Oleh:
SEPTIANI KARTIKASARI
NIM. 20191284
Oleh:
SEPTIANI KARTIKASARI
NIM. 20191284
Laporan Studi Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny “S” dengan
Gastroenteritis Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta” telah
memenuhi persyaratan dan disetujui serta layak untuk diujikan pada:
Pembimbing
NIK.991905761
PENGESAHAN
Laporan Studi Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny “S” dengan
Gastroenteritis Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta” telah
dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III
Keperawatan Akademi Perawatan Karya Bakti Husada Bantul Yogyakarta pada:
Hari/Tanggal:
Mengesahkan
Bantul Yogyakarta
NIK.991905761
MOTTO
1. Sesuatu keinginan atau tujuan yang tak kunjung dikerjakan hanya akan menjadi
angan-angan yang sulit untuk dicapai
2. Berusaha dahulu untuk membuktikan bahwa tak ada yang tidak mungkin untuk kamu
selesaikan
3. Jika tak mampu membantu orang lain setidaknya janganlah kamu menyulitkan orang
lain
4. Belajarlah dari kesalahan untuk kemudian diperbaiki bukan diulangi
5. Tersenyumlah bagaimanapun keadaanmu sekarang
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan, kekuatan serta karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan
studi kasus ini. Dengan setulus hati laporan studi kasus ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yaitu bapak Ruyanta dan ibu Sutriyani yang selalu memberikan
dukungan berupa moral dan material. Terima kasih atas doa, cinta, semangat dan
kerjasama yang telah dilakukan demi penulis. Kalian adalah penyemangat bagi penulis.
2. Adikku tersayang Febrian Nur Rahmat, serta seluruh keluargaku baik dari bapak dan ibu
terima kasih atas doa serta dukungannya selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan segala bentuk kesulitan saat jauh dari orangtua.
3. Mbah putriku terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan semasa hidupnya untuk
penulis. Terima kasih telah menjadi ibu kedua yang selalu mendidik, membimbing, dan
menyayangi penulis lebih dari anak kandung sendiri.
4. Ibu Eni Purwaningsih S.Kep.,Ns.M.Kep selalu pembimbing yang dengan sabar
memberikan pengarahan, bimbingan serta masukan yang membangun untuk
terselesaikannya laporan studi kasus ini.
5. Sahabat sahabatku yang selalu mendoakan dan mendukung penulis Resiska Kurniawatu,
Nana Rusdiana dan Nur Fania Kusmasari. Terima kasih sudah menjadi sahabat sejak SD
yang senantiasa memberikan canda dan tawa serta tempat berbagi keluh kesah.
6. Teman-teman ku berjuang Wuning Putri Utami dan Yunida Resvianggi, terimakasih atas
segala semangat, dukungan dan rasa kekeluargaan yang telah kalian ciptakan serta suka
duka yang telah kita lewati bersama selama ini.
7. Novita Kusumawati S.Kep, terimakasih sudah bersedia meminjamkan buku-bukunya,
sudah menjadi teman yang selalu cerewet ke penulis agar mau segera menyelesaikan
laporan ini, serta terima kasih atas perhatian yang selalu diberikan kepada penulis.
8. Maryulita Ninda Mursintya teman berjuang selama uap sampai penyusunan KTI,
terimakasih sudah menyelipkan ucapan semangatnya ketika sama-sama merasa lelah.
9. Teman-teman angkatan 22 yang telah bersama selama 3 tahun belajar Di Akper Karya
Bakti Husada Bantul Yogyakarta terimakasih atas persahabatan kalian, yang selalu
memotivasi dan membangkitkan semangat. Terimakasih atas canda, tawa, suka dan duka
selama ini titik Semoga pertemanan ini tidak akan berakhir.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan "Asuhan Keperawatan pada Ny. "S" dengan Gastroenteritis Acute di ruang Cempaka
RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta" tepat pada waktunya.
Laporan studi kasus ini berhasil disusun atas bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. I Wayan Marthana Wk, Sp THT, M.Kes selaku direktur RSUD Panembahan Senopati
Yogyakarta yang memberikan ijin untuk praktik keperawatan.
2. Ibu Eni Pirwaningsih, S.Kep.,Ns. M.Kep selaku direktur akademi keperawatan Karya
Bakti Husada Bantul Yogyakarta dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan
pembuatan laporan studi kasus ini.
3. Ibu Supatmi S.Kep.,Ns M.Kep dosen penguji yang telah memberikan dorongan dan
bimbingan teknik demi kesempurnaan laporan studi kasus ini.
4. Ibu Sumirat Titis S.Kep selaku penguji lahan yang telah memberikan bimbingan dalam
laporan studi kasus ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Akademi Perawatan Karya Bakti Husada Bantul Yogyakarta yang
telah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada penulis untuk dijadikan
sumber masukan pembuatan laporan studi kasus ini.
6. Bapak Riyanta dan Ibu Sutriyani yang telah memberikan doa dan semangat, bantuan
moril maupun spiritual sehingga penulis bersemangat dalam melakukan penulisan
laporan studi kasus ini.
7. Teman-temanku Akademi Perawatan Karya Bakti Husada Bantul Yogyakarta yang telah
memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan studi kasus ini
yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga jasa dan Budi baik yang telah diberikan kepada penulis di balas oleh Tuhan
Yang Maha Esa dengan baik. Akhir kata penulis menyadari bahwa laporan studi kasus ini
masih jauh dari kata sempurna dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kebaikan dan kesempurnaan laporan studi kasus ini. Semoga laporan studi kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................
MOTTO..............................................................................................................................
PERSEMBAHAN..............................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................
INTISARI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................
D. Ruang Lingkup.......................................................................................................
1. Lingkup Waktu.................................................................................................
2. Lingkup Tempat...............................................................................................
3. Lingkup Asuhan Keperawatan.........................................................................
4. Lingkup Mata Kuliah.......................................................................................
E. Manfaat Penulisan..................................................................................................
F. Metode Penulisan...................................................................................................
G. Sistematika Penulisan.............................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Pengkajian.............................................................................................................
B. Diagnosa................................................................................................................
C. Intervensi...............................................................................................................
D. Implementasi.........................................................................................................
E. Evaluasi.................................................................................................................
F. Dokumentasi..........................................................................................................
G. Faktor Pendukung dan Penghambat......................................................................
BAB V PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpilan.............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Lampiran 3 Leaflet
Septiani Kartikasari
Latar Belakang : Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan
("itis") pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung ("gastro") dan usus kecil
("entero"), sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut
(Muttaqin & Kumalasari, 2011). Data Medical record RSUD Panembahan Senopati
Yogyakarta. Pada bulan Januari sampai Juni 2018 terdapat 252 orang yang mengalami
Gastroenteritis Acute.
Tujuan : Memperoleh ilmu serta pengalaman dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
pasien Ny. "S" dengan Gastroenteritis Acute di ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati
Yogyakarta.
Metode : Penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan hasil keperawatan
yaitu mulai dari pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Hasil : Setelah dilakukan pengkajian didapatkan enam masalah keperawatan yang muncul.
Pada teori terdapat enam diagnosa yang muncul pada pasien gastroenteritis Acute, sedangkan
pada kasus muncul dua diagnosa yang sesuai dengan teori dan empat diagnosa yang ada di
kasus tetapi tidak ada di teori. Diagnosa yang muncul pada teori dan sesuai dengan kasus
yaitu diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal dan nyeri akut berhubungan
dengan injuri biologis. Diagnosa yang ada pada kasus tetapi tidak ada diteori adalah mual
berhubungan dengan iritasi lambung, defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan
kelemahan, gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan, dan resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan invasif. Data yang tidak ada pada kasus tetapi ada Teori
adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare
dan resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.
Kesimpulan : Dari enam masalah yang muncul masalah yang teratasi yaitu: diare
berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
biologis, mual berhubungan dengan iritasi lambung, gangguan pola tidur berhubungan
dengan halangan lingkungan, defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan kelemahan.
Penulis mengharapkan pada pihak pendidikan untuk memperbanyak literatur tentang
Gastroenteritis Acute terbitan tahun 2009 ke atas sehingga dapat memadai sumber informasi
dalam penyusunan Laporan Studi Kasus.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan sakit merupakan akibat dari kesalahan adaptasi terhadap lingkungan
dan reaksi antara manusia dan sumber-sumber penyakit. Sakit berarti suatu keadaan
yang memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara subjektif dan objektif,
sehingga penderita tersebut memerlukan pengobatan untuk menuju keadaan menjadi
sehat (Koes, 2014).
Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan (“itis”)
pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung (“gastro”) dan usus kecil
(“entero”), sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang
perut (Muttaqin & Kumalasari, 2011).
Penyakit gastroenteritis masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) dengan frekuensi dan kematian yang cukup tinggi yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat dan dampak pola sektor-sektor lain. Kebijakan pemerintah
dalam pemberantasan gastroenteritis antara lain bertujuan untuk menurunkan angka
kematian, dan penanggulangan KLB. Kebijakan RI melalui keputusan Direktorat
Jendral Pemberantasan Penyakit Mebular dan Penyebatan Lingkungan (PPM & PL)
telah mengeluarkan pedoman pelaksanaan dan pemantauan program pemberantasan
diare dengan tujuan khusus menurunkan angka kematian pada semua umur melalui
dua faktor lingkungan yang dominan berpengaruh yaitu secara air bersih dan
pembuangan tinja (Depkes RI, 2014).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 orang
(www.depkes.go.id).
Pada tahun 2015 menurut profil kesehatan di indonesia penyakakit diare
merupakan penyakit diare merupakan penyakit endemis serta merupakan penyakit
potensial KLB yang disertai dengan kematian, angka kefatalan kasus atau sering
disebut dengan istilah Case Fatality Rate (CFR). Pada tahun 2008 hingga 2015 terjadi
peningkatan pada tahun 2008 KLB 47 dengan jumlah penderita 8.133 orang dan
kematian 239 orang (CFR 2.94%), kemudian terjadi penurunan pada tahun 2014
dengan jumlah penderita 2.549 orang dan kematian 29 orang (CFR 1.14%) dan
akhirnya kembali pada tahun 2015. Menurut kesehatan ditjen P2P, kemenkes RI, 2016
di daerah Yogyakarta penyakit kasus diare yang tertangani adalah 147.807 orang
(www.depkes.go.id).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah pada
Laporan Studi Kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. “S”
dengan Gastroenteristis Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati
Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Laporan Studi Kasus ini yaitu untuk menerapkan teori yang
telah didapatkan dibangku kuliah khususnya pada pasien dengan Gastroenteristis
Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan,
menetapkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada pasien Ny. “S”
dengan Diagnosa Medis Gastroenteristis Acute di Ruang Cempaka RSUD
Panembahan Senopati Yogyakarta.
b. Mampu untuk mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada Ny. “S”
dengan Gastroenteristis Acute.
c. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. “S” dengan Gastroenteristis
Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta.
D. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penyusunan laporan studi kasus ini meliputi :
1. Lingkup Waktu
Asuhan Keperawatan pada Ny. ”S” dengan Gastroenteristis Acute di Ruang
Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta dilaksanakan 3 × 24 jam
mulai dari tanggal 16 Juli 2018 sampai dengan 19 Juli 2018.
2. Lingkup Tempat
Asuhan Keperawatan pada Ny. “S” dengan Gastroenteristis Acute bertempat di
Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta.
3. Lingkup Keperawatan
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. “S” dengan Gastroenteristis
Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta, dilakukan
secara holistik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
4. Lingkup Mata Kuliah
Asuhan Keperawatan pada Ny. “S” dengan Gastroenteristis Acute di Ruang
Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta merupakan bagian dari mata
ajar Keperawatan Medikal Bedah II (WAT 3.05) khususnya pada sistem fungsi
gastrointestinal dan gangguan metabolisme.
E. Manfaat Penulisan
Manfaat laporan studi kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny. “S” dengan
Gasrtroenteristis Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta
adalah :
1. Bagi Penulis
Menambahkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan nyata dalam menerapkan
proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Akademi Perawatan Karya Bakti Husada Yogyakarta
terutama dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Gastroenteristis Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati
Yogyakarta.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Laporan studi ini diharapkan dapat memberi masukan bagi profesi keperawatan
dalam upaya untuk dapat lebih mengembangkan model asuhan keperawatan, pada
pasien dengan Gastroenteristis Acute.
3. Bagi Institusi
a. Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai masukan
pengetahuaan dan tambahan bacaan bagi adik-adik mahasiswa Akademi
Perawatan Karya Bakti Husada khususnya pada Asuhan Keperawatan dengan
Gastroenteristis Acute.
b. Institusi Rumah Sakit
Diharapkan penyusunan laporan studi kasus ini dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Gastroeteristis Acute di Ruang Cempaka RSUD Panembahan
Senopati Yogyakarta.
F. Metode Penulisan
Penulisan laporan studi kasus ini menggunakan metode deskriptif
menggunakan pendekatan bentuk studi kasus pada klien dengan Gastroenteristis
Acute dalam bentuk laporan studi kasus, dengan memaparkan atau menggambarkan
peristiwa yang sedang berlangsung, kemudian membandingkan dengan teori. Jika ada
kesenjangan maka hal itu harus dibahas (Notoatmodjo, 2010).
G. Sistematika Penulisan
Laporan studi kasus ini terdiri dari lima BAB, adapun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup,
Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
https://kerajaanbiologi.com/saluran-pencernaan-manusia/
Sistem organ pencernaan adalah sistem organ yang menerima
makanan, mencerna untuk dijadikan energi dan nutrient, serta mengeluarkan
sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan terbentang dari mulit
atau oris sampai ke anus (Syaifuddin, 2012).
