ii.
pencernaan makanan
PWL
NWL
CWL
Jumlah
Dehidrasi
Ringan
50
100
25
175
Sedang
75
100
25
200
Berat
125
100
25
200
Keterangan
PWL : Previous Water Loss (ml/kgBB)
(cairan yang hilang karena muntah)
NWL : Normal Water Losses (ml/kgBB)
(Cairan yang hilang melalui urine, kulit, pernapasan)
CWL : Concomitant Water Losses (ml/kgBB)
(Cairan hilang karena muntah hebat)
Cara memberikan dalam terapi dehidrasi
A. Dehidrasi Ringan (2-5%)
1 Jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral / Intragastrik
Selanjutnya : 125 ml/kgBB atau ad libitum
B. Dehidrasi sedang (5-10%)
1 Jam pertama :50-100 ml/kgBB peroral/ Intragastrik
Selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari/ad libitum
C. Dehidrasi berat (>10%)
Untuk anak 1 bulan 2tahun dengan berat badan 3-10kg
Ringan
Haus, sadar, gelisah
Sedang
Haus, Gelisah
Berat
Ngantuk, lemah, shock,
Umum
Nadi
Normal
Cepat, kecil
koma
Cepat, kecil, bisa tak
Turgor
Ketika dicubit
teraba
Ketika dicubit kembali
kembali
1-2 detik
dalam waktu
detik
Normal
Ada
Basah
Normal
40-50 ml/kgBB
2-3 detik
Cekung
Tidak
Kering
Oliguria
60-90
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat Kering
Tak ada (anuria)
100-110ml/kgBB
4
5
6
7
8
Kelopak mata
Air mata
Selaput lendir
Urine
Hilang cairan
ml/kgBB
D. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. gangguan gizo akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
Patognesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare hdala
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbal diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula
Patogenesis diare akut
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung
Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus
Oleh jasad renik dikeluarkan toksik (toksik diaregenik)
Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare
Patogenesis Diare kronik
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri,
parasit, malabsorbsi, malnutrisi dll.
E. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan milroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan gangguan asam basa dalam darah dengan menentukan Ph
dan cadangan alkali / lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas
darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium kalsium dan fosfor
dan serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
2. Resiko gangguan integritas kulit pada anus karena BAB bersifat asam
Intervensi :
Kaji kerusakan kulit / iritasi anus setiap BAB
R : mengetahui terjadinya iritasi pada anus
Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap
BAB
R : menghindari iritasi pada anus klien
Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
R : melindungi kulit klien dari iritasi
Ganti popok / kain apabila lembab / basah
R : menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya
intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan
Intervensi :
Timbang berat badan anak setiap hari
R : Mengetahui BB pada status gizi anak
Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
R : mengetahui keseimbangan intake dan output
Hindari minuman buah-buahan
R : mencegah usus lebih banyak menyerap serat
Pemberian ASI tetap diteruskan
R : memenuhi kebutuhan ASI pada anak
DAFTAR PUSTAKA
1. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2 . Jakarta : EGC
2. Suriadi, Skp .2001. Asuhan Keperawatan Pada anak . Jakarta
3. Departemen Kesehatan RI pusat pendidikan tenaga kesehatan. 1989. Perawatan
Bayi dan Anak . Jakarta : Bakti Husada
4. Donna L, Wong. 2003. Pedoman klinis Keperawatan Anak . Jakarta : EGC