Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN PADA PEMUDA DIDESA DEMI BENDO
RT02 WUKIRSARI IMOGIRI
Waktu : 10 Menit
Leaflet
VII. PENYULUH
EVALUASI
1.Meminta responden untuk menjawab
pertanyaan penyuluh
a. apa pengertian dari keracunan
makanan?
b. apa saja ciri-ciri dari keracunan
makanan?
2. Menyimpulkan hasil penyuluhan
Keracunan makanan adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya mual, muntah,
atau diare setelah mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi. Kontaminasi
tersebut dapat disebabkan oleh kuman atau racun yang masuk ke dalam makanan.
Gejala keracunan makanan dapat terlihat setelah beberapa menit, jam, atau hari setelah
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kecepatannya tergantung dari jenis
makanan dan penyebabnya.Umumnya, keracunan makanan bukanlah kondisi yang serius
dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, kondisi ini terkadang juga dapat
membahayakan dan membutuhkan penanganan khusus oleh dokter.
Gejala yang muncul akibat keracunan makanan bervariasi, tergantung dari zat yang
mengkontaminasi makanan yang dikonsumsi. Gejala yang sering muncul antara lain:
1. Diare
2. Mual, Muntah
3. kram perut
4. Sakit kepala
5. Lemas
Pengobatan keracunan makanan tergantung pada penyebab dan keparahan gejala yang
muncul. Umumnya, kondisi ini dapat ditangani di rumah tanpa pengobatan ke dokter.
Berikut adalah pertolongan pertama yang dapat dilakukan di rumah untuk mengatasi
keracunan makanan:
1. Penuhi kebutuhan cairan dalam tubuh dengan minum air sedikit demi sedikit.
2. Mulai konsumsi makanan secara perlahan dengan mengkonsumsi makanan yang
hambar (tidak berasa), rendah lemak, dan mudah dicerna, seperti nasi, pisang,
roti, atau biskuit.
3. Hindari makanan dan minuman tertentu, seperti kafein, alkohol, produk yang
mengandung susu, makanan berlemak, makanan yang terlalu manis, makanan
pedas, dan makanan yang digoreng.
4. Istirahat yang cukup.
1. Tidak menyimpan makanan dengan benar, seperti tidak menyimpan daging dan
susu dalam suhu yang tepat.
2. Tidak memasak makanan hingga matang, sehingga bakteri yang ada di dalam
makanan tidak terbunuh seluruhnya.
3. Menyiapkan makanan tanpa mencuci tangan sebelumnya.
4. Kontaminasi silang akibat penggunaan alat masak yang sama untuk makanan
mentah dan matang.
5. Minum susu dan keju yang tidak dipasteurisasi.
Cara mencegah keracunan makanan yang paling efektif adalah dengan membuat dan
mengonsumsi makanan yang bersih dan sehat, serta menghindari jenis makanan apapun
yang diragukan kebersihannya. Berikut adalah cara-cara yang dapat diterapkan untuk
menghindari terjadinya keracunan makanan:
Buah dan sayur harus selalu dicuci sebelum dikonsumsi, bahkan jika kulitnya akan
dikupas. Setelah makan atau memasak, penting untuk selalu mencuci alat makan, alat
masak, dan tangan dengan sabun dan air.
Dalam menyimpan makanan, pisahkan antara makanan matang dan mentah. Makanan
mentah seperti daging sebaiknya disimpan di bagian bawah lemari es agar cairan dari
daging tersebut tidak mengenai makanan lain di dalam kulkas.Sedangkan, saat mengolah
makanan, bedakan juga talenan yang digunakan untuk memotong daging mentah dengan
talenan untuk memotong makanan siap konsumsi agar tidak terkena bakteri dari daging.
Saat memasak, selalu pastikan makanan matang secara merata, terutama saat memasak
makanan hewani, seperti telur, daging, dan sosis. Memasak makanan dengan matang
dapat membunuh seluruh bakteri yang terkandung di dalamnya.
Waktu : 10 Menit
4. Ceramah
5. Tanya jawab
6. Diskusi
V. MEDIA
Leaflet
VII. PENYULUH
EVALUASI
1.Meminta responden untuk menjawab
pertanyaan penyuluh
a. apa pengertian dari strain dan prain
(kesleo)?
b. apa saja penyebab dari strain dan
prain (kesleo)?
2. Menyimpulkan hasil penyuluhan
Kesleo atau sprain (dalam Bahasa medisnya) adalah cedera pada ligament,
sedangkan strain merupakan cedera pada otot atau tendon. Ligamen adalah
jaringan sekitar sendi penghubung tulang yang satu dan lainya, sedangkan tendon
merupakan penghubung tulang dan otot.
