OLEH
SUMIYATI
105STYJ21
MATARAM
2021 / 2022
HIPERTENSI
4 Hipertensi
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Hipertensi
Perubahan struktur
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokonstriksi
Mk: Resiko
Gangguan sirkulasi ketidakefektifan
Otak Suplai O2 ke otak
perfusi jaringan ke
menurun
otak
Ginjal
Retina
Pembuluh darah
Vasokontriksi
pembuluh darah Spasme
Ginjal arteriol Koroner Sitemik
d. Patofisiologi
Manurut Amin Huda kusuma (2015), hipertensi dapat disebabkan menjadi
dua golongan yaitu hipertensi primer (esensial) dan hupertensi sekunder. Pada
hipertensi primer faktor yang mempengaruhinya yaitu genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis dan sistem renin, dsn faktor yang meningkatkan resiko
hipertensi primer ini seperti: obesistas, merokok dan alkohol. Sedangkan hipertensi
sekunder penyebabnya yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2015) Faktor predisposisi
(utama) terjadinya hipertensi yakni usia, jenis kelamin, merokok, stres, kurang
olahraga, genetik, alkohol konsentrasi garam, dan obesitas.
Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran pembuluh
darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena terjadinya vasokonstriksi
(kontraksi dinding otot) hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan
sirkulasi di otak, ginjal, retina, dan pembuluh darah terganggu.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian di ubah menajdi II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2005).
1. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran pembuluh
darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena terjadinya
vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga menyumbat pembuluh darah
sehingga gangguan sirkulasi di otak terjadi dan membuat suplai O2 ke otak
menurun sehingga muncul Masalah keperawatan Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan ke Otak
2. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran pembuluh
darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena terjadinya
vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga menyumbat pembuluh darah
sehingga gangguan sirkulasi di ginjal terjadi karena vasokonstriksi pembuluh
darah (kontrasi dinding otot hingga menyumbat pembuluh darah) sehingga
terjadi blood flow (aliran darah menurun) sehingga terjadi respon RRA (Renin-
Angiotensin-Aldosteron) dan yang merangsang adalah Aldosteron dan
menyebabkan retensi natrium darah dan menyebabkan edema sehingga muncul
masalah keperawatan Kelebihan Volume Cairan
3. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran pembuluh
darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena terjadinya
vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga menyumbat pembuluh darah
sehingga gangguan sirkulasi di retina. Kelainan pada pembuluh darah ini
menyebabkan kelinan pada retina yaitu retinopati hipertensi dengan arteri yang
besarnya tidak teratur, episudat pada retina, udema retina dan perdarahan retina.
Spasme (penyempitan) pembuluh darah dapat berupa: pembuluh darah
(terutama arteri retina) yang berwarna lebih pucat, kapiler pembuluh yang
menjadi lebih kecil atau irreguler (karena spasme lokal), dan percabangan
arteriol yang tajam sehingga muncul masalah keperawatan Resiko Cedera
4. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran pembuluh
darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena terjadinya
vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga menyumbat pembuluh darah
sehingga gangguan sirkulasi pada pembuluh darah yang mengalirkan O2
mengalami penurunan dan terjadilah PJK (Penyakit jantung Koroner) dimana
kondisi pembuluh darah jantung tersumbat oleh lemak dan menyebabkan
terjadinya iskemia miokard (kondisi yang terjadi ketika aliran darah berhenti
pada sebagian jantung, menyebabkan kerusakan pada otot jantung, jika salah
satu arteri ini tersumbat secara tiba-tiba sebagian jantung menjadi kekurangan
oksigen sehingga muncul masalah keperawatan Nyeri akut.
5. Gangguan peredaran darah sitemik terjadi karena gangguan sirkulasi sehingga
menyebabkan terganggunya peredarahan darah sistemik (peredaran darah
besar) ini mengalami kontraksi dinding otot hingga menyumbat pembuluh
darah sehingga aliran darah keseluruh tubuh terganggu, sedangkan Afterload
meningkat (tekanan dimana jantung harus bekerja untuk mengeluarkan darah
selama sistol, dengan kata lain beban akhir dari jantung untuk di edarkan ke
seluruh tubuh) dan tentu orang yang mengalami gangguan ini akan cepat
merasa lelah (Fatigue) sehingga muncul masalah keperawatan Intoleransi
Aktivitas
e. Menifestasi klinis
Menurut Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015 Tanda dan gejala
pada hipertensi dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang sepsifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak teratur.
3) Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/pusing sakit kepala berdenyut di
suboksipital, episode mati rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi badan.
Gangguan Visual (diplopia-pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epistaksis (Udjianti, 2013).
4) Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urin <50 ml/jam atau oliguri (Udjianti,
2013).
5) Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat
pemakaian deuretik. Temuan fisik meliputi berat badan normal atau
obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria
(udjianti, 2013).
6) Sistem integumen
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat, (> 2
detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing (Udjianti, 2013).
7) Sistem muskuluskletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher (Haryanto & Rini, 2015)
8) Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan adanya
kelainan pada sistem endokrin (Udjianti, 2013).
9) Sistem reproduksi
Pada pasien hipertensi terjadi peningkatan TIK (Tekanan intra
cranial) pada saat melakukan hubungan seksual dan terjadi gangguan
reproduksi pada ibu hamil yang memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma,
2015).
c) Pemeriksaan penunjang
1) Hitung darah lengkap : pemeriksaan Hb, Ht (hematokrit), untuk menilai
vakositas dan indikator faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas anemia
(Udjianti, 2013).
2) Kimia darah (Udjianti, 2013)
3) BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau
renal.
4) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes militus adalah presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
5) Kadar kolsterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
6) Kadar serum aldesteron: menilai adanya aldosteronisme primer
7) Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
8) Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi.
9) Elektrolit (udjianti, 2013).
10) Radiologi (udjianti, 2013)
11) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
12) IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan
ginjal
13) Photo dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2. Harapan kelurga
b. ANALISA DATA
No Symptom Etiologic Problem
Perubahan struktur
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Suplai O2 ke otak
menurun
Resiko
ketidakseimbangan
perfusi jaringan otak
pernafasan,
ketidakseimbangan Kerusakan vaskuler
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Ginjal
vasokontriksi
pembuluh darah ginjal
Respon RAA
Merangsang aldosteron
Retensi Na
Edema
Kelebihan Volume
cairan
pembuluh yang
menjadi lebih kecil Penyumbatan
yang tajam
Gangguan sirkulasi
Retina
Spasme Arteriol
Resiko Cedera
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
pembuluh darah
sistemik
vasokontriksi
afterload meningkat
penurunan curah
jantung
saat/setelah
aktivitas, merasa Perubahan struktur
tidak nyaman
setelah Penyumbatan
pembuluh darah
beraktivitas,
merasa lemah Vasokontriksi
Do: tekanan darah
berubah >20% Gangguan sirkulasi
dari kondisi
istrahat, gambaran pembuluh darah
EKG sistemik
menggambarkan
aritmia vasokontriksi
saat/setelah
aktivitas, sianosis afterload meningkat
fatigue
Intoleransi Aktivitas
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan
pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
pembuluh darah
Koroner
Iskemia Miokard
Nyeri akut
c. Diagnosa keperawatan
1) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
2) Kelebihan Volume cairan
3) Resiko cedera
4) Penurunan curah jantung
5) Intoleransi aktivitas
6) Nyeri akut
Cara Pembuatan Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa Aktual
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan / Ketidakmauan + 5 Tgs
Keluarga)
2) Diagnosa Resiko
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan / Ketidakmauan + 5 Tgs
Keluarga)
3) Diagnosa Potensial
Problem tanpa etilogi
1 Sifat masalah
1
Skala
a. Skala: Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtra 1
4 Menonjolnya masalah
Skala 1
Total
d. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut M. Wilkinson Judith. 2016.
5. Mendemonstrasikan tromboplebitis
6. Berkomunikasi sensai
6. memberikan
sedatif,memantau
respon pasien, dan
memberikan
dukungan fisiologis
yang dibutuhkan
selama prosedur
diagnostik atau
terapeutik.
7. Surveilans :
Mengumpulkan,
menginterprestasi,
dan menyintesis data
pasien secara terarah
dan kontinu untuk
membuat keputusan
klinis.
8. Tentukan riwayat
nyeri, lokasi, durasi
dan intensitas.
9. Evaluasi terapi :
pembedahan, radiasi,
kemoterapi, bioterapi,
ajarkan klien dan
keluarga tentang cara
menghadapinya.
10. Berikan pengalihan
seperti reposisi dan
aktivitas
menyenangkan
seperti mendengarkan
musik atau nonton
TV.
11. Menganjurkan teknik
penanganan stress
(teknik relaksasi,
visualisasi,
bimbingan), gembira
dan berikan sentuhan
terapeutik.
12. Evaluasi nyeri,
berikan pengobatan
bila perlu.
13. Diskusikan
penanganan nyeri
dengan dokter dan
juga dengan klien.
14. Berikan analgetik
sesuai indikasi seperti
morfin, metadone,
narkotik dll.
e. Implementasi Keperawatan
Impelementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya: Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
setelah dilakukan validasi; keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien di lindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien.
f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi dari setiap diagnosa keperawatan,
yaitu sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2018. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat
untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.
