Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN APLIKASI JURNAL

(EVIDANCE BASED PRAKTICE)

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


TERHADAP SKALA NYERI NYERI PADA PASIEN BENIGNA
PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) DI RUANG MELATI LT. 4
RUMAH SAKIT DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah
(KMB) Pada Program Studi Profesi Ners

Diampuh oleh : Nina Rosdiana, S.Kp., M.Kep

Disusun oleh :

HILDA SHIFAUL HUSNA


NIM. 1490122014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan mengenai
aplikasi jurnal mengenai Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Benigna Prostat Hyperplasia di ruang mawar DI
RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
salah tugas mata kuliah Keperawatan Medikah Bedah (KMB) yang dibimbing
oleh pembimbing akademik ibu Nina Rosdiana, S.Kp., M.Kep Selain itu, laporan
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada, ibu Nina Rosdiana, S.Kp.,
M.Kep selaku dosen pembimbing akademik mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah (KMB). Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan berbagi sebagian pengetahuannya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Penyusun menyadari, laporan yang
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Tasikmalaya, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Tujuan..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN JURNAL.................................................................... 4

A. Problem................................................................................... 4

B. Intervention............................................................................. 4

C. Comparison............................................................................. 4

D. Outcome.................................................................................. 4

E. Time........................................................................................ 5

BAB III TINJAUAN KASUS KELOLAAN............................................... 6

BAB IV HASIL APLIKASI JURNAL........................................................ 22

A. Metode Pelaksanaan / Implementasi....................................... 22

B. Hasil........................................................................................ 23

BAB V DISKUSI............................................................................................. 24

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah kelenjar prostat yang


mengalami pembesaran sehingga dapat menyumbat uretra pars prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari vesika urianaria (Arifianto
dkk, 2019). Penyebab dari BPH kemungkinan berkaitan dengan penuaanyang
disertai dengan perubahan hormon. Akibat penuaan, kadar tertoteron serum
menurun dan kadar estrogen serum meningkat.
Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) menjadi salah satu penyakit
degeneratif di Indonesia maupun di seluruh dunia. Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH) merujuk pada sistem perkemihan yang sampai sekarang
menjadi urutan kedua di Indonesia setelah infeksi saluran kemih. Hiperplasia
prostat jinak adalah penyakit terkait usia yang sering dijumpai. BPH
menyerang pria dari berbagai kelompok sosial ataupun kelompok ekonomi.
Penyebab pasti dari BPH sampai saat ini belum diketahui dengan pasti tetapi
sangat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BPH seperti
riwayat keluarga yang menderita BPH, penuaan, diabetes, merokok, aktivitas
seksual, aktivitas fisik, dan derajat status gizi (Raffelstha, Heriza & Yulistini,
2020).
Insidensi BPH akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, yaitu sekitar 20 % pada pria usia 40 tahun, kemudian menjadi 70 % pada
pria usia 60 tahun dan akan mencapai 90 % pada pria usia 80 tahun (Amadea,
2019). Berdasarkan data WHO, 200 juta penduduk di dunia yang mengalami
inkontinensia urin (Septian, Julianto & Ningtyas, 2018). Insidensi BPH akan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sekitar 20% pada
pria usia 40 tahun, kemudian menjadi 70% pada pria usia 60 tahun dan akan
mencapai 90% pada pria usia 80 tahun (Amadea, 2019).
Kasus di Indonesia, Benigna Prostatic Hiperplasia (BPH) merupakan
urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada

