Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GASTRITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL

Oleh
Fitriyanti Rosyadi, S.Kep
NIM 212311101070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

i
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GASTRITIS

Disusun untuk memenuhi tugas Program Studi Pendidikan Profesi Ners (PSP2N)
Angkatan XXVIII
Stase Keperawatan Medikal
Dosen Pengampu : Ns. Nur Widayati, S.Kep., M.N.

Oleh
Fitriyanti Rosyadi, S.Kep
NIM 212311101070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

ii
DAFTAR ISI

BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT ...................................................................................... 4


1.1 Anatomi Fisiologi Lambung ....................................................................................... 4
1.2 Definisi Gastritis .......................................................................................................... 6
1.3 Epidemiologi................................................................................................................. 6
1.4 Etiologi ......................................................................................................................... 7
1.5 Patofisiologi .................................................................................................................. 8
1.6 Klasifikasi................................................................................................................... 10
1.7 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 11
1.8 Penatalaksanaan ........................................................................................................ 11
1.9 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................... 13
1.10 Pathway ...................................................................................................................... 15
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS .............................................. 16
2.1 Pengkajian ................................................................................................................. 16
2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 18
2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................................. 20
2.4 Evaluasi ...................................................................................................................... 31
2.5 Discharge Planning ................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 33

iii
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT
1.1 Anatomi Fisiologi Lambung

Lambung merupakan salah satu organ pencernaan berbentuk seperti huruf J yang
terletak pada bagian superior kiri abdomen bawah diafragma atau daerah hipokondriak
kiri, epigastria dan umbilical. Ukuran dan bentuk lambung setiap individu bervariasi,
dengan kapasitas kurang lebuh 1,5 liter hingga 2-3 liter apabila dilebarkan. Lambung
terdiri dari beberapa bagian yaitu kardia, fundus, bodi lambung, dan pilorus. Bagian
kardia lambung merupakan bagian yang menjadi pertemuan esofagus dan lambung
sehingga bagian cardia merupakan bagian awal masuknya makanan dari esofagus. Bagian
fundus merupakan bagian puncah lambung yang menonjok ke sisi kiri atas mulut
esofagus. Bodi lambung mrupakan bagian lambung yang paling besar yaitu 2/3 dari
bagian lambung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan semetara. Tepi
medial bodil lambung berbentuk konkaf yang disebut kurvatur kecil sedangkan bagian
lateral bodi lambung berbentuk konveks yang disebut kurvatur besar. Bagian pilorus
lambung merupakan bagian ujung bawah lambung yang menyempit dan membuka ke
arah duodenum Pada antrum pilorus ke mulut pilokus dilapisi dengan otot muskulus
sphincter pylori yang berfungsi untuk mengatur aliran lambung ke duodenum (Widjaja,
2007; Chalik, 2016; Kuntoadi, 2019)

4
Struktur dinding lambung terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan serosa, lapisan
muscularis, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa lambung. Lapisan paling terluar
lambung adalah lapisan serosa atau sering disebut dengan peritoneum visceral yang
berfungsi sebagai pelindung lambung dari gesekan organ lain. Lapisan selanjutnya adalah
lapisan muscularis yang terdiri dari tiga lapisan otot yaitu serabut otot longitudinal,
serabut otot sirkuler, dan serabut oblik. Pada lapisan muskularis eksterna pada bagian
fundus dan bodi lambung dilapisi lapisan otot melintang (oblik) dengan fungsi untuk
membantu pencampuran dan penghancuran isi lambung. Sedangkan lapisan submukosa
terdiri atas jaringan areolar yang berisi darah dan saluran limfe. Lapisan terdalam
lambung aadalah lapisan mukosa, lapisan ini langsung bersentuhan dengan makanan di
lambung. Lapisan mukosa dilapisi oleh epitelium silindris dan berfungsi untuk
mensekresikan sekret mucus. Lapisan mukosa berbentuk seperti gerigi yang terdiri dari
rugae atau dinding-dinding yang berkerut ketika lambung kosong dan akan meregang
ketika lambung dipenuhi oleh makanan (Pearce, 2009; Chalik, 2016).

Lambung berfungsi untuk menghancurkan dan melumatkan bolus dengan


melakukan mekanisme gerakan peristalik sehingga terbentuk kim (masa homogen
setengah cair yang berkadar asam tinggi) yang mampu diserap oleh usus. Selain itu
lambung juga berfungsi sebagai tempat penympanan bolus sementara. Pencernaan pada
lambung terjadi secara mekanik yaitu dengan mekanisme gerakan peristaltik menuju
pilorus antrum dan secara kimiawi melalui mekanisme pencernaan yang dibantu oleh
kelenjar lambung. Kelenjar lambung terdiri dari tiga jenis yaitu kelenjar kardia, kelenjar
fundus dan kelenjar pilorus. Kelenjar kardia dapat ditemukan pada regia mulut kardia
yang berfungsi untuk menghasulkan mukus. Sedangkan kelenjar fundus terdiri dari sel
chieef yang berfungsi untuk mensekresi pepsinogen untuk memecah protein, sel parietal
yang mesekresi asam klorida (HCl) untuk membunuh bakteri yang masuk melalui
makanan atau minuman, serta sel leher mukosa yang mesekresi mukus barier 1 mm untuk
melindungi lapisan lambung dari kerusakan HCl. Pada kelenjar pilorus yang berfungsi

5
untuk mensekresi mukus dan gastrim yang berpengaruh terhadap proses sekresi lambung
(Chalik, 2016; Sumiyati dkk., 2021).