2. KELUHAN UTAMA
Sering Nyeri kepala
3. RIWAYAT KELUARGA
a. Pasangan
Nama : Tn. H
Hidup/mati : Meninggal
Penyebab kematian : Stroke
Tahun meninggal : 2018
Kesehatan :mengeluh sakit leher dan nyeri
kepala
Umur :79 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Dusun Batulayar barat RT 1
b. Anak
Nama : Ny.S
Hidup/mati : Hidup
Tahun meninggal :-
Peneybab kematian :-
Alamat : Dusun Batulayar Barat RT 1
c. Genogram
X X X X
Keterangan :
= Laki Laki
= Perempuan
= Menikah
X = Meninggal
= Tinggal Serumah
= Klien
= Garis Keturunan
4. RIWAYAT LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL
Tipe tempat tinggal : Permanen
Jumlah kamar : 2 kamar
Kondisi tempat tinggal : kurang bersih
Jumlah orang yang tinggal di rumah : 4 orang Laki-laki: 2
Perempuan : 2
Derajat privasi : Cukup
5. RIWAYAT REKREASI
Hobi/minat : jualan ke pantai
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Liburan perjalanan : Ada, ke pantai
Kegiatan di rumah : membersihkan halaman rumah
Pertanyaan tahap 2
Interprestasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat
Hasil interpretasi : 20
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Persepsi sensori 1 2 3 4 4
Terbatas Sangat Agak Tidak terbatas
penuh terbatas terbatas
Kelembapan Lembab Sangat Kadang Jarang 3
konstan lembab lembab lembab
Aktifitas Ditempat tidur Dikursi Kadang Jalan keluar 4
jalan
Mobilisasi Imobil penuh Kadang jalan Kadang Tidak terbatas 4
terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak adekuat Adekuat Sempurna 3
Gerakan/cubitan Masalah Masalah Tidak ada Sempurna 3
resiko masalah
Total skor 21
Keterangan :
Pasien dengan total nilai :
a. < 16 mempunyai risiko terkena decubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. < 13 risiko tinggi
1. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. PEMUKIMAN
a. Luas bangunan : 5 x 10 meter
b. Bentuk bangunan : Rumah
c. Jenis bangunan : Permanen
d. Atap rumah : Seng
e. Dinding : Tembok
f. Lantai : Keramik
g. Kebersihan lantai : Kurang
h. Ventilasi : < 15% luas lantai
i. Pencahayaan : Kurang
j. Pengaturan penataan perabot : Kurang
k. Kelengkapan alat rumah tangga : Tidak lengkap
b. SANITASI
a. Penyediaan air bersih (MCK)
o PDAM
o Sumur
b. Penyediaan air minum
o Air biasa tanpa rebus
c. Pengelolaan jamban
o Bersama
d. Jenis jamban
o Cemplung terbuka
e. Jarak dengan sumber air
o > 10 meter
f. Sarana pembuangan air limbah (SPAL) :
o Lancar
g. Petugas sampah
o Dibuang sembarang tempat
h. Polusi udara
o Rumah tangga
i. Pengelolaan binatang pengerat
o Ya
c. FASILITAS
a. Peternakan
o tidak
o Jenis : -
b. Perikanan
o Tidak ada
c. Sarana olah raga
o Tidak ada
d. Taman
o Tidak Ada
e. Ruang pertemuan
o Tidak ada
f. Sarana hiburan
o Tidak ada
g. Sarana ibadah
o Ada
o Jenis : Masjid
B. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : tidak ada
2. Radiologi : tidak ada
3. EKG : tidak ada
4. USG : tidak ada
5. CT Scan : tidak ada
6. Obat-obatan : obat Captopril, Amlodifine
N DATA Interpretasi (Etiologi) Masalah (Problem)
O
1. DS : Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, Nyeri Akut
Pasien mengekuh sakit kepala dan terasa berat dibagian belakang meorok, stress, genetik, alkohol, konsentrasi
garam,obesitas
P : nyeri bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk Hipertensi
R : nyeri dibagian kepala
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
S : skala nyeri 5
Perubahan struktur
T : nyeri hilang timbul
DO : Penyumbatan pembuluh darah
Pasien tampak meringis dan memegangi kepala bagian belakang
Vasokontriksi
Tanda-tanda vital :
Gangguan sirkulasi
TD : 160/90 mmHg
N : 87x/menit pembuluh darah
RR : 22x/menit
Koroner
Iskemia Miokard
Nyeri akut
RENCANA TINDAKAN
NO Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Nama & Ttd
1. 25 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1. Dengan SUMIYATI
Maret Data Mayor :
keperawatan selama
x24 jam mengidentifika si
2022 Observasi
1. Mengeluh nyeri
diharapkan nyeri dapat dapat
2. tampak meringis berkurang dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,