1
2

50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di
Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun (Diana & Prasetyo, 2020).
Benigna Prostate Hiperplasia memiliki factor-factor yang yang dapat
memperberat bagi pasien antara lain adanya faktor diet, obesitas, aktifitas
fisik, merokok dan pil diet yang dapat meningkatkan keparahan terkait
benigna prostate hiperplasia dan risiko retensi urin akut. Keadaan ini
selanjutnya dapat menimbulkan infeksi pada kandung kemih. Jika sudah
terjadi infeksi, aliran air seni berhenti, untuk mengeluarkan air kencing harus
menggunakan kateter, yang akibatnya akan mengalami rasa nyeri (Gokce,
2016). Rasa ketidaknyamanan nyeri bagaimanapun keadaanya harus diatasi,
karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang
mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahatnya.
Untuk mengatasai rasa nyeri terdapat berbagai macam cara diantaranya
penanganan secara non farmakologi manajemen nyeri dengan melakukan
teknik relaksasi nafas dalam.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi dalam darah
(Smeltzer & Bare, 2013).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk menerapkan terapi
teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi masalah nyeri akut yang terjadi
pada Tn. E dengan begigna prostat hiperplasia (BPH) dengan penerapan
evidence base dilakukan selama 3 hari.

2. Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

untuk laporan ini adalah untuk mengetahui apakah pengaplikasian jurnal

evidance based praktice mengenai penerapan teknik relaksasi nafas dalam


3

terhadap penurunan nyeri pada pasien benigna prostat hyperplasia

berpengaruh atau tidak.


BAB II
TINJAUAN JURNAL

A. Problem
Tn. E mengeluh nyeri saat BAK
Dikarenakan terjadinya pembesaran kelenjar prostat yang mengalami
pembesaran sehingga menyumbat uretra dan menyebabkan terhambatnya
aliran urin keluar sehingga timbul rasa nyeri.

B. Intervention
Penerapan aplikasi jurnal ini adalah dengan melakukan teknik
relaksasi nafas dalam yang dilakukan 10-15 kali diselingi istirahat 5 kali.
Cara melakukannya dengan nafas dalam atau nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan atau dengan menarik nafas panjang melalui hidung, kemudian
menahan inspirasinya secara maksimal dan menghembuskan secara
perlahan-lahan melalui mulut seperti hendak meniup balon dengan
dilakukan secara berulang dengan ritme yang stabil.

C. Comparation
Jurnal : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Skala Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Benigna Prostat Hyperplasia RS Bhayangkara
Denpasar
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik relaksasi nafas dalam
berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post operasi
Benign Prostat Hyperplasia

D. Outcome
Hasil dari intervensi aplikasi jurnal evidance based practice dengan
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi skala nyeri
pada pasien dengan Post operasi benigna prostat hyperplasia.

4
5

E. Time
Waktu yang dilakukan dalam penerapan intervensi relaksasi nafas
dalam dilakukan jika pasien sedang merasakan nyeri.
BAB III
TINJAUAN KASUS KELOLAAN

PENGKAJIAN
A. Identitas
Nama : Tn. E
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
No. Medrek : 17077567
Tanggal Masuk : 15 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2022
Diagnosa Medis : BPH
Alamat : Kp. Panyaweuyan, Rt/Rw. 02/07, Kel.
Tanjungkarang, Kec.Cigalontang
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Kp. Panyaweuyan, Rt/Rw. 02/07, Kel.
Tanjungkarang, Kec.Cigalontang
C. Riwayat Penyakit Sekarang
- Keluhan Utama
Nyeri saat BAK
- Riwayat penyakit sekarang

6
7

Pasien dating ke RSUD Dokter Soekardjo pada tanggal 15 oktober 2022


pukul 11.40 WIB dengan mengeluh nyeri saat buang air kecil, nyeri
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk
jarum, nyeri menjalar ke bagian pinggang belakang, skala nyeri 3 (0-10)
nyeri dirasakan hilang timbul.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak Ada
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak Ada
- Genogram
-
D. Riwayat Activity Daily Living / ADL
No Kebutuhan Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 Nutrisi
a. BB/TB
b. Diet Nasi Bubur
c. Kemampuan
- Mengunyah Mengunyah baik Mengunyah baik
- Menelan Baik Baik
- Bantuan total/Sebagian Mandiri Bantuan Sebagian
d. Frekuensi makan 3x/hari 3x/hari
e. Porsi makan 1 porsi 3 sendok
f. Makanan yang - -
menimbulkan alergi
g. Makanan yang disukai Pepes ikan Pepes ikan
2 Cairan
a. Intake
Oral
- Jenis Air Putih Air putih
- Jml…cc/hari 8 gelas = 2000 ml ± 6 gelas = 1500 cc
- Bantuan Mandiri Bantuan Sebagian
total/sebagian
8

