada 2 yaitu :
a. Kriteria proses : focus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil dari kualitas pelayanan tindakan keperawatan.
Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Kriteria hasil : focus evaluasi hasil adlah perubaan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini
dilaksanaan pada ahir tindakan keperawatan secara paripurna.

Menurut Nursalam (2013), komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5


komponen :

a) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.


b) Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c) Menganalissa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan,
e) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasaran kesimpulan.
C. Asuhan keperawatan gastritis
1. Pengkajian
Anamneses meliputi :
a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Jenis pekerjaan :
e. Alamat :
f. Suku/bangsa :
g. Agama :
h. Tingkat Pendidikan : Bagi orang yang tingkat Pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis
sebagai sakit perut biada dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
i. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan perut sebela kanan bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : meliputi perjalanan penyakitnya, awal
dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, factor pencetus, upaya untu mengatasi
maslah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat
pemakaian obat.

Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan
kwadran epigastrik.

a. B1(breath) : takhipnea
b. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
perifeer lambat, warna kulit pucat.
c. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
d. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
e. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
f. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

Focus pengkajian

Menurut Muttaqin (2011), pengkajian pada pasien dengan gastritis meliputi :

a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea / hiperventilasi (respon terhadap aktivitas).
Adanya gangguan pada sistem pencernaan, pola nutrisi dan cairan
menjadi terganggu mengakibatkan anoreksia, mual, muntah, kurangnya
asupan nutrisi sehingga pasien mengalami kelemahan dan kelelahan
dalam beraktivitas (Smeltzer, 2013).
b. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda :
a) Hipotensi (termasuk postural)
b) Takikardia, disritmia (hypovolemia / hipoksemia)
c) Nadi perifer lemah
d) Pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
e) Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah)
f) Kelemahan kulit / membrane mukosa, berkeringat (menunjukkan
status syok, nyeri akut, respons psikologik)
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit,gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptic atau gester, gastritis,bedah gaster, iradiasi area
gsater.
Perubahan pola defektan / karakteristik feses.
Tanda :
a) Nyeri tekan abdomen, distensi
b) Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan
c) Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang.
d) Kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
e) Haluaran urine : menurun, pekat.
e. Makanan / cairan
Gejala :
a) Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
b) Masalah menelan : cegukan
c) Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah denganwarna kopi gelap atau merah cerah
dengan atau tanpa bekuan darah, membrane mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk ( perdarahan
kronis)
f. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat tergnggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergnatung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
a) Nyeri, digambarkan sebagi tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba.
b) Tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distress
samar
c) Samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis
akut).
d) Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar eke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida ( ulkus gaster)
e) Nyeri epigastrium kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong
dan hilang dengan makanan atau antasida ( ulkus duodenal).
f) Tak ada nyeri (varises esofegenal atau gastritis).
g) Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat –
obatan tertentu (salisilat, reserpine, antibiotic, ibuprofen),
stressor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati – hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
h. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitive misal : ASA
Tanda : peingkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal).
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung
ASA, alcohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnose
yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme,
hepatitis, gangguan makan (Muttaqin, 2011).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien gastritis adalah sebagai
berikut :
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intaje
nutrisi yang tidak adekuat.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak
cukup dan kehilangan berlebihan karena muntah.
d. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi (Wijaya,
2013).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
Kriteria hasil :
a) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
b) Mengidentifikasi, mengungkspkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas.
c) Vital sign dalam batas normal .
d) Postur tubuh, ekpresi wajah, Bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi :
a) Libatkan keluarga dalam persiapan pemeriksaan
Rasional :
Untuk menemani pasien agar mengurangi kecemasan.
b) Siapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic (endoskopi)
Rasional :
Untuk mengetahui ketidaknormalan pada saluran cera bagian atas
c) Lakukan pendekatan dengan komunikasi teraupetik
Rasional :
Membuat hubungan terapeutik
d) Berikan informasi tentang prosedur yang akan dijalani pasien sesuai
dengan tingkat pemahaman pasien
Rasional :
Agar pasien mengetahui prosedur yang akan di lakukan untuk
mengurangi kecemasan
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat.
Kriteria hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentisikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
e) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
a) Berikan dukungan fisik dan emosi pada pasien terutama pada
psien gastritis akut dalam menghadapi perasaan mual, muntah,
nyeri ulu hati dan kelelahan.
Rasional :
Agar pasien dapat menghilangkan perasaan mual, muntah, nyeri
ulu hati dan kelelahan
b) Hentikan intake makanan melalui mulut selama beberapa jam
atau beberapa hari sampai gejala berkurang
Rasional :
Agar mengurangi tanda dan gejala iritasi pada saluran cerna
c) Pantau terapi IV jika dilakukan
Rasional :
Untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan yang di perlukan oleh
pasien
d) Menimalkan pemenuhan kebutuhan melalui terapi IV
Rasional :
Untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan
e) Laporan segera apabila gejala muncul setelah pemberian
makanan
Rasional :
Untuk mengetahui adanya tanda dan gejala yang muncul setelah
makan
f) Jelaskan pada pasien hal – hal yang harus di hindari seperti
kafein, alcohol, dan merokok.
Rasional :
Untuk mencegah iritasi pada lambung
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan
tidak cukup dan kehilangan berlebihan karena muntah.
Kriteria hasil :
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c) Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
d) Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan

Intervensi :

a) Pantau masukan dan haluaran urin setiap hari


Rasional :
Untuk mengetahui intake dan output pasien
b) Awasi adanya indikasi gastritis hemorragie seperti
hematemesis, takikardi, dan hipotensi
Rasional :
Untuk mengetahui adanya indikasi gastritis hemorragie seperti
hematemesis, takikardi, dan hipotensi
c) Monitor TTV
Rasional :
Memonitor tanda – tanda vital pasien
d) Lakukan penatalaksanaan jika terjadi perdarahan dengan
kolaborasi
Rasional :
Agar jika terjadi pendarahan, kita dapat melakukan
penatalaksanaan dengan kolaborasi
d. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung
Kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari informasi).
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a) Jelaskan pada pasien untuk menghindari makanan / minuman
yang dapat mengiritasi mukosa lambung
Rasional :
Agar pasien mengindari makanan/minuman yang dapat
mengiritsi lambung
b) Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan
Rasional :
Untuk mengetahui ketidaknyamanan pasien
c) Ajarkan Teknik distraksi dan relaksasi, seperti nafas dalam
Rasional :
Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri
d) Kolaborasi dalam pemberian anlgetik
Rasional :
Analgetik dapat memblok resptor nyeri pada susunan saraf
pusat
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan.
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di
jelaskan secara benar.
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lain.
Intervensi :
a) Melakukan edukasi kepada klien mengenai proses penyakit dan
perawatan penyakit
Rasional :
Edukasi pada klien bermanfaat dalam proses perawatan, dengan
adanya informasi klien akan mampu mengidentisikasi
masalahnya sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk
menggali data pada pasien.
b) Memberikan informasi yang tepat dan akurat sesuai dnegan
kebutuhan klien
Rasional :
Infromasi yang tepat dari tenaga kesehatan akan membuat klien
merasa dirinya memiliki sumber informasu terpercaya.
c) Mengisntruksikan kepada klien untuk bertanya tentang segala
hal yang berhubungan dengan kesehatannya.
Rasional :
Klien berani untuk bertanya tentang masalah kesehatannya.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifk. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan di tunjukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan

Adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnose keerawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2013)

Kriteria evaluasi ada 2 yaitu :


a.Kriteria proses : fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil dari kualitas pelaksanaan tindakan
keperawatan evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifitasan terhadap tindakan.
b. Kriteria hasil : fokus evaluasi hsil adalah perubahan prilaku atau
status kesehtan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe
evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
paripurna (Nursalam, 2013).
D. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah kumpulan informasi perawatan dan kesehatan klien yang
dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
terhadp asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada klien dalam melakuka
asuhan keperawatan. Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi keterampilan
komunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan, dan keterampilan
standar.
Kegunaan dokumentasi adalah :
a.Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antara anggota tim
kesehatan lainnya.
b. Sebagai dokumen resmi dalam sistem pelayanan kesehatan.
c.Dapat digunakan sebagai alat penelitian dalam bidang Pendidikan keperawatan.
d. Sebagai alat yang dapat sigunakan dalam bidang Pendidikan keperawatan
e.Sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan yang diberikan terhadap klien (Nursalam, 2013).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identifikasi Keperawatan
Nama pasien : Tn.D
No. Rekam medis : 349718
Tempat tanggal lahir : Bantul, 26 Mei 1958
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Alamat : Tegalsari RT 45 Donotirto Kretek
Pekerjaan : Buruh
Jenis kelamin : Laki – laki
Diagnosa medis : Gastritis
Tanggal masuk RS : 14 Juli 2020
Tanggal pengkajian : 16 Juli 2020
Sumber informasi : Pasien, keluarga pasien, RM, dokter, perawat ruangan
Alat pengumpulan data :Wawancara,observasi,pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi
Penanggung jawab
Nama : Ny.E
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jaten Triharjo pandak Bantul
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas, mual munta sudah 3 kali dengan bentuk cair
bening seperti ludah. Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, P : iritasi mukosa
lambung, Q : seperti di tusuk – tusuk, R : di ulu hati, S : 6, T : saat ditekan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan badan terasa lemas, mual muntah kurang lebih 10 kali
yang di rasakan pada tanggal 13 juli 2020. Pada tanggal 14 juli pasien dibawa
kerumah sakit karena mual muntah yang tidak berhenti – berhenti dan disertai
sesak nafas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan seminggu yang lalu dirawat di rumah sakit karena penyakit
asam lambung dan menjalani pengobatan atau perawatan yang sama saat ini.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang dialami oleh pasien dan tidak ada penyakit menurun
seperti DM, Hipertensi, jantung.
e. Genogram

X
X

Gambar 3 Genogram
Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

X : Meninggal

: Pasien

: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Tinggal serumah
3. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar manusia
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya saat ini adalah cobaan dari
Tuhan. Pasien mengatakan jika sakit langsung periksa ke klinik ataupun
puskesmas terdekat.
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan tiga kali sehari dengan porsi satu piring sedang, jenis
makanan yang di makan sehari – hari adalah nasi, lauk, sayur dan terkadang
ditambah buah. Pasien minum 8-9 gelas perhari ddengan jenis minuman air putih,
dan terkadang teh manis.
Selama sakit
Pasien mengatakan selama di rumah sakit nafsu makan berkurang karena pasien
mual muntah. Pasien makan tiga kali sehari dengan porsi 2 sendok makan dan
kadang setengah porsi dari rumah sakit. Jenis makanan adalah bubur, sayur, lauk
dan terkadang ditamba buah. Pasien minum 3-5 gelas per haro dengan jenis
minuman air putih ataupun terkadang susu, kacang hijau dan the. Pasien
mengatakan berat badan turun dari 55 kg menjadi 53 kg.
IMT : BB(TB)2
: 53(1,67)2
: 18,10

c) Pola eliminasi

Sebelum sakit
Pasien mengatakkan BAB satu kali sehari dengan waktu yang tidak tentu, dengan
konsistensi lembek, warna kuning, bau khas feses, pasien BAK 6-7 kali sehari
dengan warna kuning jernih, bau khas urine.
Selama sakit
Pasien mengatakan tadi pagi baru dapat BAB dengan konsistensi lembek, warna
kuning, bau khas feses. Pasien BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning, bau
khas urine.
d) Aktivitas dan latihan
No Aktivitas dan latihan 0 1 2 3 4

1. 
Makanan / minum

2. 
Toileting

3. 
Berpakaian

4. 
Mobilitas ditempat tidur

5. 
Berpindah

6. 
ROM

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
e) Tidur dan istirahat
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa tidur malam dari jam 22.00-05.00 WIB lamanya kurang
lebih 7-8 perhari. Pasien mengatakan tidur siang kadang – kadang.
Selama sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidur malam kurang lebih 6 jam perhari dan
tidur siang kadang – kadang.
f) Sensori, persepsi dan kognitif
Sensori : fungsi perabaan dan pendengaran masih baik dan tidak mengalami
gangguan. Pasien mengatakan jika melihat jaraak jauh dan saat petang, penglihatan
menjadi kabur.
Persepsi : pasien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya saat ini adalah cobaan
dari Tuhan.
Kognitif : pasien mengatakan belum mengetahui pasti tentang penyakit gastritis yang
diderita saat ini. Pasien tampak kebingungan saat ditanya penyakitnya.
g) Konsep diri
a) Identitas diri
Pasien menyadari bahwa dirinya adalah seorang laki – laki dan seorang suami
dan istrinya. Pasien juga seorang ayah dari kedua anaknya dan kakek dari kedua
cucunya.
b) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya karena ituu karunia dari
Allah.
c) Ideal diri
Pasien berharap dengan dirawat di RSUD penembahan senopati ini dirinya akan
mendapatkan perawatan, segera sembuh, dan cepat pulang.
d) Harga diri
Pasien mengatakan dicintai dan dihargai oleh semua keluarganya karena istri dan
anaknya selalu menunggunya dirumah sakit, dan juga tetangganya ada yang
menjenguk saat dirawat dirumah saki.
e) Peran diri
Pasien berperan sebagai seorang suami, ayah dan juga kakek dari cucu –
cucunya.
a) Seksual dan reproduksi
Pasien tidak terpasang dower kateter dan pasien mengatakan tidak ada benjolan pada
alat kelaminnya.
b) Pola peran hubungan
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, dibuktikan istri dan anaknya
selalu menunggu pasien saat dirumah sakit dan hubungan dengan tetangganya juga
baik dibuktikan tetangga pasien setiap hari ada yang menjenguknya selama dirumah
sakit.
c) Manajemen koping stress
Pasien mengatakan jika mempunyai masalah pasien selalu menceritakakn kepada
istri dan anaknya, berusaha untuk memecahkan ersama anggota keluarganya.
d) Sistem nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam dan tidak sholat selama sakit, pasien sellau berdoa
untuk kesembuhannya.
e) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Composmentis
Tingkat kesadaran : Sedang
Nilai GCS : E4V5M6
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,6C
c. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, rambut sudah banyak dirumbuhi uban, tidak ada
bekas luka, tidak nyeri tekan, rambut terlihat lepek.
d. Mata , telinga , hidung
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, pupil isokor, pandangan mata
kabur saat petang hari.
Telinga : bentuk simetris kanan kiri, bersih, tidak ada luka, tidak nyeri
tekan, tidak ada gangguan pendengaran.
Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada cairan yang keluar dari hidung,
tidak ada cuping hidung, terpasang kanul O2 3 liter/menit, fungsi penciuman
baik.
e. Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada perdarahan digusti, terdapat kurang gigi.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada luka.
g. Jantung
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak Nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultassi : Bunyi lub dub
h. Paru
Inspeksi : Simetris, menggunakan otot banti pernafasan
Palpassi : gerakan simetris, tidak nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Suara Whezing
i. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada kesi, tidak ada massa
Auskultasi : peristaltic usus 20 x/menit
Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati
Perkusi : Suara Tympani
j. Genetalia
Genetalia pasien tidak terpasang dowe chateter dan pasien mengatakan tidak
ada benjolan.
k. Ekstermitas
Atas : Anggota gerak lengkap, tidak ada lesi dan masa. Pad tangan
kanan terpasang IV kateter dengan jenis infus asering 20 tpm, tidak terdapat
kemerahan, tidak odema, pasien terpasang infus sejak hari sabtu tanggal 14
juli 2018.
Bawah : Anggota gerak lengkap, tidak ada lesi, tidak ada odeme pada
kedua kaki.
l. Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit kering, turgor kulit baik. Pasien mengatakan
selama dirawat dirumah sakit tidak pernah mandi dan hanya dilap 2 hari
sekali.
m. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
b) Pemeriksaan endoskopi
Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 10.0 14.0-18.0 g/dl