1.2 Definisi Gastritis

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang terjadi di lambung akibat adanya
peradangan pada lapisan mukosa lambung yang disebabkan karena adanya faktor infeksi,
iritasi, stress, dan ketidakteraturan pola makan (Sunarmi, 2018). Gastritis merupakan
peradangan pada lapisan lambung yang disebabkan karena adanya faktor erosif seperti
tekanan berupa sakit fisik atau obat-obatan dan faktor atrofik seperti infeksi, alkohol,
bakteri helicobacter pylori, atau riwat operasi sebelumnya misalnya gastrektomi
(Anggraini dkk., 2017). Gastritis merupakan penyakit lambung yang disebabkan karena
adanya inflamasi, iritasi, dan erosi pada lapisan dinding lambung yang dapat terjadi secara
tiba-tiba atau akut maupun berlangsung lama atau kronik (Robinson, 2020). Infeksi
bakteri heliobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang paling umum terjadi
(Rukmana, 2019; Azer dan Akhondi, 2021).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gastristis merupakan salah


penyakit yang terjadi pada bagian lapisan mukosa lambung dapat disebabkan karena
faktor erosif seperti stress, penyakit fisik, dan obat-obatan serta faktor atrofik seperti
infeksi, akhohol, bakteri Helicobacter pylori, maupun riwayat operasi yang dapat terjadi
secara akut maupun kronis.

1.3 Epidemiologi

Angka kejadian gastritis di dunia cukup besar, badan penelitian kesehatan dunia
WHO menyatakan bahwa sekitar 1,8-2,1 juta dari seluruh penduduk dunia mengalami
gastritis setiap tahunnya. Di Asia sendiri, kejadian gastritis mencapai 583.635 kasus dari
seluruh jumlah penduduk tiap tahunnya (Irianty dkk., 2020). Berdasarkan Data
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, kejadian gastritis di Indoensia
mencapai 33.580 kasus dengan presentase tertinggi terjadi pada perempuan yaitu 60,68%,
dimana kasus gastritis merupakan 10 penyakut terbanyak yang dirawat di rumah sakit.

6
Sedangkan pada penyakit gastritis pada pasien rawat jalan mencapai 201.083 kasus
dengan presentase tertinggi terjadi pasa perempuan yaitu sebesar 77,74% (Safitri dan
Nurman, 2020). Angka kejadian gastritis tertinggi di Indonesia terjadi beberapa kota yaitu
di kota Medan sebesar 91,6%, Jakarta 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,35%, Bandung
32,5%, Aceh 31,7%, Surabaya 31,2%, dan Pontianak 31,2% (Sulastri, 2012 dalam
Sunarmi, 2018).

1.4 Etiologi

Gastritis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya :

1. Infeksi bakteri
Paparan bakteri Helicobacter pylori dapat menyebabkan infeksi pada lapisan mukosa
lambung sehingga bagian mukosa lambung mengalami peradangan. Infeksi bakteri
Helicobacter pylori merupakan infeksi bakteri yang paling umum terjadi pada kejadian
gastritis. Lingkungan dan gaya hidup sesorang dapat berpengaruh terhadap kerentanan
sesorang terkena infeksi bakteri ini, contohnya merokok dan diet yang salah (MayoClinic,
2020). Bakteri Helicobacter pylori dapat menyebar melalui kontak muntah, tinja atau air
liur orang yang terinfeksi (NIDDK, 2019). Selain disebabkan oleh bakteri Helicobacter
pylori, gastritis dapat terjadi karena disebabkan bakteri lainnya seperti Mycobacterium
aivium-intracellulare, infeksi Enterococcal, Herpes simplex, dan Cytomegalovirus (Azer
dan Akhondi, 2021)
2. Kerusakan lapisan dinding lambung
Kerusakan lapisan dinding lambung dapat terjadi karena adanya zat yang dapat
mengiritasi lapisan lambung dalam jangka waktu yang lama. Beberapa zat tersebut seperti
obat anti inflamasi non-steroid (NSAID) dan alkohol. Penggunaan obat-obatan NSAID
dalam jangka waktu yang pajang dapat menghambat produksi hormon prostaglandin E
yang berfungsi sebagai sitoproteksi mukosa lambung (MayoClinic, 2020). Sedangkan
konsumsi alkohol dan rokok dapat menyebabkan terganggunya kerja sel pelindung pada
mukosa lambung untuk melindungi sel mukosa akibat peningkatan asam lambung
(Rahma, 2013 dalam Rukmana, 2019).
3. Autoimun

7
Kondisi autoimun yang dimiliki individu dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh
yang memungkinkan dapat menyerang pada bagian sel-sel lambung. Hal ini dapat
menyebabkan hilangnya sel parietal lambung sehingga dapat menggangu produksi
sekresi asam lambung dan dapat menyebabkan adanya penyerapan vitamin B12 (Azer
dan Akhondi, 2021).
4. Pola makan
Kebiasaan makan dari seseorang juga bisa berpengaruh terhadap kejadian gastritis. Pola
makan yang tidak teratur yang meliputi frekuensi makan setiap harinya, jenis makanan
yang dikonsumsi seperti makanan cepat saji, berlemak, pedas ataupun asam, serta jumlah
makanan dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam lambung (Rukmana, 2019).
5. Stress

Tingkat stress seseorang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gastritis.
Seseorang yang melami stress akan mempengaruhi perubahan fisik termasuk masalah
pada sistem pencernaan seperti peningkatan asam lambung. Hal ini dikaitkan dengan
timbulnya stress dapat memicu pengeluaran hormone kortisol penurunan limfosit dan
kekebalan tubuh. Stress yang berkepanjangan seperti beban kerja yang berlebihan, cemas
dan takut juga dapat meningkatkan produksi asam lambung (Uwa dkk., 2019).

1.5 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut memiliki beberapa penyebab termasuk penggunaan obat-obatan tertentu
trauma langsung. Ketidakseimbangan antara faktor agresif yaitu pepsin dan HCL dengan
defensive yaitu mucus bikarbonat pada lapisan lambung yang dapat menyebabkan terjadi
gastritis akut (Amrulla dan Utami, 2016).

Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) merupakan salah satu golongan obat yang
berfungsi sebagai obat rheumatoid artritis, osteoarthritis, dan dapat meredakan rasa nyeri.
Namun efek sampingg dari penggunaan OAINS dalam jangka waktu panjang dapat
merusak mukosa lambung. Penyebab rusaknya lapisan mukosa lambung diakibatkan oleh
adanya gangguan fisiokimia pertahanan mukosa lambung dan inhibisi sistemik melalui
inhibisi aktivitas cyclooxygenase (COX). Selain intu OAINS juga dapat menghambat

8
produksi hormone prostaglandin, dimana hormone ini berfungsi sebagai mediator
inflamasi. Prostaglandin terutama prostaglandin E meruapakan zat yang berperan sebagai
pelindung atau sitoproteksi lapisan lambung melalui mukosa yang dihasilkan oleh sel
parietal. Sitoproteksi lapisan lambung dilakukan dengan menjaga aliran mukosa dan
meningkatkan prosuksi mukosa dan ion bikarbonat. Sehingga prostaglandin bekerja
dengan meningkatkan fosfolipid mukosa lambung (Amrulla dan Utami, 2016).
2. Gastritis Kronik
Penyebab utama terjadinya gastritis kronis adalah adanya infeksi bakteri H. pylori.
Bakteri ini merupakan bakteri gram negative yang dapat bertahan hidup di dalam mukosa
lambung dengan menutupi sel epitel permukaan lambung dan bagian atas foveola
lambung yang dapat menyebakan respons peradangan pada lapisan lambung. Karena
adanya bakteri H. pylori ini, tubuh kita merespon dengan memproduksi limfosit T dan
limfosit B, kemudian diikuti oleh infiltrasi lamina propia dan epitel lambung oleh leukosit
polimorfonuklear (PMN) yang dapat memfagositosis bakteri. Interaksi antara bakteri dan
mukosa lambung juga mengakibatkan terjadinya pelepasan interleukin (IL)-8, sehingga
dapat menyebabkan proses inflamasi. Proses inflasi akan meningkat apabila sel epitel
lambung menghasilkan antigen H. pylori yang mengarah pada aktivasi faktor transkripsi.
Hal ini yang menyebabkan pelepasan sitokin dan interleukin (Marcus, 2019).

Ketika peradangan sudah mempengaruhi korpus lambung dan menyebabkan sel-


sel parietal terhambat sehingga sekresi asam lambung berkurang. Pada peradangan yang
berlanjut dapatmenyebabkan hilangnya sel-sel parietal dan terjadi pengurangan asam
lambung secara permanen. Sedangkan pada peradangan antral dapat menyebabkan
perubahan interaksi antara sekresi gastrin dan somatostatin yang dapat mempengaruhi sel
G (sel yang berfungsi untuk mengsekresi gastrin) dan sel D (Sel yang berfungsi untuk
mengsekresi somatostatin). Ketika infeksi. Apabila orang yang terinfeksi dengan strain
H. pylori dapat mengsekresi toksin vacoulating A (vacA) yang dapat mengakibatkan
tukak lambung (Marcus, 2019).

9
1.6 Klasifikasi

Berdasarkan waktur terjadinya, gastritis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Gastritits Akut

Gastritis akut merupakan inflamasi atau peradangan pada lapisan mukosa lambung yang
dapat disebabkan oleh pola diet dan paparan zat iritan yang terus menerus pada lapisan
dinding lambung sehingga dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada dinding lambung
secara mendadak yang dapat menyebabkan perdarahan. Pola diet yang kurang sehat
meliputi makan yang terlalu banyak, makan terlalu cepat, makan yang tidak teratur,
makanan yang terlalu pedas atau asam, ataupun makanan yang terinfeksi. Sedangkan zat
iritan yang paling banyak menyebabkan inflamasi pada dinding lambung adalah
konsumsi alkohol dalam jangka waktu panjang. Pada kasus gastritis akut, biasanya
muncul secara tiba-tiba dan masih dapat disembuhkan (Rukmana, 2019).

2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis merupakan inflamasi atau peradangan dinding lambung yang terjadi
berkepanjangan yang umumnya disebabkan karena adanya infeksi bakteri Helicobacter
pylory. Pada umumnya, tanda dan gejala yang dirasakan seseorang dengan gastritis kronis
muncul secara perlahan-lahan. Gastritis kronis ini dibagi menjadi dua tipe yaitu gastritis
tipe A dan gastritis tipe B (MayoClinic, 2020).
a. Gastritis tipe A (kronik fundal), gastritis jenis ini sering disebut gastritis autoimun.
Gastritis tipe ini dapat terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
dinding lambung yang sehat sehingga dapat terjadi peradangan dan penipisan lapisan
lambung secara bertahap. Selain itu, adanya autoimun juga dapat mengakibatkan
hancurnya sel-sel yang berfungsi untuk mensekresi asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsik yang merupakan zat untuk membantu absorbsi vitamin B-
12 sehingga dapat mengakitbatkan anemia.

10
b. Gastritis tipe B (antrum dan pylorus), gastritis tipe ini terjadi karena adanya infeksi
dari bakteri helicobacter pylory pada dinding lambung sehingga dapat memicu
terjadinya ulkus pada lambung.

1.7 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang dimanifestasikan pada penderita gastritis secara umum meliputi
(Feyisa dan Woldeamanuel, 2021) :

1. Nyeri epigastrium
2. Mual
3. Muntah
4. Ketidaknyamanan seperti rasa terbakar pada perut bagian atas
5. Adanya perasaan kenyang
6. Kehilangan nafsu makan
7. Sering bersendawa

Pada gastritis kronis, gejala umum yang biasanya muncul berupa nyeri pada perut
bagian atas setelah makan karena adanya penipisan selparietal pada lapisanmukosa
lambung, mual dan terkadang disertai muntah, perut terasa kembung, sering bersendawa,
perut terasa seperti terbakar, nafsu makan menurun yang dapat mengakibatkan anoreksia
dan rasa asam pada mulut (Marcin, 2020). Sedangkan pada gastritis akut biasanya gejala
yang dirasakan sangat parah dan menganggu namun durasinya tidak berlangsung lama.
Gejala yang umumnya dirasakan pada gastritis akut yaitu kehilangan nafsu makan,
adanya gangguan pencernaan, mual, muntah, muntah yang disertai darah seperti ampas
kopi apabila terjadi perdarahan, nyeri pada perut bagian atas namun umumnya akan
hilang setelah makan, dan perut terasa penuh setelah makan (Rogers, 2019).