Intravena
Jenis RL 20 tpm
Jml…cc/hari ± 2000 cc/hari
b. Output
- Jenis Urine, keringat Urine, keringat
- Jml…cc/hari Tidak terhitung ± 1500 cc/hari
3 Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi 1x/hari 1x/hari
- Konsistensi Lembek Lembek
- Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
- Keluhan - -
- Bantuan Mandiri Bantuan sebagian
total/Sebagian
b. BAK
- Frekuensi
- Konsistensi
- Warna
- Keluhan
- Bantuan
total/sebagian
4 Istirahat tidur
a. Lama tidur ± 8 jam ± 6 jam
b. Kesulitan Tidak ada Ada
c. Gangguan tidur Tidak ada Kebisingan
d. Kebiasaan sebelum Berdoa Berdoa
tidur
5 Personal hygien
a. Mandi
- Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari waslap
- Bantuan total / Mandiri Bantuan
sebagian
9

b. Gosok gigi 3 x/hari Tidak dilakukan


c. Cuci rambut 1 x/hari Tidak dilakukan
d. Gunting kuku 1 x/minggu Tidak dilakukan
e. Ganti pakaian 2 x/hari 1 x/hari
6 Aktivitas
a. Mobilitas fisik Aktif Aktif
b. Olahraga Jarang Tidak dilakukan
c. rekreasi jarang Tidak dilakukan

E. Data Psikologis
Dari hasil observasi pasien tampak meringis kesakitan pada bagian
pinggang kanan, pasien terlihat ada tanda-tanda kecemasan, karena akan
segera dioperasi, pasien juga mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
pulang
F. Data Sosial
Dari hasil observasi pasien terlihat berbaur dengan pasien lain, pada saat
dilakukan pengkajian oleh perawat dan dokter pasien sangat kooperatif
G. Data Spiritual
Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama islam. Aktivitas setiap hari
adalah ibadah sholat 5 waktu dan pasien mengganggap bahwa penyakitnya
merupakan sebuah ujian dari allah dan berusaha sebar dan tegar dalam
menghadapinya
H. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Tanda-tanda vital
TD : 160 / 80 mmHg
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 35,5OC
3) Kesadaran
a. Kualitatif : composmentis (CM)
b. Kuantitatif : E=4 M=6 V=5
10

4) Sistem Pernafasan
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pernafasan cuping hidung (-) retraksi
dinding dada (-)
2) Palpasi : premitus taktil kanan dan kiri sama
3) Perkusi : suara paru sonor
4) Auskultasi : vesikuler
5) Sistem Kardiovaskuler
1) Inspeksi : konjungtiva merah muda
2) Palpasi : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
3) Perkusi : redup
4) Auskultasi : bunyi jantung normal / lup dup
6) Sistem pesyarafan
- tingkat kesadaran composmentis, anggota gerak normal tidak ada nyeri
tekan, nervus kranialis normal semua, kekuatan otot 5/5 dan 5/5,
mobilisasi aktif
7) Sistem Integumen
- Kulit sawo matang, edema (-) sianosis (-) benjolan dan luka (-) akral
hangat, turgor kulit elastis (-)
8) Sistem endokrin
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
9) Sistem Genoturia
- Tidak dikaji, saluran kencing terpasang kateter

I. Data Penunjang
1. Laboratorium
No CM : 17077567
No. Pendaftaran : 2210150031
Nama pasien : Tn. E
Umur / JK : 65 th 10 bl / LK
Alamat :Kp. Panyaweuyan, Cigalontang Kab. Tasikamalaya
No. SJP :-
Penjamin : Umum
11

Tgl Pendaftaran : 17/10/2022 15:10


Dokter rujuk : dr. Jumadi Santoso, Sp. U
Penanggung jawab lab : dr. Dewi Kania Yulianti, Sp. PK
Ruangan / Poli : Melati IV
Perusahaan penjamin : sendiri
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Nilai
Hasil Satuan Metode
Pemeriksaan Rujukan
Hematologi