1. Bentuk tubuh yang tidak ideal, sehinga membuat otot dan sendi tidak
sepenuhnya menyokong gerakan saat berolahraga.
2. Perlengkapan yang tidak tepat, seperti sepatu yang sudah tidak layak
pakai.
3. Tidak melakukan pemanasan sebelum olahraga, pemanasan berguna untuk
meregangkan otot dan membantu mencegah kesleo saat berolahraga.
4. Tubuh lelah, sehingga saat beraktifitas performanya kurang baik.
1. Berjalan atau berolahraga pada permukaan atau medan yang tidak rata.
2. Melakukan gerakan beputar saat berolahraga, seperti dalam olahraga
atlentik.
3. Melakukan pendaratan atau jatuh pada posisi yang salah.
4. Teknik latihan yang salah saat berolahraga.
TERSEDAK
Waktu : 15 Menit
D. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : Ceramah, tanya jawab
2. Media : Leaflet
LAMPIRAN MATERI
TERSEDAK
1. Pengertian Tersedak
Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing
makanan (makanan, benda dll) ke dalam jalan nafas sehingga menimbulkan
gawat nafas. Pengenalan dini tanda-tanda tersedak merupakan langkah awal
untuk suksesnya penanganan tersedak.
2. Penanganan Tersedak
Untuk tersedak ringan :
Jika korban masih bisa batuk anjurkan untuk batu terus menerus sekeras-
kerasnya. Yang tidak boleh dilakukan yaitu tidak boleh memberi minum
pada korban tersedak dan masukan jari kedalam mulut sebagai usaha
mengeluarkan benda asing
Untuk tersedak berat :
Heimlich Manuever
1. Berdiri atau berlutut dibelakang korban
2. Kepalkan salah satu tangan anda
3. Letakan kepalan tangan anda dengan arah ibu jari menempel
dinding perut korban, posisikan kepalan tangan ada 2 jari diatas
pusatpusat ( tidak memposisikan kepalan tangan dihati)
4. Kencangkan kepalan tangan
5. Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda
asing keluar atau sampai korban sampai jatuh tidak sadar.
Waktu : 15 Menit
D.Strategi Pelaksanaan
1. Kehilangan tulang
2. Gerakan pada yang patah terus menerus
3. Terdapat rongga atau jaringan diantara tulang yang patah
4. Keganasan local
5. Infeksi
6. Penyakit tulang
7. Usia (orangtua sembuh lebih lama)
B. Untuk Operasi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
3. Tujuan Penyuluhan
5. Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, masyarajat mampu
memahami tentang bantuan hidup dasar pada orang dewasa.
6. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran
dapat :
a. Menyebutkan pengertian bantuan hidup dasar
b. Menjelaskan tujuan dari BHD
c. Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan tindakan BHD
d. Menjelaskan langkah-langkah untuk melakukan BHD pada
orang dewasa.
4. Kegiatan Penyuluhan
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
2. Materi
a. Pengertian BHD
b. Tujuan dari BHD
c. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan tindakan
BHD
d. Langkah-langkah melakukan BHD
3. Media
a. Leaflet
4. Langkah Kegiatan
No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Waktu
a. Penyuluh
mempersiapkan
rencana
pembelajaran
b. Penyuluh
mempersiapkan
media pembelajaran
Pra kegiatan sesuai dengan tujuan
1. 5 menit
pembelajaran pembelajaran
c. Penyuluh
mempersiapkan dan
mencek lingkungan
yang akan
mempengaruhi
proses pembelajaran
5. Evaluasi
1. Prosedur : Post Test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Essay
6. Sumber Belajar
1. Sartono, Masudik & Suhaeni. (2014). Basic Trauma Cardiac Life
Support. Bekasi:Gadar Medik Indonesia
2. Soemitro. M.P.,Andiani & Saputra. (2016). Penanganan Gawat
Darurat Basic I. Bandung:RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung
7. Lampiran
1. Uraian Materi
2. Pertanyaan dan Kunci Jawaban
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian BHD
yang dilakukan pada korban yang mengalami suati keadaan henti jantung dan
B. Tujuan BHD
ketempat aman
4. Korban diletakan pada permukaan yang datar dan keras dengan posisi
terlentang
D. Langkah-langkah melakukan BHD
keadaan korban
4. Periksa nadi karotis (di daerah leher geser 1-2 cm kekanan atau kekiri dari
dada
5. Bila nadi karotis tidak teraba, lakukan Resusitasi Jantung Paru dengan
cara:
talapak tangan diletakan di tengah tulang dada dan telapak tangan yang
satunya diletakan diatas telapak tangan yang pertama dengan jari-jari
saling mengunci.
l. Tangan tidak boleh dilepas dari permukaan dada atau merubah posisi
Gambar 4.