1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis pada kasus gastritis dilakukan berdasarkan penyebab


sfesifiknya. Contohnya apabila terjadi gastritis akut yang disebabkan oleh penggunaan
OAINS dala jangka panjang ataupun alcohol, maka gastritis dapat sembuh apabila klien

11
dapat menghentikan penggunaan zat-zat tersebut. Berikut ini merupakan obat-obatan
yang digunakan untuk mengobati gastritis (MayoClinic, 2020) :

1. Antibiotik

Penggunaan obat antibiotic bertujuan untuk membunuh bakteri H. pylori. Biasanya obat-
obatan antibiotic yang direkomendasikan oleh dokter meliputi klaritmisin, amoksisilin,
ataupun metronidazole. Namun penggunaan antibiotic ini diharuskan untuk
mengkonsumsi dengan resep penuh selama tujuh sampai 14 hari.

2. Obat-Obatan yang Menghambat Asam Lambung

Salah satu jenis obat yang dapat menghambat produksi asm lambung yaitu golongan
inhibitor pompa proton melalui proses penghambatan sel yang menghasilkan asam.
Biasnayam obat-obatan jenis ini yaitu obat bebas omeprazole, lansoprazole, rabeprazole,
dexlansoprazole, dan pantoprazole. Namun penggunaan obat ini memiliki efek samping,
yaitu penggunaan dalam jangka panjang dengan dosis tinggi dapat meningkatkan risiko
patah tulang pinggul, pergelangan tangan dan tulang belakang.

3. Obat-obatan untuk mengurangi produksi Asam

Obat-obatan jenis ini biasanya disebut dengan blocker asam atau blocker histamine (H-
2). Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah asam yang dilepaskan ke saluran
pencernaan, sehingga dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh gastritis. Obat jenis
ini meliputi ranitidine, famotidine, cimetidine, dan nizatidine.

4. Antasida

Obat ini berfungsi untuk mentralkan asam lambung dan dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan. Namun efek samping yang dapat terjadi pada penggunaan obat ini yaitu diare
atau sembelit.

12
Penalaksanaan gastritis secara non farmakologi dapat dilakukan dengan modifikasi
perilaku yaitu :

1. Pola diet

Pada penderita gastritis, menjaga pola diet merupakan salah satu penalaksanaan yang
penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan maupun keparahan gejala.
Penderita gastritis disarankan untuk makan dengan porsi yang lebih kecil dan lebih sering
untuk membantu meringankan efek asam lambung. Selain itu terdapat beberapa makanan
yang sebaiknya dihindari pada penderita gastritis adalah makanan yang terlalu asam,
pedas, dan berlemak (MayoClinic, 2020).

2. Memberbaiki pola hidup

Perbaikan pola hidup sehat yang dapat dilakukan pada penderita gastritis salah satunya
dengan menghindari konsumsi minuman beralkohol maupun kebiasaan merorok yang
dapat mempengaruhi produksi asam lambung (MayoClinic, 2020).

3. Mengontrol Stress

Kejadian stress yang dirasakan dapat menimbulkan kecemasan yang dapat menggangu
kesehatan mental maupun fisik termasuk masalah pencernaan seperti peningkatan asam
lambung. Pengendalian stress merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menghindari risiko peningkatan asam lambung yang dapat dilakukan dengan istirahat
cukup, mengungkapkan perasaan kepada orang yang dipercaya, bersikap positif dan
optimis, atau dapat melakukan liburan dengan teman dan keluarga (Uwa dkk., 2019).

1.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menunjang diagnose gastritis, pemeriksaan yang


dapat dilakukan yaitu (MayoClinic, 2020):

13
a. Gastroskopi, pemeriksaan penunjang gastroskopi dilakukan menggunakan alat
endoskop yang dimasukkan dari dalam mulut untuk mengetahui kondisi dinding
lambung, adanya perdarahan, derajat ulkus jaringan maupun adanya cedera pada
dinding lambung. Apabila terdapat area yang dianggap mencurigakan maka biasany
akan dilakukan pengambilan sampel jaringan atau biopsi.
b. Pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan darah, pemeriksaan feses, dana
pemeriksaan napas untuk mengetahui adanya bakteri Helicobacter pylori. Pada
pemeriksaan napas untuk memastikan adanya bakteri H. Pylori dilakukan dengan
meminta pasien untuk minum cairan bening yang mengandung karbon radioaktif,
apabila sample napas pasien mengandung karbon radioaktif maka disimpulkan
adanya bakteri H. Pylori.
c. Pemeriksaan X-ray dilakukan terutama pada organ saluran pencernaan atas untuk
mengetahui masalah atau kelainan pada organ pencernaan melalui gambar hasil X-
ray.

14
1.10 Pathway
Pola makan tidak sehat
Zat korosif (obat Autoimun (asam, pedas, berlemak, Stress
Infeksi H.Pylori NSAID dan alkohol) tidak teratur)

Produksi limfosit Menghambat Rusaknya sel Hipersekresi


Hipersekresi
T dan limfosit B produksi dinding lambung asam lambung
asam lambung
prostaglandin E
Pelepasan IL-8

Kerja sel mukosa lambung terganggu


Infeksi lapisan Timbul rasa Kurang terpapar
mukosa lambung cemas informasi
Fungsi barier mukosa terganggu
Defisit
Ansietas
Mual, muntah Iritasi mukosa lambung pengetahuan
Nausea

Sulit tidur
Masukkan cairan tidak adekuat Peradangan mukosa lambung

Hipovolemia Respon saraf lokal dari iritasi mukosa Gangguan


pola tidur

Nafsu makan menurun Nyeri akut

Anoreksia

15
Defisit nutrisi
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas Diri
Data identitas diri yang diidentifikasi meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat,
suku/bangsa, agama, tingkat pendidikan. Umur menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
gastristis. Pada umumnya gastritis lebih banyak terjadi pada usia produktif karena
meningkatnya kesibukan sehingga kurang memperhatikan gaya hidup dan menimbulkan
stress. Jenis kelamin yang umumnya mengalami gastritis adalah perempuan, hal ini
dikaitkan dengan perempuan lebih banyak melakukan diet ketat, makan tidak teratur dan
lebih emosional. Tingkat pendidikan juga dikaitkan dengan terjadinya gastritis. Tingkat
pendidikan yang tinggi dikaitkan dengan adanya pola aktivitas yang berlebihan sehingga
kurang memperhatikan pola makan yang teratur dan sehat (Sunarmi, 2018).
2. Keluhan Utama
Perawat mengkaji keluhan utama klien dengan menanyakan gejala yang dirasakan oleh
pasien dengan gastritis. Umumnya pasien akan mengeluhkan nyeri tumpul pada bagian
abdomen, mual, muntah, ketidaknyamanan seperti rasa terbakar pada perut bagian atas,
timbul perasaan kenyang dan kembung,dan menurunnya nafsu makan (Feyisa dan
Woldeamanuel, 2021).