Hemoglobin 11.6 14-18 g/dl Auto Analyzer


Hematokrit 33 40-50 % Auto Analyzer
Jumlah Leukosit 11.700 5000-10.000 /mm3 Auto Analyzer
Jumlah Trombosit 342.000 150.000- /mm3 Auto Analyzer
350.000

Catatan :
Jam datang sample : 15.05
TAT : 11 menit

II. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS : Pembesaran kelenjar Nyeri akut b.d agen
- Pasien mengeluh prostat pecedera
nyeri BAK
- Nyeri bagian Obstruksi saluran kemih
pinggang kanan
menjalar ke Retensi urine
belakang
- Pasien mengatakan Produksi urine
nyeri seperti
ditusuk-tusuk Vesika urinaria tak
mampu menampung
DO
- Pasien terlihat Distensi kandung kemih
meringis karena
Nyeri akut
nyeri
- Paisen terlihat
melokalisir nyeri
- Skala nyeri 3 (0-10)
nyeri ringan
12

- TTV :
TD : 160 /80 mmHg
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 35,5oC
2 DS : BPH Ansietas b.d
- Pasien mengatakan ancaman konsep diri
sedikit cemas Rencana operasi
- Pasien merasa takut
akan dioperasi Kurangnya pengetahuan

DO : Kurangnya informasi
- Pasien terlihat
murung Ansietas
- TTV :
TD : 160 /80 mmHg
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 35,5oC

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen pecedera d.d mengeluh nyeri
2. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri d.d tampak tegang

IV. Intervensi Kepearawatan


Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 D.0077 L. 08066 I.08066
Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pecedera d.d Setelah dilakukan Observasi
mengeluh nyeri intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan 2x24
jam, maka skala durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri dan nyeri intensitas nyeri
teratasi 2. Identifikasi skala nyeri
Dengan kriteria 3. Identifikasi respon nyeri non
hasil: verbal
1. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan memperingan
2. Meringis
menurun nyeri
3. Frekuensi nadi 5. Monitor keberhasilan terapi
membaik komplementer yang sudah
4. Teknan darah diberikan
13

membaik Terapeutik
5. Fungsi berkemih 1. Berikan teknik nonfarmakologi
membaik untuk mengurangi nyeri (mis.
Tens, hipnotis, akupresur, terapi
musik, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi
1. Anjurkan memonitor secara
mandiri
2. Anjurkan teknik norfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2 D.0080 L.09093 I.09314


Ansietas b.d ancaman Tingkat ansietas Reduksi Ansietas
terhadap konsep diri Setelah dilakukan Observasi
d.d tampak tegang intervensi
keperawatan 2x24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
jam maka cemas berubah (mis. Kondisi, waktu,
menurun stresor)
Dengan kriteria 2. Identifikasi kemampuan
hasil: mengambil keputusan
1. Verbalisasi 3. Monitor tanda-tanda ansietas
kebingungan (verbal dan nonverbal)
menurun
2. Verbalisasi Terapeutik
khawatir akibat 1. Ciptakan lingkungan terapeutik
kondisi yang untuk menumbuhkan kepercayaan
dihadapi 2. Temani pasien untuk mengurangi
menurun kecemasan, jika memungkinkan
3. Perilaku gelisah 3. Pahami situasi yang membuat
menurun ansietas
4. Perilaku tegang 4. Dengarkan dengan penuh
menurun perhatian
5. Frekuensi
pernafasan Edukasi
14

membaik 1. Informasi secara faktual


6. Tekanan darah mengenai diagnosis pengobatan
membaik dan prognosis
2. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
3. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
4. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