Lekosit
6.03 4.00-11.00 10`3/UL
Eritrosit
5.13 4.50-5.50 10`6/UL
Trombosit

Hematokrit 413 150-450 10`3/UL

HITUNG JENIS
32.8 42.0 – 52.0 Vol%
Eosinophil
0 2-4 %
Basophil

Batang 0 1-1 %

Segmen 6 2-5 %

Limfosit
62 51-67 %
Monosit
28 20-35 %
KIMIA KLINIK

FUNGSI HATI 4-8 %

SGOT 24 <37 U/L


SGPT
23 <41 U/L
FUNGSI GINJAL
23 17-43 Mg/dl
Ureum

Creatinine 0.89 0.90-1.30 Mg/dl

DIABETES 94 80-100 Mg/dl


GDS

ELEKTROLIT
129.2 137.0-145.0 Mmol/L
Natrium
Kalium 4.46 3.50-5.10 Mmol/L

Klorida
95.2 98.0-107.0 Mmol/L

Hasil laboratorium Darah

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 9.3 14.0-18.0 g/dl

Lekosit Eritrosit 5.86 4.00-11.00 10`3/UL

Trombosit 4.74 4.50-5.50 10`6/UL

Hematokrit 3.90 150-450 10`3/UL

HITUNG JENIS 30.3 42.0-52.0 Vol%

Eosinofil

Basofil 0 2-4 %

Batang 1 0-1 %

Segmen 7 2-5 %

Limfosit 68 51-67 %
%
Monosit 12 20-35
%
12 4-8
Hasil pemeriksaan Gastroscopy

Tanggal 17 Juli 2018

Hasil :

a. Esofagus :
Mukosa dan lumen normal, LES normal, mucosal break (-)
b. Gaster
Mukosa dan lumen fundus, corpus normal, gastrik fold normal, mukosal anthrum
tampak hiperemis dan bintik-bintik, perdarahan kecil, pylorus normal, dilakukan
biopsi.
c. Duodenum
Mukosa dan lumen bulbus dan pars descenden normal.

Kesimpulan :
Anthral gastritis

Saran :
Tunggu hasil biopsi PA H,Pylori
a. Terapi

No Nama obat Rute Dosis Indikasi

1. Asering Iv 500 ml(20 Mampu membantu


Tpm) mencukupi gizi dan
nutrisi

2. Esomeprazol Iv 3x40mg Untuk mengobati


masalah perut dan
esofagus dengan
mengurangi jumlah asm
dalam perut

3. Metoclopramide Iv 3x5 mg/ml Untuk mengobati


masalah diperut dan
usus

4. Sucralfate Oral 3x5 ml Untukmengobati tukak


pada usus halus dan
melindungi dari infeksi

5. Strocain Oral 2x400 mg Untuk mengatasi


masalah saluran
pencernaan dilambung

6. Combivent Nebu 3x2,5 ml Untuk mengatasi


penyakit saluran
pernafasan

7. Cefriaxone Iv 2x1 gr Obat


antibiotik/mencegah
infeksi

8. Kandistatin Oral 3x2 tetes Mengobati penyakit


kandidiasis akibat
jamur candida pada
rongga mulut

9. Paracetamol Oral 3x500 mg Mengobati nyeri

10. Amoxcillin ` Oral 2x1000 g Obat antibiotik

11. Seretide Semprot 2x2 puff Untukmembantu


pengobatan penyakit
penyumbatan jalan
nafas (asma)

12. Azithromycin Oral 1x500 mg Obat antibiotik


Analisa Data

No Data Problem Etilogi

1. Ds :
a. Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen cidera
b. P : iritasi mukosa biologis
lambung
c. Q : seperti ditusuk –
tusuk
d. R : diulu hati
e. S : 6
f. T : saat di tekan
Do:
a. Pasien tampak meringis
kesakitan
b. Pasien tampak
memegang ulu hati saat
nyeri

2. Ds :
Pasien mengatakan sesak Pola nafas tidak Hiperventilasi
nafas efektif
Do :
a. Pasien tampak sesak
nafas
b. RR : 28x/menit
c. Pasien tampak memakai
kanul O2 3 liter/menit
d. Suara wheezing
e. Bernafas menggunakan
otot bantu pernafasan
3. Ds: Ketidakseimbangan
a. Pasien mengatakan mual nutrisi kurang dari Masukan nutrisi
muntah sudah 3 kali kebutuhan tubuh yang tidak
dengan bentuk cair adekuat
bening seperti ludah
b. Pasien mengatakan nafsu
makan berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menghabiskan 2 sendok
makan
b. Pasien tampak lemah
c. Berat badan 55 kg
menjadi 53 kg
d. IMT : BB/(TB)2
: 53/(1,67)2
: 18,10

4. Ds : Deficit perawatan Kelemahan


Pasien mengatakan tidak diri mandi
pernah mandi selama di
rawat dirumah sakit dan
hanya di lap 2 hari sekali

Do :
a. Pasien tampak
menggunakan baju
yang sama
b. Rambut pasien
tampak lepek
c. Kulit pasien kering
d. Pasien tampak di
bantu keluarga saat
beraktivitas

5. Ds : Deffesiensi Kurangnya
Pasien mengatakan belum pengetahuan informasi
mengetahui tentang
penyakit yang di derita saat
ini
Do :
Pasien tampak kebingungan

B. Diagnosa keperawatan
Dalam menentukan prioritas masalah penulis meggunakan teori Hierarki Maslow
yaitu dengan membuat 5 hierarki kebutuhna dasar manusia, dimana hierarki yang
menjadi prioritas pemenuhan terletak pada kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis.
Kebutuhan ini meliputi : oksigenasi, cairan dan elektrolit, eliminasi, nutrisi, istirahat
tidur, aktivitas dan mobilitas. Serta rasa aman dan nyaman meliputi : kenyamanan,
kebersihan, perlindungan dari gangguan fisik, perlindungan dari tekanan psikologi,
bebas dari nyeri, dan bersifat duniawi (Nursalam, 2013)

C. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Diagnose keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai
dengan pasien mengatakan sesak nafas. Pasien tampak sesak nafas, RR :
28 x/menit, pasien tampak memakai kanul O2 3 liter/menit, suara
wheezing, bernafas menggunakan otot bantu pernafasan.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhhan tubuh berhubungan
dengan masukan nutrisi yag tidak adekuat yang ditandai dengan pasien
mengatakan mual muntah sudah 3 kali dengan bentuk cair bening seperti
ludah. Pasien mengatakan napsu makan berkurang, pasien tampak
menghabiskan 2 sendok makan, pasien tampak lemah, berat badan 55 kg
menjadi 53 kg, IMT : 18,10.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yang di tandai
dengan pasien mengatakan nyeri, P : iritasi mukosa lambung, Q : seperti
ditusuk – tusuk, R : Di ulu hati, S : 6, T : saat ditekan. Pasien tampak
meringis kesakitan, pasien tampak memegang ulu hati saat nyeri.
d. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan yang
ditandai dengan pasien mengatakan tidak pernah mandi selama dirawat
dirumah sakit dan hanya dilap 2 hari sekali. Pasien tampak menggunakan
baju yang sama, rambut tampak lepek, kulit pasien kering, pasien tampak
di bantu keluarga saat beraktivitas.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
ditandai dengan pasien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit
yang di derita saat ini, pasien tampak kebingungan.
A. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan degan hiperventila

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan a. Observasi adanya sesak a. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam nafas seberapa sesak napas
hiperventilasi diharapkan sesak nafas psien b. Monitor tanda – tanda yang dialami oleh
berkurang denan kriteria hasil : vital pasien
a. Tidak ada sesak nafas c. Monitor suara nafas b. Untuk mengetahui
b. Tidak ada wheezing tambahan perubahan status
c. Tidak ada otot bantu d. Monitor terapi oksigen kesehatan pasien
pernafasan e. Posisikan pasien untuk c. Untuk mengetahui
d. TTV dalam rentang normal memaksimalkan ventilasi adanya suara napas
TD : 140/90 mmHg f. Ajarkan Tehnik nafas yang abnormal
N : 60-100 x/menit dalam d. Berguna untuk
RR : 16-24x/menit g. Edukasi pentingnya mengetahui kelancaran
S : 36-37,5C melakukan tehnik O2 dan ada tidaknya
relaksasi nafas dalam iritasi pada hidung
h. Kolaborasi pemberian selama pemasangan
terapi oksigen
O2 terapi
e. Berguna untuk lebih
memaksimalkan
proses pertukaran
antara O2 dan CO2
f. Untuk mengurangi
sesak nafas
g. Untuk memberikan
edukasi pentingnya
relaksasi nafas dalam
h. Dapat mengetahui
seberapa besar
kebutuhan oksigen
terapi pasien.

Intervesi keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan a. Observasi keadaan umum a. Untuk mengetahui
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam pasien keadaan umum pasien
berhubungan dengan masukan diharapkan mual pasien b. Monitor mual muntah b. Untuk mengetahui
nutrisi yang tidak adekuat berkurang dengan kriteria hasil : c. Anjurkan pasien makan sedikit seberapa banyak mual
a. Asupan makan meningkat demi sedikit tapi sering muntah pasien
dengan menghabiskkan 1 d. Anjurkan pasien istirahat c. Agar pasien tidak
porsi e. Edukasi pentingnya makan lemas
b. Mual muntah berkurang sedikit demi sediki demi d. Untuk kenyamanan
bahkan tidak mual muntah sedikit tetapi sering pasien
f. Kolaborasi pemberian obat e. Untuk memberikan
pengetahuan
pentingnya maan
sedikit demi sedikit
tetapi sering
f. Agar kebutuhan
terpenuhi

Intervensi keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional


3. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi keadaan umum a. Untuk mengetahui
agen cedera biologis keperawatan selama 3x24 jam pasien keadaan pasien
klien menunjukkan penurunan b. Kaji nyeri secara (lokasi, b. Untuk mengetahui
tngkat nyeri dengan kriteria hasil frekuensi, durasi dan berapa berat nyeri
: intensitas nyeri) yang di alami
a. Klien mengatakan nyeri c. Ciptakan lingkungan yang pasien
berkurang/ hilang (skala tenang c. Rangsangan ynag
3) d. Berikan posisi tidur yang berlebihan dari
b. Ekspresi wajah tampak nyaman yang dapat lingkungan akan
cerah mengurangi nyeri memperberat rasa
c. Mampu e. Ajarkan / anjuran Teknik nyeri
mendemonstrasikan relaksasi nafas dalam / d. Akan membantu
Teknik – Teknik untuk berdistraksi memberikan
mengurangi nyeri dengan f. Kolaborasi berikan kesempatan pada
benar analgetik sesuai otot untuk
d. Klien dapar tidur / kebutuhan nyeri relaksasi seoptimal
istirahat dengan tenang mungkin
e. Dapat mengurangi
rasa nyeri yang
dialami klien
f. Obat – obatan
analgetik dapat
membantu
mengurangi nyeri
Intervensi Keperawatan Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteia Hasil Intervensi Rasional


4. Deficit perawatan diri mandi Setelah di lakukan tindakan a. Observasi keadaan umum a. Untuk mengetahui
berhubungan dengan kelemahan keperawatan selama 3x24 jam pasien keadaan umum
diharapkan pasien bersi dan rapi b. Bantu pasien untuk mandi psien
dengan kriteria hasil : c. Ganti verbed b. Untuk mengetahui
a. Badan pasien bersih, d. Bantu pasien untuk kenyamanan
rapi, wangi menjaga kebersihan setelah mandi
b. Mampu melakukan e. Edukasi pentingnya c. Agar tempat tidur
perawatan diri mandi menjaga kebersihan bersih
f. Kolaborasi dengan d. Agar pasien tetap
keluarga untuk membantu menjaga
memandikan kebersihan
e. Untuk mengetahui
pentingnya
menjaga
kebersihan pasien
f. Agar perawatan
diri mandi pasien
berlangsung
maksimal dengan
bantuan dari
keluarga