3. Riwayat kesehatan sekarang


Data riwayat kesehatan sekarang mencangkup bagaimana perjalanan penyakit gastritis
pada klien mulai dari awal timbulnya gejala sampai klien mencari pengobatan atau datang
ke layanan fasilitas kesehatan. Selain itu, pengkajian terhadap faktor pencetus juga harus
dilakukan seperti mengkaji kebiasaan makan klien, apakah mengkonsumsi alkohol, rokok
ataupun minuman berkafein yang menjadi penyebab iritasi mukosa lambung (Rukmana,
2019).
4. Riwayat kesehatan dahulu
Data riwayat kesehatan terdahulu pada pasien gastritis umumnya berupa pengkajian obat-
obatan yang pernah dikonsumsi. Penggunaan obat-obatan anti inflamasi non-steroid
khususnya pada penderita radang sendi dapat menjadi faktor risiko trjadinya gastritis.

16
Selain itu kaji pula, apakah klien menderita penyakit autoimun, hal ini dikaitkan dengan
penyakit autoimun menjadi salah satu faktor penyebab yang dapat merusak sel dinding
lambung sehingga menyebabkan gastritis. Pengkajian terhadap sanitasi lingkungan juga
diperlukan seperti pengolahan makanan dan minuman untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab infeksi bakteri H. Pylori (Azer dan Akhondi, 2021).
B. Pola Fungsi kesehatan
Terdapat beberapa pola fungsi kesehatan pada klien dengan gastritis yang mungkin
mengalami gangguan yaitu :
1. Pola nutrisi dan metabolik
Pada penderita gastritis, pengkajian pada pola nutrisi dan metabolik pasien sangat perlu
dikaji. Pada pasien dengan gastritis umumnya akan mnegalami penurunan nafsu makan,
ketidakteraturan pola makan pasien, dan adanya penurunan berat badan.
2. Pola eliminasi
Pola eliminasi seperti buang air kecil dan buang air besar juga perlu dikaji untuk menilai
apakah terdapat gangguan pada kebutuhan cairan pasien. Psien dengan gastritis biasanya
akan mengalami mual dan muntah sehingga pola eleiminasi urinnya akan terganggu,
selain itu adanya peradangan pada lambung dapat menyebabkan BAB berwarna lebih
gelap dan lembek.
3. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas sehari-hari pada pasien gastritis juga perlu dikaji. Timbulkan gejala nyeri
pada abdomen menjadi salah satu faktor penyebab pasien tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara maksimal.
4. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur pasien seperti durasi tidur, gangguan saat tidur juga perlu dikaji. Pada pasien
dengan gastritis yang mengalami nyeri absomen, mual dan muntah tentunya akan
menganggu pola tidur pasien.
5. Pola manajemen koping dan stress
Manajemen koping dan stress yang dilakukan pasien dengan gastritis perlu dilakukan
mengingat salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya gastritis adalah stress. Selain
itu, pada pasien gastritis yang kurang terpapar informasi mengenai penyakit yang
dialaminya dapat menimbulkan rasa cemas dan ketakutan terhadap penyakitnya.

17
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum yang dikaji pada pasien berupa tingkat kesadaran pasien dan tanda-tanda
vital. Keadaan umum pada pasien dengan gastritis mungkin dapat terjadi perubahan pada
tanda-tanda vital pasien. Selain itu tanda objektif pasien gastritis yang muncul biasanya
pasien meringis, merintih dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
2. Mulut
Pada pasien gastritis umumnya ditemukan bibir kering dan tampak pucat
3. Abdomen
Pada pasien dengan gastritis umumnya ditemukan gejala berupa mual, muntah, nyeri
tekan pada abdomen, adanya distensi (ketegangan) pada abdomen, dan terdapat
meningkatan bising usus.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan pengkajian yang telah dialkukan, maka kemungkinan diagnosa keperawatan
yang muncul diantaranya (PPNI, 2017) :
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat
2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d tekanan darah menurun, muntah, volume
urin menurun, frekuensi nadi meningkat, membran mukosa kering
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan, mencerna makanan d.d nafsu makan
menurun, berat badan menurun, nyeri abdomen, bising usus meningkat, membran
mukosa pucat
4. Nausea b.d iritasi lambung d.d mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat
makan, merasa asam di mulut, pucat
5. Ansietas b.d kurang terpapar informasi, penyakit akut d.d merasa bingung, merasa
khawatir akan kondisinya, tampak gelisah, anoreksia, muka tampak pucat
6. Gangguan pola tidur b.d nyeri, kecemasan d.d menegluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh istirahat tidak cukup

18
7. Defisit pengetahuan tentang penyakit gastritis b.d kurang terpapar informasi d.d
menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan presepsi keliru terhadap masalah,
menunjukkan perilaku yang tidak sesuai anjuran