V. Implementasi Keperawatan
Dx.
No Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 D.0077 09.00 1. MengIdentifikasi lokasi, S : Pasien mengeluh nyeri Hilda
karakteristik, durasi, BAK
frekuensi, kualitas, - Nyeri menjalar ke
intensitas nyeri belakang
09.05 2. Mengidentifikasi skala - Nyeri dirasakan seperti
nyeri ditusuk-tusuk
09.10 3. Mengidentifikasi faktor O : Pasien terlihat meringis
yang memperberat dan - Skala nyeri 3 (0-10)
memperingan nyeri - TTV
09.15
4. Memberikan teknik TD : 160/80 mmHg
nonfarmakologi untuk P : 80 x/menit
09.20 mengurangi nyeri R : 22 x/menit
5. Mengkontrol lingkungan S : 35,5oC
yang memperberat rasa A : nyeri akut b.d agen
nyeri (spt. Kebisingan dan pecedera fisiologis d.d
09.25 pencahayaan) mengeluh nyeri
6. Berkolaborasi pemberian P:
analgetik - Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (spt. Kebisingan
dan pencahayaan)
- Kolaborasi pemberian
15

analgetik
I:
- Mengidentifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri
- Mengidentifikasi skala
nyeri
- Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
(relaksasi nafas dalam)
- Mengkontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (spt. Kebisingan
dan pencahayaan)
- Berkolaborasi
pemberian analgetik
E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
2 D.0080 09.45 1. Mengidentifikasi saat S : Pasien mengatakan sedikit Hilda
tingkat ansietas berubah cemas
(mis. Kondisi, waktu, - Pasien merasa takut
stresor) akan dioperasi
09.47 2. Mengidentifikasi O : Pasien terlihat murung
kemampuan mengambil - TTV :
keputusan TD : 160/80 mmHg
09.55 3. Momonitor tanda-tanda P : 80 x/menit
ansietas R : 22 x/menit
4. Menemani pasien untuk S : 35,5oC
mengurangi kecemasan, A : Ansietas b.d ancaman
09.56 jika memungkinkan terhadap konsep diri d.d
5. Menganjurkan keluarga tampak tegang
untuk tetap bersama P:
09.57 pasien, jika perlu - Identifikasi saat tingkat
6. Melatih kegiatan ansietas berubah (mis.
pengalihan untuk Kondisi, waktu, stresor)
10.00 mengurangi ketegangan - Identifikasi kemampuan
7. Melatih teknik relaksasi mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda
ansietas
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu
- Latih teknik relaksasi
I:
16

- Mengidentifikasi saat
tingkat ansietas berubah
(mis. Kondisi, waktu,
stresor)
- Mengidentifikasi
kemampuan mengambil
keputusan
- Momonitor tanda-tanda
ansietas
- Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
- Melatih teknik relaksasi
E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi

1. D.0077 21.00 1. Mengidentifikasi skala S : Pasien mengeluh nyeri Hilda


nyeri BAK (-)
21.05 2. Mengidentifikasi faktor - Nyeri menjalar ke
yang memperberat dan belakang berkurang
menperingan nyeri - Pasien mengatakan
22.00 3. Memberikan teknik non nyeri karena sudah
farmakologi (relaksasi dilakukan operasi
nafas dalam) O : Pasien tidak terlalu
23.00 4. Berkolaborasi pemberian meringis
analgetik - Skala nyeri 3 (0-10)
- TTV
TD : 150/80 mmHg
P : 75 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36oC
A : Nyeri akut b.d agen
pecedera fisiologi d.d
mengeluh nyeri
P:
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
menperingan nyeri
- Berikan teknik non
farmakologi (relaksasi
nafas dalam)
- Kolaborasi pemberian
analgetik

I:
- Mengidentifikasi skala
nyeri
17

- Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan
menperingan nyeri
- Memberikan teknik non
farmakologi (relaksasi
nafas dalam)
- Berkolaborasi pemberian
analgetik
2 D.0080 05.00 1. Mengidentifikasi tanda- S : Pasien mengatakan cemas
tanda ansietas sudah tidak ada
05.05 2. Menganjurkan keluarga - Megatakan perasaan
tetap bersama pasien takut (-)
05.10 3. Menganjurkan kegitan O : Pasien tidak tampak
pengalihan untuk gelisah
mengurangi ketegangan - TTV
05.15 4. Melatih teknik relaksasi TD : 150/80 mmHg
P : 75 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36oC
A : Ansietas b.d ancaman
terhadap konsep diri
d.d tampak tegang
P:
- Identifikasi tanda-tanda
ansietas
Hilda
- Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien
- Anjurkan kegitan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
I:
- Mengidentifikasi tanda-
tanda ansietas
- Menganjurkan keluarga
tetap bersama pasien
- Menganjurkan kegitan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Melatih teknik relaksasi
E : Masalah teratasi
R : Hentikan intervensi