Intervensi keperawatan Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya infromasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


5. Defesiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi keadaan umum a. Untuk
berhubungan dengan kurangnya keperawatan selama 3x24 jam pasien mengetahui
informasi diharapkan pasien dan keluarga b. Identifikasi kurangnya keadaan pasien
menunjukkan pengetahuan pengetahuan yang di b. Untuk
tentang penyakitnya dengan pahami oleh pasien den mengetahui
kriteria hasil : keluarga kemampuan psien
a. Pasien dan keluarga c. Berikan penyuluhan dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit yang tentang penyakit
tentang penyakitnya dialami oleh pasien yang di alami
b. Pasien dan keluarga d. Sediakan materi yang akan oleh pasieon
mampu menjelaskan diberikan c. Untuk
kembali apa yang e. Edukasi pentingnya memberikan
dijelaskan perawat/tim memahami penyakit yang penyuluhan agar
kesehatan lain. sedang di alami oleh pasien pasien dan
f. Kolaborasi dengan keluarga pasien
keluarga untuk mmebantu mengetahui
jalannya tetang penyakit
yang dialami oleh
pasien
d. Untuk
mempersiapkan
materi yang akan
diberikan kepada
pasien
e. Untuk
mengetahui
pentingnya
mengetahui
penyakit yang
dialami oleh
pasien
f. Untuk membantu
jalannya
penyuluhan
Implementasi keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan Senin, 16 Juli 2020 Senin, 16 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 08.00 Pukul 13.00

08.00 S : pasien mengatakan sesak nafas


Mengobservasi keadaan umum pasien
Mengobservasi respirasi O : Ku sedang
Mengobservasi aliran O2 Tampak menggunakan kanul O2 3
Mengauskultasi suara nafas Liter/menit
Respirasi 28x/menit
(ttd) Suara nafas wheezing
08.25 Posisi semi duduk
Memberikan posisi nyaman pasien duduk Nebu combivent melalui inhalasi

(ttd) A : masalah belum teratasi


09.00
Mengobservasi respira P : lanjutkan intervensi
Memberikan posisi nyaman pasien semi a. Observasi adanya sesak nafas
duduk b. Monitor tanda – tanda vital
c. Monitor suara nafas tambahan
(ttd) d. Monitor oksigen terapi
10.00 e. Posisikan pasien untuk
Mengajarkan tehnik nafas dalam memaksimalkan ventilasi
Mengobservasi respira f. Ajarkan tehnik nafas dalam
(ttd) g. Edukasi pentingnya melakukan
tehnik relaksasi nafas dalam
13.00 h. Kolaborasi pemberian terapi
Memberikan nebu combivent melalui oksigen
inhalasi
(ttd)

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Senin, 16 Juli 2020 Senin, 16 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.00 S : pasien mengatakan sesak nafas


Mengobservasi keadaan umum pasien
Mengobservasi aliran oksigen O : keadaan umum sedang
Tampak menggunakan kanul O2 3
(ttd) liter/menit
16.00 Respirasi 28x/menit
Memberikan posisi nyaman dengan posisi Suara nafas wheezing
duduk Posisi duduk
(ttd)
18.00 A : masalah belum teratasi
Mengauskultasi suara nafas
Mengobservasi keadaaan umum pasien P : Lanjutkan intervensi

(ttd) a. Observasi adanya sesak nafas


b. Monitor tanda – tanda vital
c. Monitor suara nafas tambahan
d. Monitor oksigen terapi
e. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
f. Ajarkan tehnik nafas dalam
g. Edukasi pentingnya melakukan
tehnik nafas dalam.
h. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen

(ttd)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan Senin, 16 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.15 S : pasien mengatakan masih sesak


Mengobservasi keadaan umum pasien
O : keadaan umum psien sedang
(ttd) Posisi semi duduk
20.30 Respirasi 28x/menit
Membeikan posisi nyaman pasien semi Tampak menggunakan kanul O2 3
duduk liter/menit
Mengobservasi respirasi Nebu combivent 2,5 ml
(ttd)
21.10 A : masalah belum teratasi
Memberikan nebu combivent 2,5 ml
melalui inhalasi P : lanjutkan intervensi
a. Observasi adanya sesak nafas
(ttd) b. Monitor tanda – tanda vital
24.00 c. Monitor suara nafas tambahan
Mengobservasi keadaan umum pasien d. Monitor oksigen terapi
e. Posisikan pasien untuk
(ttd) memaksimalkan ventilasi
03.00 f. Ajarkan tehnik nafas dalam
Mengobservasi keadaan umum pasien g. Edukasi pentingnya melakukan
tehnik nafas dalam.
(ttd) Kolaborasi pemberian terapi
05.00 oksigen
Memberikan nebu combivent 2,5 ml
melalui inhalasi (ttd)

(ttd)
06.00
Mengobservasi keadaan umum pasien

(ttd)

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 80.00 Pukul 13.00

80.15 S : pasien mengatakan sesak nafasnya


Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang
Mengobservasi respirasi
O : keadaan umum sedang
(ttd) Posisi setengah duduk
09.00 Respirasi 26x/menit
Membeikan posisi nyaman setengah duduk Tampak menggunakan kanul O2 3
(ttd) liter/menit
10.00
Mengobservasi aliran oksigen A : masalah belum teratasi
Mengauskultasikan suara nafas
(ttd) P : lanjutkan intervensi
11.30 a. Observasi adanya sesak nafas
Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam b. Monitor tanda – tanda vital
(ttd) c. Monitor suara nafas tambahan
13.00 d. Monitor oksigen terapi
Mengobservasi keadaan umum pasien e. Posisikan pasien untuk
Memonitor respirasi memaksimalkan ventilasi
f. Ajarkan tehnik nafas dalam
(ttd) g. Edukasi pentingnya melakukan
tehnik nafas dalam.
h. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen

(ttd)
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasien mengatakan sesak nafasnya


Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang

(ttd) O : keadaan umum sedang


14.30 Posisi setengah duduk
Mengobservasi respirasi Respirasi 26x/menit
(ttd) Tampak menggunakan kanul O2 3
15.00 liter/menit
Mengobservasi aliran oksigen
Mengatur posisi nyaman duduk A : masalah belum teratasi
Mengauskultasi suara nafas
(ttd) P : lanjutkan intervensi
17.00 a. Observasi adanya sesak nafas

Mengobservasi keadaan umum pasien b. Monitor tanda – tanda vital


c. Monitor suara nafas tambahan
(ttd) d. Monitor oksigen terapi
18.00 e. Posisikan pasien untuk
Mengauskultasi suara nafas memaksimalkan ventilasi
f. Ajarkan tehnik nafas dalam
g. Edukasi pentingnya melakukan
tehnik nafas dalam.
h. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen

(ttd)
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan Selasa, 17 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.30 S : pasien mengatakan sesak nafasnya


Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang

(ttd) O : keadaan umum sedang


21.00 Posisi setengah duduk
Mengatur posisi nyaman setengah duduk Respirasi 26x/menit
Mengauskultasi suara nafas Tampak menggunakan kanul O2 3
liter/menit
(ttd)
22.00 A : masalah belum teratasi
Mengobservasi aliran oksigen
Mengobservasi respirasi P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi adanya sesak nafas
24.00 b. Monitor tanda – tanda vital
Mengobservasi keadaan umum pasien c. Monitor suara nafas tambahan
d. Monitor oksigen terapi
(ttd) e. Posisikan pasien untuk
03.00 memaksimalkan ventilasi
Mengobservasi keadaan umum f. Ajarkan tehnik nafas dalam
g. Edukasi pentingnya melakukan
(ttd) tehnik nafas dalam.
05.00 h. Kolaborasi pemberian terapi
Memberikan posisi nyaman setengah oksigen
duduk
Mengobservasi respirasi (ttd)
(ttd)

7. Pola nafas tidak efektif berhubungan Rabu, 17 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 08.00 Pukul 14.00

08.15 S : pasien mengatakan sesak nafasnya


Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang
Mengobservasi respirasi
O : keadaan umum sedang
(ttd) Posisi setengah duduk
09.00 Respirasi 26x/menit
Mengatur posisi nyaman setengah duduk Tampak menggunakan kanul O2 3
liter/menit
(ttd)
10.00 A : masalah belum teratasi
Mengobservasi aliran oksigen
Mengauskultasi suara nafas P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi adanya sesak nafas
11.30 b. Monitor tanda – tanda vital
Mengajarkan teknik relaksai nafas dalam c. Monitor suara nafas tambahan
Mengedukasi pentingnya melakukan d. Monitor oksigen terapi
relaksasi nafas dalam e. Posisikan pasien untuk
(ttd) memaksimalkan ventilasi
13.00 f. Ajarkan tehnik nafas dalam
Mengobservasi keadaan umum g. Edukasi pentingnya melakukan
Memonitor respirasi tehnik nafas dalam.
h. Kolaborasi pemberian terapi
(ttd) oksigen

(ttd)

8. Pola nafas tidak efektif berhubungan Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasien mengatakan sesak nafasnya


Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang
(ttd) O : keadaan umum sedang
14.30 Posisi setengah duduk
Mengobservasi respirasi Respirasi 25x/menit
Mengedukasi pentingnya melakukan Tampak menggunakan kanul O2 3
relaksasi nafas dalam liter/menit
Mengajarkan teknik relaksai nafas dalam
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi adanya sesak nafas
15.00 b. Monitor tanda – tanda vital
Mengobservasi aliran oksigen c. Monitor suara nafas tambahan
Mengauskultasi suara nafas d. Monitor oksigen terapi
Mengatur posisi nyaman duduk e. Posisikan pasien untuk
(ttd) memaksimalkan ventilasi
17.00 f. Ajarkan tehnik nafas dalam
Mengobservasi keadaan umum g. Edukasi pentingnya melakukan
tehnik nafas dalam.
(ttd) h. Kolaborasi pemberian terapi
13.00 oksigen
Mengauskultasi suara nafas
(ttd)

(ttd)

9. Pola nafas tidak efektif berhubungan Rabu, 18 Juli 2020 Kamis, 19 Juli 2020
dengan hiperventilasi Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.15 S : pasien mengatakan sesak nafasnya


Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang

(ttd) O : keadaan umum sedang


21.00 Posisi setengah duduk
Memberikan posisi nyaman setengah Respirasi 25x/menit
duduk Tampak menggunakan kanul O2 3
Mengauskultasi suara nafas liter/menit

A : masalah belum teratasi


(ttd)
22.00 P : lanjutkan intervensi
Mengobservasi aliran oksigen a. Observasi adanya sesak nafas
Mengobservasi respira b. Monitor tanda – tanda vital
(ttd) c. Monitor suara nafas tambahan
03.00 d. Monitor oksigen terapi
Mengobservasi keadaan umum e. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
(ttd) f. Ajarkan tehnik nafas dalam
05.00 g. Edukasi pentingnya melakukan
Mengobservasi respira tehnik nafas dalam.
Memberikan posisi nyaman setengah h. Kolaborasi pemberian terapi
duduk oksigen
(ttd)

(ttd)

Implementasi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat

No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


1. ketidakseimbangan nutrisi kurang Senin, 16 Juli 2020 Senin, 16 Juli 2020
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan nutrisi yang tidak Pukul 08.00 Pukul 13.00
adekuat
08.00 S :pasien mengatakan mual muntah
Mengobservasi keadaan umum pasien
O : keadaan umum sedang
(ttd) Pasien tampak lemas
10.00 Injeksi metoclopramide 5 mg/ml
Mengobservasi keadaan umum pasien Injeksi esomeprazole 40 mg
Menganjurkan pasien istirahat Injeksi ceftriaxon 1 g

(ttd) A : masalah belum teratasi


13.00
Memberikan injeksi metoclopramide 5 P : lanjutkan intervensi
mg/ml melalui IV a. Observasi keadaan umum pasien
Memberikan injeksi esomeprazole 40 mg b. Monitor mual muntah
melalui IV c. Anjurkan pasien makan sedikit
Memberikan injeksi ceftriaxone 1 g demi sedikit tapi sering
melalui IV d. Anjurkan pasien istirahat
e. Edukasi pentinya makan sedikit
(ttd) demi sedikit tapi sering
f. Kolaborasi pemberian obat
(ttd)

2. ketidakseimbangan nutrisi kurang Senin, 16 Juli 2020 Senin, 16 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 08.00 Pukul 19.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 14.00 S :pasien mengatakan mual muntah
Mengobservasi keadaan umum pasien
O : keadaan umum sedang
(ttd) Pasien mual muntah kurang lebih 4 kali
15.00 bewarna putih seperti ludah
Memonitor mual muntah Obat strocain 400 mg
(ttd)
A : masalah belum teratasi
16.00
Menganjurkan pasien untuk istirahat P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
17.00 b. Monitor mual muntah
Memberikan obat strocain 400 mg c. Anjurkan pasien makan sedikit
melalui oral demi sedikit tapi sering
(ttd) d. Anjurkan pasien istirahat
18.00 e. Edukasi pentinya makan sedikit
Mengobservasi keadaan umum demi sedikit tapi sering
(ttd) f. Kolaborasi pemberian obat

(ttd)

3. ketidakseimbangan nutrisi kurang Senin, 16 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 20.00 Pukul 07.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 20.15 S :pasien mengatakan masih mual
Mengobservasi keadaan umum pasien muntah
Memonitor mual muntah
O : keadaan umum sedang
(ttd) Pasien mual muntah kurang lebih 5 kali
21.00 bewarna putih seperti ludah
Memberikan injeksi metoclopramide 5 Injeksi esomeprazole 40mg/ml
mg/ml melalui IV Obat strocain 400 mg
Memberikan injeksi esomeprazole 40 mg
melalui IV A : masalah belum teratasi

