Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

“I” DENGAN HIPERTENSI


DI RUANG RAWAT INAP 01 PUSKESMAS SUDU

OLEH :

Ulfah Indra Wahyuni


NIM : NS20066

CI INSTITUSI

(FERA DWIYANTI, S.Kep.Ns)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN LAKIPADADA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN AJARAN

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Hipertensi didefinisikan oleh Joint Natoinal committee on Detection, Evalution


and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi
dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sebagai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi
maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari
semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang
dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doengoes, 2000).

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan diastol


atau keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).

B. Klasifikasi

Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa


kelompok yaitu: Klasifikasi Hipertensi
Sistolik Diastolik
N o. Kategori
(mmHg) (mmHg)

1. Optimal <120 < 80


2. Normal 120- 129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
C. Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi
menjadi dua bagian diantaranya yaitu :
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 %
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem
reninangiotensin, efek dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dari
kalsium instraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.

b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal


Terdapat sekitar 5 % kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme dan sindrom cushing hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan dan lain-lain.

D. Patoflodiagram
a) Patofisiologi

Beberapa faktor yang saling berhunbungan mungkin juga turut serta

menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan peran

mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor yang telah

dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resistensi

insulin, sistem renim-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Mekanisme

yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis

ketoraks dan abdomen. Rangsanagan pusat fasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia

simaptis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetolkolin, yang

akan merangsang serabut saraf paska ganglion kepembuluh darah, dimana

dengan dilepaskanya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor dan kecemasan serta ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Ondividu dengan


hhpertensi sangat sesitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistim saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontrikisi. Medulla

adrenal mengsekresi episnefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat meperkuat respon

vasokontriktol yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatkan pelepasan renim. Renim merangsang pembentuikan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

fasokontriktor kuat, yang pada giliranya merangsang sekresi aldesteron oleh

korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung pencetus keadaan hipertensi.

b) Penyimpangan KDM
Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas

elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

kerusakan vaskuler pembuluh darah perubahan status


kesehatan

perubahan struktur

Anxietas
penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

gangguan sirkulasi

otak ginjal pembuluh darah retina

resistensi suplai 02 vasokonsntruksi sistemik koroner spasme arteriole


pembuluh otak pembuluh darah
darah otak menurun ginjal
vasokonstriksi iskemi miokard diplopia

sinkop blood flow afterload


Nyeri akut aliran darah meningkat Nyeri akut Resiko jatuh
menurun

Perfusi fatique
Resiko tinggi
perifer tidak respon RAA penurunan
efektif curah jantung
Intoleransi aktifitas
rangsang aldosteron paparan
informasi kurang

retensi Na
Defisit
hipervolemia edema pengetahuan
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan

a. Biodata

Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin, kawin /

belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan

alamat identitas penanggung, meliputi : nama lengkap, jenis kelamin, umur,

suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan pasien

dan alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan oleh

peningkatan tekanan aliran darah ke otak.


c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing, jantung
kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina
(hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah dan epistaksis spontan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti : obesitas, alkohol, merokok, serta
polisetemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:
Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua
mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memilik resiko tinggi menderita
penyakit seperti orang tuanya.

d. Riwayat psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor
stress multiple.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik,
pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.

e. Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum dapat
diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing individu.
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien nampak lemah
2. Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga cepat,
tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg.
3. Review of sistem
a. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan-tung kongesti /
katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.
Denyut apikal: titik point of maksimum impuls, mungkin bergeser atau sangat
kuat.
Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II
dan bunyi jantung III. Murmur stenosis valvular. Distensi vena
jugularis/kongesti vena.

Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau


epigastrium (stenosis arteri). Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu
dingin, pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda.

b. Neurosensori: Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub


occipital. Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan
penglihatan dan episode statis staksis.

c. Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek,


proses fikir atau memori.

d. Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan

e. Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan-mendatar,


edema, papiladema, exudat, hemoragi.

f. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung). Nyeri tungkai


yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri
abdomen/massa.
g. Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea,


ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi


nafas tambahan, sianosis.

h. Keamanan

Keluhan: Gangguan koordinasi / cara berjalan.

Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.

i. Aktivitas sehari-hari

Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton. Frekuensi jantung


meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.

j. Eliminasi

Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu).

k. Makanan dan cairan

Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam,


lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti vena,
distensi vena jugulalaris, glikosuria.

l. Pemeriksaan diagnostic

1. BUN / kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

2. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-


katkan hipertensi.

3. Urinalisa : Darah, protein, glukosa sangat mengisyaratkan disfungsi


ginjal dan atau adanya diabetes.

4. EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,


gangguan konduksi.

m. Penatalaksanaan

1. Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan


dan diet rendah garam.

2. Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada


hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE inhibitor, beta-
blocker, antagonis kalsium dan diuretik mengurangi massa ventrikel kiri
dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan pengobatan yang paling
efektif.

2. Diagnosa keperawatan

Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa-diagnosa


keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen esensial suatu diagnosa
keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu dimana “P” diidentifikasi sebagai problem,
“E” menunjukkan etiologi dari problem dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan
gejala. Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan
“berhubungan dengan”.

Menurut NANDA, NIC, NOC diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Pasien
Hipertensi adalah :

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,

hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler.


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak

seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

4. Ketidakseimbangan Nutrisi lebih dari Kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan berlebihan

3. Fokus Intervensi Keperawatan


Pada fokus intervensi meliputi tujuan, kriteria hasil, intervensi, rasional, Menurut
NANDA,NIC,NOC :
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas
(kekuatan) ventrikuler.
Tujuan : NOC

1. Efektivitas pompa jantung


2. Status Sirkulasi
3. Status tanda tanda vital Kriteria hasil :
1. Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah,Nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak ada Edema paru, Perifer, dan tidak ada asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran.
INTERVENSI : NIC

1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)


2. Catat adanya distrimia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Anjurkan untuk menurunkan stress
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

b. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral.
Tujuan : NOC
1. Nyeri terkontrol
2. Skala nyeri 2 (ringan)
Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
2. Melaporkan bahwa berkurang dengan menggunakan dengan manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
4. Tanda vital dalam rentang normal.

INTERVENSI : NIC
1. Lakukan pengkajian nyeri cecara komfrehensif, termaksuk lokasi, karakteristik,
durasi frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan.
3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik.
4. Bantu pasien dan keluarga untuk menemukan dukungan.
5. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidak seimbangan


antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : NOC
1. Konserpasi energi
2. Aktivitas toleransi
Kriteria hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan respirasi.
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
NIC
1. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
3. Monitor respon fisik,emosi sosial, dan inspirasi.
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis


implementasi keperawatan, yaitu:

a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh


perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan
kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.

b. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan atas


dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,
seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus,
kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.

c. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan


dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya,
misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah
dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari
bagian fisioterapi.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan


antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari
proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan
tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum
teratasi.

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan


guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).

Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :

1. Evaluasi formatif (proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa
keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data
dengan teori) dan perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain
sebagai berikut: Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment,
dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.

1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,


kecuali pada klien yang afasia.

2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi


perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi
fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi,
dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
Oleh karena itu, seing memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.

4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan


tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan dating
(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang
spesifik dan priode yang telah ditentukan.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas


proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara
pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait
pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian


tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan sesuai


dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien menunjukan


perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukan


perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan baru.
Asuhan Keperawatan Hipertensi

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN INTERNA
Nama mahasisiwa : Ulfah Indra Wahyuni
Tempat praktek : Ruang Rawat Inap Laki-laki 02 Puskesmas Sudu
Tanggal : 30 Maret 2021
I. BIODATA
A. Identitas klien

Nama klien : Tn.I


Usia / tgl.lahir : 75 Thn
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama / Keyakinan : Islam
Suku / bangsa : Bugis Indonesia
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
No.MR. : 11.XX
Tgl Masuk RS : 29 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2021
Rencana Terapy :

B. Penangung Jawab

Nama : Ny. N

Usia : 32 Thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan Dengan klien : Ayah kandung