19
2.3 Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang mungkin muncul, maka luaran dan rencana tindakan keperawatan yang sesuai yaitu (PPNI, 2018; PPNI,
2019) :
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan Intervensi (SIKI) Rasional
(SLKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Untuk mengetahui lokasi,
agen cedera keperawatan selama 3x24 jam Observasi karakteristik, frekuensi,
fisiologis d.d diharapkan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, kuealitas dan intensitas nyeri
mengeluh nyeri, dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas dan yang dirasakan
tampak Tingkat nyeri (L.08066) intensitas nyeri 2. Mengetahui faktor yang
meringis, 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi faktor yang dapat memperberat nyeri
bersikap ke skala 5 (menurun) memperberat dan memperingan 3. Mengurangi tingkat nyeri dan
protektif, 2. Meringis menurun ke nyeri memberikan kenyamanan
gelisah, skala 5 (menurun) Terapiutik pada pasien
frekuensi nadi 3. Sikap protektif menurun 3. Berikan teknik non farmakologi 4. Meningkatkan kenyamanan
meningkat ke skala 5 (menurun) untuk mengurangi rasa nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang 5. Mengurangi nyeri yang
memperberat nyeri dirasakan pasien
5. Fasilitasi istirahat dan tidur

20
Edukasi 6. Meningkatkan pengetahuan
6. Jelaskan penyebab, periode, dan pasien terhadap nyeri yang
pemicu nyeri dirasakan
7. Ajarkan teknik non farmakologis 7. Meningkatkan kemandirian
untuk mengurangi rasa nyeri pasien dalam mengurangi
Kolaborasi nyeri secara non farmakologi
8. Kolaborasi pemberian analgetik, 8. Mengurangi nyeri yang
bila perlu dirasakan pasien
Kompres Panas (I.08235) 9. Mengetahui kondisi pasien
Observasi apakah terdaat kontraindikasi
9. Identifikasi kontraindikasi kompres panas
kompres panas 10. Mengtahui area kluit
10. Identifikasi kondisi kulit yang abdomen yang akan
akan dilakukan kompres panas dilakukan kompres panas
Terapiutik 11. Memberikan kenyamanan
11. Pilih metode kompres yang bagi pasien
nyaman dan mudah 12. Mengoptimalkan kompres
12. Pilih lokasi kompres panas untuk mengurangi
13. Balut alat kompres dengan kain nyeri
pelindung bila perlu

21
Edukasi 13. Memberikan kenyamanan
14. Jelaskan prosedur penggunaan pada pasien pada suhu yang
kompres panas nyaman
14. Meningkatkan kemandirian
pasien untuk melakukan
kompres panas
2 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia (I. 03116) 1. Mengetahui tanda gejala
kehilangan keperawatan selama 3x24 jam Observasi adanya hipovolemia
cairan aktif d.d diharapkan hipovolemia 1. Periksa tanda dan gejala 2. Mengetahui balance cairan
tekanan darah menurun dengan kriteria hasil: hipovolemia pasien
menurun, Status Cairan (L.03028) 2. Monitor input dan output cairan 3. Menambah input cairan
muntah, volume 1. Melaporkan kekuatan Terapiutik 4. Meningkatkan pengetahuan
urin menurun, nadi membaik ke skala 5 3. Berikan cairan oral klien pentingnya asupan
frekuensi nadi (meningkat) Edukasi cairan
meningkat, 2. Turgor kulit membaik ke 4. Anjurkan memperbanyak asupan 5. Meningkatkan input cairan
membran skala 5 (meningkat) cairan oral pasien
mukosa kering 3. Membran mukosa Kolaborasi
membaik ke skala 5 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
(meningkat) isotonis (NaCl, RL)
Manajemen muntah (I. 03118)

22
Observasi 6. Mengetahui karakteristik
1. Identifikasi karakteristik muntah muntah
2. Identifikasi faktor penyebab 7. Mengetahui penyebab
muntah muntah
Terapiutik 8. Mengurangi frekuensi
3. Kurangi atau hilangkan penyebab muntah
muntah 9. Memberikan kenyamanan
4. Berikan dukungan fisik saat pada klien
muntah 10. Meningkatkan kenyamanan
5. Berikan kenyamanan selama pada klien saat mengalami
muntah muntah
Edukasi 11. Menurunkan keluhan muntah
6. Anjurkan memperbanyak istirahat klien
7. Ajarkan penggunaan teknik non 12. Meningkatkan kemandirian
farmakologis untuk mengelola klien dalam mengurangi
muntah seperti biofeedback, keluhan muntah dan
hipnosis, relaksasi dll memberikan kenyamanan
Kolaborasi pada klien
8. Kolaborasi pemberian antiemetik 13. Mengurangi frekuensi
muntah klien

23
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119) 1. Untuk mengetahui status
b.d keperawatan selama 3x24 jam Observasi nutrisi pasien
ketidakmampua diharapkan defisit nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi 2. Mengetahui kebutuhan dan
n menelan, menurun dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
mencerna Status Nutrisi (L.03030) jenis nutrien pasien
makanan d.d 1. Porsi makanan yang 3. Monitor asupan makanan 3. Mengatahui intake makanan
nafsu makan dihabiskan membaik ke 4. Monitor berat badan pasien
menurun, berat skala 5 (meningkat) Terapiutik 4. Mengetahui perubahan berat
badan menurun, 2. Verbalisasi keinginan 5. Sajikan makanan secara menarik badan pasien
nyeri abdomen, untuk meningkatkan dan suhu yang sesuai 5. Meningkatkan keinginan dan
bising usus nutrisi membaik ke skala 6. Berikan makanan yang tinggi serat nafsu makan pasien
meningkat, 5 (meningat) 7. Berikan makanan yang tinggi 6. Melancarkan pencernaan
membran 3. Nafsu makan membaik kalori dan protein 7. Meningkatkan intake nutrisi
mukosa pucat ke skala 5 (membaik) Edukasi pasien
4. 8. Anjurkan posisi duduk, jika 8. Memberikan kenyamanan
mampu pada pasien dan menghindari
9. Ajarkan diet yang diprogramkan aspirasi
Kolaborasi 9. Meningkatkan pengetahuan
10. Kolaborasi pemberian medikasi pasien terhadap diet untuk
sebelum makan bila perlu pasien gastritis

24
(misalnya pereda nyeri dan 10. Memberikankenyamanan dan
antiemetik) meningkatkan asupan makan
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pasien
menentukan jumlah kalori dan 11. Mengetahui kebutuhan kalori
jenis nutrien yang dibutuhkan, bila dan nutrien yang dibutuhkan
perlu klien

