PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang
berkualitas.Salah satufaktor yang mempengaruhi sumber daya manusia
manusia adalah faktor kesehatan yangmemegang peranan penting.Oleh
karena itu pola aktivitas yang padat dan kurangnya memperhatikan asupan
nutrisi adekuat serta banyaknya mengkonsumsi makanan yang bersifat asam
atau pedas merupakan salah satu faktor pencetus dari penyakit
gastritis.Gastritis bukanlah penyakit tunggal, tetapi beberapa kondisi yang
mengacu pada peradangan lambung yang merupakan akibat dari infeksi
bakteri yaitu Helicobacter Pylory (Santoso, 2015). Menurut Syam
(2014),gastritis merupakan suatu proses peradangan pada lapisan mukosa
dan sub-mukosa lambung yang ditandai dengan nyeri pada daerah perut dan
kadang disertai dengan mual dan muntah, yang dapat berujung pada
perdarahan saluran cerna apabila tidak segera dilakukan tindakan
keperawatan (Wijaya, 2013).
Menurut badan penelitian kesehatan dunia (WHO) yang dikutip oleh
Kurnia (2010) angka kejadian gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahun.Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal
yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat
menyusahkan kita.Sementara itu angka kejadian penyakit gastritis di
Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952
1
meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya
anti inflamasi nonsteroid (NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen,
naproksen), sulfonamida, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim
pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung
(Price & Wilson, 2002). Kemudian masalah keperawatan yang muncul adalah
gangguan rasa nyaman nyeri karena adanya mukosa lambung yang teriritasi,
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas, kurang pengetahuan
tentang penyakit, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan asuhan
keperawatan (Doenges, 2014).
Tindakan keperawatan seperti mengkaji pasien dengan gastritis akut atau
kronis , haruslah dengan hati-hati pada faktor risiko. Pertimbangkan diet,
pola makan, serta penggunaan resep dan obat-obatan bebas, juga gaya hidup,
termasuk konsumsi alkohol dan merokok. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan, fokuslah pada pengajaran tentang penyebab gastritis dan makanan
yang mungkin memperburuk penyakit. Bantu untuk mengkaiji faktor-faktor
yang dapat memicu peningkatan manfestasi, seperti stres atau kelelahan,
meminum obat-obatan tertentu saat perut kosong, konsumsi makanan dan
minuman, konsumsi alkohol, serta merokok (Black, 2014).
Alumunium hidroksida dengan magnesium karbonat adalah antasida
terbaik untuk gastritis. Reseptor H2 antagonis, penghambat pompa proton, dan
obat antisekresi juga dapat menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan. Jika
terjadi mual dan muntah parah, maka batasi asupan per oral pasien sampai
masalah keperawatan menurun. Ketika nyeri dan mual yang berhubungan
dengan
gastritis
telah
mereda,
pasien
dapat
diinstruksikan
untuk
kajian
lebih
lanjut
dengan
malakukan
asuhan
Tujuan Khusus
1 Mengkaji klien dengan Gastritis di ruang penyakit dalam RSUD dr.
2
Bagi Akademis.
Bagi Peneliti.
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan
pada klien dengan gastritis.
Observasi
Merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual
dengan menggunakan panca indra (Asmadi, 2008).
Pemeriksaan
Merupakan metode pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik
dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, pemeriksaan
laboratorium dan rontgen (Hidayat, 2008).
1.5.3
1
Sumber Data
Data Primer
Data Primer adalah data yang didapatkan dari klien untuk menggali
informasi mengenai masalah kesehatan klien (Setiadi, 2012).
Data Sekunder
Data Sekunder adalah data atau informasi yang didapat dari orang tua,
suami atau istri, teman klien atau orang terdekat klien (Setiadi, 2012).
Data tersier
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan penilaian yang dilaksanaan dengan
menggunakan literatur atau kepustakaan baik berupa buku, catatan, maupun
laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu (Sangadji dan Sopiah, 2010).
1.6
Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1.6.3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep
penyakit dan asuhan keperawatan gastritis. Konsep penyakit yang
diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan
keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada gastritis
dengan melakukan asuhan keperawatan yan terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian
Gastritis merupakan suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan sub-mukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.(Syam,
2014). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus,atau
lokal( Price, 2006).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung klinis yang
ditemukan berupa dispepsia atau indigesti berdasarkan pemeriksaan
endoskopi
ditemukan
eritema
mukosa,
sedangkan
hasil
foto
10
11
12
13
asam
lambung
dipengaruhi
oleh
kerja
saraf
dan
hormon.Sistem saraf yang bekerja yatu saraf pusat dan saraf otonom, yakni
saraf simpatis dan parasimpatis. Adapun hormon yang bekerja antara lain
adalah hormon gastrin, asetilkolin, dan histamin. Terdapat tiga fase yang
menyebabkan sekresi asam lambung.Pertama, fase sefalik, sekresi asam
lambung terjadi meskipun makanan belum masuk lambung, akibat
memikirkan atau merasakan makanan. Kedua, fase gastrik, ketika
14
2.1.3
Klasifikasi
akut
merupakan
penyakit
yang
sering
ditemukan,
15
banyak dan terlalu cepat atau makan makanan yang pedas dan terlalu
banyak bumbu.
2. Gastritis kronik
a. Gastritis kronik berhubungan dengan helicobacter pylori, apalagi
jika ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang yang juga
menimbulkan atropi beberapa sel fungsional tunika mukosa.
b.
2.1.4
Etiologi
Menurut Misnadiarly (2009), penyebab gastritis yaitu obat- obatan
seperti aspirin, alkohol, trauma pada lambung, kelainan pembuluh darah
pada lambung, luka akibat operasi/bedah lambung, autoimun pada anemia
pernisiosa, adanya tumor pada lambung. Selain itu faktor kejiwaan atau
stressjuga berperan terhadap timbulnya serangan ulang penyakit tersebut,
kemudian juga gastropati reaktif dan infeksi khususnya padahelicobacter
pylori.
2.1.5
Gejala klinis
16
Patofisiologi
Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses autodigesti
acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa
barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf
colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan
menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan
tercadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung (Dermawan dan
Rahayuningsih, 2010). Gastritis akut merupakan penyakit yang biasanya
bersifat jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap
berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan
terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus
yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab
17
2.1.7
Diagnosis
Menurut Brunner & Suddarth (2005) cara menegakkan diagnosis pada
Gastritis adalah :
1
Gastritis akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu ganbaran lesi mukosa
akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal sengan tepi
atas rata. Pada endoskopi dan gambaran radiologi.Dengan kontras
tunggaal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superfisial, karena
itu sebaiknya digunakan kontras ganda.Secara umum endoskopi
saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosis
kelainan akut lambung.
18
Gastritis kronik
Diagnosa gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
endoskopi dan dilanjuutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsy
mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan
adanya infeksi Helicobacter Pylory apalagi jika ditemukan ulkus baik
pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian
yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Dilakukan pula rapid
ureum test (CLO). Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosa
Helicobacter Pillory, Jika hasil CLO dan atau PA positif.Dilakukan
pula pemeriksaan serologi untuk Helicobacter Pillory sebagai
diagnosis awal.
2.1.8
Komplikasi
Komplikasi gastritis menurut Mansjoer (2003), adalah :
1. Kompikasi gastritis akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atasberupa hematemesis dan
2.1.9
19
20
Pengertian Nyeri
21
apabila
tidak
ditangani
pada
akhirnya
dapat
Skala Nyeri
Pengkajian karakteristik umum nyeri membantu perawat mengetahui
pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi
nyeri.Karakteristik nyeri meliputi awitan dan durasi, lokasi nyeri,
intensitas nyeri, kualitas dan tindakan-tindakan yang memperberat dan
22
memperingan
nyeri.
Ada
banyak
instrument
pengukur
nyeri,
= tidak nyeri.
1-3
=nyeri ringan.
4-6
= nyeri sedang.
7-9
10
= nyeri ringan
= nyeri sedang
= nyeri berat
= nyeri sangat berat
= nyeri hebat
: Tidak nyeri
23
1-3
Nyeri
ringan
secara
obyektif
klien
dapat
berkomunikasidenganbaik.
4-6
dapatmenunjukkan
lokasi
nyeri,
dapat
menunjukkan
lokasi
nyeri,
tidak
dapat
2.2.3
Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Potter & Perry (2005), penatalaksanaan nyeri dapat dibagi
menjadi dua cara, yaitu:
1) Manajemen Farmakologi
a) Analgesik Opioid/analgesik narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifatsifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura dan
kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
a. Metadon.
24
1. Depresi pernapasan
2. Konstipasi
3. Gangguan SSP
4. Hipotensi ortostatik
5. Mual dam muntah pada dosis awal.
b. Fentanil.
Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi
pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
Efek
tak
diinginkan:
Depresi
pernapasan
lebih
kecil
25
Obat
Analgetik
Non-Narkotik
atau
Obat
merupakan
devirat
asam
propionat
yang
26
sebagai
menggantikan
analgesik
penggunaan
dan
salisilat.
antipiretik,
Sebagai
telah
analgesik,
meningkatkan
efektinitasnya
tanpa
perlu
analgesik.
Asam
meningkatkan dosisnya.
c. Asam Mefenamat
Asam
mefenamat
digunakan
sebagai
27
dikombinasi
dengan
simethicone
dapat
digunakan
untuk
28
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung ranitidine hydrochloride
setara dengan 150 mg ranitidine base.
Indikasi:
Ranitidine digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan
duodenum akut, refluks esofagitis, keadaan hipersekresi asam
lambung patologis seperti pada sindroma Zollinger-Ellison,
hipersekresi pasca bedah.
obat
menghilangkan
sebagai
nyeri.
satu-satunya
Namun
begitu,
metode
banyak
untuk
aktivitas
untuk
obat-obatan,
tindakan
tersebut
mungkin
29
mungkin
cara
yang
paling
efektif
untuk
menghilangkan nyeri.
a. Bimbingan antisipasi
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai
efek positf tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk
relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan
suatu napas berirama lambat denfgan suatu bayangan mental
relaksiasi dan kenyamanan.Dengan mata terpejam, individu
diinstruksikan untuk membayangkan bahwa setiap napas yang
diekhalasi secara lambat ketegangan otot dan ketidak nyaman
dikeluarkan, menyebakan tubuh yang rileks dan nyaman.Setip
kali menghirup napas, pasien harus membayangkan energi
penyembuh dialairkan ke bagian yang tidak nyaman.Setiap kali
napas dihembuskan, pasien diinstruksikan untuk membayangkan
bahwa udara yang dihembuskan membawa pergi nyeri dan
ketegangan.
b. Distraksi
Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selai pada nyeri, dapat menjadi stategi yang sangat
berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertnggung
jawab pada teknik kognitif efektif lainnya ( Arntz dkk., 1991;
Devine dkk., 1990). Sesorang, yang kurang menyadari adanya
30
1992).Beberapa
penelitian,
bagaimanapun,
telah
31
bertujuan
menstimulasi
serabut-serabut
yamg
32
2.3 Cemas
Cemas merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respons autonom, biasanya sumber
sering kali tidak diketahui oleh individu (Herdman,T. Heather,2012).
Tingkatan ansietas :
1. Cemas ringan
Berhubungan
dengan
3. Cemas berat
4. Panik
2.3.1
Penatalaksanaan Cemas
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini
digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka
panjang
karena
pengobatan
ini
menyebabkan
toleransi
dan
33
kelangsungan
hidupnya
agar
dapat
mempertahankan
34
2.6 Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
2.6.1
Penatalaksaan
Untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibelitas sendi,
maka pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur
35
tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah
jadwal tentang perubahan posisi selama kurang lebih setengah jam.
Ambulasi dini dapat dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat
tidur, turun dari tempat tidur, dan kegiatan ini dapat dilakukan secara
berangsur-angsur. Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif karena
ROM merupakan tindakan untuk mengurangi kekakuan sendi dan
kelelahan pada otot (Hidayat, 2014).
2.7 Konsep Proses Keperawatan
2.7.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi
dan
mengidentifikasi
status
kesehatan
klien
(Setiadi,2012).
Data tersebut berasal dan pasien (data primer), dan keluarga (data
sekunder) dan data dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian
dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang
diperlukan pada klien Gastritis adalah sebagai berikut :
1) Data dasar
Adapun data dasar yag dikumpulkan meliputi :
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa. medis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
36
Biasanya klien mengeluh nyeri uluh hati dan perasaan tidak mau
makan, mual dan muntah serta mengalami kelemahan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji tentang peyakit apa yang pernah diderita oleh klien, apakah
klien memang mempunyai rwayat penyakit maag sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Lakukan pengkajian tentang riwayat penyakit keturuanan yang
berhubungan dengan penyakit gastritis, dan riwayat penyakit
keturunan lain yang ada dalam keluarga. Untuk penyakit gastritis
bukanlah termasuk penyakit keturunan.
e. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk
mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan
cara klien menerima keadaannya.
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat
tidur, aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mualai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi
dan perkusi.
Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien dengan
gastritis adalah :
37
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan
Tanda
2) Sirkulasi
Gejala :
a. Hipotensi (termasuk postural)
b. takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)-kelemahan / nadi
perifer lemah
c. pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
d. Warna kulit: pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah) kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik).
3) Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda: tanda ansietas, misal : gelisah, pucat,berkeringat,perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4) Eliminasi
Gejala:
:Riwayat
perawatan
di
rumah
sakit
sebelumnya
38
selama
perdarahan.
perdarahan,
Karakteristik
feses
hipoaktif setelah
:
diare,
darah
Tanda: muntah
mual / muntah.
penurunan
produksi
mukosa,
39
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa
terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai
perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar
setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah /
atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah
makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). Nyeri
epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung
kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau
gastritis). Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol,
penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda
8) Keamanan
Gejala
Tanda
9) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
ASA,
alkohol,
steroid. NSAID
40
Analisa Data
Analisa data adalah Kemampuan pengembangan daya pikir dan
penalaran data keperawatan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam ilmu
keperawatan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan untuk membahas
permasalahan keperawatan (Ali, 2012).
2.7.3
Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,
pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan.Diagnosa
keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari
hasil pengkajian keperawatan. Menurut Doengoes (2001), diagnosa
keperawatan pada klien dengan gastritis adalah :
41
ketakutan
berhubungan
dengan
perubahan
Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang sistematis dan
identifikasi masalah, penentuan tujuan, pelaksanaan serta cara atau
strategi yang disusun dengan tujuan untuk menanggulangi masalah
keperawatan dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan
berdasarkan prioritas masalah pasien ( Nasrul, 2012) yaitu:
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang dan pengeluaran yang
berlebihan.
42
43
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyeri berkurang
b. Keadaan klien tampak rileks
c. Skala nyeri : 0- 3
d. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20
x/mnt, S : 36-37 C)
e. Tidak ada perilaku distraksi
Rencana tindakan :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang
berhubungan untuk memilih intervensi.
b. Kompres hangat pada daerah nyeri
Rasional : meningkatkan relaksasi otot.
c. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
d. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : menurunkan rasa nyeri.
e. Ajarkan teknik manajemen nyeri
44
Tujuan :setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
45
Rencana tindakan:
a. Observasi dan diskusikan kemungkinan penyebab gangguan tidur.
b. Berikan
lingkungan
yang
nyaman
bagi
pasien
untuk
46
kelemahan
47
meningkatkan
kembali
perhatian
dan
dapat
meningkatkan koping.
48
pengetahuan
tentang
penyakit
dan
penatalaksanaan
49
sumber
untuk
membantu
membuat
pengertian
mengenai
proses
identifikasi
perubahan.
Rencana tindakan :
a. Kaji
tingkat
penyakit
dan
penatalaksanaan.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari klien.
b. Instruksikan
pasien
untuk
tidak
makan-makanan
yang
mengandung asam.
Rasional :Makanan yang mengandung asam dapat meningkatkan
asam lambung.
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
penatalaksanaan.
Rasional : Membatu sebagai pengigat dan penguat belajar.
50
Pelaksanaan/Implementasi
Menurut Doengoes (2014), implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan
yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik
serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada
pasien.Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap
pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen.Tindakan
keperawatan
secara
independen
adalah
suatu
kegiatan
yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan
yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.
Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang hams dipunyai
perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif,
sikap dan psikomotor. Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien
dengan gastritis yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri
klien, serta melakukan pendidikan kesehatan pada klien.
51
2.7.6
Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses
atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
keperawatan,
evaluasi
hasil
atau
sumatif
dilakukan
dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan (Nursalam, 2011). Pada bagian ini ditentukan apakah
perencanaan sudah tercapai atau belum, dan dapat juga timbul masalah
baru dan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang/hilang, kecemasan pasien berkurang, resiko infeksi tidak
terjadi, kebutuhan nutrisi seimbang dan tercukupi.
2.7.7
Dischange Planning
Dischange planning ( perencanaan pulang ) merupakan proses
yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi
yang dilakukan tim kesehatan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan sosial sebelum dan sesudah
pulang.Tujuan perencanaan pulang salah satunya meningkatkan
kemandirian
pasien
permasalahan,pencegahan
dan
yg
kelurga
harus
dalam
ditempuh
memahami
sehingga
dapat
52
Tindakan
keperawatan
yang
diberikan
pada
pasien
sebelum
keperawatan
komunitas
dengan
rumah
sakit,untuk
53
Penurunan imunitas
Minuman Beralkohol
infeksi jamur, makanan dan minuman yang bersifat instan, iskemia dan trauma lambung langsung
Sintesis prostaglandin Menurun
Stres Psikologis
Sekresi H+ meningkat
Sekresi pepsinogen meningkat
Kurang pengetahuan
Gastritis Akut
Garam empedu
Hematemesis
Respon psikologis
Mual, muntah, dan anoreksia
Respons saraf lokal dari iritasi mukosa
Intake nutrisi tidak adekuat
Nyeri
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kecemasan