Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS PADA LANSIA DI UPT.PUSKESMAS TELUK BAYUR KECAMATAN


TELUK BAYUR KAB. BERAU
STASE KEPERAWATAN GERONTIK

Disusu Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gerontik


Perseptor klinik :
Perseptor akademik :

Disusun Oleh:

Irwan Sutoyo,S.Kep
NIM : P2205168

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS PADA LANSIA DI UPT.PUSKESMAS TELUK BAYUR KECAMATAN


TELUK BAYUR KAB. BERAU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gerontik

Berau, Januari 2023


Mahasiswa

(Irwan Sutoyo,S.Kep)

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(…………………………….) (…………………………….)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan serajat

kesehatan, mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan

kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan untuk mencapai

hidup sehat. Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan dalam

asuhan kepaerawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab

perawat terhadap klien. Penerapan proses keperawatan ini akan meningkatan

kualitas pelayanan keperawatn kepada klien dengan optimal.

Dalam melakukan asuhan keperawatan , perawat menggunakan pendekatan

proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis

dan ilmiah yang digunakan perawat melalui tahap pengkajian, diagnosis

keperawatan, penentuan rencana keparawatan, implementasi tindakan

keperawatan, serta evaluasi (Asmadi, 2018 ).

Tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam

mempertahankan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salah satu system

yang penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat

pentinng dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.

Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya

adalah lambung. Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan

karbohidrat dan lapisan mukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL)

yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting. Lambung (gaster) bisa

mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung (gastritis) jika

pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau mengkonsumsi
jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai

diklinik Penyakit Dalam Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan

biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU

menderita gastritis akut. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus

memahami dan memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi

dari gastrtits ini cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.

Peradangan ini (gastritis) sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri

Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering

ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada

orang dewasa mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya

lebih tinggi lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath

test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya

prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini

adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

gerontik dengan gastritis.

2. Tujuan Khusus

Mendapatkan pengalaman menerapkan asuhan keperawatan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan, meliputi :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gastritis

b. Menganalisa data dari hasil pengkajian dan menentukan prioritas

diagnosa keperawatan pasien dengan gastritis


c. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gastritis

d. Menentukan perencanaan keperawatan pada pasien dengan gastritis

e. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan gastritis

f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gastritis

g. Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan gastritis

h. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia

Seiring dengan berkmbangnya Indonesia sebagai salah satu negaradengan tingkat

perkembangannya yang cukup baik, maka tinggi pula harapan hidup penduduknya.

Diproyeksikan harapan hidup orang orang indonesia dapat mencapai 70 tahun pada

tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansia mulai dapat perhatian pemerintahan dan

masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadapberhasilnya pembangunan,

yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di indonesi.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia dan makin panjangnya usia

harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selamaini, maka

mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perludiberi kesempatan

untuk berperan dalam pembangunan. Maka lansia perlu mendapat perhatian khusus

dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993). Hal ini merupakan tantangan bagi kita

semua dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lansia. Salah satu

masalah kesehatan yang dihadapi oleh lansia dalam gastrointestinal gangguan hal ini

gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Penyakit ini kadang-kadang timbul secara menahun (kronik)

dimana penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Penyakit gastritis yang kronik dapat

dimulai dengan adanya infeksi suatu bakteri yang disebut dengan helicobacter pylori,

sehingga mengangu pertahanan dinding mukosa (Widjadja, 2009, hal. 148). Gastritis

dalam dunia kesehatan dikenal sebagai penyakit lambung atau dyspepsia. Sebagai

organ cerna, lambung berfungsi untuk menyimpan makanan, mencernakan kembali


makanan menjadi partikel yang lebih kecil untuk menyimpan makanan, mencernakan

kembali makanan menjadi partikel yang lebih kecil untuk diteruskan ke duodenum atau

duodenal. Gastritis atau dyspepsia istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai

maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri

terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah,

rasa tidak nyaman (Misnadiarly, 2009, hal. 11). WHO mengadakan tinjauan terhadap

beberapa negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian

gastritis di dunia , di antara nya Inggris 22%, Cina 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%

dan Prancis29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8 – 2,1 jt dari jumlah penduduk

setiap tahun insiden terjadinya gastritis di asia tenggara sekitar 583.635 dari jumlah

penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikofirmasi melalui endoskopi

pada populasi di shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi daripada

populasi di barat yang berkisar 4,1%. Gastritis biasanya di anggap sebagai suatu hal

yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat

menyusah kan kita(Angkow, 2014, hal. 1).