(ttd) P : lanjutkan intervensi


a. Observasi keadaan umum pasien
24.00 b. Monitor mual muntah
Mengobservasi keadaan umum pasien c. Anjurkan pasien makan sedikit
demi sedikit tapi sering
(ttd) d. Anjurkan pasien istirahat
03.00 e. Edukasi pentinya makan sedikit
Mengobservasi keadaan umum pasien demi sedikit tapi sering
(ttd) f. Kolaborasi pemberian obat
05.00
Memberikan injeksi metoclopramide 5 (ttd)
mg/ml melalui IV
Memberikan injeksi esomeprazole 40 mg
melalui IV
Memberikan obat oral strocain 400 mg

(ttd)

3. ketidakseimbangan nutrisi kurang Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 08.00 Pukul 13.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 08.15 S :pasien mengatakan masih mual
Mengobservasi keadaan umum pasien muntah

(ttd) O : keadaan umum sedang


08.30 Pasien mual muntah kurang lebih 2 kali
Memonitor mual muntah bewarna putih seperti ludah
Injeksi ceftriaxon 1 g
09.00 Injeksi esomeprazole 40mg/ml
Memberikan injeksi ceftriaxon 1g Obat strocain 400 mg
melalui IV
A : masalah belum teratasi
(ttd)
P : lanjutkan intervensi
11.00 a. Observasi keadaan umum pasien
Memonitor mual muntah b. Monitor mual muntah
c. Anjurkan pasien makan sedikit
demi sedikit tapi sering
(ttd) d. Anjurkan pasien istirahat
13.00 e. Edukasi pentinya makan sedikit
Memberikan injeksi metoclopramide 5 demi sedikit tapi sering
mg/ml melalui IV f. Kolaborasi pemberian obat
Memberikan injeksi esomeprazole 40 mg
melalui IV (ttd)

(ttd)

5. ketidakseimbangan nutrisi kurang Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 14.00 Pukul 19.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 14.15 S :pasien mengatakan masih mual
Mengobservasi keadaan umum pasien muntah

(ttd) O : keadaan umum sedang


14.30 Pasien mual muntah kurang lebih 2 kali
Memonitor mual muntah bewarna putih seperti ludah
Obat oral amoxcilline 2x1000 g
17.00 Obat strocain 400 mg
Memberikan obat oral amoxcilline
2x1000 g A : masalah belum teratasi
Memberikan obat strocain 400 mg
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
(ttd) b. Monitor mual muntah
c. Anjurkan pasien makan sedikit
18.00 demi sedikit tapi sering
Mengobservasi keadaan umum pasien d. Anjurkan pasien istirahat
e. Edukasi pentinya makan sedikit
demi sedikit tapi sering
f. Kolaborasi pemberian obat
(ttd)
(ttd)

6. ketidakseimbangan nutrisi kurang Selasa, 17 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 20.00 Pukul 07.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 20.30 S :pasien mengatakan mual muntah
Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang
Memonitor mual muntah
O : keadaan umum sedang
Pasien mual muntah kurang lebih 1 kali
(ttd) Injeksi esomeprazole 40 mg
21.00 Injeksi metoclopramide 5 mg/ml
Memberikan injeksi metoclopramide 5 Obat oral azithromycin 1 g
mg/ml melalui IV
Memberikan injeksi esomeprazole 40 mg A : masalah belum teratasi
melalui IV
Memberikan obat oral azithromycin 250 P : lanjutkan intervensi
mg a. Observasi keadaan umum pasien
(ttd) b. Monitor mual muntah
c. Anjurkan pasien makan sedikit
24.00 demi sedikit tapi sering
Mengobservasi keadaan umum pasien d. Anjurkan pasien istirahat
Memonitor mual muntah e. Edukasi pentinya makan sedikit
f. demi sedikit tapi sering
g. Kolaborasi pemberian obat
(ttd)
(ttd)
05.00
Memberikan injeksi metoclopramide 5
mg/ml melalui IV
Memberikan injeksi ceftriaxon 1g
melalui IV

(ttd)

06.00
Mengobservasi keadaan umum pasien

(ttd)

7. ketidakseimbangan nutrisi kurang Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 08.00 Pukul 14.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 08.15 S :pasien mengatakan mual muntah
Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang

O : keadaan umum sedang


(ttd) Pasien mual muntah kurang lebih 2 kali
08.30 Pasien makan ½ porsi dari rumah sakit
Memonitor mual muntah Injeksi esomeprazole 40 mg
Menganjurkan pasien makan sedikit tapi Injeksi metoclopramide 5 mg/ml
sering Obat oral azithromycin 1 g

A : masalah belum teratasi


(ttd)
P : lanjutkan intervensi
09.00 a. Observasi keadaan umum pasien
Memberikan injeksi ceftriaxon 1 g b. Monitor mual muntah
melalui IV c. Anjurkan pasien makan sedikit
demi sedikit tapi sering
(ttd) d. Anjurkan pasien istirahat
e. Edukasi pentinya makan sedikit
11.00
f. demi sedikit tapi sering
Mengedukasi pentingnya makan sedikit g. Kolaborasi pemberian obat
tetapi sering
Monitoring mual muntah (ttd)
(ttd)

8. ketidakseimbangan nutrisi kurang Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 14.00 Pukul 19.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 14.15 S :pasien mengatakan mual muntah
Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang

O : keadaan umum sedang


(ttd) Pasien mual muntah kurang lebih 2 kali
14.30 Pasien makan ½ porsi dari rumah sakit
Memonitor mual muntah Obat oral amoxcillin 2x1000 g
Menganjurkan pasien makan sedikit tapi Obat strocain400 mg
sering
Menganjurkan pasien makan sedikit demi A : masalah belum teratasi
sedikit tapi sering
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
(ttd) b. Monitor mual muntah
c. Anjurkan pasien makan sedikit
17.00 demi sedikit tapi sering
Memberikan obat oral amoxcillin 2x1000 d. Anjurkan pasien istirahat
g e. Edukasi pentinya makan sedikit
Memberikan obat strocain400 mg f. demi sedikit tapi sering
g. Kolaborasi pemberian obat

(ttd) (ttd)

18.00
Mengbservasi keadaan umum pasien

(ttd)

9. ketidakseimbangan nutrisi kurang Rabu, 18 Juli 2020 Kamis, 19 Juli 2020


dari kebutuhan tubuh berhubungan Pukul 20.00 Pukul 07.00
dengan masukan nutrisi yang tidak
adekuat 20.15 S :pasien mengatakan mual muntah
Mengobservasi keadaan umum pasien berkurang
Memonitoring mual muntah
Menganjurkan pasien makan sedikit demi O : keadaan umum sedang
sedikit tapi sering Pasien mual muntah kurang lebih 1 kali
Pasien menghabiskan ½ porsi makan
Pasien mual muntah kurang lebih 1 kali
(ttd) Injeksi esomeprazole 40 mg
21.00 Injeksi metoclopramide 5 mg/ml
Memberikan injeksi metoclopramide 5 Obat oral azithromycin 1 g
mg/ml melalui IV
Memberikan injeksi ceftriaxon 1g Injeksi ceftriaxon 1 g
melalui IV
Memberikan obat oral azithromycin 250 A : masalah belum teratasi
mg
P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
b. Monitor mual muntah
17.00 c. Anjurkan pasien makan sedikit
Memberikan obat oral amoxcillin 2x1000 demi sedikit tapi sering
g d. Anjurkan pasien istirahat
Memberikan obat strocain400 mg e. Edukasi pentinya makan sedikit
f. demi sedikit tapi sering
g. Kolaborasi pemberian obat
(ttd)
(ttd)
18.00
Mengbservasi keadaan umum pasien

(ttd)

Implementasi keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera bilogis

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


1. Nyeri akut berhubungan dengan Senin, 16 Juli 2020 Senin, 16 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 08.00 Pukul 13.00

08.00 S : pasien mengatakan nyeri


Mengobservasi keadaan umum pasien P : iritasi mukosa lambung
Q: seperti ditusuk – tusuk
(ttd) R : ulu hati
S:6
09.00 T : saat ditekan
Mengkaji nyeri pasien
P : iritasi mukosa lambung O : keadaan umum sedang
Q : seperti di tusuk tusuk Pasien tampak meringis kesakitan
R : ulu hati TTV :
S:6 TD : 110/70 mmHg
T : saat di tekan N : 96 x/menit
R : 28 x/menit
(ttd) S : 36,6C

13.00 A : masalah belum teratasi


Memberikan obat paracetamol 500 mg
melalui oral P: lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
(ttd) b. Kaji nyeri secara (lokasi,
frekuensi, durasi dan intesitas
nyeri)
c. Ciptakan lingkungan yang tenang
d. Berikan posisi tidur yang nyaman
yang dapat mengurangi nyeri
e. Ajarkan / anjurkan Teknik
relaksasi nafas dalam / distraksi
f. Kolaborasi berikan analgetik
sesuai kebutuhan nyeri
2. Nyeri akut berhubungan dengan Senin, 16 Juli 2020 Senin, 16 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.00 S : pasien mengatakan nyeri


Mengobservasi keadaan umum pasien P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti ditusuk – tusuk
(ttd) R : ulu hati
14.30 S:6
Mengkaji nyeri pasien T : saat di tekan
P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti di tusuk-tusuk O : keadaan umum sedang
R : ulu hati Pasien tampak meringis kesakitan
S:6 Posisi duduk
T : saat ditekan TTV :
TD : 120/70 mmHg
(ttd) N : 94 x/menit
R : 28 x/menit
15.00 S : 36,4C
Mengukur vital sign
TD : 120/70 mmHg A : masalah belum teratasi
N : 94 x/menit
R : 28 x/menit P: lanjutkan intervensi
S : 36,4C a. Observasi keadaan umum pasien
b. Kaji nyeri secara (lokasi,
(ttd) frekuensi, durasi dan intesitas
16.00 nyeri)
Memberikan posisi nyaman dengan c. Ciptakan lingkungan yang tenang
posisi duduk d. Berikan posisi tidur yang nyaman
yang dapat mengurangi nyeri
(ttd) e. Ajarkan / anjurkan Teknik
relaksasi nafas dalam / distraksi
18.00 f. Kolaborasi berikan analgetik
Mengobservasi keadaan umum pasien sesuai kebutuhan nyeri
(ttd)
3. Nyeri akut berhubungan dengan Senin, 16 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.15 S : pasien mengatakan nyeri


Mengobservasi keadaan umum pasien P : iritasi mukosa lambung
Mengkaji nyeri pasien Q : seperti di tusuk tusuk
P : iritasi mukosa lambung R : ulu hati
Q : seperti di tusuk – tusuk S:6
R : ulu hati T : saat ditekan
S:6
T : saat di tekan O : keadaan umum sedang
Posisi semi duduk
(ttd) TTV :
20.30 TD : 120/80 mmHg
Memberikan posisi nyaman psien semi N : 86 x/menit
duduk R : 28 x/menit
S : 36,8C
(ttd)
21.00
TD : 120/80 mmHg A : masalah belum teratasi
N : 86 x/menit
R : 28 x/menit P: lanjutkan intervensi
S : 36,8 C
 a. Observasi keadaan umum pasien
b. Kaji nyeri secara (lokasi,
(ttd) frekuensi, durasi dan intesitas
24.00 nyeri)
Mengobservasi keadaan umum pasien c. Ciptakan lingkungan yang tenang
d. Berikan posisi tidur yang nyaman
(ttd) yang dapat mengurangi nyeri
03.00 e. Ajarkan / anjurkan Teknik
Mengobservasi keadaan umum pasien relaksasi nafas dalam / distraksi
f. Kolaborasi berikan analgetik
(ttd) sesuai kebutuhan nyeri
05.00
Memberikan obat paracetamol 500 mg (ttd)
melalui oral

(ttd)
06.00
Mengobservasi keadaan umum pasien

(ttd)

4. Nyeri akut berhubungan dengan Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 08.00 Pukul 13.00

08.15 S : pasien mengatakan nyeri


Mengobservasi keadaan umum pasien P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti di tusuk tusuk
(ttd) R : ulu hati
08.30 S:6
Mengkaji nyeri pasien T : saat ditekan
P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti ditusuk – tusuk O : keadaan umum sedang
R : ulu hati Pasien tampak meringis kesakitan
S:6 TTV :
T : saat ditekan TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
(ttd) R : 26 x/menit
S : 36C
10.00
Mengukur TTV
TD : 120/80 mmHg A : masalah belum teratasi
N : 82x/menit
R : 26 x/menit P: lanjutkan intervensi
S : 36C a. Observasi keadaan umum pasien
b. Kaji nyeri secara (lokasi,
(ttd) frekuensi, durasi dan intesitas
11.00 nyeri)
Mengedukasi pentingnya melakukan c. Ciptakan lingkungan yang tenang
relaksasi nafas dalam d. Berikan posisi tidur yang nyaman
yang dapat mengurangi nyeri
(ttd) e. Ajarkan / anjurkan Teknik
relaksasi nafas dalam / distraksi
12.30 f. Kolaborasi berikan analgetik
Memberikan posisi nyaman setengah sesuai kebutuhan nyeri
duduk
(ttd)
(ttd)

5. Nyeri akut berhubungan dengan Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasien mengatakan masih nyeri


Mengobservasi keadaan umum P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti di tusuk tusuk
(ttd) R : ulu hati
16.00 S:6
Mengkaji nyeri pasien T : saat ditekan
P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti ditusuk – tusuk O : keadaan umum sedang
R : ulu hati TTV :
S:6 TD : 120/80 mmHg
T : saat ditekan N : 82 x/menit
R : 26 x/menit
16.30 S : 36,5C
Mengukur TTV Posisi duduk
TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
R : 26 x/menit A : masalah belum teratasi
S : 36,5C
P: lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
18.00 b. Kaji nyeri secara (lokasi,
Memberikan posisi nyaman duduk frekuensi, durasi dan intesitas
nyeri)
(ttd) c. Ciptakan lingkungan yang tenang
d. Berikan posisi tidur yang nyaman
yang dapat mengurangi nyeri
e. Ajarkan / anjurkan Teknik
relaksasi nafas dalam / distraksi
f. Kolaborasi berikan analgetik
sesuai kebutuhan nyeri
(ttd)