Pemberian nafas dari mulut kemulut
6. Evaluasi
e. Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kembali RJP sebanyak 5 kali
Gambar 5.
Posisi Recovery
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
A.Tujuan
B.Materi (Terlampir)
1.Definisi perdarahan
2. Klasifikasi perdarahan
C.Media
1.leafleat
D.Metode penyuluhan
1.Tanya Jawab
2.Ceramah
3.Praktek
E.Setting tempat
PENYULUH
MODERATOR
ATOR
AUDIENCE
OBSERVER FASILITATOR
F.Pengorganisasian
G.Rincian tugas pengorganisasian
1. Moderator
-Memperkenalkan diri.
2.Penyuluh
3.Fasilitator
-Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan penyuluhan saat
berlangsung.
5.Dokumentasi
H.Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN
NO WAKTU P PESER
EMBICARA TA
Pembukaan:
4.Melakukan kontrak
waktu
2.Mempraktekkan cara
pertolongan perdarahan
Evaluasi : 1.Bertanya
2.Memberikan pertanyaan
kepada peserta
Penutup:
I.Evaluasi
2.Bagaimana cara pertolongan pertama pada pasien perdarahan baik dan benar?
Evaluasi pemrograman:
3. Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai.
7.Hasil : Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh.
J.Daftar Pustaka
Tarwoto & Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan : Jakarta.
MATERI
5. Defenisi perdarahan
Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh
tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan,
atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. (Brunner & Suddarth 2001). Sebagai seorang
pelaku Pertolongan Pertama selain dapat melakukan tindakan bantuan hidup dasar dan
resusitasi jantung paru, juga harus dapat mengenali dan mengatasi perdarahan. Mengenali
dan mengatasi perdarahan merupakan salah satu ketrampilan utama yang juga harus dikuasai
oleh seorang pelaku Pertolongan Pertama. Bila perdarahan ini tidak diatasi dengan segera
maka nyawa korban dapat terancam maut dengan tanda awal menjadi lemah, syok, dan
akhirnya meninggal.
Untuk mengatasi perdarahan, kita harus tahu dahulu tentang sistem peredaran darah
(sistem sirkulasi) yang bertanggung jawab mengedarkan (mengalirkan) darah ke seluruh
tubuh manusia. Adapun 3 komponen utama dalam sistem ini adalah jantung, pembuluh
darah, dan darah, yang ketiganya harus berfungsi dengan baik agar tidak terjadi gangguan
dalam tubuh.
Jika hal di atas terganggu pada salah satu atau lebih sel dan organ tubuh oleh satu atau
beberapa penyebab, maka sel atau organ tersebut akan mengalami keadaan berbahaya, yaitu
akan berkurangnya pasokan darah, oksigen, dan nutrisi sehingga zat sampah (karbon dioksida
dan sisa pembakaran) akan bertumpuk. Keadaan ini dikenal dengan istilah Hipoperfusi atau
Syok.
6. Klasifikasi perdarahan
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari
tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka).
Bila sebagai seorang pelaku pertolongan pertama menemukan korban dengan kondisi seperti
itu, maka harus berhati-hati dalam melakukan pertolongan karena sebagai penolong harus
menganggap darah ini dapat menulari. Pastikan untuk memakai alat perlindungan diri, segera
membersihkan darah yang menempel baik pada pakaian, tubuh, maupun peralatan.
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi
tiga bagian:
1. Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai dengan
denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit
untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan
hingga diperoleh bantuan medis.
2. Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat luas
dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan
vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau
udara yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
3. Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes
perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak
memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang
keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah
vena.
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem
peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang
tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
Cara yang terbaikpada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga
dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus
dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik
dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti
dengan yang baru.
2. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih
tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa
diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi dilakukan hanya untuk
perdarahan pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan
langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot
rangka dan benda tertancap.
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang
luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial
artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang
selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral
artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang
mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
4. Immobilisasi
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya
gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
5. Torniquet
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki saja,
merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputansi.
Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak dapat
mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari di bawah ketiak
(untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).
6. Kompres dingin
Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh darah yang
mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat dengan cepat terhenti.
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda
tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka
tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat
sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi
dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar.
Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan
kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:
h. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan hilangnya
banyak darah dalam waktu singkat.
i. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan
pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.
j. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita meninggal tanpa
mengalami luka luar yang parah.
k. Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka penolong
harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan
analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban mengalami
perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan
memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya.
C .Tanda dan gejala perdarahan
D . Penatalaksanaan
1. Posisi syok