Sistem pencernaan atau system gastrointestinal adalah system organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energy, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh (Wijaya & Yessie, 2013).
Susunan saluran pencernaan terdiri dari oris (mulut), faring (tekak),
esophagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus
halus) yang terbagi menjadi duodenum (usus 12 jari), ileum (usus
penyerapan), jejenum, intestinum mayor (usus besar) yang terbagi menjadi
kolon asendens (usus besar yang naik), kolon transversum (usus besar
mendarat), kolon desendens (usus besar turun), kolon sigmoid, rectum dan
anus (dubur) (Syaifuddin, 2012).
Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrient yang
sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam sel
melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi) (Syaifuddin,
2012).
a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang
meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut
dengan faring (Syaifuddin, 2012).
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari system pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut
merupakanjalan masuk untuk sytem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relative sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Dalam mulut terjadi proses potong memotong
yang dilakukan oleh gigi depan dan dikunyah oleh gigi belakang, menjadi
bagian-bagian kecil yang mudah dicerna (Wijaya &Yessie, 2013).
b. Faring
Faring (tekak) merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan panjanganya (kira-kira 12 cm), terbentang tegak
lurus antara basis kranii setinggi vertebrae servikalis VI, ke bawah setinggi
tulang rawan krikoidea (Syaifuddin, 2012).
Mekanisme kompleks faring melakukan gerakan mencegah masuknya
makanan kejalan pernapasan dengan menutup sementara hanya beberapa
detik, mendorong makanan masuk kedalam esofagus dan tidak
membahayakan pernapasan. Dalam hal ini terjadi penyilangan antara jalan
makanan dengan jalan pernapasan. Jalan makanan masuk kebelakang dan
jalan pernapasan masuk kedepan melewati epiglotis lateral melalui
filiformis masuk ke esophagus (Syaifuddin, 2012).
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dari
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang (Wijaya & Yessie, 2013).
c. Esofagus
Esofagus merupakan saluran berotot yang relative lurus dan berjalan
memanjang diantara faring dan lambung. Sebagian besar esophagus
terletak di dalam rongga thoraks dan menembus diafragma untuk menyatu
dengan lambung dirongga abdomen beberapa sentimeter dibawah
diafragma (Wijaya & Yessie, 2013).
Esofagus merupakan organ silindris berongga dengan panjang sekitar
23-25 cm dan diameter 2 cm, terlentang dari hipofaring sampai dengan
kardia lambung. Fungsi utama isofagus adalah mengantar makanan dari
rongga mulut kedalam lambung. Proses pengantaran atau pemindahan
makanan ini sering disebut proses menelan (ingesti). Anatomis esofagus
agak unik, karena terdiri atas otot rangka pada lima persen bagian atas dan
otot polos pada bagian bawah. Selain itu bagian luar esofagus merupakan
jaringan ikat jarang, tidak dilapisi lapisan serosa atau peritoneum seperti
saluran pencernaan yang lain. Kondisi ini mengakibatkan bila ada kanker
pada esofagus akan sangat cepat metastasis dan sering menyebabkan
kebocoran setelah operasi esofagus (Diyono & Sri Muryati, 2013).
d. Lambung
Lambung (ventrikulus) merupakan sebuah kantong muskuler yang
letaknya antara esofagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah
diafragma bagian depan pancreas dan limpa. Lambung merupakan saluran
yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic terutama di
daerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah
makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain,
dan postur tubuh (Syaifuddin, 2012).
Fungsi lambung salah satunya sebagai penampung makanan yang
masuk melalui esofagus, menghancurkan makanan dan menghaluskan
makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung
(Syaifuddin, 2012).
Lambung adalah ruangan yang berbentuk huruf “J” yang terletak
diantara esophagus dan usus halus. Lambunh dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan perbedaan anatomis, histologist dan fungsional, diantaranya
yaitu: Fundus dan antrum. Fungsi terpenting lambung adalah menyimpan
makanan yang masuk sampai disaluran ke usus halus dengan kecepatan
yang masuk sampai disaluran ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai
untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Fungsi kedua lambung
adalah untuk mengekresikan asam hidroklorida (HCL) dan enzim-enzim
yang memulai pencernaan protein (Diyono & Sri Muryati, 2013).
Fungsi lambung:
1) Fungsi penampungan makanan yang masuk melalui esophagus,
menghancurkan makanan dan menghaluskan makanan dengan gerakan
peristaltic lambung dan getah lambung.
a) Mekanisme : Menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan
mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi
secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.
b) Kimiawi : Bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam
lambung dan enzim-enzim bergabung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain:
(1) Pepsin : Memecah putih telur menjadi asam amino (albumin
dan pepton) agar dapat diabsorpsi di intestinum minor.
(2) Asam garam (HCL) : Mengasamkan makan sebagai antiseptic
dan desinfektan yang masuk kedalam makanan.
(3) Renin : Sebagai ragi yang membekukan susu, membentuk
kasein dan kasinogen dari protein.
(4) Lapisan lambung : Memecah lemak menjadi asam lemak
untuk merangsang sekresi getah lambung.
c) Fungsi bakterisid : Oleh asam lambung
d) Membantu proses pembentukan eritrosit : Lambung menghasilkan
zat faktor intrinsik bersama dengan faktor ekstrinsik dari makanan,
membentuk zat yang disebut antianemik yang berguna untuk
pertukaran eritrosit yang disimpan dalam hati (Syaifuddin, 2012).
e. Usus halus
Usus halus (intestinum minor) merupakan bagian dari system
pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada
sekum. Panjangnya kira-kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang
paling panjang dari tempat proses pencernaan dan absorpsi pencernaan
(Syaifuddin, 2012).
Absorpsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus
melalui dua saluran pembuluh kapiler darah dan saluran limfe sebelah
dalam permukaan vili (Syaifuddin, 2012).
Usus halus terdiri dari :
1) Duodenum (usus 12 jari)
Panjangnya sekitar 25 cm, bentuk melengkung ke kiri seperti sepatu
kuda. Pada cekungannya terdapat pankreas. Duodenum merupakan
tempat yang paling dekat dengan lambung, tetapi harus netral dari
asam lambung. Kebocoran asam lambung ke dalam duodenum sangat
memudahkan terjadinya inflamasi duodenum dan dapat menjadi hal
yang serius bila kerusakan duodenum berupa ulkus (ulkus duodenum).
Karena itulah maka dalam duodenum menjadi muara dari empedu dan
getah pankreas yang bersifat alkali sehingga dapat menetralisir asam
lambung yang sampai ke duodenum.
2) Jejunum
Jejunum merupakan 2/5 bagian usus halus yang terletak di bagian atas.
Jejunum adalah tempat utama proses absorpsi maka bila terjadi
gangguan seperti colitis ulserativa, chron desease, sindrom malabsorpsi
baru akan menjadi permasalahan klinis.
3) Ileum
Merupakan 3/5 bagian usus halus. Ileum mempunyai arti klinis yang
penting karena disinilah proses absorpsi yang besar, dan karena
menjadi bagian usus halus yang paling distal maka mudah terjadi
akumulasi mikroorganisme ataupun sumbatan (Diyono & Sri Muryati,
2013).
2. Pengertian
Gastroenteristis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
tidak biasa (lebih dari tiga kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan
konsistensi (feses cair). Pengertian lain adalah defekasi cair/encer lebih dari
tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja, namun
demikian secara umum akibat gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi akibat buang air besar cair dan suatu
gejala dari banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh banyak penyakit
(Diyono & Sri Muryati, 2013).
Gastroenteritisb adalah peradangan pada mukosa lambung dan usus
halus (Nugroho, 2011). Diare akut merupakan perubahan kosistensi tinja yang
terjadi tiba-tiba akibat kandungan air didalam tinja melebihi normal (10
ml/kgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam
24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dkk, 2014). Diare adalah
sebuah penyakit dimana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair
yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam (Abata, 2014).
Diare adalah Buang Air Besar (BAB) encer atau bahkan dapat berupa
air saja (mencret) biasanya lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare atau penyakit
diare (Diarrhea Disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu Diarroi yang artinya
mengalir terus, adalah keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang frekuen.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang Buang Air Besar (BAB) dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya 3 kali atau lebih) dalam satu hari (Ariani, 2016).
Diare adalah tinja yang lunak atau cair sebanyak tiga kali atau lebih
dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut, biasa didefinisikan sebagai
meningkatkan frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih lunak dari
biasanya. Secara klinik, diare dibedakan menjadi tiga macam yaitu, diare cair
akut, disentri, dan diare persistensi (Wijaya & Yessie, 2013).
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan oleh
peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari tiga kali sehari), peningkatan
jumlah feses (lebih dari 200g per hari), dan perubahan konsistensi (feses
encer). Diare biasanya disertai ketidaknyamanan/nyeri perincal, inkontinensia,
atau kombinasi faktor-faktor tersebut. Diare dapat disebabkan oleh setiap
kondisi yang mengakibatkan peningkatan sekresi usus, penurunan absorpsi
mukosa, atau perubahan (peningkatan) motilitas (Suddarth & Brunner, 2014).
3. Etiologi
a. Faktor infeksi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Infeksi internal yang merupakan infeksi pada saluran pencernaan
sebagai sebab utama diare yang meliputi :
a) Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella
b) Infeksi virus : enterovirus, rolavirus, adenovirus
c) Infeksi parasite : cacing ascaris, trichiuris, oxyuris
d) Protozoa : entamoeba histolitika, giardia, lamblia, trìcomonas
e) Jamur : candida albicans
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar pencernaan,
seperti OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, encephalitis
(terutama pada bayi dan anak dibawah dua tahun).
b. Keracunan makanan
Keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit yang terjadi 24 jam
setelah makan. Sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang telah
terbentuk di dalam makanan itu sendiri. Bakteri yang paling sering adalah
staphilococus, clostridium perfringens, bacillus cereus.
c. Faktor malabsorbsi
Yaitu intoleransi disakarida (laktosa, maltose, sukrosa), monosakarida
(glukosa, galaktosa), malabsorbsi lemak, malabsorpsi protein.
d. Kerusakan struktural
Kerusakan struktural yang luas pada mukosa usus (misalnya enteritis
radiasi, celiak disease, iskemia) menyebabkan gangguan absorpsi cairan,
demikian pula eksudasi ke dalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme
penyakit inflamasi usus kronik dan invasi kuman pathogen (shigella,
salmonella, E.coli) kemudian menimbulkan diare.
e. Faktor imunologik
Defisiensi Ig A menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan
investasi parasite dalam usus.
f. Faktor psikologis
Yaitu, takut dan cemas (Diyono & Sri Muryati, 2013)
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu,
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkatkan kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masuk makanan kurang, pengeluaran
bertambah) dan gangguan sirkulasi darah (Ariani, 2016).
Diare dapat disebabkan karena salah satu atau beberapa mekanisme
dibawah ini:
a. Diare osmotik
Jika bahan makanan tidak dapat diabsorpsi dengan baik di usus halus,
maka tekanan osmotik intralumen meningkat sehingga menarik cairan
plasma ke lumen. Jumlah cairan yang bertambah melebihi kemampuan
reabsorpsi kolon menyebabkan terjadinya diare yang cair. Diare akan
berhenti bila pasien puasa. Penyebabnya biasa inoleransi laktosa,
konsumsi laksatif atau antasida yang mengandung magnesium. Diare
osmotik ditegakkan bila osmotic gap feses >125 mosmol/kg (normal <50
mosmol/kg). Osmotic gap dihitung dengan cara Osmolaritas serum, (290
mosmol/kg)-(2×(konsentrasi natrium + kalium (feses)).
b. Diare sekretorik
Akibat gangguan transport elektrolit dan cairan melewati mukosa
enterokolon, menyebabkan sekresi berlebih atau absorpsi berkurang.
Penyebabnya bias toksin bakteri (misal kolera), penggunaan laktasif non-
osmotik, reseksi usus, penyakit mukosa usus, dan lainnya.
Karakteristiknya berupa feses cair, banyak tidak nyeri, dan tidak ada
mukus maupun darah. Diare tetap berlangsung walaupun pasien puasa.
c. Diare eksudatif/inflamatorik
Terjadi akibat inflamasi dan kerusakan mukosa usus. Diare dapat disertai
malabsorpsi lemak, cairan elektrolit serta hipersekresi dan hipermotilitas
akibat pelelasa sitokin po-inflamasi. Penyebabnya (1) Infeksi bakteri
bersifat infasif seperti Shigella, Salmonella Yersinia, Clotridium difficile
atau infeksi amuba, (2) Non-infeksi berupa gluten sensitive enteropathy,
inflammatory bowel disease, atau radiasi. Karakteristik berupa feses
dengan pus, mukus, atau darah karena kerusakan mukosa. Analisis feses
menunjukkan leukosit, fecal lactoferrin, dan calciprotein positif. Gejala
biasanya disertai tenesmus nyeri, dan demam.
d. Diare dismotilitas
Disebabkan dismotilitas usus sehingga waktu transit usus memendek dan
absorpsi berkurang atau disebabkan neuromiopati yang menyebabkan
statis dan overgrowth bakteri. Karakteristiknya mirip feses diare
sekretorik, namun dapat disertai steatorrhea ringan. Penyebabnya bias
hipertiroidisme, sinrom karsinoid, obat-obatan prokinetik, diabetes
mellitus, atau irritable bowel syndrome (Tanto dkk, 2014).