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat Kesehatan Saat ini
Klien datang ke Puskesmas Sudu di UGD, datang diantar oleh keluarganya
pada tanggal 29-03-2021 pada pukul 17:15 WITA dengan keluhan,nyeri kepala,
mual dan sesak nafas didapati Tanda-tanda vital (S:36.7°C, N: 90x/menit, RR:
26x/menit, TD: 210/100 mmHg.)
1. Alasan kunjungan / keluhan utama : Pada saat pengkajian pada tanggal 30-
03-2021 pada pukul 09:30 WITA, klien mengatakan nyeri kepala , klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri bertambah
saat beraktivitas, klien mengatakan nyeri berkurang saat istirahat, klien
mengatakan nyeri hingga ke tengkuk, klien menyebutkan skala nyeri 3 (1-10)
nyeri yang dirasakan selama 5 menit, nyeri dirasakan hilang timbul, klien
mengatakan belum mengerti penyakit hipertensi. Klien mengatakan nyeri
pada kepala dan tidak nyaman pada tengkuk Klien mengatakan sebelumnya
tidak pernah diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi. Klien
mengatakan kurang begitu paham tentang tekanan darah yang sering tinggi
yang dideritanya

2. Faktor pencetus:
( ) bertahap : klien mengatakan nyeri kepala dan tengkuk
dirasakan sejak 1 hari yang lalu, bertambah berat jika beraktifitas.
( ) mendadak :-
3. Kualitas keluhan : klien mengatakan kepala terasa berat sampai
sekarang.
4. Lamanya keluhan : 1 hari
5. Timbulnya keluhan : saat siang hari dan beraktifitas
6. Faktor pencetus : nyeri kepala dan tengkuk,mual dan terasa
sesak nafas.
7. Upaya yang dilakukuan untuk mengatasinya
Sendiri : istirahat dan berbaring, mengurangi aktifitas.
Di Bantu orang lain : klien dibantu anak pada saat mau BAK atau
BAB dengan memapah ke kamar mandi.
8. Diagnosa medik
a. Hipertensi emergency tanggal , 29 Maret 2021
B. Riwayat Kesehatan yang lalu
klien mengatakan klien belum pernah dirawat di puskesmas sebelumnya, klien
mengatakan sering mengalami nyeri kepala, klien mengatakan tidak merokok,
klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat dan klien
mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan benturan atau terjatuh.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan didalam keluarganya tidak ada penyakit keturunan
seperti keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC,
HIV/AIDS.

Genogram 3 generasi

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Meninggal
: Perempuan
: Garis Serumah
: klien

Keterangan: Tidak ada riwayat penyakit menular dalam silsilah keluarga

III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


1. Pola Konsep diri :
a. Harga diri : klien merasa sedih dibantu orang lain
dalam beraktivitas sangat terbatas pada saat sakit.
b. Ideal diri : klien berharap bisa segera sembuh
agar dapat segera pulang kerumah