VI. Catatan Perkembangan


18

No. Dx KEP Hari/Tanggal/Jam Catatan Perkembangan (SOAPIER) Paraf


D.0077 Senin, 17/10/22 S : Pasien mengeluh nyeri BAK Hilda
- Nyeri menjalar ke bagian belakang
- Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
O : Pasien terlihat meringis
- Pasien terlihat melokalisir nyeri
- Skala nyeri 3 (0-10) ringan
- TTV
TD : 160/80 mmHg
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 35,5oC
A : Nyeri akut b.d agen pecedera
fisiologis d.d mengeluh nyeri
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (spt.
Kebisingan dan pencahayaan)
09.00 - Kolaborasi pemberian analgetik
I:
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Hasil : pasien menunjukan daerah
09.05 nyeri berada di bagian pinggang kanan
menjalar ke belakang. Nyeri dirasakan
hilang timbul
09.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : pasien mengatakan nyeri
berada di rentang 3 (0-10) nyeri ringan
3. Memberikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri (relaksasi
nafas dalam)
09.20 Hasil : pasien begitu kooperatif ketika
diistruksikan relaksasi nafas dalam
untuk menghilangkan nyeri
4. Mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (spt.
09.30
Kebisingan dan pencahayaan)
Hasil : tidak terlihat benda disekitar
yang memberatkan kondisi
19

5. Berkolaborasi pemberian analgetik


Hasil : terapi yang diberikan keterolak
E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
D.0080 Senin, 17/10/22 S : Pasien mengatakan sedikit cemas Hilda
- Pasien merasa takut akan dioperasi
O : Pasien terlihat murung
- TTV :
TD : 160/80 mmHg
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 35,5oC
A : Ansietas b.d ancaman terhadap konsep
diri d.d tampak tegang
P:
- Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. Kondisi, waktu,
stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Latih teknik relaksasi
I:
1. Mengidentifikasi saat tingkat
ansietas berubah (mis. Kondisi,
waktu, stresor)
Hasil : pasien tidak tampak cemas
berat
2. Mengidentifikasi kemampuan
mengambil keputusan
Hasil : pasien bersedia dan setuju
akan dilakukannya operasi
3. Momonitor tanda-tanda ansietas
Hasil : pasien sedikit tegang saat
mendengar kata operasi, nadi teraba
cepat meskipun masih dibatas
normal
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
Hasil : keluarga sangat perhatian
pada psien sehingga selalu ditemani
oleh istrinya maupun anaknya
5. Melatih teknik relaksasi
Hasil : pasien begitu kooperatif
ketika diistruksikan relaksasi nafas
dalam untuk menghilangkan nyeri
20

maupun rasa takut


E : Masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
D.0077 Selasa / 18/10-22 S : Pasien mengeluh nyeri BAK berkurang
- Nyeri menjalar ke belakang
berkurang
- Pasien mengataakan nyeri setelah
operasi
O : Pasien tidak terlalu meringis
- Skala nyeri 3 (0-10)
- TTV
TD : 150/80 mmHg
P : 75 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36oC
A : Nyeri akut b.d agen pecedera fisiologi
d.d mengeluh nyeri
P:
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat
dan menperingan nyeri
- Berikan teknik non farmakologi
(relaksasi nafas dalam)
- Kolaborasi pemberian analgetik
Hilda
I:
1. Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : skala nyeri masih dalam
rentang skala 3 (0-10) ringan
2. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan menperingan
nyeri
Hasil : nyeri terasa jika ada
pergerakan, nyeri berkurang jika
berbaring
3. Memberikan teknik non
farmakologi (relaksasi nafas dalam)
Hasil : pasien begitu kooperatif
ketika diistruksikan relaksasi nafas
dalam untuk menghilangkan nyeri
4. Berkolaborasi pemberian analgetik
Hasil : pasien bersedia untuk
pemberian analgetik terapi yang
diberikan keterolak, karena nyeri
berkurang
E : Masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan intervensi
D. 0080 Rabu / 19/10-22 S : Pasien mengatakan cemas sudah tidak
21