membantu perawat
karakteristlk, durasi,
3. Bersikap protektif ( mis , waspada 1 = meningkat untuk berfokus pada
frekuensi, kualitas,
posisi menghindari nyeri ) penyebab nyeri dan
2 = cukup meningkat Intensitas nyeri
manajemennya
4. Gelisah.
3 = sedang 2. Identfikasi skala nyeri (Muttaqin dan Sari,
5. Frekuensi nadi meningkat 2013)
4 = cukup menurun 3. Identifikasi respons
6. Sulit tidur nyeri non verbal 2. Dengan
5 = menurun
mengetahui skala
Data Minor : Edukasi nyeri klien dapat
□ Keluhan nyeri
1. Tekanan darah meningkat 4. Ajarkan tekniknon membantu perawat
□ Meringis untuk mengetahui
farmakologis untuk
2. Pola nafas berubah □ Sikap protektif mengurangi rasa nyeri tingkat nyeri
5. Jelaskan
3. Nafsu makan berubah □ Gelisah klien (LeMone, et
tujuan dan manfaat
4. Proses berfikir terganggu teknik napas al., 2015)
□ Kesulitan tidur
5. Menarik diri 6. Jelaskan prosedur teknik 3. Dengan
□ Menarik diri
napas mengidentifikasi
6. Berfokus pada diri sendiri □ Berfokus pada diri sendiri 7. Ajarkan melakukan respon nyeri non
7. Diaforesis inspirasi dengan verbal klien dapat
□ Diaforesis
menghirup udara melalui mengetahui seberapa
□ Perasaan depresi (tertekan) hidung secara perlahan kuat nyeri yang
8. Ajarkan dirasakan oleh klien
□ Perasaan takut mengalami
melakukan ekspirasi (Anggarini, 2018)
cedera berulang dengan menghembuskan
udara mulut mencucu 4. Pemberian teknik
□ Anoreksia nonfarmakolog is
9. Demonstrasi kan menarik dapat membantu klien
□ Perineum terasa tertekan
napas selama 4 detik dalam mengurangi
□ Uterus teraba membulat menahan napas slama kecemasan nyeri
(Zakiyah, 2015)
□ Ketegangan otot 2 detik d a n
menhgembuskan
□ Pupil dilatasi
s e l a m a 8 detik
□ Muntah 5. Dengan menjelaskan
10. Anjurkan sering
tujuan dan manfaat
□ Mual mengulangi atau melatih
dapat membantu klien
teknik relaksasi yang
1 = memburuk dan keluarga dalam
dipilih
pentingnya informasi
11. Anjurkan pasien untuk
2= cukup memburuk mengontrol nyeri
mengambil posisi
dan menemukan
nyaman (semi fowler)
3 = sedang dukungan keluarga
(Anggarini, 2018)
Kolaborasi
4 = cukup membaik 12. Kolaborasi pemberian 6. Untuk membantu klien
analgetik, jika perlu rileks dan menurunkan
5 = membaik stimulus internal
(Zakiyah, 2015)
□ Frekuensi nadi 7. Untuk memudahkan
ekspirasi maksimal
□ Tekanan darah pada klien (Anggarini,
□ Proses berfikir 2018)
8. Untuk memungkinkan
□ Focus ekspirasi lebih baik
dengan meningkatkan
□ Pola berkemih tekanan jalan udara
□ Perilaku sehingga klien
merasa rileks (Prasetyo,
□ Nafsu makan 2010)
Pola tidur 9. Dapat membuat klien
lebih baik, lebih rileks
dan dapat melupakan
nyeri (Khanza, et al.,
2017)
10. Untuk mengetahui
seberapa jauh klien
mampu mengontrol
nyeri
(Prasetyo, 2010)
11. Pemberian posisi yang
tepat dan diras
nyaman oleh klien
dapat mengurangi
resiko klien
terhadap nyeri (khanza
et al, 2017)
12. Pemberian analgetik
dapat memblok
nyeri pada
susunan saraf pusat
(Sukarmin, 2012)
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal / Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Formatif Nama & Ttd
Waktu
25 Maret Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristlk, 1. Ds : Pasien mengeluh sakit kepala dan SUMIYATI
2022/ 14.00
durasi, frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri terasa berat dibagian belakang , nyeri
bertambah saat beraktivitas dan
2. Mengidentfikasi skala nyeri
berkurang saat istirahat, nyeri diraskan
3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal hilang timbul, nyeri seperti ditusuk-
10. Menganjurkan sering mengulangi atau nafas dalam yang baik dan benar
EVALUASI SUMATIF
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif Nama & Ttd
1. Nyeri akut S : pasien mengatakan masih mengeluh nyeri SUMIYATI
O : pasien tampak meringis dan memegangi kepala bagian belakang,
skala nyeri yang dirasakan pasien 5 (0-10),
TTV :
TD : 160/80 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 22X/menit
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri