Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung merupakan penyebab utama kematian di berbagai negara,
termasuk di Indonesia yang angka kejadiannya setiap tahun terus mengalami
peningkatan.Prevalensi gagal jantung terus meningkat seiring bertambah usia,
usia tua maupun muda tergantung dari penyebabnya (Rinaldi dkk,2010).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai
oleh sesak nafas (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung (Sudoyo,2010). Penyakit ini di sebabkan
karena jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh ( Rahmatina,
2010). Gagal jantung dapat terjadi akibat dari semua jantung yang
menyebabkan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah
.Biasanya penyebabnya adalah penurunan kontraktilitas miokardium akibat
kurangnya aliran darah koroner (Guyton,2008) . Meningkatkan oksigenasi
dengan cara pemberian oksigen dan pembatasan aktivitas,memperbaiki
kontraktilitas otot jantung (Mansyoer,2002).
Menurut data world health organitation (WHO) yang dikutip oleh
Najafi.,dkk (2013) Dari total 907.242 kematian, gagal jantung mencapai
3,2%. Di Indonesia sekitar 3 sampai 20 per 1000 orang pada populasi
mengalami gagal jantung, dan prevalensinya meningkat seiring pertambahan
usia (100 per 1000 orang pada usia di atas 65 tahun) (Desrina,2013).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar ( Reskesdas) pada tahun 2013 angka
kejadian gagal jantung di jawa timur diperkirakan mencapai 0,19%. dari
jumlah penduduk Jawa Timur sebesar. Di RSUD dr. Soeroto Ngawi
1

prevalensi penderita Penyakit gagal jantung

mengalami penurunan

dibuktikan pada tahun 2014 sebanyak 330 kasus, dan terdapat 53 klien
meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2015 bulan Januari sampai dengan
bulan Agustus sebanyak 107 kasus, dan terdapat 18 klien meninggal dunia
(Rekam Medik, 2015).
Gagal jantung di sebabkan oleh banyak faktor resiko antara lain
penyakit hipertensi, dimana pada keadaan ini beban kerja jantung akan
meningkat sehingga terjadi hipertropi serabut otot jantung. Hipertrofi otot
jantung mengakibatkan menurunya kontraktilitas jantung, yang akan
mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas yang
menurun pada ventrikel dapat mengurangi cardiac output dan meningkatkan
volume ventrikel. Kontraktilitas yang menurun mengakibatkan penurunan
volume darah yang di pompa jantung untuk mensuplai darah ke tubuh. Apa
bila ginjal kekurangan suplai darah maka keseimbangan cairan akan
terganggu dan mengakibatkan terjadinya edema. Edema perifer terjadi akibat
penimbunan cairan interstial masalah yang timbul akibat nokturia. Retensi
natrium pada ginjal akan menyebabkan terjadinya penimbunan cairan pada
perut (asites) dimana pada keadaan ini dapat menimbulkan gejala mual,
muntah, dan tidak nafsu makan. Suplai darah yang tidak lancar pada paru
akan menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di paru-paru dan tubuh
akan cenderung asam karena terjadi peningkatan CO2. Kondisi ini memberi
gejala sesak nafas dan ortopnea (Brunner dikutip oleh Kasron 2012). Masalah
keperawatan yang dapat terjadi dari keadaan ini adalah penurunan curah
jantung, intoleransi aktifitas, resiko tinggi gangguan intergritas kulit,

gangguan pertukaran gas, kurang pengetahuan, dan kelebihan volume cairan


(Doenges, 1999).
Asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung adalah
istirahatkan total,

memperbaiki kontraktilitas otot jantung dengan cara

kolaborasi dalam pemberian obat inotropik,


cairan

tubuh

yang

berlebih

dengan

menghilangkan penimbunan

cara

mengkonsumsi

vitamin,

mempertahankan pemberian nutrisi yang adekuat sesuai dengan dit


(Mansjoer, 2000 dan Baradero, 2008).Memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang cara meringankan beban jantung, menganjurkan
untuk pola hidup sehat tidak mengkonsumsi alkohol, kurangi aktivitas, diet
rendah garam,minum obat secara teratur, kontrol rutin dan menimbang berat
badan secara berkala (Udjianti,2010).
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka
penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan malakukan Asuhan
Keperawatan Gagal Jantung dengan membuat rumusan masalah sebagai
berikut Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa
Gagal Jantung di Ruang Penyakit Dalam RSUD. Dr. Soeroto Ngawi 2016.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa Gagal Jantung di Ruang Penyakit Dalam RSUD dr.
1.3.1

Soeroto Ngawi Tahun 2016.


Tujuan Khusus
1. Mengkaji klien dengan diagnosa Gagal Jantung di Ruang Penyakit
Dalam RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2016.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa Gagal


Jantung di Ruang Penyakit Dalam RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2016.
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Gagal
Jantung di Ruang Penyakit Dalam RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2016.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Gagal
Jantung di Ruang Penyakit Dalam RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2016.
5. Mengevaluasi klien dengan diagnosa Gagal Jantung di Ruang Penyakit
Dalam RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2016.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Gagal
Jantung di Ruang Penyakit Dalam RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2016.

1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
1.4.1

manfaat :
Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien Gagal
Jantung.

1.4.2

Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :


1. Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
Rumah Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien Gagal
Jantung dengan baik.
2. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan
pada klien Gagal Jantung.
3. Profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien
Gagal Jantung.

1.5 Metode Penulisan


1.5.1 Metode
Jenis penulisan yang digunakan adalah Study kasus sebagai salah satu
Jenis pendekatan diskriptif adalah penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci dan mendalam terhadap individu atau gejala tertentu terhadap
keadaan atau kejadian sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang
sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis
informasi, dan pelaporan hasilnya. Penelitian study kasus dan lapangan
adalah penelitian dengan karateristik masalah yang berkaitan dengan latar
belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang di teliti serta interaksinya
dengan lingkungan (Sangadji dan Sopiah,2010).
1.5.2

Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode
survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek
penelitian.Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan
komunikasi atau hubungan dengan responden.Teknik wawancara dapat

dilakukan 2 cara, yaitu:melalui tatap muka atau melalui telepon ( Setiadi,


2013).
2. Observasi
Observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang),
obyek(benda), atau kajian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu individu yang diteliti. Kelebihan metode
observasi dibandingkan dengan metode survei adalah data yang
dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat, dan bebas dari
response bias (Setiadi,2013).
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh
guna menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan fisik berfokus pada
klien terhadap masalah yang dialaminya. Cara pendekatan sistematis
yang dapat digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik
adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe)
khususnya pada jatung dan pendekatan berdasarkan sistem tubuh (review
of system) yang berfokus pada sistem kardiovaskuler. Ada 4 tehnik
pemeriksaan fisik yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
(Asmadi, 2008). Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari proses
pengambilan data, pemeriksaan ini dapat di gunakan untuk mendiagnosis
penyakit, sementara yang lain di gunakan untuk mengikuti perjalanan
penyakit dan penyesuaian terapi (Doenges,1999).
1.5.3

Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Data primer merupakansumber penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).Sumber penelitian

primer diperoleh para peneliti untuk menjawab pertanayaan penelitian


(Setiadi,2013).
2. Sumber Data Sekunder
Menurut Setiadi (2013) Data sekunder adalah data yang di peroleh
dari pihak lain. Data sekunder di golongkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Internal
Dokumen-dokumen akutansi dan operasi yang dikumpulkan,
dicata, dan disimpan dalam suatu organisasi merupakan tipe data
internal. Peneliti yang tidak berasal dari organisasi tersebut umumnya
sulit memperoleh data internal.
b. Eksterna
Data eksternal umumnya disusun oleh suatu etentitas selain
peneliti dari oganisasi yang bersangkutan.
3. Sumber Data Tersier
Menurut Setiadi (2012) data tersier dibagi menjadi 3 diantaranya :
a. Catatan klien
Catatan klien yang sudah ditulis oleh anggota tim kesehatan
yang

digunakan

sebagai

sumber

informasi

dalam

riwayat

keperawatan. Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu, yang


sebelumnya sudah mengadakan interaksi pada klien, perawat
hendaknya membaca catatan klien terlebih dahulu.
Riwayat penyakit klien
b. Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat
penyakit yang diperoleh dari terapis.
b. Konsultasi

Kadang-kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota


tim kesehatan spesialis untuk menentukan diagnosa medis atau dalam
merencanakan maupun melakukan tindakan medis.
c. Hasil pemeriksaan diagnostik
Hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostic dapat
menentukan diagnosis dan membantu mengevaluasi keberhasilan dari
tindakan keperawatan.
d. Catatan medis dari anggota tim kesehatan lain
Catatan terdahulu dapat dipergunakan sebagai sumber informasi
yang dapat mendukung rencana tindakan keperawatan.
1.6 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1.6.1 Bagian awal, Memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,
1.6.2

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.


Bagian inti, Terdiri dari lima bab, yang masing masing bab terdiri dari sub
bab berikut :
BAB 1 : Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan
penuliasan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan studi kasus.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka, Berisi tentang anatomi fisiologi, konsep penyakit
dari sudut medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Penyakit
Jantung Koroner, serta kerangka masalah.
BAB 3 : Tinjauan Kasus, Berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB 4 : Pembahasan, Berisi tentang perbandingan antara teori dengan

1.6.3

kenyataan yang ada dilapangan.


BAB 5 : Penutup, Berisi tentang simpulan dan saran.
Bagian akhir
Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Anda mungkin juga menyukai