ada
- Megatakan perasaan takut
berkurang
O : Pasien tidak tampak gelisah
- TTV
TD : 150/80 mmHg
P : 75 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36oC
A : Ansietas b.d ancaman terhadap konsep
diri d.d tampak tegang
P:
- Identifikasi tanda-tanda ansietas
- Anjurkan keluarga tetap bersama
pasien
- Anjurkan kegitan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
I:
1. Mengidentifikasi tanda-tanda
ansietas
Hasil : tidak tampak gelisah
2. Menganjurkan keluarga tetap
bersama pasien
Hasil : keluarga sangat perhatian
pada pasien sehingga selalu
ditemani oleh istri dan anaknya
3. Menganjurkan kegitan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
Hasil : setelah melakukan
pengkajian dan berkomunikasi
sangat kooperatif ketegangan
berkurang
4. Melatih teknik relaksasi
Hasil : pasien dapat mengikuti
latihan nafas dalam yang dapat
mengurangi rasa nyeri dan
ketegangan
E : Masalah teratasi
R : Hentikan intervensi

Paraf CI Klinik
BAB IV
HASIL APLIKASI JURNAL

A. Metode Pelaksanaan / Implementasi

Pemberian implementasi keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri

akut dilakukan tindakan keperawatan yaitu dengan managemen nyeri dengan

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam yang merupakan tindakan terapi non

farmakologi dapat mengurangi nyeri intensitas ringan sampai sedang. Yang

menjadi responden yaitu Tn.E dengan diagnosa medis BPH (Benigna Prostat

Hyperplasia). Pemberian tindakan ini meliputi edukasi tentang teknik relaksasi

nafas dalam, demonstrasi cara melakukan relaksasi nafas dalam dan observasi

skala nyeri serta observasi kemandirian pasien dalam penggunaan teknik

relaksasi nafas dalam. tindakan ini dilakukan kepada pasien selama 2 kali

sehari dan dilakukan selama 10 kali diselingi istirahat 5 kali.

Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam menurut potter dan perry

(2010), yaitu :

5) Ciptakan lingkungan yang tenang, usahakan tetap rileks dan tenang

6) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan

udara melalui hitungan 1,2,3 perlahan-lahan udara dihembuskan

melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah tetap

rileks.

7) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali, menarik nafas lagi

melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara

perlahan-lahan.

22
23

8) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap

kosentrasi / mata sambil terpenjam, pada saat kosentrasi pusatkan

pada daerah nyeri

9) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

10) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali

B. Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan terhadap pasien Tn. E dengan

intervensi mengenai teknik relaksasi nafas dalam didapatkan hasil adanya

penurunan tingkat nyeri pada pasien Tn. E dan berpengaruh dalam menurunkan

skala nyeri dan dibuktikan selama 3 hari menunjukan bahwa nyeri yang dirasakan

klien mengalami penurunan, hal ini dikarenakan teknik relaksasi nafas dalam

dapat merilekskan otot yang menunjang rasa nyeri.

Pada hari pertama, skala nyeri yang dialami pasien menunjukan pada skala

nyeri 3 dan di hari ketiga skala nyeri pasien menunjukkan pada skala 2.
BAB V
DISKUSI

Masalah keperawatan utama pada Tn. E adalah nyeri akut yang disebakan

karena kelenjar prostat yang mengalami pembesaran sehingga menyumbat uretra

dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar sehingga timbul nyeri saat

BAK. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan nyeri akut dapat berupa intervensi mandiri dan kolaboratif. Beragam

intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat untuk

mengatasi masalah nyeri akut salah satunya salah satunya dengan manajemen

nyeri non farmakologi seperti melakukan teknik relaksasi.

Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup relaksasi otot, nafas

dalam, massase, meditasi dan perilaku. Tujuan teknik relaksasi adalah mencapai

keadaan relaksasi relaksasi menyeluruh mencakup keadaan relaksasi secara

sisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non

epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung, penurunan tekanan

darah, penurunan frekuensi nafas, penurunan ketegangan otot, metabolisme

menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada ekstremitas (Rahmayati,

2010).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan terhadap pasien Tn. E dengan

intervensi mengenai teknik relaksasi nafas dalam didapatkan hasil adanya

penurunan tingkat nyeri pada pasien Tn. E, berpengaruh dalam menurunkan skala

nyeri dan dibuktikan dari hasil evaluasi selama 3 hari skala nyeri pasien

berkurang. Hal ini dikarenakan teknik relaksasi nafas dalam dapat merilekskan

otot yang menunjang rasa nyeri. Pada awal pengkajian hari pertama, skala nyeri

24
25

yang dialami pasien menunjukan pada skala nyeri 3 dan di hari ketiga skala nyeri

pasien menunjukkan pada skala 2. Artinya, tindakan non farmakologi terapi

relaksasi nafas dalam efektif mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien.

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,

yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan

nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,

teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi dalam darah ke jaringan dapat meningkat sehingga skala

nyeri yag dialami oleh individu dapat turun (Smeltzer & bare, 2013).

Berdasarkan tujuan dan manfaat teknik relaksasi nafas dalam menurut

National Safety Council (2009), bahwa teknik relaksasi nafas dalam saat ini masih

menjadi metode relaksasi termudah, sementara Smeltzer dan Bare (2013)

menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk

meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi

paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional.


BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan skala numerik 0-10.
Intervensi penerapan jurnal yang dilakukan untuk mengatasi nyeri akut pada
pasien adalah dengan pemberian teknik relaksasi nafas dalam dilakukan
selama 2 kali selama 3 hari. Tindakan relaksasi nafas dalam dilakukan 10
kali diselingi istirahat setiap 5 kali.
Hasil evaluasi selama 3 hari skala nyeri pasien berkurang. Pada awal
pengkajian hari pertama, skala nyeri yang dialami pasien menunjukan pada
skala nyeri 3 dan di hari ketiga skala nyeri pasien menunjukkan pada skala
2. Artinya, tindakan non farmakologi terapi relaksasi nafas dalam efektif
mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien.

B. Saran
Hasil dari tindakan intervensi jurnal ini dapat digunakan oleh perawat
sebagai alternatif dalam pemberian intervensi mandiri maupun keluarga
untuk latihan dirumah mengenai teknik relaksasi nafas dalam dapat
mengatasi masalah nyeri. Dan diharapkan pihak Rumah Sakit dapat
membuat SOP tentang management nyeri non farmalogi salah satunya
teknik relaksasi nafas dalam sehingga dapat menjadi alternatif pilihan yang
lain dalam mengatasi dan mengurangi rasa nyeri pada pasien.

26
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, W.P.N. (2021). Pengaruh Reknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi BPH Di RS Bhayangkara
Denpasar. Directoral dissertaition : Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Bina Usada Bali. Diakses tanggal 26 Oktober 2022

Kuntariastri, D. (). Pengaruh Relaksasi Benson dan Relaksasi Nafas Dalam


Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Post Tur Prostat di RSUD
Cengkareng Jakarta Barat. Directoral dissertation : Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Diakses tanggal 26 Oktober 2022

Melinda, E. & Maharani, S. (2021). Implementasi Terapi Murrotal dan Relaksasi


Nafas Dalam Untuk Mengatasi Masalah Nyeri Akut. Directoral
dissertation : STIK Siti Khadijah Palembang. Diakses tanggal 26
Oktober 2022

27

Anda mungkin juga menyukai