5. Pathway
DIARE
Mual muntah
Kehilangan cairan &
elektrolit berlebih
Nafsu makan menurun
Dehidrasi
BB menurun
Kekurangan Volume
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
Cairan
dari Kebutuhan Tubuh
6. Manifestasi Klinik
1) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair
2) Badan lemas
3) Dehidrasi : turgor buruk, kulit kering, kadang lidah pecah-pecah
4) Anoreksia, mual, dan muntah
5) Berat badan menurun
6) Selaput lendir pucat
7) Perut nyeri dan tegang
8) Peristaltik usus meningkat
9) Anus kadang lecet
10) Takikardi
11) Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran
12) Peningkatan serum natrium
13) Urine pekat
14) Perilaku tak konsentrasi, mudah terganggu
15) Demam (Diyono & Sri Muryati, 2013)
7. Komplikasi
Diare dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar
komplikasi disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Menurut
Ariani (2016), komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
a. Dehidrasi
Diare berat yang disertai nausea dan muntah sehingga asupan oral
berkurang dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada anak dan usia
lanjut. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,
berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak
mampu berkeringat, dan perubahan osmotick. Hal ini disebabkan oleh
tubuh yang senantiasa menjaga homeostatis. Rasa haus dan pengeluaran
urine yang sedikit saat tubuh kekurangan cairan bertujuan mengatur
osmolaritas cairan ekstraseluler.
b. Syok Hipovolemia
Hipovolemia adalah keadaan kekurangan volume darah yang
bersirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini tergolong darurat dimana jumlah
darah dan cairan yang hilang membuat jantung tidak mampu memompa
darah dalam jumlah yang cukup. Kehilangan cairan pada syok
hipovolemik biasanya disebabkan oleh terbakar, diare, muntah-muntah dan
kekurangan asupan makanan.
c. Feses Berdarah
Feses yang disertai darah dapat disebabkan oleh Entamoeba
hystolytica. Meskipun mekanisme pastinya belum diketahui, diduga trofoit
menginvasi dinding usus dengan mengeluarkan enzim proteolitik.
Pelepasan bahhan toksik menyebabkan reaksi inflamasi yang merusak
mukosa. Bila berlanjut maka akan timbul ulkus hingga lapisan submukosa
atau lapisan muskularis.
d. Demam
Bakteri yang masuk kedalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh
tubuh. Bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dari
memberan sel. Sekresi fagositik menginduksi timbulnya demam.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan villi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
Komplikasi diare mencangkup distritmia jantung akibat ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit (kalium), keluaran urine kurang dari 30
mL/jam, kelemahan otot, hipotensi, anoreksia, mengantuk (laporan apabila
kadar kalium kurang dari 3,5 nEgL (3,5 mmol/L), masalah perawatan kulit
yang berkaitan dengan dermatitis iritan, dan kematian jika ketiak seimbang
semakin parah (Suddarth & Brunner, 2014).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tabletclinitest
bila diduga terdapat intoleransi glukosa
3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dan darah
Dengan cara menentukan pH dan cadangan alkali (lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan AGD menurut ASTRUP (bila mungkin)).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit
Terutama pada Na, K, Ca, dan fosfor dalam serum (terutama pada
penderita diare yang disertai kejang)
e. Pemeriksaan intubasi duodenum
Untuk mengetahui jenis jasad atau parasite secara kualitatif dan kuantitatif
terutama dilakukan pada penderita diare kronik (Wijaya & Yessie, 2013).
9. Penatalaksanaan
Menurut Tanto (2014), penatalaksanaan pada gastroenteritis :
a. Rehidrasi
Metode pemberian terapi rehidrasi antara lain:
1) Oral : diberikan pada pasien dengan diare akut tanpa komplikasi atau
dehidrasi ringan dan bisa minum menggunakan Larutan Rehidrasi
Oral (LRO) atau oralit.
2) Enteral : pada pasien yang terus-menerus muntah dan tidak dapat
mentoleransi pemberian cairan per oral, cairan diberikan secara
enternal menggunakan pipa nasogastric.
3) Parental : diberikan pada diare akut dengan dehidrasi sedang-berat
atau komplikasi lain.
4) Berdasarkan jumlah cairan yang hilang
b. Nutrisi
Pemberian makan harus langsung dimulai 4 jam setelah rehidrasi. Diet
terdiri dari menu tinggi kalori dan mikronutrien, seperti nasi, gandum,
daging, buah dan sayur-sayuran. Susu sapi, kafein, alkohol dan buah-
buahan kaleng sebaiknya dihindari dulu karena dapat memicu diare.
c. Obat obatan
Pemberian antibiotik irasional dapat menyebabkan resistensj antibiotik.
Indikasi pemberian antibiotik adalah:
a) Diare sekretorik community acquired dengan patogen telah berhasil
diketahui
b) Analisis feses menunjukkan tanda-tanda inflamasi
c) Sindrom disentri
d) Pasien usia lanjut
e) Sepsis
f) Penggunaan prostesis
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari
individu atau kelompok ketika perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan.
a. Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
1) Klasifikasi data
Mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu ketika klien
mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan
kriteria permasalahannya. Klasifikasi ini berdasarkan pada kebutuhan
dasar manusia yang dikelompokkan dalam data subjektif dan data
objektif.
2) Interpretasi data
Membuat interpretasi atas data yang sudah dikelompokkan dalam bentuk
masalah keperawatan atau masalah kolaboratif.
3) Menentukan hubungan sebab akibat
Setelah masalah keperawatan telah ditentukan, kemudian perawat
menentukan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor resiko yang
kemungkinan menjadi penyebab dari masalah yang terjadi. Kemungkinan
penyebab harus mengacu pada kelompok data yang sudah ada.
4) Merumuskan diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi masalah
dan kemungkinan penyebab.
b. Tipe Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan actual
Diagnosa keperawatan aktual adalah diagnosa yang menjelaskan masalah
yang nyata terjadi saat ini. Harus ada unsur PES.
2) Diagnosa keperawatan risiko/risiko tinggi
Diagnosa keperawatan risiko/risiko tinggi adalah keputusan klinis bahwa
individu, keluarga atau komuntas sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
3) Diagnosa keperawatan kemungkinan
Diagnosa keperawatan kemungkinan adalah penyertaan tentang masalah
yang diduga akan terjadi, masih memerlukan data tambahan.
4) Diagnosa keperawatan sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan
aktual/risiko/risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu. Sekelompok atau kumpulan dari beberapa
diagnosa keperawatan yang terjadi secara bersamaan yang memiliki
penyebab tunggal.
5) Diagnosa keperawatan sejahtera
Keputusan klinis yang divalidasi oleh ungkapan subjektif yang “positif”
di mana pola fungsi dalam keadaan efektif.
6) Masalah kolaboratif
Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan oleh
fatofisiologi, berhubungan dengan pengobatan, dan situasi yang lain,
tugas perawat adalah memonitor untuk mendeteksi status klien dan
berkolaborasi dengan tim medis (Nikmatur dan Saiful, 2013).
3. Intervesi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mrngurangi dan mengatasi masalah-masalh yang telah didefinisikan dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien.
a. Tujuan perencanaan
1) Administrasi
a) Administrasi mengidentifikasi fokus keperawatan
b) Administrasi membedakan tanggung jawab perawat degan profesi
kesehatan yang lain.
Tanggung jawab perawat menjadilebih jelas dan spesifik yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang dilakukan. Desain
perencanaan juga dapat mengidentifikasi tindakan kolaborasi yang
dilimpahkan kepada perawat.
c) Administrasi menyediakan kriteria guna mengevaluasi hasi
keperawatan
Kriteria hasil merupakan indikator pencapaian tujuan yang
diterapkan. Perawat telah membuat indikator/batasan dalam situasi
atau kondisi yang bagaiman tujuan itu akan dicapai sehingga
gambaran kriteria keberhasilan dari diagmosis keperawatan yang
diangkat sudag ditetapkan terlebih dahulu.
2) Klinik
a) Merupakan petunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b) Alat komunikasi
Perawat bekerja dengan sistem tim kerja, tidak ada perawat yang
bertugas selama 24 jam penuh dalam satu hari, tetapi merupakan shift
secara bergantian melakukan kegiatan keperawatan. Rencana
keperawatan yang disusun merupakan alat komunikasu antara
perawat yang bertugas pada pagi-sore-malam hari.
c) Merupakan gambaran intervensi yang spesifik
b. Mementukan prioritas masalah keperawatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan masalah yang akan
menjadi skala prioritas untuk diselesaikan atau diatasi terlebih dahulu.
Namun, bukan berarti bahwa dalam menyelesaikan masalah, perawat
menunggu satu masalah selesai sampai tuntas baru menyelesaikan masalah
yang lain. Prioritas perawat karena dapat mempengaruhi satsus klien secara
umum dan memperlambat penyelesaian masalah yang lain. Sehingga dalam
pelaksanaannya nanti prioritas masalah yang kedua dan seterusnya dapat
diatasi secara bersama-sama dan bersinambung.
Beberapa tekhnik membuat skala prioritas antara lain:
1) Standar V, standar asuhan keperawatan
Dalam standar V asuhan keperawatan prioritas dititikberatkan pada
masalah yang mengancam kehidupan. Skala prioritasnya ditentukan
dengan konsep:
a) Prioritas pertama yang mengancam kehidpuan
b) Prioritas kedua masalah yang mengancam kesehatan
c) Prioritas ketiga masalah yang mempengaruhi perilaku manusia
2) Hierarki Maslow
Maslow telah membuat lima hierarki kebutuhan dassar manusia, dimana
hierarki yang menjadi prioritas pemenuhan terletak pada kebutuhan dasar
yang bersifat fisiologis. Kebutuhan ini meliputi oksigenasi, cairan dan
elektrolit, eliminasi, nutrisi, istirahat tidur, aktivitas dan mobilitas, seks
dan lain-lain. Prioritas kedua rasa aman dan nyaman, dilanjutkan dengan
cinta dan kasih sayang pada prioritas ketiga. Prioritas berikutnya
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
3) Pendekatan Body sistem (B1 sd B6)
Pendekatan ini menitikberatkan pada fungsi sistem tubuh di mana fungsi
pernafasan merupakan prioritas pertama, karena gangguan pada fungsi ini
dapat mengancam jiwa klien. Fungsi pernafasan ini terdiri dari jalan
nafas dan pernafasan. prioritas terakhir pada sistem kulit, selaput lendir
dan tulang
Pendekatan body sistem:
a) B1 Breathing (jalan nafas dan pernafasan)
b) B2 Blood (darah dan sirkulasi darah)
c) B3 Brain (kesadaran)
d) B4 Bladder (perkemihan)
e) B5 Bowel (pencernaan)
f) B6 Bone (kulit, selaput lendir, dan tulang)
c. Menetapkan tujuan dan kriteria hasil
1) Tujuan adalah perubahan perilaku pasien yang diharapkan oleh perawat
setelah tindakan berhasil dilakukan
2) Kriteria tujuan (standar V asuhan keperawatan)
a) Rumusan singkat dan jelas
b) Disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
c) Spesifik
d) Dapat diukur/diobservasi
e) Realistis/dapat dicapai
f) Terdiri dari: subjektif, perilaku pasien, kondisi dan kriteria
3) Rumusan tujuan
SMART
S: Spesifik, berfokus pada pasien, singkat dan jelas
M: Measurable, dapat diukur
A: Achievable, realistic
R: Reasonable, ditentukan oleh perawat dan klien
T: Time, kontrak waktu
Dalam menetapkan tujuan harus ada tiga unsur, yaitu:
a) Subjek, yaitu orang yang akan mencapai tujuan orang yang dimaksud
adalah klien, keluarga klien, atau bagian dari klien
b) Predikat, yaitu perilaku yang diinginkan berubah dari klien setelah
tujuan itu tercapai. Perilaku ditunjukkan dengan menggunakan kata
kerja yang dapat diukur.
c) Kriteria/kondisi, yaitu kriteria/kondisi yang menunjukkan pada atau
pada saat bagaimana perilaku telah mencapai tujuan yang diinginkan.
Penetapan kriteria/kondisi ini harus realistis berdasarkan kondisi klien
dan relevan dengan situasi pendukung yang lain.
d) Menetapkan kriteria hasil
Kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indikator keberhasilan
dari tujuan yang telah ditetapkan. Berorientasi pada masalah dan
kemungkinan penyebab dan merujuk pada symtom. Meliputi empat
aspek: kognitif (pengetahuan), afektif (perubahan status emosi),
psikomotor (perilaku), perubahan fungsi tubuh.
d. Merumuskan rencana tindakan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan adalah desain spesifik untuk membantu
pasien dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil. Tipe rencana tindakan
keperawatan:
1) Diagnostik/observasi
Rencana tindakan keperawatan diagnostik adalah rencana tindakan untuk
mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan klien dengan
pemantauan secara langsung yang dilakukan secara kontinu. Dengan
observasi ini diharapkan hal-hal yang ditetapkan dalam kriteria hasil
dapat dipantau secara sinambung sampai tujuan berhasil dicapai.