4. Nausea b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual (I. 03117) 1. Mengetahui penyebab mual
iritasi lambung keperawatan selama 3x24 jam Observasi pada pasien
d.d pasien diharapkan defisit nutrisi 1. Identifikasi penyebab mual 2. Memantau mual yang
mengeluh mual, menurun dengan kriteria hasil: 2. Monitor mual (frekuensi, durasi, dirasakanpasien
nafsu makan Tingkat Nausea (L.08065) dan tingkat keparahan) 3. Menjaga agar perut pasien
menurun, 1. Keluhan mual menurun Terapiutik tetap terisi
merasa asam di ke skala 5 (menurun) 3. Berikan manakan dalam jumlah 4. Mengurangi mual yang
mulut, pasien 2. Perasaan asam di mulut kecil dan menarik dirasakan pasien
terlihat pucat menurun ke skala 5 Edukasi 5. Meredakan mual yang
(menurun) 4. Anjurkan istirahat dan tidur yang dirasakan pasien dengan
3. Nafsu makan meningkat cukup menggunakan teknik non
ke skala 5 (meningkat) 5. Ajarkan penggunaan teknik farmakologi
nonfarmakologis untuk mengatasi 6. Mengurangi rasa mual

25
mual (mis. Teknik relaksasi)
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian antiemetik
5 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Mengetahui waktu
kurang terpapar keperawatan selama 3x24 jam Observasi munvulnya cemas, penyebab
informasi, diharapkan ansietas menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas dan kondisi klien saat cemas
penyakit akut dengan kriteria hasil: berubah (mis. kondisi, waktu, 2. Memantau adanya tanda
d.d merasa Tingkat Ansietas (L.09093) stressor) ansietas yang muncul pada
bingung, merasa 1. Verbalisasi khawatir 2. Monitor tanda ansietas klien
khawatir akan tentang kondisi yang Terapiutik 3. Memberikan rasa aman dan
kondisinya, dihadapi menurun ke 3. Pahami situasi yang membuat nyaman pada klien
tampak gelisah, skala 5 (menurun) ansietas, dengarkan dengan penuh 4. Mengurangi kecemasan yang
anoreksia, muka 2. Perilaku gelisah menurun perhatian dirasakan klien
tampak pucat ke skala 5 (menurun) Edukasi
3. Perilaku tegang menurun 4. Latih kegiatan pengalihan, untuk
ke skala 5 (menurun) mengurangi ketegangan
Terapi Relaksasi (I.09326) 5. Mengetahui respon klien
Observasi sebelum dan setelah diberi
5. Periksa ketegangan otot, relaksasi
frekuensi nadi, tekanan 6. Memantau respon klien saat

26
darah, dan suhu sebelum diberi terapi relaksasi
dan sesudah latihan 7. Meningkatkan pengetahuan
6. Monitor respons terhadap terapi klien tentang prosedur terapi
relaksasi relaksasi
Terapiutik 8. Memberi kenyamanan pada
7. Berikan informasi tertulis tentang pasien
persiapan dan prosedur teknik 9. Meningkatkan pengetahuan
relaksasi dan kemandirian klien dalam
8. Anjurkan mengambil posisi menurunakan kecemasan
nyaman
Edukasi
9. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (relaksasi nafas)

5 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur (I. 05174) 1. Mengetahui pola tidur pasien
tidur b.d nyeri, keperawatan selama 3x24 jam Observasi saat sakit
kecemasan d.d diharapkan gangguan pola 1. Identifiakasi pola aktivitas dan 2. Mengetahui faktor yang dapat
menegluh sulit tidur menurun dengan kriteria tidur menggangu tidur pasien
tidur, mengeluh hasil: 2. Indentifikasi faktor penganggu
sering terjaga, Pola tidur (L.05045) tidur (fisik dan atau psikologis)

27
mengeluh 1. Keluhan kesulitan tidur Terapiutik 3. Memberikan kenyamanan
istirahat tidak membaik ke skala 5 3. Modifikasi lingkungan (misal dan keamanan lingkungan
cukup (meningkat) pencahayaan, kebisingan, pada pasien
2. Keluhan sering terjaga suhu,dan tempat tidur) 4. Meningkatkan kualitas tidur
membaik ke skala 5 4. Fasiltasi menghilangkan stress pasien
(meningkat) sebelum tidur 5. Meningkatkan kenyamanan
3. Keluhan istirahat tidak 5. Lakukan prosedur untuk dan kualitas tidur pasien
cukup membaik ke skala meningkatkan kenyamanan 6. Meningkatkan pengetahuan
5 (meningkat) (misalnya pijat, pengaturan posisi, pasien tentang pentingnya
dan terapi akupresur) tidur cukup
Edukasi 7. Meningkatkan kenyamanan
6. Jelaskan pentingnya tidur cukup dan kualitas tidur pasien
saat sakit
7. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur
8. Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara non farmakologi lainnya
6 Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.12383) 1. Mengetahui kesiapan klien
pengetahuan keperawatan selama 3x24 jam Observasi dalam menerima informasi

28
tentang penyakit diharapkan defisit 1. Identifikasi kesiapan dan 2. Mengetahui faktor yang dapat
gastritis b.d pengetahuan menurun dengan kemampuan menerima informasi menghambat maupun
kurang terpapar kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang memotivasi klien hidup bersih
informasi d.d Tingkat pengetahuan dapat meningkatkan dan dan sehat
menanyakan (L12111) menurunkan motivasi perilaku 3. Memudahkan klien dalam
masalah yang 1. Perilaku sesuai anjuran hidup bersih dan sehat memahami materi
dihadapi, mebaik ke skala 5 Teraputik 4. Melibatkan klien dalam
menunjukkan (meningkat) 3. Sediakan materi dan media menentukan jadwal
presepsi keliru 2. Perilaku sesuai pendidikan kesehatan 5. Menambah pemahaman klien
terhadap pengetahuan membaik ke 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan terhadap materi
masalah, skala 5 (Meningkat) sesuaikesepakatan 6. Mengetahui faktor risiko yang
menunjukkan 3. Presepsi yang keliru 5. Berikan kesempatan untuk bertanya mempegaruhi kesehatan
perilaku yang terhadap masalah Edukasi 7. Meningkatkan pengetahuan
tidak sesuai membaik ke skala 5 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat dan pemahaman hidup bersih
anjuran (menurun) mempengaruhi kesehatan dan sehat
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan 8. Meningkatkan perilaku hidup
sehat bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