c. Gambaran diri : klien mengatakan tidak ada


masalah dengan anggota tubuhnya dan selalu
berpikir positif tentang penyakitnya.
d. Peran diri : klien mengatakan sekarang ia tahu
bahwa ia seorang pasien yang dirawat di Puskesmas
e. Identitas diri : klien mengatakan bahwa
dirinya seorang laki-laki, tetapi sudah tidak mampu
bekerja lagi.
2. Pola Kognitif :
Klien mengatakan tidak malu dengan penyakit yang di deritanya.
3. Pola Koping :
Klien selalu berfikir positif agak tidak stress.
4. Pola Interaksi :
Klien mengatakan hubungan dengan masyarakat/tetangga harmonis, tidak ada
masalah.
IV. RIWAYAT SPIRITUAL
1. Ketaatan klien beribadah :
Sebelum sakit : Pasien mengatakan taat sholat 5 waktu
Setelah dikaji : Pasien mengatakan tidak melakukan sholat 5 waktu karena
sakit
2. Ritual Yang biasa Dijalankan : Menjalankan sholat 5 waktu
3. Dukungan Keluarga klien : keluarga klien memberi support kepada klien dan
merawat klien dengan baik.
V. PEMERISAAN FISIK
A. Keadaan umum klien : Lemah
1. Tanda – tanda distress : Tidakditemukan adanya tanda
stres
2. Penampilan di hubungkan dengan usia : penampilan klien baik
3. Ekspresi wajah : Meringis
Bicara : Normal
Mood : Baik
4. Tinggi Badan :154 cm
Berat Badan : 56 kg
Gaya berjalan :
B. Tanda – tanda vital
Suhu : 36,7 C
Nadi : 72 x / mnt
Pernapasan : 20 x/mnt
Tekanan darah : 170/90 mmHg
C. Sistem pernapasan
1. Hidung (simetris) : Bersih, Pernapasan Cuping Hidung : tidak ada kelainan
Pernapasan cuping hidung : Tidak nampak
Secret : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Epstaksis : Tidak
2. Leher : Refleks menelan baik
Pembesaran Kelenjar : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, Tumor
Tidak nampak adanya tumor
3. Dada :
Bentuk dada : Simetris, tidak ada massa
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : Seimbang
Gerakan dada ( kiri-kanan , apakah terdapat retraksi ) :
pergerakan dada normal , tidak ada retaksi
Otot bantu pernapasan : Normal, tidak ada kelainan
Whezing : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
Rales : Tidak ada
Clubbing finger : Tidak ada
D. Sistem cardiovaskular
1. Conjungtiva ( anemia/tidak) : tidak
Bibir (Pucat/ Sianosis) : pucat
Arteri Carotis ( Kuat / lemah ) : Kuat
2. Ukuran Jantung ( Normal / membesar) : Normal
Ictus cordis : tidak Nampak
3. Suara Jantung :
S1 : Terdengar adanya bunyi ( lub )
S2 : Terdengar adanya bunyi ( dub )
Bising Aorta :-
Mur-mur :(-)
Gallop :(-)
E. Sistem Pencernaan
1. Sklera (Ikterus/ tidak) : Tidak ada
Bibir ( lembab , kering / pecah-pecah ) : agak kering, warna merah muda
labio Skizis : tidak ada kelainan
2. Mulut Stomatitis : Tidak nampak adanya stomatitis
Plato skizis : Tidak ada
Jumlah gigi :
Kemampuan menelan ( baik/sulit ) : Baik, tidak ada kesulitan menelan
3. Gaster :
Kembung : Tidak
Nyeri : Tidak ada nyeri
Gerakan peristaltik : Normal
4. Abdomen
Hati (teraba/tidak) : teraba tidak membesar,tidak terdapat nyeri tekan
Lien : Tidak ada keluhan
Ginjal : Tidak ada nyeri
Feces : Padat
5. Anus (lecet/tidak) : klien mengatakan tidak ada lecet pada anus
hemorrhoid : klien mengatakan tidak hemoroid
F. Sistem Indera
1. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
- Kelopak Mata : Normal
Bulu Mata : Normal
Alis : Normal
- Visus (Gunakan Snellen Chart) : tidak dikaji
- Lapang Pandang : Tidak ada gangguan dalam penglihatan
2. Hidung : Bersih, tidak ada polip
- Penciuman : Normal tidak ada kelainan