6. Nyeri akut berhubungan dengan Selasa, 17 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.30 S : pasien mengatakan masih nyeri


Mengobservasi keadaan umum P : iritasi mukosa lambung
Mengkaji nyeri pasien Q : seperti di tusuk tusuk
P : iritasi mukosa lambung R : ulu hati
Q : seperti ditusuk – tusuk S:5
R : ulu hati T : saat ditekan
S:6
T : saat ditekan O : keadaan umum sedang
TTV :
(ttd) TD : 120/80 mmHg
21.00 N : 86 x/menit
Mengukur TTV R : 26 x/menit
TD : 130/80 mmHg S : 36,5C
N : 84 x/menit Posisi duduk
R : 26 x/menit
S : 36,5C
A : masalah belum teratasi
(ttd)
24.00 P: lanjutkan intervensi
Mengobservasi keadaan umum a. Observasi keadaan umum pasien
b. Kaji nyeri secara (lokasi,
(ttd) frekuensi, durasi dan intesitas
03.00 nyeri)
Mengobservasi keadaan umum c. Ciptakan lingkungan yang tenang
d. Berikan posisi tidur yang nyaman
(ttd) yang dapat mengurangi nyeri
05.00 e. Ajarkan / anjurkan Teknik
Memberikan posisi nyaman setengah relaksasi nafas dalam / distraksi
duduk f. Kolaborasi berikan analgetik
Mengajarkan tehnik nafas dalam sesuai kebutuhan nyeri
(ttd)
(ttd)

7. Nyeri akut berhubungan dengan Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 08.00 Pukul 14.00

08.25 S : pasien mengatakan masih nyeri


Mengobservasi keadaan umum P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti di tusuk tusuk
(ttd) R : ulu hati
S:5
08.30 T : saat ditekan
Mengkaji nyeri pasien
P : iritasi mukosa lambung O : keadaan umum sedang
Q : seperti ditusuk – tusuk TTV :
R : ulu hati TD : 120/80 mmHg
S:5 N : 82 x/menit
T : saat ditekan R : 25 x/menit
S : 36,9C
(ttd) Posisi setengah duduk
10.30
Mengukur TTV
TD : 120/80 mmHg A : masalah belum teratasi
N : 82 x/menit
R : 25 x/menit P: lanjutkan intervensi
S : 36,9C a. Observasi keadaan umum pasien
b. Kaji nyeri secara (lokasi,
(ttd) frekuensi, durasi dan intesitas
11.00 nyeri)
Mengedukasi pentingnya melakukan c. Ciptakan lingkungan yang tenang
relaksasi nafas dalam d. Berikan posisi tidur yang nyaman
Mengajarkan tehnik relaksasi nafas yang dapat mengurangi nyeri
dalam e. Ajarkan / anjurkan Teknik
relaksasi nafas dalam / distraksi
(ttd) f. Kolaborasi berikan analgetik
13.30 sesuai kebutuhan nyeri
Memberikan posisi nyaman setengah (ttd)
duduk

(ttd)

8. Nyeri akut berhubungan dengan Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
agen cedera biologis Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasienmengatakan masih nyeri


Mengobservasi keadaan umum P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti ditusuk tusuk
(ttd) R : ulu hati
S:5
15.00 T : hilang timbul
Ajarkan tehnik relaksasi nafas
Mengedukasi pentingnya reaksasi nafas O : keadaan umum sedang
dalam TTV :
TD : 120/80 mmHg
(ttd) N : 84 x/menit
16.00 R : 25 x/menit
Mengkaji nyeri pasien S : 36,5C
P iritasi lambung Posisi setengah duduk
Q seperti ditusuk tusuk
R : ulu hati A : masalah belum teratasi
S:5
T : hilang timbul P : lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
(ttd) b. Kaji nyeri secara (lokasi,
frekuensi, durasi dan intesitas
18.00 nyeri)
Memberikan posisi nyaman setengah c. Ciptakan lingkungan yang tenang
duduk d. Berikan posisi tidur yang nyaman
yang dapat mengurangi nyeri
(ttd) e. Ajarkan / anjurkan Teknik
relaksasi nafas dalam / distraksi
f. Kolaborasi berikan analgetik
sesuai kebutuhan nyeri

(ttd)

9. Nyeri akut berhubungan dengan Rabu, 18 Juli 2020 Kamis, 19 Juli 2020
agen cedera bilogis Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.15 S : pasien mengatakan nyeri berkurang


Mengobservasi keadaan umum P : iritasi mukosa lambung
Mengkaji nyeri pasien Q : seperti ditusuk tusuk
P : iritasi mukosa lambung R : ulu hati
Q : seperti ditusuk tusuk S:5
R : ulu hati T : hilang timbul
S:5
T : hilang timbul O : keadaan umum sedang
Posisi setengah duduk
(ttd) TTV :
21.00 TD : 120/80 mmHg
Mengukur TTV N : 86 x/menit
TD : 120/80 mmHg R : 25 x/menit
N : 86 x/menit S : 36,8C
R : 25 x/menit
S : 36,9C A : masalah belum teratasi

(ttd) P : lanjutkan intervensi


24.00 a. Observasi keadaan umum pasien
Mengobservasi keadaan umum b. Kaji nyeri secara (lokasi,
frekuensi, durasi dan intesitas
(ttd) nyeri)
03.00 c. Ciptakan lingkungan yang tenang
Mengobservasi keadaan umum d. Berikan posisi tidur yang nyaman
yang dapat mengurangi nyeri
(ttd) e. Ajarkan / anjurkan Teknik
05.00 relaksasi nafas dalam / distraksi
Memberikan posisi nyaman setengah f. Kolaborasi berikan analgetik
duduk sesuai kebutuhan nyeri
Mengajarkan tehnik nafas dalam
(ttd)

Implementasi Keperawatan Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan


No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Defisit perawatan diri mandi Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
berhubungan dengan kelemahan Pukul 08.00 Pukul 13.00

08.15 S : pasien mengatakan selama sakit, Cuma


Mengobservasi keadaan umum pasien di pel

(ttd) O : keadaan umum sedang


08.30 Tampak rapi dan bersi
Mengganti verbed Tampak ganti pakaian
Mengkolaborasikan dengan keluarga
untuk membantu mengganti verbed dan A : masalah belum teratasi
pakaian
P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
10.00 b. Bantu pasien untuk mandi
Mengobservasi keadaan umum pasien c. Ganti verbed
d. Bantu pasien untuk menjaga
(ttd) kebersihan
12.30 e. Edukasi pentingnya menjaga
Membantu pasien untuk menjaga kebersihan
kebersihan f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membantu mamandikan
(ttd)
(ttd)
2. Defisit perawatan diri mandi Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
berhubungan dengan kelemahan Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasien mengatakan lebih segar dan


Mengobservasi keadaan umum nyaman setelah mandi dan ganti baju

(ttd) O : keadaan umum sedang


Pasien tampak lebih segar dan bersih
15.00
Membant pasien untu menjaga A : masalah belum teratasi
kebersihan
P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
16.30 b. Bantu pasien untuk mandi
Mengedukasi pentingnya menjaga c. Ganti verbed
kerbersihan d. Bantu pasien untuk menjaga
kebersihan
(ttd) e. Edukasi pentingnya menjaga
17. 00 kebersihan
Membantu pasien mandi f. Kolaborasikan dengan keluarga
Membantu pasien ganti baju untuk membantu mamandikan

(ttd)
(ttd)
3. Defisit diri mandi berhubungan Selasa, 17 juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
dengan kelemahan Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.30 S : pasien mengatakan lebih nyaman


Mengobservasi keadaan umum setelah mandi

(ttd) O : keadaan umum sedang


21.00 Pasien tampak terlihat segar
Mengedukasi pentingnya menjaga Psien terlihat lebih bersih
kebersihan
A : masalah belum teratasi
(ttd)
24.00 P : lanjutkan intervensi
Mengobservasi keadaan umum a. Observasi keadaan umum pasien
b. Bantu pasien untuk mandi
(ttd) c. Ganti verbed
03.00 d. Bantu pasien untuk menjaga
Mengobservasi keadaan umum kebersihan
e. Edukasi pentingnya menjaga
(ttd) kebersihan
f. Kolaborasikan dengan keluarga
05.30 untuk membantu mamandikan
Membantu pasien mandi (dilap)
Membantu pasien ganti baju (ttd)
Mengganti verbed

(ttd)

4. Defisit perawatan diri mandi Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
berhubungan dengan kelemahan Pukul 08.00 Pukul 14.00

08.15 S : pasien mengatakan lebih nyaman


Mengobservasi keadaan umum setelah mandi

(ttd) O : keadaan umum sedang


Tampak rapi dan bersih
08.30 Tampak ganti pakaian
Mengganti verbed
Mengkolaborasikan dengan keluarga A : masalah belum teratasi
untuk membantu menggantii verbed dan
pakaian P : lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
(ttd) b. Bantu pasien untuk mandi
11.00 c. Ganti verbed
Mengedukasi pentingnya menjaga d. Bantu pasien untuk menjaga
kebersihan tubuh kebersihan
Mengobservasi keadaan umum pasien e. Edukasi pentingnya menjaga
kebersihan
(ttd) f. Kolaborasikan dengan keluarga
13.00 untuk membantu mamandikan
Membantu pasien untuk menjaga
kebersihan (ttd)

(ttd)
5. Defisit perawatan diri mandi Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
berhubungan dengan kelemahan Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasien mengatakan lebih segar dan


Mengobservasi keadaan umum nyaman setelah mandi dan ganti baju

(ttd) O : keadaan umum sedang


15.00 Pasien tampak lebih segar dan bersih
Membantu pasien untuk menjaga
kebersihan A : masalah belum teratasi

(ttd) P : lanjutkan intervensi


16.30 a. Observasi keadaan umum pasien
Mengedukasi pentingnya menjaga b. Bantu pasien untuk mandi
kebersihan c. Ganti verbed
d. Bantu pasien untuk menjaga
(ttd) kebersihan
17.00 e. Edukasi pentingnya menjaga
Membantu mandi kebersihan
Membantu pasien ganti baju f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membantu mamandikan
(ttd)
(ttd)
6. Deficit perawatan diri mandi Rabu, 18 Juli 2020 Kamis, 19 Juli 2020
berhubungan dengan kelemahan Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.15 S : pasien mengatakan lebih nyaman


Mengobservasi keadaan umum setelah mandi
(ttd) O : keadaan umum sedang
21.00 Pasien tampak lebih segar
Mengedukasi pentingnya menjaga Pasien tampak lebih bersih
kebersihan
A : masalah belum teratasi
(ttd)
03.00 P : lanjutkan intervensi
Mengobservasi keadaan umum a. Observasi keadaan umum pasien
b. Bantu pasien untuk mandi
(ttd) c. Ganti verbed
05.30 d. Bantu pasien untuk menjaga
Membantu pasien mandi kebersihan
Membantu pasien ganti baju e. Edukasi pentingnya menjaga
Mengganti verbed kebersihan
f. Kolaborasikan dengan keluarga
(ttd) untuk membantu mamandikan

(ttd)

Implementasi keperawatan Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020
dengan kurangnya informasi Pukul 08.00 Pukul 13.00

08.15 S : pasien mengatakan belum mengetahui


Mengobservasi keadaan umum pasien tentang penyakit yang di alaminya
(ttd) O : keadaan umum sedang
10.00 Pasien tampak kebingungan
Mengidentifikasi kurangnya pengetahuan
bagi pasien dan keluarga tentang A : masalah belum teratasi
penyakit yang di alami oleh pasien
P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
12.00 b. Identifikasi kurangnya
Mengobservasi keadaan umum pasien pengetahuan yang di pahami oleh
pasien dan keluarga
(ttd) c. Berikan penyuluhan tentang
penyakit yang dialami oleh pasien
d. Sediakan materi yang akan
diberikan
e. Edukasi pentingnta memahami
penyakit yang sedang dialami oleh
pasien
f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membanatu jalannya
penyuluhan

(ttd)

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan Selasa, 17 Juli 2020 Selasa, 17 Juli 2020


dengan kurangnya informasi Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasien mengatakan belum mengetahui


Mengobservasi keadaan umum tentang penyakit yang di alaminya

(ttd) O : keadaan umum sedang


15.00 Pasien tampak kebingungan
Menyediakan materi yang akan
digunakan untuk penyuluhan A : masalah belum teratasi

(ttd) P : lanjutkan intervensi


16.00 a. Observasi keadaan umum pasien
Mengedukasi pentingnya mengetahui b. Identifikasi kurangnya
tentang penyakit yang dialami oleh pengetahuan yang di pahami oleh
pasien pasien dan keluarga
c. Berikan penyuluhan tentang
(ttd) penyakit yang dialami oleh pasien
18.00 d. Sediakan materi yang akan
Mengobservasi keadaan umum pasien diberikan
e. Edukasi pentingnta memahami
(ttd) penyakit yang sedang dialami oleh
pasien
f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membanatu jalannya
penyuluhan

(ttd)
3. Defisiensi pengetahuan berubungan Selasa, 17 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
dengan kurangnya informasi Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.30 S : pasien mengatakan belum mengetahui