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya

pada pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena

makanan-minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang mengndung

salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang difus di mukosa

lambung, dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri epigastrium tiba-
tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam

dari pada mukosa muskularis. Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang

akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa.

bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik.

Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti

hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Penderita gastritis akut

erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk

menegakkan diagnosa tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan

tidaka sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. (Asmadi,2018

2. Etiologi

Gastritis akut erosif dapat timbul tanpa diketahui sebabnya. Penyebab yang sering

dijumpai ialah :

a. Obat analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin. Aspirin dalam dosis

rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.

b. Bahan kimia misalnya lisol

c. Merokok

d. Alkohol

e. Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,gagal

pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.

f. Refluks usus lambung

g. Endotoksin .(Asmadi, 2108)


3. Patofisologi
Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat

ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.

Manifestasi tersebut adalah: a. Muntah darah

b. Nyeri epigastrium

c. Neusa dan rasa ingin vomitus

d. Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium Pada pemeriksaan fisik biasanya

tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan

hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti

hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran.

(Asmadi,2008)

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan

ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat

perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.

b. Histopatologi.

Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah

melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh

sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu

pemeriksaan endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.

c. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak

maksimal

d. Laboraturium

Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis,


tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan.

Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12

dapat dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B 12.(Asmadi,2018)

Penatalaksaan Medis

a. Istirahat baring

b. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak.

Hindari bahan-bahan yang merangsang.

c. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100

mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-

kuman, berikan antibiotika yang sesuai.

d. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit

sebelum makan.

e. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.

(Asmadi,2008)

6. Komplikasi

Komplikasi yang penting adalah :

f. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.

Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan

kematian.

g. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.

h. Jarang terjadi perforasi.(Asmadi,2018)


B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas pasien

(umur ,jenis kelamin) dan penanggung jawab, pengumpulan data seperti

keluhan utama yang dirasakan pasien, pola makan (diet), perokok, alkoholik,

minum kopi, penggunaan obat-obatan tertentu.

b. Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit

keturunan atau tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang

dialami saat ini adanya alergi obat atau makanan.

c. Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname

atau tidak sebelumnya penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.

d. Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress , kecemayang sangat

tinggi yang dialami pasien menegnai kegawatan pada saat krisis.

e. Pola fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi makan, minum, porsi, keluhan

Gejala : Nafsu makan menurun, penurunan berat badan, mual, muntah.

2) Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang meliputi

frekuensi, warna, konsisisten dan keluhan yang dirasakan.

Gejala : BAB berwarna hitam ,lembek

f. Pola kebersihan diri

Pola ini membahas tentang kebersihan kulit, kebersihan rambut, telinga,

mata, mulut, kuku.

g. Pola pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan


h. Pola kognitif- persepsi sensori

Keadaan mental yang di alami, berbica, bahasa, ansietas, pendengaran,

penglihatan normal atau tidak.

i. Pola konsep diri meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran diri.

j. Pola koping dan nilai keyakinan

2. Pengkajian Fisik

a. Keadaan umum klien

b. Tingkah laku klien

c. Berat badan ( mengalami penurunan berat badan ) dan tinggi badan klien

d. Pengkajian fisik: Secara subyektif dijumpai keluhan pasien berupa : nyeri

epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah.

Sedangkan secara obyektif dijumpai :tanda-tanda yang membahayakan,

meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tandatanda vital, kelembekan

daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit

basah tanda-tanda dehidrasi.

e. Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan darah

2) Radiologi

3) Endoskopi

4) Histopatologi
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastric

Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

b. Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan

elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan. Aktivitas intolerance

berhubungan dengan kelemahan fisik.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat.

d. Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan infasif

e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (proses

penyakit) (Doengoes, 2000 ).

4. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul ( SDKI )

a. D.0077. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( misalnya

inflamasi, iskemia, neoplasma ).

b. D.0076. Nausea berhubungan dengan distensi lambung

c. D.0111. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


5. Rencana Asuhan Keperawatan/ Nursing care plan (NCP)

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pengertian : Kriteria Hasil: kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang Memburuk Membaik  Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan 1 Frekuensi nadi
1 2 3 4 5
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
kerusakan jaringan
memperingan nyeri
aktual atau fungsional, 2 Pola nafas
dengan onset mendadak 1 2 3 4 5  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
atau lambat dan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
berintensitas ringan Meningkat Menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik
hingga berat yang 3 Keluhan nyeri Terapeutik:
berlangsung kurang dari 1 2 3 4 5  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
3 bulan. 4 Meringis rasa nyeri
1 2 3 4 5  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5 Gelisah  Fasilitasi istirahat dan tidur
1 2 3 4 5
6 Kesulitan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
2. Nausea Tingkat Nausea Manajemen Mual
D.0076 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
tingkat nausea menurun  Identifikasi pengalaman mual
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
Perasaan tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat (mis.bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat
nyaman pada bagian Menurun Meningkat berkomunikasi secara efektif)
belakang tenggorok 1 Nafsu makan  Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
atau lambung yang 1 2 3 4 5 (mis,nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab
dapat mengakibatkan Meningkat Cukup sedang Cukup menurun peran, dan tidur)
muntah meningkat menurun  Identifikasi factor penyebab mual (mis.pengobatan
2 Keluhan mual dan procedure)
1 2 3 4 5  Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual (kecuali
3 Perasaan ingin muntah mual pada kehamilan)
 Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat
1 2 3 4 5
keparahan)
4 Perasaan asam dimulut
 Monitor asupan nutrisi dan kalori
1 2 3 4 5 Terapeutik:
5 Sensai panas  Kendalikan factor lingkungan penyebab mual
1 2 3 4 5 (mis.bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual yang
6 Sensasi dingin tidak menyenangkan)
1 2 3 4 5  Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
7 Frekuensi menelan (mis.kecemasan, ketakutan, kelelahan)
1 2 3 4 5  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
8 Diaphoresis  Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau
dan tidak berwarna, jika perlu
1 2 3 5
Edukasi
9 Jumlah saliva  Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
1 2 3 4 5  Anjurkan sring membersihakn mulut, kecuali jika
memburuk Cukup sedang Cukup Membaik merangsang mual
memburuk membaik  Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendh
10 pucat lemak
1 2 3 4 5  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
11 takikardia mengatasi mual (mis. Biofeedback, hypnosis,
1 2 3 4 5 relaksasi, terapi music, akupresur)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Manajemen Muntah
Observasi
 Identifikasi karakteristik muntah (mis. Warna,
konsistensi, adanya darah, waktu, frekuensi dan
durasi)
 Periksa volume muntah
 Identifikasi riwayat diet (mis,makanan yang disuka,
tidak disuka, dan budaya)
 Identifikasi factor penyebab muntah (mis.pengobatan
dan rosedure)
 Identifikasi kerusakan esophagus dan faring posterior
jika muntah terlalu lama
 Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
 Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
 kontrol factor lingkungan penyebab muntah (mis.bau
tak sedap, suara dan stimulus visual yang tidak
menyenangkan)
 kurangi dan hilangkan keadaan penyebab muntah
(mis.kecemasan, ketakutan)
 atur posisi untuk mencegah aspirasi
 pertahankan kepatenan jalan napas
 bersihkan mulut dan hidung
 berikan dukungan fisik saat muntaj (mis.membantu
mambungkuk atau menundukkan kepala)
 berikan kenyamanan selama muntah (mis.kompres
dingin didahi atau sediakan pakaian kering dan
bersih)
 berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi
minimal 30 m3nit setelah muntah
Edukasi
 anjurkan membawa kantong plastic untuk
menampung muntah
 anjurkan memperbanyak istirahat
 ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengelola muntah (mis. Biofeedback, hypnosis,
relaksasi, terapi music, akupresur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
3. Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
D.0111 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
tingkat pengetahuan membaik  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Pengertian : Kriteria Hasil: informasi
Ketiadaan atau kurangnya Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
informasi kognitif yang Menurun Meningkat menurunkan motivasi perilaku perilaku hidup bersih dan
berkaitan dengan topik 1 Perilaku sesuai anjuran sehat
tertentu 1 2 3 4 5 Terapeutik:
2 Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik  Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan
1 2 3 4 5
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
 Berikan kesempatan untuk bertanya
3 Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi Edukasi
1 2 3 4 5  Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
4 Persepsi yang keliru terhadap masalah kesehatan
1 2 3 4 5  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
1 2 3 4 5 meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
6 Perilaku
1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC : Jakarta. Doengoes. 2014.
Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. MediAction: Jogjakarta.

Suyono, Slamet. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI :
Jakarta.

Wijayaningsih, Kartika sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info
Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Anda mungkin juga menyukai