Perih dihidung : Tidak ada nyeri hidung
Trauma : Tidak nampak adanya trauma
Mimisan : Tidak nampak adanya mimisan
- Secret yang menghalangi penciuman : -
3. Telinga
- Keadaan daun telinga : Simetris
Kanal auditorius : Normal
Serumen : Bersih tidak ada cerumen
Fungsi penginderaan : normal
Membran tympani : Normal
G. Sistem saraf
1. Fungsi Serebral
a. Status mental orientasi : Normal
Daya ingat : Baik
Perhatian dan penghitungan : Baik
Bahasa : pasien dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa indonesia
b. Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)
Eyes :4
Motorik :6
Verbal :5
c. Bicara (Ekspresive dan reseptive) : tidak ada kelainan
2. Fungsi Cranial
Nervus I : Penciuman Baik
Nervus II : Visus : Klien dapat berkedip
Lapang pandang : Dapat mengikuti gerakan bola
mata
Nervus III,IV,VI : Gerak bola mata: klien dapat menggerakkan bola
Mata. Pupil Isokor.
Nervus V : Sensorik : Kilen dapat merasakan sentuhan pada
wajah
Motorik : Klien dapat menggerakkan rahang
Nervus VII : Sensorik : Pengecapan normal
Motorik : Otot wajah baik
Nervus VIII : Penginderaan : Fungsi pendengaran klien baik
Keseimbangan : Klien mampu berjalan
Nervus IX : Sensorik : Dapat menelan dengan baik
Motorik :
Nervus X : Gerakan ovula :
Rangsangan : Ada rangsangan muntah
Muntah /menelan :
Nervus XI : Stenocledomatoideus :Klien dapat menggerakkan
bahu
Trapesius :
gerakan leher : Klien dapat mengerakkan leher
Nervus XII : Gerakan Lidah : Klien dapat menggerakkan lidah
3. Fungsi motorik
Massa otot : Aktif tidak ada cidera
Tonus otot : Kontraksi baik
Kekuatan otot : Pergerakan aktif ( Normal )
4. Fungsi sensorik
Suhu : Dapat merasakan suhu, panas, dingin, nyeri
Nyeri : Ada respon nyeri
Gerakan : Pergerakan bagian tubuh baik
Posisi : Tidak nampak perubahan posisi tubuh
Diskriminasi : Ada rangsangan pada pemeriksaan ujung jari tangan pada
saat menggunakan benda tajam dan tumpul
5. Fungsi cerebellum
Koordinasi : Pergerakan tubuh lancar ( baik )
Keseimbangan : Tidak ada gangguan dalam gerakan keseimbangan
tubuh
6. Refleks
Biseps : Pergerakan refleks tendon biseps sendi siku lengan bawah
( normal )
Trisep : Pergerakan refleks tendon otot trisep pada fosa olekrani,
sendi siku dan tangan ( normal )
Patella : Pergerakan refleks tendon muskulus kuadriseps femoris
pada sendi lutut bagian belakang ( normal )
Babinski : Pergerakan refleks pada telapak kaki ( normal )
7. Iritasi Meningen
Kaku kuduk : klien mengatakan nyeri pada tengkuk
lasaque sign : Tidak ada nyeri pada tungkai apabila di angkat
Brudzinki sign :
 Pada saat fleksi kepala tidak terjadi fleksi involunter pada kedua
tungkai sendi lutut.
 Tidak terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
 Tidak terjadi involunter pada kedua ekstremitas superior pada sendi
siku
 Tidak terjadi fleksi pada involunter kedua tungkai pada sendi lutut.
H. Sistem Muskulo skeletal
1. Kepala
Bentuk kepala : mesochepal
Gerakan : Klien dapat mengerakkan kepala keatas dan kebawah,
kesamping kiri dan kanan, tidak ada massa
2. Vetebra
Skoliosis : Tidak nampak adanya lengkungan keluar pada tulang
belakang
Lordosis : Tidak nampak adanya lengkungan kedalam tulang punggung
bagian bawah
Kiposis : Tidak nampak adanya kelainan dilengkungan tulang
belakang yang membuat punggung bagian atas terlihat
membulat atau bengkok
Gerakan : pergerakan pada tulang belakang tampak normal
ROM : tidak ada kontraksi pada latihan gerak sendi