Mengobservasi keadaan umum tentang penyakit yang di alaminya

(ttd) O : keadaan umum sedang


21.00 Pasien tampak kebingungan
Menyediakan materi yang akan
digunakan untuk penyuluhan A : masalah belum teratasi
Mengedukasi pentingnya mengetahui
tentang penyakit yang dialami oleh P : lanjutkan intervensi
pasien a. Observasi keadaan umum pasien
b. Identifikasi kurangnya
(ttd) pengetahuan yang di pahami oleh
24.00 pasien dan keluarga
Mengobserbasi keadaan umum pasien c. Berikan penyuluhan tentang
penyakit yang dialami oleh pasien
(ttd) d. Sediakan materi yang akan
05.00 diberikan
Mengobservasi keadaan umum pasien e. Edukasi pentingnta memahami
penyakit yang sedang dialami oleh
(ttd) pasien
f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membanatu jalannya
penyuluhan

(ttd)
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020
dengan kurangnya informasi Pukul 08.00 Pukul 14.00

08.15 S : pasien mengatakan belum mengetahui


Mengobservasi keadaan umum pasien tentang penyakit yang di alaminya

(ttd) O : keadaan umum sedang


09.00 Pasien tampak kebingungan
Mengedukasi pentingnya mengetahui
tentang penyakit yang dialami oleh A : masalah belum teratasi
pasien
P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
10.00 b. Identifikasi kurangnya
Mengidentifikasi kurangnya pengtahuan pengetahuan yang di pahami oleh
bagu pasien dan keluarga tentang pasien dan keluarga
penyakitnya yang di alami oleh pasien c. Berikan penyuluhan tentang
penyakit yang dialami oleh pasien
(ttd) d. Sediakan materi yang akan
13.00 diberikan
Mengobservasi keadaan umum pasien e. Edukasi pentingnta memahami
penyakit yang sedang dialami oleh
(ttd) pasien
f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membanatu jalannya
penyuluhan

(ttd)

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan Rabu, 18 Juli 2020 Rabu, 18 Juli 2020


dengan kurangnya informasi Pukul 14.00 Pukul 19.00

14.15 S : pasien mengatakan paham tentang


Mengobservasi keadaan umum penyakit yang sedang di alaminya

(ttd) O : keadaan umum sedang


15.00 Pasien tampak paham
Menyediakan materi yang akan di
gunakan untuk penyuluhan A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
16.00 b. Identifikasi kurangnya
Mengedukasi pentingnya mengetaui pengetahuan yang di pahami oleh
tentang penyakit yang dialami oleh pasien dan keluarga
pasien c. Berikan penyuluhan tentang
penyakit yang dialami oleh pasien
(ttd) d. Sediakan materi yang akan
18.00 diberikan
Mengobservasi keadaan umum pasien e. Edukasi pentingnta memahami
penyakit yang sedang dialami oleh
(ttd) pasien
f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membanatu jalannya
penyuluhan

(ttd)

6. Defisiensi pengetahuan berubungan Rabu, 18 Juli 2020 Kamis, 19 Juli 2020


dengan kurangnya informasi Pukul 20.00 Pukul 07.00

20.15 S : pasien mengatakan paham tentang


Mengobservasi keadaan umum penyakit yang sedang di alaminya

(ttd) O : keadaan umum sedang


21.00 Pasien tampak paham
Mengedukasi pentingnya mengetaui
tentang penyakit yang di alami oleh A : masalah belum teratasi
pasien
P : lanjutkan intervensi
(ttd) a. Observasi keadaan umum pasien
03.00 b. Identifikasi kurangnya
Mengobservasi keadaan umum pasien pengetahuan yang di pahami oleh
pasien dan keluarga
(ttd) c. Berikan penyuluhan tentang
05.00 penyakit yang dialami oleh pasien
Mengobservasi keadaan umum pasien d. Sediakan materi yang akan
diberikan
(ttd) e. Edukasi pentingnta memahami
penyakit yang sedang dialami oleh
pasien
f. Kolaborasikan dengan keluarga
untuk membanatu jalannya
penyuluhan
(ttd)
A. EVALUASI HASIL

Evaluasi hasil pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

No Diagnose Keperawatan Evaluasi Hasil


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Kamis, 19 Juli 2020
hiperventilasi Pukul 07.00
S ; pasien mengatakan sesak nafas berkurang
O : keadaan umum sedang
Pasien tampak memakai kanul O2 3 liter/menit
Posisi pasien setengah duduk
Respirasi 25x/menit
Suara tambahan wheezing
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi adanya sesak nafas
b. Monitor tanda – tanda vital
c. Monitor suara nafas tambahan
d. Monitor oksigen terapi
e. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
f. Ajarkan Teknik nafas dalam
g. Edukasi pentingnya melakukan tehnik
nafas dalam
h. Kolaborasi pemberian terapi oksigen

(ttd)

Evaluasi hasil ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat

No Diagnose keperawatan Evaluasi hasil


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kamis, 19 Juli 2020
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Pukul 07.00
masukan nutrisi yang tidak adekuat S : pasien mengatakan mual muntah berkurang
Pasien mengatakan makan habis setengah porsi
dari rumah sakit
O : keadaan umum sedang
Pasien tampak menghabiskan setengah porsi
makan dari rumah sakit
Posisi pasien duduk
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Monitor mual muntah
c. Anjurkan pasien makan sedikit demi
sedikit tetapi sering
d. Anjurkan pasien istirahat
e. Edukasi pentingnya makan sedikit demi
sedikit tapi sering
f. Kolaborasi pemberian obat

(ttd)

Evaluasi Hasil Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hasil


3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera Kamis, 19 Juli 2020
biologis Pukul 07.00

S : pasien mnegtakan nyeri berkurang


P : iritasi mukosa lambung
Q : seperti di tusuk tusuk
R : di ulu hati
S:5
T : hilang timbul
O: keadaan umum sedang
Posisi pasien setengah duduk
TD : 120/70 mmHg
N : 86x/menit
R : 25x/menit
S : 36,60C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Kaji nyeri secara ( lokasi, frekuensi,
durasi, dan intesitas nyeri)
c. Ciptakan lingkungan yang tenang
d. Berikan posisi tidur yang nyaman yang
dapat mengurani nyeri
e. Ajarkan/anjurkan Teknik relaksasi nafas
dalam/distraksi
f. Kolaborasi berikan alagetik sesuai
kebutuhan nyeri

Evaluasi Hasil Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hasil


4. Defisit perawatan diri mandi berubungan Kamis, 19 Juli 2020
dengan kelemahan Pukul 07.00

S : pasien mengatakan lebih segar dan nyaman


setelah di pel
O : keadaan umum sedang
Pasien tampak bersih dan rapi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intevensi
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Bantu pasien untuk mandi
c. Ganti verbed
d. Bantu pasien untuk menjaga kebersihan
e. Edukasi pentingnya menjaga kebersihan
f. Kolaborasi dengan keluarga untuk
membantu memandikan
Evaluasi Hasil Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hasil


5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Kamis, 19 Juli 2020
kurangnya informasi Pukul 07.00

S : pasien mengatakan tambah pengetahuan


tentang penyakit yang sedang dialaminya
O : keadaan umum sedang
Pasien tampak paham saat di jelaskan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Identifikasi kurangnya pengetahuan yang
di pahami oleh pasien dan keluarga
c. Berikan penyuluhan tentang penyakit
yang di alami oleh pasien
d. Sediakan materi yang akan diberikan
e. Edukasi pentingnya memahami penyakit
yang sedang di alami oleh pasien
f. Kolaborasikan dengan keluarga untuk
membantu jalannya penyuluhan
A. Dokumentasi

Asuhan keperawatan pada Ny.A dengan gastritis di ruang melati RSUD Awal
Bross Batam telah didokumentasikan didalam rekam medis pasien. Dilaporan study
kasus ini sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan penulis dalam
melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam yang dilaksanakan pada tanggal 16
Juli sampai 18 juli 2020.

B. Factor pendukung dan penghambat


Factor penghambat :
Terbatasnta referensi buku terbaru untuk ilmu keperawatan khususnya tentang
penyakit gastritis di perpustakaan kampus.
Factor pendukung :
1. Adanya dukungan dari pasien dan keluarga pasien
2. Kerjasama yang baik antara teman, perawat, tim kesehatan yang ada di rumah
sakit
3. Adanya sarana yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini.
BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. “D” dengan Gastritis di Ruang Flamboyan RSUD
Awal Bross Batam, dilakukan dengan proses keperawayan yang terdiri dari pegkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dokumentasi keperawatan.
Adapun tujuan pembahasan ini untuk membandingkan antara kasus dan teori yang terjadi
pada pasien. Pembahasan untuk tiap – tiap tahap proses keperawatan sebagai berikut :

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan ini terdiri dari data subjektif dari pasien atau keluarga dan data
objektif yang diperoleh dari hasil tes diagnostic dan pengamatan secara langsung.
Pengkajian ini mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan
riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
1. Data yang sesuai dengan teori dan ada dalam kasus :
a. Aktivitas/istirahat
Pada pengkajian aktivitas/istirahat diteori muncul gejala :
Kelemahan, kelelahan karena adanya gangguan pada sistem pencernaan, pola
nutrisi dan cairan menjadi terganggu mengakibatkan anoreksia, mual, muntah,
kurangnya asupan nutrisi sehingga pasien mengalami kelemahan dan kelelahan
dalam beraktivitas. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Juli 2020 data ini
muncul karena pasien mengalami kelemahan fisik seperti toileting, berpakaian dan
berpindah dibantu oleh keluarganya serta pasien mengalami gangguan pola tidur
karena pasien tidur kurang lebih 6 jam.
b. Makanan/cairan
Pada pengkajian makanan/cairan diteori muncul gejala : anoreksia, mual, muntah
(muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan
luka duodenum). Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Juli 2020 data ini
muncul karena pasien mengalami mual muntah dan nasu makan berkurang. Passion
hanya menghabiskan 2 sendok makan dari rumah sakit dengan jenis bubur. Pasien
minum air putih kurang lebih 3-5 gelas perhari.
c. Nyeri/kenyamanan
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Juli 2020 data ini muncul karena pasien
mengatakan nyeri pada uku hati, P : iritasi mukosa lambung, Q : seperti ditusuk –
tusuk, R : di ulu hati, S : 6, T : saat di tekan. Pada pengkajian nyeri/kenyamanan
muncul menurunnya barrier lambung terhadap asam dan pepsin akan terjadi
inflamasi disebabkan karena kelainan organ didalam rongga perut sehingga nyeri
pada epigastrium.
d. Penyuluhan/pembelajaran
pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Juli 2020 data ini muncul karena pasien
belum mengetahui pasti tentang penyakit yang diderita.saat ini. Diteori ini muncul
bagi orang yang tingkat Pendidikan rendah maka akan menganggap remeh
penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan
memakan makanan yang dapat menimbulkan sertta memperparah penyakit ini.
2. Data yang ada diteori tetapi tidak ada dikasus
a. Sirkulasi
Pada sirkulasi diteori muncul gejala : kelemahan, berkeringat, nadi perifer lemah.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Juli 2020 data ini tidak muncul karena
pasien tidak mengalami kenaikan tekanan darah dan tekanan darah pasien normal
yaitu 120/80 mmHg dan nadi 94 x/menit karena pasien pernah dirawat dirumah
sakit dengan penyakit yang sama jadi pasien tidak kaget data harus menjalani
pengobatan di rumah sakit.
3. Data yang tidak ada diteori tetapi ada di kasus
a. Pernapasan
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Juli 2020 data ini muncul karena pasien
mengalami sesak nafas, pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan,
respirasi 28 x/menit, suara wheezing, dan terpasang terapi oksigen 3 liter/menit
dengan nasal kanul. Sesak nafas disebabkan karena adanya gas dalam lambung
meningkat sehingga menekan epigastrium/ulu hati sehingga menyebabkan sesak
nafas.
B. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan masalah yang dialami oleh pasien terhadap masalah yang actual dna resiko
tinggi.
1. Diagnose keperawatan yang sesuai dengan kasus dan teori :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Diagnose ini muncul di dukung dengan data pasien mengatakan nyeri, P : agen
injuri biologis, Q : seperti di tusuk – tusuk, R : di ulu hati, S : 6, T : saat di tekan.
Pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegang ulu hati saat nyeri.
Sehingga menunjang untuk muncul diagnose tersebut. Pada dianose nyeri
akut/kenyamanan muncul karena terjadi inflamasi mengakibatkan nyeri pada
epigastrium.
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Diagnose ini muncul didukung dengan data pasien mengatakan belum
mengetahui tentang penyakit yang di derita saat ini, pasien tamoak kebingungan.
Sehingga menunjang untuk muncul diagnose tersebut.
c.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat
Diagnose ini muncul didukung dengan data pasien mengatakan mual muntah
sudah 3 kali dengan bentuk cair bening seperti ludah. Pasien mengatakan nafsu
makan berkurang, pasien tampak menghabiskan 2 sendok makan,pasien tampak
lemah, berat badan 55 kg menjadi 53 kg. sehingga menunjang untuk muncul
diagnose tersebut. Pada diagnose ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubu muncul karena menurunnya sensori untuk makan terjadi
anoreksia.
2. Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam teori tetapi ada dalam kasus :
a. Pola nafas ti5`dak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Diagnosa ini muncul didukung dengan data passion mengatakan sesak nafas.
Pasien tampak sesak nafas, RR : 28 x/menit, pasien tampak memakai kanul O2 3
liter/menit, suara wheezing, bernafas menggunakan otot bantu pernafasan.
Sehingga menunjang untuk muncul diagnose tersebut.
b. Deficit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan
Diagnose ini muncul di dukung dengan data pasien mengatakan tidak pernah
mandi selama dirawat dirumah sakit dan anya dilap 2 hari sekali. Pasien tampak
menggunakan baju yang sama, kulit pasien kering, pasien tampak dibantu
keluarga saat beraktivitas. Sehingga menunjang untuk muncul diagnose tersebut.
3. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori, tetapi tidak ada pada kasus :
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
Diagnosa ini muncul di dukung dengan data pasien mengatakan seminggu yang
lalu dirawat di rumah sakit karena penyakit asam lambung dan menjalani
pengobatan/perawatan yang sama saat ini.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak cukup
dan kehilangan berlbihan karena muntah
Diagnosa ini muncul didukung dengan data pasien minum 3-5 gelas per hari
dengan jenis minuman air putih ataupun terkadang susu, kacang hijau dan the,
pasien BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning, bau khas urine, turgor kulit
baik dan mendapatkan cairan infus 500 mg (Tpm).