2) Terapeutik/Nursing Treatment
Rencana tindakan terapeutik adalah rencana tindakan yang ditetapkan
untuk mengurangi, memperbaiki, dan mencegah perluasan masalah.
rencana tindakan ini merupakan intervensi mandiri perawat yang
bersumber dari ilmu, kiat, dan seni keperawatan
3) Penyuluhan/Health Education/pendidikan kesehatan
Rencana tindakan keperawatan yang berbentuk pendidikan kesehatan
adalah rencana yang ditetapkan tujuan untuk meningkatkan perawatan
diri klien dengan penekanan pada partisipasi klien untuk bertanggung
jawab terhadap perawatan diri terutama untuk perawatan di rumah.
penyuluhan atau pendidikan kesehatan diperlukan terutama bila masalah
keperawatan dan kriteria hasil berhubungan dengan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
4) Rujukan/kolaborasi medical treatment
Rencana tindakan kolaboratif adalah tindakan medis yang dilimpahkan
kepada perawat. Rencana kolaboratif ini disesuaikan dengan masalah
yang terjadi, masalah yang yang bersifat kognitif afektif dan psikomotor
mungkin tidak memerlukan tindakan medis (Nikmatur dan Saiful, 2013)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan, oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik
dilakukan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2009).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.
Macam evaluasi:
a. Evaluasi proses (formatif)
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
Berorientasi pada penyebab, dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan
yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi hasil (sumatif)
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
(Nikmatur & Saiful, 2013)
Palpasi:
5) System pencernaan
Subjektif, kelaparan, haus, gatal-gatal pada anus.
Inspeksi, BAB konsistensi (cair), frekuensi lebih dari 3 kali dalam
sehari, adakah bau, disertai lendir atau darah. Kontur permukaan kulit
menurun, adakah lesi pada daerah anus dan kesimetrisan abdomen.
Auskultasi, bising usus, peristaltik meningkat >20× detik dengan durasi
1 menit.
Perkusi, mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan suara
tympani.
Palpasi, adanya nyeri tekan, superfisial pembuluh darah, massa (-), hepar
dan lien tidak teraba.
6) System perkemihan
Subjektif, kencing sedikit lain dari biasanya.
Inspeksi, BAK frekuensi, warna dan bau, serta cara pengeluaran kencing
spontan atau menggunakan alat.
7) System musculaskeletal
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun.
Palpasi, kulit kering, aktivitas menurun, kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran berat badan, kekuatan otot.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes 2000 cit Wijaya & Yessie (2013), diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang mengalami diare adalah:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan diare.
c. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, irirasi, kulit
atau jaringan, inflamasi.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan terinfeksi kuman diare, kurangnya
pengetahuan tentang pencegahan penyebab penyakit.
e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan.
f. Diare berhubungan dengan proses inflamasi usus.
3. Intervensi Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam
diharapkan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara
optimal.
Kriteia:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2) Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membrane mukosa
basah, keluaran urine terkontrol, mata tidak cekung.
3) Konsistensi BAB lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari.
4) Pemeriksaan laboratorium normal.
Intervensi:
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
R/ penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan
jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk perbaikan defisit.
2) Pantau intake dan output
R/ keluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak
mencakupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerukus membuat haluaran tak
adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang BB setiap hari
R/ penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan
cairan.
4) Penatalaksanaan rehidrasi
Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (oralit
atau pedyalit 10cc/kg BB)
R/ kandungan Na, K dan glukosa dalam oralit dan pedyalit
mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara
peroral.
5) Pemberian cairan parental (IV line) sesuai dengan umur dan penyakit
(penyakit penyerta).
R/ klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi berat perlu pemberian
cairan cepat melalui IV line sebagai pengganti cairan yang telah
hilang.
Kolaborasi:
a) Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
R/ serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal.
b) Obat-obatan (antisekresi, antipasmolitik, dan antibiotic)
R/ antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresu cairan dan
elektrolit untuk keseimbangannya. Antipasmolitik berfungsi untuk
proses absorpsi norma. Antibiotic sebagai antibakteri berspektrum
luas untu penghambat endotoksin.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah pengelolaan rencana keperawatan yang meliputi
tindakan yang telah direncanakan, laporan, dan observasi selama dilakukan
tindakan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan
perwujudan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Dari rencana keperawatan yang
telah disusun dapat dilaksanakan oleh penulis. Akan tetapi penulis tetap
bekerjasama dengan perawat bangsal secara tim sehingga tindakan
keperawatan dapat terlaksana lebih optimal. Tindakan keperawatan yang
dilakukan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi. Pola umumnya
pelaksanaan tindakan keperawatan sudah sesuai dengan rencana yang dibuat
dilaksanakan sendiri. Oleh karena itu harus didelegasikan dan dilaksanakan
oleh tim kesehatan maupun keluarga pasien sehingga keadaan pasien akan
terpantau terus. Secara umum dalan melakukan tindakan keperawatan telah
sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahapan akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah
dilakukan baik dari segi proses maupun dari segi hasil secara keseluruhan.
Evaluasi dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.
D. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah catatan perkembangan yang berorientasi
pada masalag dan di susun oleh tim kesehatan, setiap anggota menulis setiap
perkembangan yang terjadi pada lembar SOAP.
S: Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
O: Data Objektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A: Analisis
Interprestasi dari data subjektif dan objektif. Merupakan suatu masalah atau diagnosis
keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru
yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif.
P: Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah dihentikan sebelumnya.
Tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan
tindakan ulang pada umumnya dihentikan. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah
tindakan yang masih kompeten untuk menyelesaikan masalah klien dan
membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya (Nikmatur dan Saiful, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. Pengkajian
Nama mahasiswa : Septiani Kartikasari
NIM : 20191284
Bangsal : Cempaka, RSUD Panembahan Senopati
Hari/Tanggal : Senin, 16 Juli 2018
Jam : 08.30-09.30 WIB
Sumber Data : Pasien, keluarga pasien, perawat, Buku Rekam
Medis
Alat Pengumpulan Data : Buku kecil, tensimeter, stetoskop, jam tangan,
termometer, pulpen, meteran, timbangan
Metode : Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
studi dokumentasi
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny “S”
No. RM : 57-50-87
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 29 Desember 1960
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Alamat : Brogocolo RT 09, Tirtonirmolo, Kasihan,
Bantul
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Medis : GEA
Tanggal Masuk RS : 15 Juli 2018
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn “S”
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Brogocolo RT 09, Tirtonirmolo, Kasihan,
Bantul
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan Keluarga : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama yang dirasakan saat pengkajian tanggal 16 Juli 2018 pukul
08:30 WIB, pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah
P: Agen injuri biologis
Q: Melilit
R: Perut kanan bawah (Kuadran 4)
S: 5
T: Hilang timbul
Pasien terlihat memegangi perutnya, pasien terlihat menyeringai menahan
nyeri titik pasien mengeluh BAB sejak jam 20.00-11.00 WIB sebanyak 7 kali
dengan konsistensi cair, berwarna kecoklatan. pasien mengatakan sebelum
diare awalnya makan gudangan yang dibelinya dengan dibungkus plastik
yang dijual di warung makan di dekat rumahnya, sebelum makan pasien lupa
cuci tangan pasien mengeluh mual dan tidak enak makan. Kuku pasien
terlihat kotor dan panjang.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD pada tanggal 15 Juli 2018 pukul 18:30 WIB dengan
keluhan mual dan diare sudah sejak hari Sabtu siang sebanyak lebih dari 10
kali dengan konsistensi cair, warna kecoklatan, tidak disertai lendir darah titik
sebelum dibawa ke rumah sakit pasien sempat berobat ke mantri Sabtu sore
dan mendapatkan obat metronidazole, cimetidine, dan attapulgite.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya pada tahun
2008 dengan muntaber, pasien juga mengatakan pernah mempunyai riwayat
penyakit vertigo.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menerima penyakit yang
sama sepertiyang diderita pasien, tidak ada yang menderita penyakit DM,
asma, maupun hipertensi.
e. Genogram
: Perempuan
: Garis keturunan
: Laki-laki meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
: Garis perkawinan
: Perempuan meninggal
Kesimpulan: pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Keduasaudaranya sudah meninggal karena kecelakaan, saudara yang lainnya
tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien. pasien menikah
dengan anak keempat dari empat bersaudara dan telah dikaruniai dua orang
anak. Semua anaknya sudah mempunyai pasangan yang bertempat tinggal
serumah dengan pasien.
6. Terapi
7. Analisa Data
Do:
Peristaltik usus 24×/menit
Natrium : 135,9 mmol/l
Kalium : 3,24 mmol/l
2. DS: Nyeri akut Agen injuri
Pasien mengeluh nyeri pada perut
biologis
bagian kanan bawah,
P: Agen injuri biologis
Q: Melilit
R: Perut kanan bawah (Kuadran 4)
S: 5
T: Hilang timbul.
DO:
Pasien terlihat memegangi
perutnya
Pasien terlihat menyeringai
menahan nyeri
3. DS: Gangguan Halangan
Pasien mengatakan selama di pola tidur lingkungan
rumah sakit susah tertidur karena
sering terbangun merasa kurang
nyaman tidur di rumah sakit
Tidur kurang dari 4 jam
DO:
Pasien terlihat menguap
Terlihat kantung mata berwarna
hitam
Suhu ruangan 32˚C
4. DS: Mual Iritasi lambung
Pasien mengeluh mual dan tidak enak
makan
DO:
Pasien terlihat lemas
Keadaan umum sedang
Pasien terlihat mual
Pasien terlihat tidak nafsu makan
5. DS: Defisit Kelemahan
Pasien mengatakan selama sakit
perawatan
berpakaian dan kekamar mandi dengan
dibantu oleh keluarganya diri: Mandi
DO:
Pasien terlihat lemah
Pasien terlihat dipegangi saat akan
turun dari tempat tidur
Pasien terlihat dibantu oleh
suaminya kekamar mandi
Kuku pasien terlihat kotor dan
panjang
6. DS: - Resiko infeksi
DO:
Terpasang makro set cairan RL
yang pertama, 20 tpm sejak tanggal
15 Juli 2018 pada tangan kiri
Di sekitar IV kateter terlihat bekas
darah dan kotor
Nilai leukosit tanggal 15-07-2018=
14.54 10³/UL
TTV=
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,1˚C
Bakteri positif
N Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
O Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Senin, 16 Juli Setelah dilakukan Manajemen Diare: a. Untuk mengambil Senin, 16 Juli 2018 Senin, 16 Juli 2018
2018, pukul 09.30 tindakan a. Ambil tinja untuk lebih lanjut ada Pukul 11.00 WIB Pukul 11.00 WIB
WIB keperawatan selama memeriksa tidaknya bakteri Menanyakan terakhir Pasien mengatakan
3 × 24 jam kulture dan yang b.a.b, warna dan terakhir b.a.b tadi
Diare berhubungan diharapkan b.a.b sensifitas bila mengidentifikasi konsistensi pagi pukul 09.00
dengan inflamasi pasien normal diare berlanjut untuk diberikan WIB cair, warna
gastrointestinal dengan kriteria b. Intruksikan tindakan yang kecoklatan
yang ditandai hasil : pasien dan sesuai
dengan: a. Penurunan keluarga untuk b. Mengetahui Pukul 12.42 WIB Pukul 13.00 WIB
Ds: frekuensi b.a.b mencatat warna, peningkatan atau Mengambil tinja Feses dibawa ke
sampai kurang volume, penurunan diare untuk diperiksa feses ruang laboratorium
Pasien lengkap
dari 3 kali frekuensi, dan c. Untuk menghindari
mengeluh BAB
b. Menjelaskan konsistensi tinja semakin parahnya
sejak jam 20.00- Pukul 13.00 WIB Pukul 13.15 WIB
penyebab diare c. Anjurkan pasien diare
11.00 WIB Memberikan obat Pasien terlihat
dan rasional menghindari d. Menambah
sebanyak 7 kali Diagit 600 mg, oral meminum obat
tindakan makanan pedas pengetahuan
dengan Diagit 600 mg, oral
d. Lakukan pasien tentang
konsistensi cair,
pendidikan diare
berwarna Pukul 17.10 WIB
kesehatan tentang e. Mengetahui
kecoklatan. Pasien terlihat
diare normal tidaknya
Pasien e. Monitor hasil angka leukosit dan meminum obat
mengatakan laboratorium kadar elektrolit contrimoxazole 690
sebelum diare f. Mengetahui dalam tubuh mg, oral.
awalnya makan seberapa jauh f. Mengetahui
gudangan yang diare berkurang seberapa jauh diare Pukul 17.06 WIB
dibelinya g. Untuk proses berkurang Pasien meminum ½
gelas
dengan absorbsi normal g. Untuk proses
dibungkus absrobsi normal Pukul 17.33 WIB
plastik yang Pasien dan keluarga
dijual diwarung pasien mengatakan
makan di dekat akan mengingat-
rumahnya ingat berapa kali
Sebelum makan BAB, warna, dan
pasien lupa cuci banyaknya
tangan
Do: Pukul 21.10 WIB
Peristaltik usus Pasien terlihat
24×/menit meminum obat
Natrium : 135,9 Diagit 600 mg
mmol/l tablet, oral
Kalium : 3,24
Selasa, 17 Juli 2018
mmol/l
Pukul 05.20 WIB
Pasien telah
meminum obat
cotrimoxazole 690
mg dan Diagit 600
mg, oral.