29
(PPNI, 2018; PPNI, 2019)

30
2.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah diberikan tindakan keperawatan dengan gastritis yaitu :

1. Melaporkan nyeri terkontrol dan tingkat nyeri abdomen yang dirasakan menurun
2. Turgor kulit membaik, kelembapan membran mukosa meningkat dan status tanda-
tanda vital membaik
3. Melaporkan keluhan mual dan muntah menurun dan nafsu makan meningkat
4. Tingkat kecemasan (ansietas) terhadap penyakit gastritis yang dialami menurun
5. Pola tidur membaik, keluhan kesulitan tidur menurun, dan keluhan sering terbangun
saat tidur menurun
6. Tingkat pengetahuan pasien terhdap penyakit gastritis meningkat, pasien
menunjukkan perilaku sesuai anjuran yang telah dijelaskan dan memahami penyakit
gastritis yang dialami

2.5 Discharge Planning

Discharge planning yang dapat dilakukan pada pasien dengan gastritis yaitu :

1. Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala yang mungkin terjadi seperti nyeri pada
abdomen, rasa mual dan muntah, nafsu makan menurun, dan rasa tidak nyaman
seperti terbakar.
2. Jelaskan petunjuk konsumsi obat yang telah diresepkan meliputi jenis obat, dosis,
waktu pemberian dan efek samping obat
3. Jelaskan kepada pasien untuk pola diet yang sehat untuk pasien gastritis. Anjurkan
kepada pasien untuk menghindari makanan yang asam, pedas, tinggi lemak, dan
makanan siap saji, serta anjurkan pasien untuk mengindari konsumsi alkohol,
minuman berkafein dan merokok.
4. Jelaskan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terutama
kebersihan makanan untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri
5. Anjurkan kepada pasien untuk segera pergi ke rumah sakit atau pelayanana
kesehatan terdekat apabila gejala yang dirasakan semakin berat seperti nyeri yang

31
memberat, mual muntah memberat sehingga pasien lemas hingga dapat mengalami
penurunan kesadaran.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amrulloh, F. M. dan N. Utami. 2016. Hubungan Konsumsi OAINS terhadap Gastritis.


Majority. 5(5) : 18-21
Anggraini, M., Irmawati, E. Garmelia, dan L. Kresnowati. 2017. Klasisfikasi, Kodifikasi
Penyakit, Dan Masalah Terkait I : Anatoni, Fisiologi, Patologi, Terminologi
Medis Dan Tindakan Pada Sistem Cardiovaskuler, Respirasi, Dan
Muskuloskeletal. Edisi Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Azer, S. A. dan H. Akhondi. 2021. Gastritis. Treasure Island: StatPearls Publishing.
Chalik, R. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Feyisa, Z. T. dan B. T. Woldeamanuel. 2021. Prevalence and associated risk factors of
gastritis among patients visiting saint paul hospital millennium medical college,
addis ababa, ethiopia. PLoS ONE. 16(2 February):1–16.
Irianty, H., R. Hayati, dan D. Suryanto. 2020. Kejadian gastritis berdasarkan aspek
promosi kesehatan dan pola makan article history : in revised form 23 juni 2020
universitas muslim indonesia accepted 26 juni 2020 address : available email :
phone : tahun 2017 jumlah penderita gastritis di seluruh ru. Jurnal Kesehatan.
3(3):251–258.
Kuntoadi, G. B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa APIKES-Semester
1. Bandung: Pantera Publishing.
Marcin, J. 2020. Chronic Gastritis. https://www.healthline.com/health/gastritis-
chronic#symptoms [Diakses pada October 24, 2021].
Marcus, A. J. 2019. Chronic Gastritis. https://emedicine.medscape.com/article/176156-
overview [Diakses pada October 24, 2021].
MayoClinic. 2020. Gastritis. https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/gastritis/symptoms-causes/syc-20355807 [Diakses pada October 23,
2021].
NIDDK. 2019. Definition and Facts for Gastristis and Gastropathy.
https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/gastritis-
gastropathy/definition-facts. [Diakses pada October 23, 2021].
Pearce, E. C. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
PPNI, T. P. S. D. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:

33
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Robinson, J. 2020. What Is Gastritis? https://www.webmd.com/digestive-
disorders/digestive-diseases-gastritis [Diakses pada October 23, 2021].
Rogers, G. 2019. Acute Gastritis. https://www.healthline.com/health/gastritis-
acute#symptoms [Diakses pada October 24, 2021].
Rukmana, L. N. 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan gastritis di sma n
1 ngaglik. Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Hal 1-86.
Safitri, D. dan M. Nurman. 2020. Pengaruh konsumsi perasan air kunyit terhadap rasa
nyeri pada penderita gastritis akut usia 45-54 tahun di desa kampung pinang wilayah
kerja puskesmas perhentian raja. Jurnal Ners. 4(2):130–138.
Sumiyati, D. . Anggraini, L. Kartika, M. M. . Arkianti, A. . Hutapea, M. H. . Sari, C. .
Rumenung, R. . Sihombing, A. . Ummara, dan Y. . Sitanggang. 2021. Anatomi
Fisiologi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Sunarmi. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis di rumah sakit
islam khodijah palembang. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan. 9(2):392–403.
Uwa, F. L., S. Milwati, dan Sulasmini. 2019. Hubungan antara stres dan pola makan
dengan kejadian gastritis yang terjadi di pukesmas dinoyo. Nursing News. 4(1):237–
247.
Widjaja, H. 2007. Anatomi Abdomen. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Indonesia.

34

Anda mungkin juga menyukai