C. Perencanaan keperawatan
Pada perencanaan disususn berdasarkan pada masalah yang ada. Dalam
menetapkan intervensi penulis mengambil dari beberapa teori yang saling melengkapi.
Masing – masing diagnose yang juga mengacu pada teori yang dimodifikasikan dengan
mengacu pada teori Muttaqin dan kasus pada NIC NOC.
Dalam perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang dihadapi oleh
pasien. Dalam kasus ini penulis menetapkan tujuan, kriteria hasil yang mengacu SMART
sehingga evaluasi keperawatan akan mudah dilaksanakan menurut prioritas masalah. Dari
tiga diagnose yang sama antara teori dengan kasus, maka tersusunlah renana keperawatan
pada masing - masing diagnose keperawatan yaitu :
1. Rencana keperawatan sesuai dengan kasus dan teori :
a.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mual pasien
berkurang dengan kriteria hasil :
a. Asupan makan meningkat dengan menghabiskan 1 porsi
b. Mual muntah berkurang bahkan tidak mual muntah
Intervensi yang penulis rencanakan yaitu :
a) Observasi keadaan umum pasien
Intervensi dibuat untuk mengetahui kondisi pasien
b) Monitor mual muntah
Intervensi dibuat karena pasien mengalami mual muntah
c) Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tetapi sering
Intervensi dibuat agar nutrisi pasien tercukupi
d) Anjurkan pasien istirahat
Intervensi dibuat agar pasien tidak ada gangguan pola tidur
e) Edukasi pentingnya makan sedikit demi sedikit tetapi sering
Intervensi dibuat agar pasien mengetahui pentingnya makan sedikit tapi
sering
f) Kolaborasi pemberian obat
Intervensi dibuat agar mual muntah pasien berkurang
a.Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukkan
penurunan tingkat nyeri dengan kriteria hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang (skala 3)
b. Ekspresi wajah tampak cerah
c. Mampu mendemonstrasikan teknik – teknik untuk mengurangi nyeri dengan
benar
d. Klien dapat tidur / istirahat dengan tenang

Intervensi yang penulis rencanakan yaitu :

a) Observasi keadaan umum pasien


Intervensi dibuat untuk mengetahui keadaan pasien
b) Kaji nyeri secara (lokasi, frekuensi, durasi dan intensitas nyeri)
Intervensi dibuat karena pasien mengeluh nyeri
c) Ciptakan lingkungan yang tenang
Intervensi dibuat karena pasien tidak bisa tidur
d) Berikan posisi tidur yang nayaman yang dapat mengurangi nyeri
Intervensi dibuat karena pasien mengeluh nyeri pada ulu hati
e) Ajarkan/ anjurkan Teknik relaksasi nafas dalam/ distraksi
Intervensi dibuat untuk mengurangi nyeri pada pasien
f) Kolaborasi beri analgetik sesuai kebutuhan nyeri
Intervensi ini dibuat kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi nyeri
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dan
keluarga menunjukkan pengethauna tentang penyakitnya dengan kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
b. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat / tim kesehatan lain.
Intervensi yang penulis rencanakan yaitu :
a) Observasi keadaan umum pasien
Intervensi dibuat untuk mengetahui keadaan umum pasien
b) Identifikasi kurangnya pengetahuan yang di pahami oleh pasien dan keluarga
Intervensi dibuat karena pasien tidak mengetahu tentang penyakit yang
sedang di alaminya.
c) Berikan penyuluhan tentang penyakit yang dialami oleh pasien
Intervensi dibuat agar pasien paham tentang penyakit yang sedang diderita
saat ini
d) Sediakan materi yang akan diberikan
Intervensi ini dibuat untuk penyuluhan ke pasien
e) Edukasi pentingnya memahami penyakit yang sedang di alami oleh pasien
Intervensi ini dibuat agar pasien mengetahui tentanng penyakitnya
f) Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu jalannya penyuluhan
Intervensi ini dibuat agar keluarga membantu jalannya penyuluhan
2. Rencana keperawatan tidak ada diteori dan ada dikasus :
a. Pola nafas tidak efektig berhubungan dengan hiperventilasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan sesak
nafas pasien berkurang dengan kriteria hasil :
a. Tidak ada sesak nafas
b. Tidak ada wheezing
c.Tidak ada otot bantu pernafasan
d. TTV dalam rentang normal :
TD : 140/90 mmHg
N : 60-100 x/menit
RR : 16-24 x/menit
S : 36-37,50
Intervensi yang penulis rencanakan yaitu :
a) Observasi adanya sesak nafas
Intervensi dibuat karena pasien mengalami sesak nafas
b) Monitor tanda – tanda vital
Intervensi dibuat karena pasien mengalami sesak nafas
c) Monitor suara nafas tambahan
Intervensi dibuat karena adanya suara tambahan
d) Monitor terapi oksigen
Intervensi dibuat karena pasien menggunakan kanul oksigen
e) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Intervensi dibuat karena pasien mengalami sesak nafas
f) Ajarkan tehnik nafas dalam
Intervensi dibuat pentingnya relaksasi nafas dalam
g) Edukasi pentingnya melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
Intervensi dibuat pentingnya relaksasi nafas dalam
h) Kolaborasi pemberian terapi oksigen
Intervensi dibuat karena adanya kolaborasi pemberian terapi oksigen
a.Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien
bersih dan rapi dengan kriteria hasil :
a. Badan pasien bersih, rapi, wangi
b. Mampu melakukan perawatan diri mandi

Intervensi yang penuklis rencanakan yaitu :

a) Observasi keadaan umum pasien


Intervensi dibuat untuk mengetahui keadaan pasien
b) Bantu pasien untuk mandi
Intervensi dibuat karena pasien jarang mandi dan hanya di lap
c) Ganti verbed
Intervensi dibuat karena sprei tidak di ganti
d) Bantu pasien untuk menjaga kebersihan
Intervensi dibuat karena pasien tidak mandi
e) Edukasi pentingnya menjaga kebersihan
Intervensi dibuat agar pasien tetap menjaga kebersihan
f) Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu memandikan
Intervensi dibuat karena pelu bantuan dari keluarga
3. Rencana keperawatan ada diteori dan tidak ada dikasus :
a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
Intervensi yang ada di teori yaitu :
a) Libatkan keluarga dalam persiapan pemeriksaan
b) Siapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik
c) Lakukan pendekatan dengan komunikasu terapeutik
d) Berikan informasi tentang prosedur yang akan dijalani pasien sesuai dengan
tingkat pemahaman pasien
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak cukup
dankehilangan berlebihan karena muntah
Intervensi yang ada diteori yaitu :
a) Pantau masukan dan keluaran urin setiap hari
b) Awasi adanya indikasi gastritis hemorragie seperti hematemesis, takikardi,
dan hipertensi
c) Monitor TTV
d) Lakukan penatalaksanaan jika terjadai perdarahan dengan kolaborasi.

D. Implementasi keperawatan
Pada dasarnya rencana keperawatan yang disusun sudah dilaksanakan seluruhnya.
Adapun rencana yang telah diimplementasikan dalam perencanaan yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Rencana yang di buat dan dapat dilaksanakan didalam kasus ini antara lain :
mengobservasi adanya sesak nafas, memonitor tanda – tanda vital,, memonitot suara
nafas tambahan, memonitor oksigen terapi, memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, mengajarkan tehnik nafas dalam, mengedukasi pentingnya
melakukan tehnik relaksai nafas dalam, mengkolaborasikan pemberian terapi oksigen.
Implementasi ini dilaksanakan dengan adanya kerja sama dengan oasien juga kerja
sama dengan dokter dengan kolaborasi pemberian oksigen.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat
Rencana yang dibuat dan dapat dilaksanakan didalam kasus ini antara lain :
mengobservasi keadaan umum pasien, memonitor mual muntah, menganjurkan pasien
makan sedikit demi sedikit tetapi sering, menganjurkan pasien istirahat, mengedukasi
pentingnya makan sedikit demi sedikit tetapi sering, mengkolaborasikan pemberian
obat. Implementasi ini dilaksanakan dengan adanya kerja sama denan pasien juga
kolaborasi dengan dokter.
c. Nyeri akur berhubungan dnegan agen cedera bilogis
Rencana yang dibuat dan dapat dilaksanakan didalam kasus ini antara lain :
mengobservasi keadaan umum pasien, mengaji nyeri secara (lokasi, frekuensi, durasi
dan intensitas nyeri), menciptakan lingkungan yang tenang, memberikan posisi tidur
yan nyaman yang dpat mengurangi nyeri, mengajarkan/anjurkan teknik relaksasi
nafas dalam/distraksi, mengkolaborasikan pemberian analgetik sesuai kebutuhan
nyeri. Implementasi ini dilaksanakan dengan adanya kerja sama dengan pasien,
keluarga pasien dan lingkungan sekitar pasien untuk menciptakan lingkungan yang
tenang dan juga kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik.
d. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dnegan kelemahan
Rencana yang dibuat dan di dapat dilaksanakan di dalam kasus ini antara lain :
mengobservasi keadaan umum pasien, membantu pasien untuk mandi, mengganti
verbed, membantu pasien untuk menjaga kebersihan, mengedukasi pentingnya
menjaga kebersihan, mengkolaborasikan dengan keluarga untuk membantu
memandikan. Implementasi ini dilaksanakan dnegan adanya kerja sama dengan
pasien, keluarga pasien untuk membantu memandikan pasien.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Rencana yang dibuat dan dapat dilaksanakan di dalam kasus ini antara lain :
mengobservasi keadaan umum pasien, mengidentifikasi kurangnya pengetahuan yang
di pahami oelh pasien dan keluarga, memberikan penyuluhan tentang penyakit yang
di alami oleh pasien, menyediakan materi yang akan diberikan, mengedukasi
pentingnya memahami penyakit yan sedang dialami oleh pasien, mengkolaborasikan
dengan keluarga untuk membantu jalannya penyuluhan. Implementasi ini
dilaksanakan dengan adanya kerja sama dengan pasien, dna juga keluarga pasien.
E. Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang telah di tetapkan.
Sifatnya menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau belum tercapai.
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang diketahui secara langsung atau beberapa saat setelah
pelaksanaan. Sedangkan evaluasi hasil dapat dilihat atau diketahui setelah asuhan
keperawatan di anggap selesai. Hasil evaluasi didapat oleh penulis dilakukan dengan
metode SOAP. Diagnose keperawatan dengan masalah belum teratasi yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi sebagian
dengan evaluasi hasil : pasien mengatakan sesak nafas berkurang, keadaan umum
sedang, pasien memakai kanul O2 3 liter/menit, posisi pasien setengah duduk,
respirasi 25 x/menit, suara tambahan wheezing.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi sebagian
dengan evaluasi hasil : pasien mengatakan mual muntah berkurang, pasien
mengatakan makan habis setengah porsi dari rumah sakit, keadaan umum sedang,
pasien tampak menghabiskan setengah porsi makan dari rumah sakit, posisi pasien
setengah duduk.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam massalah teratasi sebagian
dengan evaluasi hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang, P : iritasi mukosa
lambung, Q : seperti di tusuk tusuk, R : di ulu hati, S : 5, T : hilang timbul, keadaan
umum sedang, posisi pasien setengah duduk, TD : 120/70 mmHg, N : 86 x/menit,
RR : 25 x/menit, S : 36,60 C.
d. Defisit perawatan diri mandi berhubungand engan kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam masalah teratasi sebagian
dengan evaluasi hasil : pasien mengatakan lebih segar dan nyaman setelah di lap,
keadaan umum sedang, pasien tampak bersih dan rapi.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi sebagian
dengan evaluasi hasil : pasien mengatakan tambah pengetahuan tentang penyakit yang
sedang dialaminya, keadaan umum sedang, pasien tampak paham saat dijelaskan.
F. Dokumentasi keperawatan
Pendokumentasian asuhan keperawatan ini merupakan bukti dari pelaksanaan dan
merupakan catatan tentang tanggapan atau respon pasien terhadap tindakan keperawatan
dari reaksi pasien terhadap penyakit. Kegiatan dokumentasi ini dilakukan pada setiap
tindakan dan juga setiap 1 x 24 jam. Penulis mendokumentasikan hasil dari asuhan
keperawatan dari catatan medik sampai dengan evaluasi serta status pasien dan laporan
studi kasus pada asuhan keperawatan yang dibuat.
G. Faktor pendukung dan penghambat
Proses keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 16 Juli 2020 sampai dnegan 19
Juli 2020 pada pasien Tn.”D” dengan gastritis di Ruang flamboyant RSUD Awal Bross
Batam. Terdapat faktor pendukung dan penghambat, yaitu :
a. Faktor pendukung
Adapun hal – hal yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan asuhan
keperawatan ini antara lain :
a) Adanya kerja sama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
Dengan kerja sama ini penulis dapat memperoleh data dengan melakukan
pengkajian pada pasien dan juga tambahan data dari keluarga.
b) Adanya kerja sama perawat dan petugas kesehatan lain dalam melengkapi data
pada pasien, menfapatkan informasi dan data tambahan dari perawat lain dan
juga petugas kesehatan. Dengan kerja sama ini maka penulis mendapatkan data
yang lebih valid.
c) Adanya sarana yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini.
b. Faktor penghambat
Faktor penghambat dalam asuhan keperawatan ini adalah terbatasnya referensi buku
terbaru untuk ilmu keperawatan khususnya tentang penyakit gastritis di
perpustakaan kampus.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Asuhan Keperawatan pada pasien tn. “D” dengan gastritis di Ruang
Flamboyan RSUD Awal Bross Batam, selama 3 x 24 jam, penulis memperoleh
pengalaman nyata mengenai proses keperawatan yang terdiri dari : pengkjain,
diganosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dapat di simpulkan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian pada pasien Tn. “D” dengan gastritis di ruang
Flamboyan RSUD Awal Bross Batam. Penulis telah memperoleh penglaman
nyata dalam melaksnakan pengkajian yang terdiri dari pengumpulan data,
analisis data dan akhirya dapat merumuskan diagnosa keperawatan.
Pada waktu melakukan pengkajian tidak semua tanda dan gejala
penyakit muncul pada pasien seperti dalam tinjauan pustka sehingga tindakan
keperawatan harus disesuaikan dengan keadaan pasien.
2. Diagnose keperawatan
Pada Asuhan keperawatan pada pasien Tn.”D” dengan gastritis di Ruang
Flamboyan RSUD Awal Bross Batam muncul 3 diagnosa sesuai teori yaitu :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam teori tetapi ada dalam kasus :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


b. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan

Diagnose keperawatan yang ada pada teori, tetapi tidak ada pada kasus :

a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan


b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan
tidak cukup dan kehilangan berlebihan karena muntah.
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini penulis menyusun rencana Asuhan Keperawatan
pada pasien Tn.”D” dengan gastritis di ruang flamboyant RSUD Awal Bross
Batam, meliputi penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, pennetuan
kriteria dan penulisan rencana tindakan keperawatan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.”D” dengan
gastritis di ruang flamboyant RSUD Awal Bross Batam dilaksanakan sesuai
dengan prioritas masalah keperawatan yang telah di rencanakan.
5. Evaluasi
Dari lima diagnose yang muncul di kasus, masalah belum teratasi yaitu pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, mual berhubungan
dengan proses penyakit, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,
deficit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan dan defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
6. Pendokumentasian
Pendokumentasian keperawaan dilakukan pada setiap selesai melakukan
tindakan keperawatan dengan mencatumkan hari, tanggal, tahum, jam, respon
pasien, tanda tangan dan nama terang.

B. Saran
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.”D” dengan
gastritis maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang kiranya bermanfaat
yaitu :
1. Bagi penulis
Setiap melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sebaiknya dipersiapkan
secara matang dari berbagai macam ilmu pengetahuan mengenai penyakit agar
dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien.
2. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan lebih memperdalam lagi ilmu keperawatan yang terbaru guna
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
3. Bagi institusi
a. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan untuk melengkapi buku – buku perpustakaan sebagai
acuan mahasiswa dalam mengerjakan tugas.
b. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan tenaga medis memeprtahankan kualitas pelayanan yang
diberikan. Dalam pengkajian dan pendokumentasian asuhan
keperawatan lebih diperhatikan dan ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, R & Adwan, G. M. 2013. Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien.
Yogyakarta:Nuha Medika.

Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013.
Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Gray, H. H. 2007. Lecture Notes kardiologi. Indonesia:Erlangga.

Hirlan. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta:FKUI.

Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. Jakarta:Salemba


Medika

Nursalam. 2013. Proses dan Dokumentasi Keperawatan:Konsep dan Praktik.


Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika

Nikmatur & Walid. 2012. Proses Keperawatan Maag. Jakarta:Bee Media Indonesia.

Sunita. 2008. Penuntun Diet. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Suratun, L. 2010. .Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta:Trans Info Meedia.

Smeltzer, S. C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta:EGC.

Sukarmin. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin


dan Endokrin pada pasnkreas. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. Canada:Yolanda


Cossio.

Syaifuddin. 2010. Anatomi Fisiologi. Jakarta:EGC.

Sofia, A. 2012. Metode Penulisan Karya Ilmiyah. Karya Medika:Yogyakarta.

Tortora, G. J. & Derrickson, B. 2009. Principles of Anatomy & physiology.


USA:John Wiley & Sons.
Wijaya, A. S & Putri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta:Nuha Medika.

Wijoyo, P. M. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta:Bee Media Indonesi.

WHO. 2013. World health statistics.

Yuliarti. (2009). Maag: Kenlai, hindari dan obati, Yogyakarta:C.V ANDI.


LAMPIRAN
Lampiran 1 Format Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ………. DENGAN ……………


DI RUANG…………… RUMAH SAKIT……………………………..

A. Identitas Pasien

Nama pasien : ………………………………………

No. RM : ……………………………………...

Tempat Tanggal Lahir : ……………………………………...

Umur : ………………………………………

Agama : ………………………………………

Status Perkawinan : ………………………………………

Pendidikan : ………………………………………

Alamat : ………………………………………

Pekerjaan : ………………………………………

Jenis kelamin : ………………………………………

Diagnose Medis : ………………………………………

Tanggal Masuk RS : ………………………………………

Tanggal Pengkajian : ………………………………………

Sumber Informasi : ………………………………………

Penanggung Jawab :

Nama : ……………………………………….

Umur : ……………………………………….

Agama : ……………………………………….

Alamat : ……………………………………….
Jenis kelamin : ……………………………………….

Hubungan Dengan pasien : ……………………………………….

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

…………………………………..

2. Riwayat Penyakit Sekarang

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

………………………………..

3. Riwayat Penyakit Dahulu

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

………………………………...

4. Riwayat Penyakit Keluarga

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………..

5. Genogram

C. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………

Pola Nutrisi

Sebelum sakit :

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………..

Selama sakit :

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

………………………………………………………………….

2. Pola Eliminasi

Sebelum sakit :

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

Selama sakit :

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

3. aktivitas dan Latihan

Skoring

No Aktivitas dan Latihan 0 1 2 3 4

1 Makan/minum

2 Toileting

3 Berpakaian

4 Mobilitas di tempat tidur

5 Berpindah

6 ROM

Ket : 0 = mandiri, 1 = dengan alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu


orang lain dan alat, 4 = tergantung total.
1. Tidur dan istirahat

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

2. Sensori, Persepsi, dan Kognitif


……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

3. Konsep Diri

a. Identitas Diri

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

b. Gambaran Diri

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

c. Ideal Diri

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

d. Harga Diri

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………

e. Peran Diri
…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

1. Seksual dan Reproduksi

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

2. Pola peran Hubungan

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

1. Manajemen Koping Stres

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

1. Sistem Nilai dan keyakinan

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : ……………………………

Tingkat Kesadaran : ……………………………

Nilai GCS : ……………………………

2. TTV :
S : ………………….. N : …………………….

TD : ………………… RR : …………………….

3. Kepala

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

4. Mata, telinga, hidung

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

5. Mulut

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

6. Leher

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

7. Dada/toraks

Inspeksi : ………………………………………………………………..

Palpasi : ………………………………………………………………..
Perkusi : ………………………………………………………………...

Auskultasi : ………………………………………………………………..

8. Abdomen

Inspeksi : ………………………………………………………………..

Palpasi : ………………………………………………………………..

Perkusi : ………………………………………………………………...

Auskultasi : ………………………………………………………………..

9. Genetalia

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

10. Ekstermitas

Atas : …………………………………………………………………………

Bawah : …………………………………………………………………………

11. Kulit

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………
E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


F. Terapi

No Nama obat Dosis Rute Indikasi


G. Analisa Data

Data (Symptom) Masalah (problem) Penyebab (Etiologi)


Data subyektif :

Data Obyektif :

H. Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas)


I. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil

J. Impelentasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


K. Dokumentasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Hasil


Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Gastritis


Sasaran : Tn. D dan keluarga

Waktu : 40 menit

Hari/Tanggal : 18 Juli 2020

Tempat : Di Ruang Flamboyan

A. Tujuan instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan pasien dan keluarga

mampu memahami penyakit gastritis.

B. Tujuan Instuksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan pasin dan keluarga

dapat :

1. Mengetahui pengertian gastritis.

2. Mengetahui penyebab gastritis.

3. Mengetahui klasifikasi gastritis.

4. Mengetahui tanda dan gejala gastritis.

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang gastritis.

6. Mengetahui penatalaksanaan gastritis.

C. Pokok materi

1. Pengertian gastritis.

2. Penyebab gastritis.

3. Klasifikasi gastritis.

4. Tanda dan gejala gastrtitis.

5. Pemeriksaan penunjang gastritis.

6. Penatalaksanaan gastritis.

D. Kegiatan penyuluhan

Waktu Tahap Respon


5 menit Orientasi : 1. Menjawab salam
1. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Mengerti maskud
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dan tujuan
4. Menanyakan ketersediaan 4. Bersedia mengikuti
penyuluhan
30 menit Kerja : 1. menyimak apa yang
1. Menjelaskan pengertian gastritis disampaikan
2. Menjelaskam penyebab gastritis 2. mendengarkan dan
3. Menjelaskan klasifikasi gastritis memperhatikan
4. Menjelaskan tanda dan gejala
gastritis
5. menjelaskan pemeriksaan
penunjang gastritis
6. menjelaskan penatalaksanaan
gastritis
15 menit Terminasi : 1. bertanya
1. melakukan evaluasi 2. menjawab
2. memberikan kesempatan untuk pertanyaan
bertanya 3. menyimak
3. menjawab pertanyaan 4. menjawab salam
4. menutup penkes penutup
5. memberikan salam penutup

E. Metode

Cerama dan tanya jawab

F. Media

Leaflet

G. Evaluasi

Evaluasi hasil penyuluhan :

1. Standar persiapan : pengaturan waktu dan kesiapan materi


2. Standar proses : strategi yang digunakan dalam penyuluhan

3. Standar hasil : kriteria hasiil yang diharapkan dalam memberikan penyuluhan

Lampiran materi

A. Pengertian gastritis

Gastritis adalah pandangan atau perdarahan pada mukosa lambung (Price &

Wilson, 200).

B. Penyebab gastritis

Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pylory dan pada awal terjadi

infeksi pada mkosa lambung biasanya terjadi peradangan akut dan jika diabaikan

akan menjadi kronik (Sudoyo, 2009.

C. Klasifikasi gastritis

1. Gastritis akut

Biasanya terjadi karena makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan –

maknaan yang terlalu berbumbu, iritasi akibat minum – minuman, obat –

obatan seperti aspirin.

2. Gastritis kronik

Akibat peradangan pada lambung dalam waktu yang lama disebabkan oleh

bakteri helicobacter pylory.

3. Gastritis bacterial

Disebabkan oleh refluks dari duodenum (Wim, 2008).

D. Tanda dan gejala gastritis

1. Gastritis akut

a. Nyeri ulu hati


b. Mual

c. Muntah

d. Perdarahan

2. Gastrtitis kronis

a. Tukak lambung

b. Defisiensi zat besi

c. Anemia pernisiosa

d. Karsinoma lambung (Wim, 2008).

E. Pemeriksaan penunjang gastritis

1. Pemeriksaan darah

Digunakan untuk memeriksa adanya bakteri helicobacter pylory dalam darah.

Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dnegan bakteri

tersebut. Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi

akibat perdarahan lambung akibat gastritis.

2. Pemeriksaan pernafasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri helicobacter

pylory atau tidak.

3. Pemeriksaan feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri helicobacter pylory atau tidak.

Hasil yang positif dapat mengindikasi terkena bakteri tersebut.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian

atas.

1. Rontgen saluran cerna bagian atas


Tes ini dapat melihat adanya tanda – tanda gastritis. Biasanya akan diminta

menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan

melapisi saluran cerna dan akan terlihat jelas ketika dirontgen.

F. Penatalaksanaan gastritis

1. Hindari minuman alcohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga

terjadi peradangan dan perdarahan pada lambung.

2. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding lambung

sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis. Rokok dapat

meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan pada tukak.

3. Atasi stress sebaik mungkin

4. Makan – makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun hindari sayur

dan buah yang sifat asam seperti jeruk, lemon, nanass, dll.

5. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik)

asam lambung

6. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran makanan

melalui usus.

7. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara

waktu kurangi konsumsi makanan yang tinggi serat.

8. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa makanan

lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks.

Sumber :

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi NANDA NIC NOC.

Yogyakarta:MediAction.
Price & Wilson. 2008. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyaki.

Jakarta:EGC

Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Internal Publishing.

Wijaya & Putri. 2013. KMB Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan

Dewasa). Yogyakarta:Nuha Medika.

Wim. 2009. Buu Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.


Lampiran 3 evaluasi hasil penyuluhan

EVALUASI PENYULUHAN GASTRITIS

A. Evaluasi Hasil Penyuluhan

1. Standar Persiapan

Untuk pengaturan waktu dimulai dari jam 16.00 sampai 16.40 WIB. Untuk

pengaturan waktu sendiri tidak jauh dari target rencana yaitu 40 menit. Klien dan

keluarga klien terlihat antusias mengikuti jalannya penyukuhan. Kesiapan materi

60% sudah ada kesiapan dari mulai materi, leaflet, SAP, alat tulis dan kontrak

waktu dengan klien.

2. Standar proses

Strategi yang di gunakan dalam penyuluhan ini adalah tanya jawab langsung,

sharing dengan penataan pemberi materi didepan menghadap audience.

3. Standar Hasil :

a. Kriteria Hasil :

1) Klien dan keluarga klien memahami materi mengenai pengertian,

etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, pemeriksaan peunjang dan

penatalaksanaan penyakit gastritis.

2) Adanya respon baik dari klien dan keluarga

3) Adanya rencana perbaikan kesehatan yang ingin dilakukan klien

dengan keluarga klien.

b. Hasil Yang Dicapai :

1) Klien dan keluarga klien mengatakan memahami materi mengenai

pengertian, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, pemeriksaan

penunjang dan penatalaksanaan penyakit gastritis.


2) Klien dan keluarga klien memberikan respon baik dengan adanya

penyuluhan ini

Anda mungkin juga menyukai