Evaluasi
Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 08.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
sejak tadi
malam sampai
pagi jam 08.00
WIB b.a.b
sebanyak 5 kali,
awalnya sudah
lembek dan
berwarna
kuning, namun
terakhir malah
cair dan ada
sedikit ampas
O=
Terlihat
meminum obat
cotrimoxazole
690 mg tablet,
oral
Hasil
pemeriksaan
laboratorium
feses lengkap
bakteri posotip
Pasien terlihat
meminum obat
Diagit 600 mg,
oral, setelah
makan
A = Masalah belum
teratasi
P = Lanjutkan
intervensi :
c, d, e, f, g
Evaluasi
Rabu, 18 Juli 2018
Pukul 08.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
b.a.b 1 kali
dengan
konsistensi
lembek, warna
kekuningan
Pasien
mengatakan
sangat suka
sekali makan
pedas namun
sementara ini
tidak akan
makan pedas
dulu
Pasien
mengatakan
belum tau
tentang
penanganan
diare dirumah
dan ingin tau
O=
Memberikan
obat oral
corimoxazole
690 mg × 2,
tablet
A = Masalah
teratasi sebagian
P = Lanjutkan
intervensi :
d, e, f, g
Rabu, 18 Juli 2018 Rabu, 1 Juli 2018
Pukul 10.00 WIB Pukul 10.15 WIB
Discard planning Pasien
pasien pulang tentang mengatakan
diare meliputi: faham setelah di
Pengertian edukasi
Tanda dan gejala Pasien mampu
Penyebab menyebutkan
terjadinya kembali apa
Cara pencegahan yang sudah
Cara penanganan dijelaskan
dirumah seperti
pengertian diare,
tanda dan gejala,
penyebab, serta
cara penanganan
dirumah
Pasien terlihat
mendengarkan
dengan penuh
perhatian
Pukul 10.15 WIB
Menanyakan terakhir Pukul 10.17 WIB
b.a.b Pasien mengatakan
b.a.b 1 kali dengan
konsistensi lunak,
warna kekuningan
Evaluasi Hasil
Rabu, 18 Juli 2018
Pukul 14.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
b.a.b 1 kali
dengan
konsistensi
lunak, warna
kekuningan
Pasien
mengatakan
faham setelah
di edukasi
O=
Pasien mampu
menyebutkan
kembali apa
yang sudah
dijelaskan
seperti
pengertian
diare, tanda
dan gejala,
serta cara
penangananny
a dirumah
Pasien terlihat
mendengarkan
dengan penuh
perhatian
A = Masalah
teratasi
P = Pasien pulang
2. Senin, 16 Juli Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri: Senin, 16 Juli 2018 Senin, 16 Juli 2018
2018, pukul 09.30 tindakan a. Lakukan a. Untuk Pukul 10:55 WIB Pukul 11:00 WIB
WIB keperawatan selam 3 pengkajian mengetahui Menanyakan faktor- Pasien mengatakan
× 24 jam diharapkan nyeri secara seberapa berat faktor yang perut bertambah
Nyeri akut nyeri berkurang komprehensif nyeri yang memperberat nyeri nyeri ketika mau
berhubungan bahkan hilang b. Observasi dialami klien b.a.b
dengan agen injuri dengan kriteria hasil: adanya b. Untuk
biologis yang di a. Mampu petunjuk mengetahui Pukul 13:00 WIB Pukul 13:02 WIB
tandai dengan: mengontrol nonverbal ekspresi pasien Mengobservasi Pasien terlihat
DS: nyeri (tahu mengenai ketika nyeri dan ekspresi pasien menahan nyeri
Pasien penyebab nyeri, ketidaknyam tidak
mengeluh nyeri menggunakan anan c. Untuk Pukul 18:00 WIB Pukul 18:03 WIB
pada perut teknik c. Gunakan memudahkan Memposisikan pasien Pasien mengatakan
kanan bawah, nonfarmakologi strategi dalam melakukan tidur telentang dengan nyama dengan tidur
P: Agen injuri untuk komunikasi pengkajian bantal terlentang memakai
biologis mengurangi terapeutik d. Membantu bantal, pasien
Q: Melilit nyeri) untuk mengurangi nyeri terlihat nyaman
R: Perut kanan b. Mampu mengetahui e. Pemberian
Pukul 19:30 WIB Pukul 20:00 WIB
bawah (Kuadran mengendali pengalaman analgetik dapat
Menganjurkan Pasien mengatakan
4) nyeri (skala nyeri mengurangi rasa
mengompres hangat nyeri berkurang
S: 5 intensitas, d. Gali nyeri pasien
dengan botol setelah di kompres
T: Hilang frekuensi dan bersama- f. Untuk
timbul. tanda nyeri) sama dengan mengurangi rasa Pukul 21:00 WIB Pukul 21:03 WIB
DO: c. Menyatakan pasien faktor- nyeri Memberikan injeksi Injeksi obat
Pasien terlihat d. Eksprei wajah faktor yang Terapi Relaksasi: obat ranitidine 2 ml, ranitidine 2 ml, IV
memegangi cerah dapat a. Untuk IV
perutnya mengakibatk mengurangi
Pasien terlihat an nyeri tingkat Selasa, 17 Juli 2018 Selasa, 17 Juli 2018
menyerigai e. Kolaborasi ketidaknyamanan Pukul 05:10 WIB Pukul 05:13 WIB
menahan nyeri pemberian klien Mengobservasi TTV TD : 100/80 mmHg
Bakteri positif analgetik b. Agar klien S : 35,8˚C
f. Anjurkan mampu N : 75 ×/menit
kompres menggunakan R : 20 ×/menit
hangat teknik
Terapi Relaksasi nonfarmakologi Pukul 05:15 WIB Pukul 05:20 WIB
a. Posisikan pasien dalam Mengkaji nyeri secara Pasien mengatakan
nyaman management komprehensif nyeri sudah
b. Ajarkan teknik nyeri yang menggunakan strategi berkurang
nafas dalam dirasakan komunikasi terapeutik P: Agen injuri
biologis
Q: Kadang melilit
R: Perut
S: 3
Pukul 05:18 WIB
Pukul 05:20 WIB
Mengobservasi reaksi
Terlihat sedikit
non verbal pasien
menyeringai
menahan nyeri
Terrlihat
memegang
perutnya
Evaluasi
Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 08:00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
setelah di
kompres
Pasien
mengatakan
nyeri sudah
berkurang
P: Agen injuri
biologis
Q: Kadang
melilit
R: Perut
S: 3
Pasien
mengatakan
nyaman
dengan tidur
terlentang
memakai
bantal
Pasien
mengatakan
perut
bertambah
nyeri ketika
mau b.a.b
O=
Injeksi
ranitidine 2 ml,
IV
TTV=
TD: 100/80
mmHg
S: 35,8˚C
N: 75 ×/menit
R: 20 ×/menit
Terlihat sedikit
menyeringai
menahan nyeri
Terlihat
memegangi
perutnya
A = Masalah
teratasi sebagian
P = Lanjutkan
intervensi a, b, e, f,
g
Selasa, 17 Juli 2018 Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 09:00 WIB Pukul 09:03 WIB
Memberikan obat Injeksi obat
ranitidine 2 ml, IV ranitidine 2 ml, IV
Evaluasi Hasil
Rabu, 18 Juli 2018
Pukul 08:00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
nyaman
setelah
melakukan
relaksasi nafas
dalam
Pasien
mengatakan
sudah tidak
merasakan
nyeri lagi
O=
Keadaan umum
baik
Pasien terlihat
mempraktekkan
relaksasi nafas
dalam
Pasien terlihat
nyaman
Injeksi
ranitidine 2
ml/12 J, IV
Ekspresi wajah
terlihat lebih
cerah
TTV:
TD = 100/70
mmHg
S = 36,8˚C
N = 78 ×/menit
R = 20 ×/menit
A = Masalah
teratasi
P = Hentikan
intervensi
3. Senin, 16 Juli Setelah dilakukan Manajemen Mual: a. Mengidentifikasi Senin, 16 Juli 2018 Senin, 16 Juli 2018
2018, pukul 09.30 tindakan a. Lakukan kefektifan Pukul 10:45 WIB Pukul 10:49 WIB
WIB keperawatan selama penilaian intervensi yang Menanyakan kepada Pasien mengatakan
3 × 24 jam terhadap mual, diberikan pasien penyebab mual mual jika mau
Mual berhubungan diharapkan tidak termasuk b. Mengetahui makan dan kadang
dengan iritasi terjadi mual dengan frekuensi dan jumlah asupan tiba-tiba
lambung ditandai kriteria hasil: faktor pencetus yang masuk
dengan: a. Pasien b. Observasi c. Untuk mengetahui Pukul 12:00 WIB Pukul 12:05 WIB
DS: mengatakan asupan makanan lebih dalam mual Menganjurkan pasien Pasien mengatakan
Pasien mengeluh penyebab mual dan cairan yang dirasakan untuk makan sedikit akan makan sedikit
mual dan tidak dan muntah c. Tanyakan d. Mengetahui tapi sering tapi sering
enak makan b. Pasien kepada pasien apakah terganggu Pukul 17:55 WIB Pukul 17:57 WIB
DO: mengambil penyebab mual dengan mual Mengobservasi tanda- Pasien terlihat
Pasien terlihat langkah untuk d. Observasi tanda- e. Untuk memenuhi tanda non verbal dan gelisah karena mual
lemas meyakinkan tanda non verbal kebutuhan nutrisi ketidaknyamanan
Keadaan nutrisi yang dan yang telah hilang
umum sedang adekuat pada ketidaknyamana f. Untuk menambah Pukul 19:00 WIB Pukul 19:05 WIB
Pasien terlihat saat mual reda n nafsu makan klien Mengedukasi pasien Pasien mengatakan
mual c. Pasien e. Pada saat mual g. Memenuhi tentang pentingnya akan mencoba
Pasien terlihat mengatakan mereda anjurkan kebutuhan nutrisi kebutuhan makan agar untuk makan lebih
tidak nafsu sudah tidak mual untuk makan h. Mengetahui tubuh pasien tidak banyak agar
makan makanan yang jumlah makanan lemas badannya tidak
berlebih yang masuk lemas
f. Anjurkan klien i. Mengetahui
untuk menjaga apakah mual Pukul 21:00 WIB Pukul 21:02 WIB
kebersihan berkurang Memonitor adanya Pasien terlihat mual
mulut j. Pasien mengerti mual
g. Dorong pola dan mau
makan dengan menambah asupan Pukul 22:00 WIB Pukul 22:05 WIB
porsi sedikit tapi nutrisinya Melakukan penilaian Pasien mengatakan
sering k. Memudahkan terhadap mual pasien dari kemarin
h. Monitor asupan pasien (frekuensi dan faktor merasa mual
makanan mendapatkan pencetus) kurang lebih 3 kai
i. Monitor adanya makanan yang setiap mau makan
mual cukup
Selasa, 17 Juli 2018 Selasa, 17 Juli 2018
j. Edukasi
Pukul 05:00 WIB Pukul 05:30 WIB
pentingnya
Memonitor asupan Pasien
asupan nutrisi
makanan bubur mengatakan
yang cukup
dalam tubuh habis makan
k. Kolaborasi arem-arem ½
dengan keluarga porsi dan
untuk membantu belum makan
memenuhi yang lainnya
kebutuhan Pasien terlihat
makan pasien hanya makan
arem-arem ½
porsi dan 2
sendok makan
bubur
Pukul 05:30 WIB
Mengobservasi asupan Pukul 05:45 WIB
makanan dan cairan Pasien terlihat
pasien minum sebanyak 1
gelas teh anget
Evaluasi
Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 08:00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
mual jika mau
makan dan
kadang tiba-
tiba
Pasien
mengatakan
akan makan
sedikit tapi
sering
Pasien
mengatakan
habis makan
arem-arem ½
porsi dan
belum makan
yang lainnya
Pasien
mengatakan
dari kemarin
merasa mual
kurang lebih 3
kali setiap mau
makan
O=
Pasien terlihat
gelisah karena
mual
Pasien terlihat
mual
Pasien terlihat
hanya makan
arem-arem ½
porsi dan 2
sendok makan
bubur
Pasien terlihat
minum
sebanyak 1
gelas teh anget
A= Masalah teratasi
sebagian
P= Lanjutkan
intervensi a, b, c, d,
e
Selasa, 17 Juli 2018 Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 10:05 WIB Pukul 10:08 WIB
Menganjurkan pasien Pasien mengatakan
untuk makan yang ketika tidak mual
banyak ketika tidak akan makan yang
merasa mual banyak
O=
Pasien terlihat
segar dan tidak
mual
Terlihat pada
tempat makan
pasien nasi
hanya sisa
kurang lebih 5
sendok, tahu
utuh, sayur
habis
A= Masalah teratasi
P= Hentikan
intervensi
4. Senin, 16 Juli Setelah dilakukan Bantuan perawatan a. Memberikan Senin, 16 Juli 2018 Senin, 16 Juli 2018
2018, pukul 09.30 tindakan diri: bantuan sesuai Pukul 10.47 WIB Pukul 10.50 WIB
WIB keperawatan selama Mandi/Kebersihan kebutuhan klien Mengobservasi Pasien berjalan
Defisit perawatan 3 × 24 jam a. Tentukan jumlah b. Agar bau dan kemampuan pasien kekamar mandi
diri: Mandi diharapkan dan jenis nafas lebih segar melakukan tindakan dengan dibantu
berhubungan perawatan diri dapat bantuan yang c. Meningkatkan mandiri suaminya
dengan kelemahan ditingkatkan dengan dibutuhkan kemampuan
yang ditandai kriteria hasil: b. Fasilitasi pasien pasien untuk Pukul 13.00 WIB Pukul 13.02 WIB
dengan: a. Mampu untuk untuk mandi secara Memonitor gigi Gigi terlihat kuning
DS: membersihkan menggosok gigi mandiri meliputi warna dan dan kotor
Pasien mengatakan tubuh sendiri dengan tepat d. Mencegah bakteri kebersihan
selama sakit secara mandiri c. Fasilitasi pasien masuk kedalam
berpakaian dan dengan atau untuk mandi tubuh Pukul 15.03 WIB Pukul 15.05 WIB
kekamar mandi tanpa alat bantu sendiri e. Melatih klien Menganjurkan Keluarga pasien
dengan dibantu b. Mampu untuk d. Monitor untuk keluarga untuk mengatakan selalu
oleh keluarganya mempertahanka kebersihan kuku, meningkatkan mendampingi pasien mendampingi
DO: n kebersihan dan sesuai dengan kemandiriannya ke kamar mandi jika pasien ketika
Pasien terlihat penampilan yang kemampuan dalam mandi pasien masih lemas kekamar mandi
lemah rapi secara merawat diri f. Mengetahui karena pasien
Pasien terlihat mandiri dengan pasien peningkatan masih lemah
dipegangi saat atau tanpa alat e. Berikan bantuan kemampuan
bantu sampai pasien kemandirian Pukul 15.05 WIB Pukul 16.00 WIB
akan turun dari
c. Mampu untuk benar-benar pasien Mengintruksikan Pasien
tempat tidur
pasien untuk mengatakan
Pasien terlihat merawat gigi mampu merawat g. Membantu menggosok gigi akan
dibantu oleh dan mulut secara diri secara menjaga pasien Mengambilkan sikat menggosok
suaminya mandiri dengan mandiri h. Mengetahui gigi dan pasta gigi giginya sendiri
kekamar mandi atau tanpa alat f. Observasi peningkatan untuk pasien Sikat gigi dan
Kuku pasien bantu kemampuan kemandirian pasta gigi
terlihat kotor d. Masuk dan pasien pasien pasien
dan panjang keluar kamar melakukan Perawatan Kuku diletakkan
mandi secara tindakan mandiri a. Menjaga dekat dengan
mandiri g. Anjurkan kebersihan kuku pasien
keluarga untuk b. Agar kuku bersih Gigi pasien
mendampingi dan rapi tampak bersih
h. Monitor c. Meningkatkan setelah
kemampuan kebersihan kuku digossok
pasien dalam pasien Pukul 17.00 WIB
merawat dirinya Pemeliharaan Memonitor Pukul 17.45 WIB
i. Monitor Kesehatan Mulut kemampuan pasien Pasien masih
kemampuan a. Mengetahui dalam merawat memerlukan
pasien untuk seberapa dirinya bantuan untuk
mandi secara kebersihan mulut mandi
mandiri b. Menjaga Selasa, 17 Juli 2018
Perawatan Kuku kebersihan mulut Pukul 05.00 WIB Selasa, 17 Juli 2018
a. Bantu c. Membentu Membantu Pukul 05.00 WIB
membersihkan memenuhi mengambilkan air Air hangat
kuku kebutuhan pasien hangat untuk mandi diletakkan di kamar
b. Bantu dalam menjaga mandi pasien
pemangkasan kebersihan mulut Pukul 06.10 WIB
kuku Memonitor kebersihan Pukul 06.30 WIB
c. Monitor kuku pasien Pasien
kemampuan Memotong kuku mengatakan
pasien merawat pasien terakhir
kukunya secara memotong
mandiri kukunya
Pemeliharaan seminggu yang
Kesehatan Mulut lalu
Kuku pasien
terlihat bersih
Pukul 06.35 WIB
Membantu pasien Pukul 06.40 WIB
merapikan Pasien terlihat rapi
kerudungnya
Evaluasi
Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 08.00 WIB
S=
Keluarga
pasien
mengatakan
selalu
memndampingi
pasien ketika
kekamar mandi
karena pasien
masih kemah
Pasien
mengatakan
akan
menggosok
giginya sendiri
Pasien
mengatakan
terakhir
memotong
kukunya
seminggu yang
lalu
O=
Sebelum disikat
gigi pasien
terlihat kuning
dan kotor
Air hangat
diletakkan di
kamar mandi
pasien
Sikat gigi dan
pasta gigi
pasien
diletakkan
dekat dengan
pasien
Pasien berjalan
kekamar mandi
dengan dibantu
suaminya
Gigi pasien
tampak bersih
setelah digosok
Kuku pasien
terlihat bersih
Pasien terlihat
rapi
A= Masalah teratasi
sebagian
P= Lanjutkan
intervensi
Bantuan perawatan
diri:
Mandi/Kebersihan:
e, f, h
Perawatan kuku: c
Pemeliharaan
kesehatan mulut: c
Selasa, 17 Juni 2018 Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 10.15 WIB Pukul 10.20 WIB
Mengobservasi Pasien mandi
kemampuan pasien dikamar mandi
melakukan tindakan sendiri hanya saat
mandiri berjalan dibantu
dibawakan infusnya
Evaluasi Hasil
Rabu, 18 Juli 2018
Puul 08.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
badannya sudah
segar dan tidak
lemas lagi
Pasien
mengatakan
sudah bisa
berjalan sendiri
ke kamar
mandi hanya
dibantu
dibawakan
infusnya
O=
Pasien terlihat
menggosok
giginya sendiri
Air hangat
diletakkan
dikamar mandi
pasien
Pasien mandi
dikamar mandi
sendiri hanya
saat berjalan
dibantu
dibawakan
infusnya
Pasien terlihat
membersihkan
kukunya
dengan air dan
sabun
Pasien mampu
berpakaian
dengan rapi
memakai jilbab
pas
A= Masalah teratasi
P= Hentikan
intervensi
5. Senin, 16 Juli Setelah dilakukan Manajemen a. Untuk membantu Senin, 16 Juli 2018 Senin, 16 Juli 2018
2018, pukul 09.30 tindakan Lingkungan: relaksasi saat tidur Pukul 12.30 WIB Pukul 12.32 WIB
WIB keperawatan selama a. Ciptakan b. Mengetahui Menghidupkan kipas Pasien mengatakan
3 × 24 jam lingkungan yang ketidakmampuan angin pasien lebih nyaman
Gangguan pola diharapkan pasien aman dan tidur klien ketika kipasnya di
tidur berhubungan dapat istirahat nyaman bagi c. Memberikan hidupkan.
dengan halangan dengan kriteria hasil: pasien kenyamanan
lingkungan yang a. Jumlah jam tidur b. Dampingi pasien dalam tidur Pukul 20.30 WIB Pukul 20.32 WIB
ditandai dengan: dalam batas selama tidak ada d. Memudahkan Mengedukasi Pasien mampu
DS: normal 6-8 jam / kegiatan bangsal pasien untuk tidur pentingnya kebutuhan menyebutkan
Pasien hari c. Sediakan tempat e. Memberikan rasa tidur: kembali manfaat
mengatakan b. Pola tidur, tidur dengan nyaman Menyebutkan manfaat tidur untuk
selama di kualitas dalam ketinggian, f. Meningkatkan tidur untuk meningkatkan daya
rumah sakit batas normal rendah yang kenyamanan tidur meningkatkan daya tahan tubuh
susah tertidur c. Perasaan segar sesuai g. Membantu tahan tubuh, menghilangkan
karena sering sesudah tidur d. Sediakan tempat memudahkan mengoptimalkan otak, kantung mata, fres,
terbangun atau istirahat tidur dan untuk tidur menghilangkan sehat
merasa kurang lingkungan yang h. Pasien menjadi kantung mata, fres,
nyaman tidur bersih dan tau pentingnya sehat
di rumah sakit. nyaman tidur dan mau
Tidur kurang e. Sediakan linen untuk Pukul 21.00 WIB Pukul 21.05 WIB
dari 4 jam. dengan kondisi meningkatkan Mengatur posisi tidur Posisi tidur bagian
dengan bagian kepala kepala agak tinggi
DO: baik, bebas dari kebutuhan bantal ditinggikan dan dan miring ke kiri
Pasien terlihat residu dan noda tidurnya miring ke kiri
menguap. f. Sesuaikan suhu i. Mengetahui
Terlihat lingkungan kebutuhan tidur Pukul 23.00 WIB Pukul 23.02 WIB
kantung mata dengan pasien Mematikan lampu Lampu dimatikan
berwarna hitam kebutuhan j. Mengetahui ruangan pencahayaan agak
Suhu ruangan pasien ekspresi pasien remang
32˚C g. Manipulasi ketika tidur
pencahayaan terpenuhi Selasa, 17 Juli 2018 Selasa, 17 Juli 2018
untuk manfaat Pukul 05.00 WIB Pukul 05.05 WIB
terapeutik Mengganti linen Tempat tidur
h. Edukasi pasien pasien terlihat bersih, rapi,
tentang dan wangi
pentingnya
kebutuhan tidur Pukul 05.35 WIB Pukul 05.40 WIB
i. Kaji pola tidur Mengkaji kemampuan Pasiem mengatakan
j. Observasi tidur pasien semalam sudah
keadaan umum mulai bisa tidur
pasien kurang lebih 5 jam
Pukul 05.38 WIB Pukul 05.40 WIB
Mengobservasi Wajah terlihat lebih
keadaan umum pasien segar
Evaluasi
Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 08.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
lebih nyaman
ketika kipasnya
di hidupkan
Pasien
mengatakan
semalam sudah
mulai bisa tidur
kurang lebih 5
jam
O=
Posisi tidur
bagian kepala
agak tinggi dan
miring ke kiri
Lampu
dimatikan
pencahayaan
agak remang
Tempat tidur
terlihat bersih,
rapi, dan wangi
Wajah terlihat
lebih segar
A= Masalah teratasi
sebagian
P= Lanjutkan
intervensi
Manajemen
lingkungan a, b, d,
g, i, j
Selasa, 17 Juli 2018 Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 13.00 WIB Pukul 13.30 WIB
Mendampingi pasien Pasien
untuk bisa tidur siang menceritakan
(bercerita) tentang
keluarganya
dan
kebanyakan
cucu yang di
asuhnya
Pasien terlihat
tertidur
Pukul 13.30 WIB
Memasang Pukul 13.32 WIB
pengamana sisi tempat Pengamanan sisi
tidur pasien tempat tidur
Evaluasi Hasil
Rabu, 18 Juli 2018
Pukul 08.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
semalam tidur
dari jam 21.00
setelah
diberikan obat
dan bangun
pukul 05.00
WIB atau
sekitar kurang
lebih 8 jam
terbangun
hanya beberapa
kai karena
terasa BAK
Pasien
mengatakan
sudah nyaman
karena bisa
tidur
O=
Tempat tidur
terlihat bersih,
dan wangi
Wajah pasien
terlihat lebih
segar
A= Masalah teratasi
P= Hentikan
intervensi
6. Senin, 16 Juli Setelah dilakukan Kontrol Infeksi Control infeksi Senin, 16 Juli 2018 Senin, 16 Juli 2018
2018, pukul 09.30 tindakan a. Lakukan a. Meminimalkan Pukul 10.20 WIB Pukul 10.25 WIB
WIB keperawatan selama dressing sesuai resiko infeksi Mengajarkan pada Pasien
3 × 24 jam dengan petunjuk b. Pemberian pasien dan keluarga mengatakan
Resiko infeksi yang diharapkan pasien umum antibiotic untuk tentang tanda dan faham setelah
ditandai dengan: terhindar dari infeksi b. Kolaborasi mencegah gejala infeksi diajarkan
DS: - dengan kriteria hasil: pemberian terapi timbulnya infeksi tentang tanda
DO: a. Klien bebas dari antibiotik yang c. Mengurangi dan gejala
Terpasang tanda-tanda sesuai mikroba bakteri infeksi
makro set infeksi c. Ajarkan pasien yang dapat Pasien mampu
cairan RL yang b. Jumlah leukosit dan keluarga menyebabkan menyebutkan
pertama, 20 dalam batas mengenai tanda infeksi kembali tanda-
tpm sejak normal 4.00- dan gejala d. Meminimalkan tanda infeksi
tanggal 15 Juli 11.00 × 10³/UL infeksi dan patogen yang ada Pukul 11.00 WIB
2018 pada kapan harus di sekeliling klien Memonitor TTV Pukul 11.15 WIB
tangan kiri melaporkan Perlindungan Infeksi TD : 110/70 mmHg
Di sekitar IV kepada penyedia a. Meminimakan N : 88 ×/menit
kateter terlihat perawat resiko infeksi R : 22 ×/menit
bekas darah d. Cuci tangan b. Mengetahui ada S : 36,5 ˚C
dan kotor setiap sebelum tidaknya infeksi Pukul 12.00 WIB
Nilai leukosit dan sesudah c. Peningkatan TTV Menganjurkan pasien Pukul 12.45 WIB
tanggal 15-07- tindakan menunjukkan untuk menghabiskan Pasien
2018= 14.54 keperawatan adanya infeksi diet makanan yang mengatakan
10³ / UL Pelindungan d. Untuk diberikan memakan diet
TTV= Infeksi mengurangi yang diberikan
TD : 110/70 a. Monitor adanya infeksi namun sedikit
mmHg tanda dan gejala Pasien tidak
N : 84 ×/menit infeksi sistemik mengahabiskan
R : 20 ×/menit dan local makanannya
b. Monitor Pukul 17.00 WIB
S : 36,1˚C Mengajarkan pasien
Bakteri positif hitungan Pukul 17.10 WIB
leukosit cara menghindari Pasien mengatakan
c. Monitor TTV infeksi faham setelah
d. Tingkatkan diajarkan cara
asupan nutrisi menghindari infeksi
yang cukup dengan menjaga
Pukul 21.00 WIB kebersihan diri
Memberikan obat
antibiotik Pukul 21.02 WIB
Ciprofloxacin 200 ml, Ciprofloxacin 200
IV ml, IV
Evaluasi
Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 08.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
faham setelah
diajarkan
tentang tanda
dan gejala
infeksi
Pasien
mengatakan
faham setelah
diajarkan cara
menghindari
infeksi dengan
menjaga
kebersihan diri
O=
Pasien terlihat
memperhatikan
ketika
diedukasi
Injeksi obat
Ciproloxacin
200 ml/12 J, IV
Cuci tangan
Dressing infus
Tidak ada tanda
daerah sekitar
tususkan infus,
tidak ada
perubahan
warna pada
kulit, tidak
panas
Hasil
lanoratorium
17-07-2018
jumlah leukosit
14.22 × 10³/UL
TTV =
TD : 100/70
mmHg
N : 88 ×/menit
R : 20 ×/menit
S : 36,8˚C
A= Masalah teratasi
sebagian
P= Lanjutkan
intervensi
Kontrol infeksi: a,
b, d
Perlindungan
infeksi: b, d
Selasa, 17 Juli 2918 Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 09.00 WIB Pukul 09.30 WIB
Memberikan obat Telah di berikan
Ciprofloxacin 200 ml, obat Ciprofloxacin
IV 200 ml, IV
Evaluasi
Selasa, 17 Juli 2018
Pukul 08.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
makan
sudah
banyak, diet
yang
diberikan
hampir
habis
Pasien
mengatakan
pada bagian
infus tidak
ada rasa
gatal
maupun
nyeri
O=
Ciproflaxaci
n 200 ml/ 12
J, IV
Metronidaz
ole 500 mg
× 3, IV
Cuci tangan
Dressing
infus
Tidak ada
tanda-tanda
kemerahan
maupun
bintik-bintik
pada
tususkan
infus
Nilai
leukosit
tanggal 18
Juli 2018 =
13.47 ×
10³/UL
TD : 100/70
mmHg
S : 36,8˚C
N : 88
×/menit
R : 20
×/menit
A= Masalah teratasi
sebagian
P= Lanjutkan
intervensi
Kontrol infeksi:
b, d
perlindungan
infeksi:
b
Rabu, 18 Juli 2018 Rabu, 18 Juli 2018
Pukul 09.00 WIB Pukul 09.15 WIB
Memebrikan obat Ciprofloxacin 200
antibiotik ml, IV
Ciprofloxacin 200 ml,
IV
Pukul 11.00 WIB Pukul 11.05 WIB
Memonitor TTV TD : 110/70 mmHg
S : 36,5˚C
N : 84 ×/menit
R : 20 ×/menit
Evaluasi Hasil
Rabu, 18 Juli 2018
Pukul 14.00 WIB
S=
Pasien
mengatakan
pada tangan
yang diinfus
tidak
merasakan
gatal maupun
panas
O=
Obat
Metronidazole
500 mg, IV
Cuci tangan
Infus dilepas
Nilai leukosit
tanggal 18 Juli
2018 = 13.47 ×
10³/UL
TD : 110/70
mmHg
S : 36,5˚C
N : 84 ×/menit
R : 20 ×/menit
A= Masalah teratasi
P= Pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan salah satu tahap dalam penulisan laporan studi kasus,
didalamnya membahas kesenjangan antara teori dengan fakta yang ada dalam situasi nyata
dan kesenjangan ini dipecahkan dengan pola pikir ilmiah.
A. Pengkajian
Penulisan mengumpulkan data dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, studi dokumentasi dengan sumber pasien, keluarga pasien dan status rekam
medis. Dari pengkajian yang telah penulis lakukan pada tanggal 16 Juli 2018 pada
pasien Ny "S" ditentukan:
1. Data yang ada diteori dan ada di kasus:
a. Pola eliminasi
Menurut Wijaya & Yessie (2013), dalam pola eliminasi ditemukan BAB
konsistensi cair, frekuensi lebih dari 3 kalu dalam sehari. Data yang muncul
pada saat pengkajian pasirn Ny "S" ditemukan data pasien BAB sejak kemarin
pukul 20.00-11.00 WIB sebanyak 7 kali jumlah (700 cc), warna kecoklatan,
cair dengan sedikit ampas.
b. Pola istirahat
Pada teori muncul data pengkajian pola istirahat ditandai adanya kebutuhan
istirahat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga pola tidur
terganggu. Pada saat pengkajian pasien tanggal 16 Juli 2018 ditemukan data
Pasien mengatakan selama di rumah sakit susah tertidur karena sering
terbangun merasa kurang nyaman tidur di rumah sakit. Tidur kurang dari 4
jam, suhu ruangan 32°C.
c. Pola aktivitas
Menurut teori muncuk adanya klien nampaj lemah, gelisah sehingga perlu
bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalah ini muncul
dalam pengkajian tanggal 16 Juli 2018 data yang ditemukan pada pasien
adalah Pasien mengatakan selama sakit berpakaian dan kekamar mandi
dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat lemah.
d. System intergumen
Pada teori diaebutkan pada pengkajian gastroenteristi ditemukan kulit kering,
selaput mukosa kering, turgor kulit jelek.
Pada saat pengkajian ditemukan data yang muncul yaitu turgor kulit jelek,
kulut kering, mukosa bibir kering.
e. System pencernaan
1) Pada teori disebutkan pada saat diauskultasi peristaltik meningkat >20×
detik dengan durasi 1 menit, dan pada saat diperkusi suata tympani. Data
ini juga pada saat pengkajian tanggal 16 Juli 2018 pada pasien Ny "S"
ditemukan data peristaltik usus 24 ×/menit, suara abdomen tympani.
2) Pada teori ditemukan adanya nyeri tekan pada system pencernaan saat
dilakukan palpasi. Masalah ini muncul pada saat pengkajian pada tanggal
16 Julu 2018 pada pasien Ny "S" detemukan data Pasien mengeluh nyeri
pada perut kuadran 4, P: Agen injuri biologis, Q: Melilit, R: Perut kanan
bawah (Kuadran 4), S: 5, T: Hilang timbul dan pada saat dipalpasi bagian
perut di kuadran IV terdapat nyeri tekan.
2. Data yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus
a. Pola Nutrisi
Menurut Wijaya & Yessie (2013), dalam pola nutrisi muncul adanya
kehilangan berat badan. Kehilangan berat badan dapat diartikan sebagai
penurunan massa dan lemak tubuh. Kehilangan berat badan yang tidak
disengaja adalah diare, yang dapat dimanifestasikan sebagai tahap-tahap
dehidrasi dengan tanda turgor kulit kering, elastisitas kulit jelek dan mukosa
bibir kering. Masalah ini tidak muncul dalam pengkajian tanggal 16 Juli 2018
karena data yang ditentukan pada pasien adalah tidak mengalami penurunan
berat badan, BB pasien 55 kg dengan IMT 22,8 (normal), turgor kulit lembab,
elastisitas kulit baik, dan bibir lembab, ini dikarenakan pasien sudah
mendapatkan tindakan untuk meminimalkan dehidrasinya.
b. System pengindraan
Menurut Wijaya dan Yessie (2013), syok hipovolemik adalah kondisi dimana
seseorang kehilangan darah atau cairan, menyebabkan jantung tidak dapat
memompa cukup darah ke tubuh. Gejala yang timbul yaitu tidak sadarkan diri,
pada teori ketika diperiksa refleks pupil (-). Sedangkan pada rangkaian tanggal
16 Juli 2018 pasien sadar penuh dan tidak diberi rangsangan cahaya pupil
mengecil.
3. Data yang tidak ada di teori ada pada kasus
Pada teori tidak ada data yang menunjukkan nilai angka leukosit dan adanya
bakteri yang mengidentifikasi sedangkan pada pengkajian ditemukan nilai leukosit
tanggal 15 Juli 2018 14.54 10³/UL, dan pada pemeriksaan feses bakteri positif.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan masalah yang dihadapi oleh
pasien pada waktu pengkajian, baik masalah yang aktual maupun masalah yang
potensial.
Pada teori Terdapat enam diagnosa yang muncul pada pasien Gastroenteritis
Acute secara umum sedangkan pada kasus Ny "S" muncul 2 diagnosa yang sesuai
dengan teori dan 4 diagnosa yang muncul tetapi tidak sesuai dengan teori.
1. Diagnosa yang ada pada teori dan ada pada kasus yaitu:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
Menurut Nanda (2015), diare adalah adalah pasar feses yang lunak dan tidak
berbentuk. Diagnosa ini muncul pada teori dan juga kasus karena ditunjukkan
pada data menurut Wijaya dan Yessie (2013) BAB frekuensi lebih dari 3 kali
sehari, peristaltik meningkat >20× detik dengan durasi 1 menit, dan pada
pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 Juli 2018 diperoleh data BAB
sebanyak 7 Kali, peristaltik usus 24 ×/menit.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Menurut Nanda (2015), nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial yang digambarkan awitan yang tiba-tiba atau lebih dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi. Pada
teori ditemukan adanya nyeri tekan pada sistem pencernaan saat dilakukan
palpasi, masalah ini muncul karena pada saat pengkajian ditemukan data
pasien mengeluh nyeri pada perut kuadran 4, P: Agen injuri biologis, Q:
Melilit, R: Perut kanan bawah (kuadran 4), S: 5, T: Hilang timbul, pasien
terlihat memegangi perutnya, pasien terlihat menyeringai menahan nyeri, TD:
110/70 mmHg N: 84 ×/menit, R: 20 ×/menit, S: 36,1°C, dan bakteri positif.
2. Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus antara lain:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Pada diagnosa ini tidak muncul karena pada pengkajian ditemukan data pasien
minum sebanyak 5 gelas air putih, pada punggung tangan kiri pasien terpasang
makro set cairan RL 500cc flabot yang pertama, 20 tetes per menit, balance
cairan 31cc, turgor kulit lembab, elastisitas kulit baik, bibir lembab, ini
dikarenakan pasien sudah mendapatkan tindakan untuk meminimalkan
dehidrasinya sehingga pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan diare.
Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengkajian data ditemukan BB
pasien 55 kg, dengan IMT 22,8 (normal) dan tidak mengalami penurunan.
c. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan.
Menurut Wijaya dan Yessie (2013), pada keadaan diare yang lebih lanjut atau
syok hipovolemik refleks pupil (-) sedangkan pada kasus ditemukan ketika
diberi rangsangan cahaya, pupil mengecil.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan terinfeksi kuman diare
Pada diagnosa ini tidak muncul pada kasus, karena data yang ditemukan tidak
hanya menunjukkan adanya terinfeksi kuman melainkan karena juga adanya
angka leukosit yang muncul pada pengkajian tanggal 15 Juli 2018= 14.54
10³/UL.
3. Diagnosa yang tidak ada pada teori dan ada pada kasus :
a. Mual berhubungan dengan iritasi lambung
Menurut Nanda (2015), mual adalah suatu fenomena subjektif tentang rasa
tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat
atau tidak dapat mengakibatkan muntah.
Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanggal 16 Juli 2018 di
dapatkan data:
Data subjektif: pasien mengatakan mual dan tidak enak makan
Data objektif : pasien terlihat mual, pasien terlihat tidak nafsu makan
b. Defisit perawatan diri : Mandi berhubungan dengan kelemahan
Menurut Nanda (2015), defisit perawatan diri: mandi adalah hambatan atau
kemampuan untuk menyelesaikan aktivitas mandi secara mandiri.
Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanggal 16 Juli 2018
didapatkan data:
Data subjektif: -
Data objektif: kuku pasien terlihat kotor dan panjang
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
Menurut Nanda (2015), gangguan pola tidur adalah intruksi jumlah waktu dan
kualitas tidur.
Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanggal 16 Juli 2018
didapatkan data:
Data subjektif: pasien mengatakan selama di rumah sakit susah tertidur karena
sering terbangun merasa nyeri,
Data objektif: pasien terlihat menguap, terlihat kantung mata berwarna hitam,
mata terlihat cekung.
d. Resiko infeksi
Menurut Nanda (2015), resiko infeksi adalah rentan mengalami invasi
organisme pathogenik yang dapat mengganggu kesehatan.
Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanggal 16 Juli 2018
didapatkan data: nilai leukosit tanggal 15 Juli 2018 = 14. 5 4 10³/UL, TD:
110/70 mmHg N: 84 ×/menit R: 20 ×/menit, dan S: 36,1°C, dan bakteri positif.
C. Intervensi
Pada perencanaan disusun berdasarkan pada masalah yang ada dalam
menetapkan intervensi penulis mengambil beberapa teori yang saling melengkapi.
Masing-masing diagnosa mempunyai tujuan dan perencanaan yang berbeda-beda.
Perencanaan yang telah ditetapkan penulis tidak seluruhnya mengacu pada teori
Wijaya dan Yessie (2013) namun mengacu pada teori NIC NOC yang disesuaikan
pada kondisi pasien.
Dalam perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah kegawatan
perencanaan tujuan merupakan dasar mengarahkan tindakan dan sebagai standar
mengevaluasi tindakan.
Dalam kasus ini penulis menetapkan tujuan kriteria hasil yang mengacu
SMART sehingga evaluasi keperawatan akan mudah dilakukan menurut prioritas
masalah dan prioritas hasilnya serta perubahan perencanaan dari teori yang ada yaitu:
1. Diagnosa yang ada pada teori dan ada pada kasus
a. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
Penulis menggunakan perencanaan keperawatan menurut NIC.
1) Perencanaan pada teori yang tidak sesuai dengan kasus yaitu
a) Buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan pada
perencanaan ini tidak digunakan dalam kasus karena pasien mampu
BAB di kamar mandi dengan dibantu keluarga.
2) Perencanaan yang tidak sesuai dengan teori Wijaya & Yessie (2013),
yaitu:
a) Manajemen diare :
(1) Ambil tinja untuk memeriksa kulture dan sensitifitas bila diare
berlanjut
(2) Intruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja
(3) Anjurkan pasien menghindari makanan pedas
(4) Lakukan pendidikan kesehatan tentang diare
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Penulis menggunakan perencanaan menurut NIC (2013). Perencanaan yang
tidak ada pada teori Wijaya & Yessie (2013), yaitu ajarkan teknik nafas dalam,
penulis melakukan tindakan tersebut karena disesuaikan dengan kebutuhan
pasien untuk dapat mengontrol nyeri secara nonfarmakologi.
2. Diagnosa yang tidak ada pada teori dan muncul pada kasus
Pada diagnosa yang tidak ada di teori dan muncul di kasus. Penulis menyusun
perencanaan berdasarkan diagnosa Nanda NIC NOC menurut Bulecheck, dkk
(2013), dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
D. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus ini penulis melibatkan pasien,
keluarga pasien, dan tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan mengacu pada perencanaan
yang telah dibuat dan dikembangkan sesuai dengan kondisi pasien. Semua rencana
yang telah ditentukan dapat dilaksanakan. Adapun pelaksanaan dari ke enam diagnosa
yang muncul pada kasus seluruhnya dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
E. Evaluasi
Pada evaluasi penulis mengukur keberhasilan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi berdasarkan atas tujuan dan kriteria hasil yang
ditetapkan sehingga diketahui apakah tercapai atau belum tercapai masalah tersebut.
Dalam tahap evaluasi ini penulis menggunakan system SOAP.
1. Evaluasi proses
Evaluasi proses dalam kasus dilakukan pada setiap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada pasien, setiap 1×24 jam. Untuk sistem evaluasi proses
penulisan menggunakan sistem SOAP.
2. Evaluasi hasil
a. Pada diare berhubungan dengan inflamasi gasteointestinal. Tujuan tercapai
dengan kriteria hasil yang sudah tercapai adalah b.a.b 1 kali, konsistensi lunak,
pasien mampu menyebutkan kembali apa yang sudah dijelaskan seperti
pengertian diare, pencegahan. Kondisi ini harus dipertahankan dengan
melakukan pencegahan terhadap timbulnya diare sesuai dengan yang telah
dijelaskan.
b. Pada nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis. Tujuan tercapai
dengan kriteria hasil yang dicapai adalah pasien mengatakan nyaman setelah
melakukan relaksasi nafas dalam, pasien mengatakan sudah tidak merasakan
nyeri lagi, pasien terlihat mempraktekkan relaksasi nafas dalam, ekspresi
wajah terlihat cerah, TD = 100/70 mmHg, S = 36,8°C, N = 78 ×/menit, R = 20
×/menit.
c. Pada mual berhubungan dengan iritasi lambung. Tujuan masalah teratasi
dengan kriteria hasil yang dicapai adalah pasien mengatakan ketika tidak mual
akan makan yang banyak, pasien Mengatakan sudah tidak merasa mual sejak
kemarin, pasien mengatakan makan sudah banyak dan yang dihabiskan
ikannya.
d. Pada defisit perawatan diri : Mandi berhubungan dengan kelemahan. Tujuan
tercapai dengan kriteria yang dicapai adalah pasien mengatakan sudah bisa
berjalan sendiri ke kamar mandi hanya dibantu dibawakan infusnya, pasien
terlihat menggosok giginya, pasien terlihat membersihkan kukunya dengan air
dan sabun, pasien mampu berpakaian dengan rapi memakai jilbab pas.
e. Pada gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan. Tujuan
tercapai dengan kriteria yang dicapai adalah pasien mengatakan semalam tidur
dari jam 21:00 setelah diberikan obat dan bangun pukul 05:00 WIB atau
sekitar kurang lebih 8 jam terbangun hanya beberapa kali karena terasa BAK,
wajah pasien terlihat lebih segar.
f. Pada resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif. Tujuan teratasi
sebagian dengan kriteria hasil yang dicapai pasien mengatakan pada tangan
yang diinfus tidak merasakan gatal maupun panas. Kriteria yang belum
dicapai adalah nilai leukosit tanggal 18 Juli 2018 masih tinggi yaitu 13.47 ×
10³/UL.
F. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan yang telah dilakukan pada Ny "S" tanggal 16 Juli
2018 sampai 18 Juli 2018 di dokumentasi dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi serta evaluasi yang dituliskan secara runtut.
1. Pengkajian
Pada tanggal 16 Juli 2018 pukul 08:30-09:30 WIB telah dilakukan pengkajian Ny
"S" di Ruang Cempaka yang dituliskan dan di susun pada format yang ada.
2. Diagnosa keperawatan
Pada tanggal 16 Juli 2018 telah dilakukan pengkajian serta dilanjutkan perumusan
diagnosa dari beberapa masalah yang ditemukan terdapat 6 diagnosa yang muncul
masing-masing diagnosa telah diprioritaskan sesuai teori.
3. Perencanaan
Perencanaan yang telah didokumentasikan secara berurutan sehingga diharapkan
masalah teratasi.
4. Implementasi
Di dalam implementasi penulisan menulis tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya. Hal ini dilakukan secara urut dan berkesinambungan.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi penulis mengukur keberhasilan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi berdasarkan atas tujuan dan
kriteria yang ditetapkan sehingga diketahui apakah tercapai atau belum tercapai
masalah tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny "S" dengan
Gastroenteritis Acute di ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta
selama 2 × 24 jam yaitu pada tanggal 16 Juli 2018 sampai 18 Juli 2018 penulis
mendapatkan pengalaman secara nyata dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan serta tiap tahap keperawatan tersebut dilakukan
pendokumentasian keperawatan. Pengkajian merupakan tahap pertama dalam
melakukan asuhan keperawatan. Diagnosa yang diperoleh dalam tahap pengkajian
sama dengan teori yaitu diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal dan
nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis. Diagnosa yang tidak ada pada
teori namun ditemukan pada kasus yaitu mual berhubungan dengan iritasi lambung,
gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan, defisit perawatan diri:
Mandi berhubungan dengan kelemahan, dan resiko infeksi berhubungan dengan
tindakan invasif.
Perencanaan merupakan suatu tindakan yang disusun bersama antara
perawat/keluarga dan pasien. Pada laporan studi kasus ini perencanaan disusun
dengan landasan teori dan mengacu pada NANDA dan NIC NOC. Dalam
perencanaan sebagian sesuai dengan teori meskipun mendapat penambahan dan
pengurangan hal ini disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pasien.
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap penerapan rencana keperawatan
yang sudah ditentukan. Dalam pelaksanaan penulis bekerja sama dengan perawat dan
tim kesehatan lain seperti dokter dari didukung oleh sikap kooperatif pasien dan
keluarga, dalam tahap ini penulis menerangkan pengetahuan dan keterampilan
berdasarkan pengetahuan dan teori yang ada.
Evaluasi merupakan tahap akhir atau tahap penilaian terhadap tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul. Setelah
penulis melakukan asuhan keperawatan selama 2 × 24 jam didapatkan hasil yaitu
tujuan tercapai untuk diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri biologis, mual berhubungan dengan iritasi lambung,
gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan, defisit perawatan diri:
Mandi berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa yang tercapai sebagian yaitu resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan kemudian setiap tahap dari proses
keperawatan dilakukan pendokumentasian dengan metode SOAP, agar setiap tahap
dari perawat yang telah dilakukan tidak terulang lagi oleh perawat yang lain. Selain
itu dokumentasi keperawatan dapat dipakai sebagai alat komunikasi antara perawat
satu dengan yang lain. Pendokumentasian keperawatan dilakukan setiap
melaksanakan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Penulis mengharapkan pada pihak pendidikan untuk memperbanyak literatur
Gastroenteritis Acute dengan terbitan yang terbaru 2010 keatas contoh buku
"Diare" karangan Ariani, 2016, sebagai sumber informasi dalam penyusunan
Laporan Studi Kasus dan mengoptimalkan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien.
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan agar perawat dan tim kesehatan lain tetap mempertahankan
kerjasamanya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Abata, Qorry Aina. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jawa Timur:Yayasan PP Al-Furqon
Ariani, Ayu putri. (2016). Diare : Pencegahan & Pengobatan. Yogyakarta:Nuha Medika
Bulechek, Gloria M, et. al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Jakarta:CV
mocomedia
Departemen Kesehatan RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Laporan Nasional
2013. Jakarta:Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan
Diyono & Sri Muryati. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan.
Jakarta:Prenada Media Grup
Irianto, Koes. (2014). Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Bandung:Alfabeta
Nikmatur, Rohmah & Saiful Walid. (2013). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Ar-
Ruzz Media. Yogyakarta.
Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta:Nuha Medika
Nursalam. (2009), Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Salemba
Medika. Jakarta.
(SAP)
Sasaran : Ny "S"
MATERI
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa (lebih dari tiga kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses
cair). Pengertian lain adalah defekasi cair/encer lebih dari tiga kali sehari
dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja namun demikian secara umum akibat
gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
akibat buang air besar cair dan suatu gejala dari banyak kondisi dan dapat disebabkan
oleh penyakit (Diyono & Muryati, 2013).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung
dan usus yang ditandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah
buang air besar encer lebih dari tiga kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah
(Murwani, 2009).
B. Tanda dan Gejala
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair
2. Badan lemas
3. Dehidrasi : turgor buruk, kulit kering, kadang lidah pecah-pecah
4. Anoreksia, mual dan muntah
5. Berat badan menurun
6. Selaput lendir pucat
7. Perut nyeri dan tegang
8. Peristaltic usus meningkat
9. Anus kadang lecet
10. Takikardi
11. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran
12. Peningkatan serum natrium
13. Urine pekat
14. Perilaku tak konsentrasi, mudah terganggu
15. Demam (Diyono & Sri Muryati, 2013).
C. Penyebab Terjadinya Gastroenteritis Akut
1. Faktor infeksi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Infeksi internal yang merupakan infeksi pada saluran pencernaan sebagai
sebab utama diare yang meliputi:
1) Infeksi bakteri : vibro, E.coli, Salmonella, Shigella
2) Infeksi virus : enterovirus, ratovirus, adenovirus
3) Infeksi parasite : cacing ascaris, trichiuris, oxyuris
4) Protozoa : entamoeba histolitika, giardia, lamblia, tricomonas
5) Jamur : candida albicans.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar pencernaan, seperti
OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, encephalitis (terutama pada bayi
dan anak dibawah dua tahun).
2. Keracunan makanan
Keracunan makanan di definisikan sebagai penyakit yang terjadi 24 jam setelah
makan. Sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang telah terbentuk di
dalam makanan itu sendiri. Bakteri yang paling sering adalah staphilococcus,
clostridium perfringens, bacillus cereus.
3. Faktor malabsobsi
Yaitu intoleransi disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (glukosa,
galaktosa), malabsorbsi lemak, malabsorpsi protein.
4. Kerusakan struktural
Kerusakan struktural yang luas pada mukosa usus (misalnya enteritis radiasi,
celiak disease, iskemia) menyebabkan gangguan absorbsi cairan, demikian pula
eksudasi ke dalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme penyakit inflamasi usus
kronik dan invasi kuman patogen (shigella, salmonella, E.coli) kemudian
menimbulkan diare.
5. Faktor imunologik
Defisiensi Ig A menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan investasi
parasit dalam usus.
6. Faktor psikologis
Yaitu, takut dan cemas (Diyono & Sri Muryati, 2013).
D. Pencegahan Gastroenteritis Acute
Pencegahan penyebaran gastroenteritis dapat dilakukan dengan cara:
1. Membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB
2. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
3. Masaklah makanan dan air yang baik dan benar
4. Jangan mengkonsumsi makanan yang sudah basi
5. Menghindari makanan yang sudah terkontaminasi oleh lalat
6. Menggunakan jamban/kakus sehat (Ariani, 2016).
E. Penanganan Gastroenteritis Acute di rumah
1. Segera Beri Banyak Makan
Berikan banyak minum serta berikan oralit larutan gula garam
2. Cara Membuat Oralit
a. Sediakan 1 gelas air masak/air teh ± 200 cc
b. Masukkan 1 bungkus oralit
c. Aduk sampai larut benar
3. Cara Membuat Larutan Gula Garam
a. Gula 1 sendok teh penuh
b. Garam ¼ sendok teh
c. Air matang sebanyak 1 gelas
d. Campuran diaduk sampai larut
4. Segera Bawa Anak ke Rumah Sakit Jika Menemukan Tanda-tanda :
a. Diare terus-menerus
b. Muntah berulang
c. Demam
d. Ada lendir dan darah dalam tinja
e. Rasa haus yang nyata
f. Makan/minum sedikit (Ariani, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Ayu Putri. (2016). Diare : Pencegahan & Pengobatan. Yogyakarta:Nuha Medika
Diyono & Sri Muryati. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan.
Jakarta:Prenada Media Grup
Muwarni. (2009). Proses Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Jakarta : EGC
Lampiran 4
e. Genogram
b. Pola Nutrisi
1) Sebelum sakit
2) Selama sakit
c. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
2) Selama sakit
2) Selama sakit
g. Konsep Diri
1) Identitas diri
2) Gambaran diri
3) Ideal diri
4) Harga diri
5) Peran diri
2) Mata :
3) Telinga :
4) Hidung :
6) Leher :
d. Dada/Thorak
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
e. Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :
f. Genetalia
g. Ekstremitas :
Atas :
Bawah :
h. Kulit
i. Pemeriksaan penunjang
j. Program terapi
5. Analisa Data
8. Catatan Perkembangan
No. Evaluasi
Implementasi
Dx Proses Hasil