Fungsi gerak : pergerakan pada tulang belakang normal
3. Pelvis
gaya jalan : tidak ada gangguan cara berjalan
Gerakan : Normal tidak ada kelainan
ROM : Baik
Trendelemberg test : tidak dikaji
Ortolani/barlow :
 Tidak terdengar adanya bunyi ( clunk ) pada saat panggul tereduksi
dan saat sendi panggul diabduksikan.
 Tidak terdengar adanya bunyi ( clunk ) pada saat panggul terdislokasi
saat posisi adduksi.
4. Lutut
Bengkak Kaku : Tidak nampak adanya pembengkakan pada lutut
Gerakan : Normal
Mc.Murrray test : Tidak ada tanda anggota tubuh lepas atau longgar
pada lutut
Ballotement test : Tidak ada kelainan pada sendi lutut
5. Kaki
Bengkak : Tidak tampak pembengkakan pada kaki
Gerakan : Pergerakan normal
Kemampuan berjalan : Normal
Tanda tarikan : Tidak nampak adanya tarikan
6. Tangan
Bengkak : Tidak tampak pembengkakan pada tangan
Gerakan : Pergerakan normal
ROM : Baik
Bahu : Tidak tampak adanya cidera, fraktur dan dislokasi.
I. Sistem Integumen
1. Rambut
Warna : putih beruban, lurus , kulit kepala bersih
Mudah dicabut : tidak mudah tercabut
2. Kulit
Warna : putih
Temperature : teraba hangat
Kelembaban : agak lembab
Bulu kulit : Tampak ada bulu halus pada tangan dan kaki
Erupsi : Tidak tampak adanya erupsi dari proses pengobatan
Tahi lalat : Tidak nampak adanya tahi lalat
Ruam : tidak nampak adanya ruam pada kulit
Teksture : Baik
3. Kuku
Warna : putih
Permukaan kuku : Normal
Mudah patah : tidak mudah patah
Kebersihan : tampak bersih
J. Sistem Endokrin
1. Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Eksresi urine berlebihan : -
Polidipsi : Tidak ada rasa haus
Polyphagi : Nafsu makan menurun
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang : suhu tubuh normal
Keringat berlebihan : pasien mengatakan tidak berkeringat berlebihan
4. Riwayat bekas air seni dikelilingngi semut : Tidak ada riwayat penyakit DM
K. Sistem Perkemihan
1. Edema palpepra : Tidak tampak adanya pembengkakan pada mata
Moon face : Tidak nampak adanya kelainan
Edema anasarka : Tidak nampak adanya pembengkakan akibat
penumpukan cairan berlebih diseluruh jaringan dan
rongga tubuh.
2. Keadaan kandung kemih : Baik, tidak ada rasa nyeri saat BAK
3. Nocturia : Tidak
Dysuria : Tidak
Kencing Batu : Tidak
4. Penyakit hubungan seksual : Tidak ada
L. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payudara
Putting : Tidak di kaji
Areola mammae : Tidak di kaji
Simetris :
- Labia Mayora dan Minora
Bersih : Tidak di kaji
Secret : Tidak dikaji
Bau : Tidak dikaji
2. Laki-laki
- Keadaan Glan penis
Uretra : Tidak dikaji
Kebersihan : Tidak dikaji
- Testis sudah turun /belum : Tidak dikaji
- Pertumbuhan Rambut
Kumis : Tidak dikaji
Janggut : Tidak dikaji
Ketiak : Tidak dikaji
- Pertumbuhan Jakun : Tidak dikaji
- Pertumbuhan Suara : Tidak dikaji
M. Sistem imun
- Alergi : Tidak ada
Cuaca : Tidak
Debu : Tidak
Bulu Binatang : Tidak
Zat Kimia : Tidak
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cuaca :
Flu : Tidak ada
Urtikaria : Tidak ada
Riwayat transfusi dan reaksi : Tidak ada
VI. PEMERIKSAAN
VII. TERAPI SAAT INI
- IVFD 20 tpm
- Furosemide 1x1 / 24 jam
- Sucralfate syrup 3x2 sdk / 8 jam
- Neurobion injeksi / 24 jam
- Amlodipin 1x1 / 24 jam
- Ibuprofen 3x1 / 8 jam
- Omeprazole 2x1 / tiap 12 jam
- Vitamin B com 2x1 / 12 jam
- Metocloperamide 3x1 / 8 jam
- Captopril 1x1 / 24 jam
KLASIFIKASI DATA
NAMA PASIEN : Tn. I
NO.REKAM MEDIK : 11.XX
RUANG RAWAT : Ruang Rawat Inap Laki-Laki 02

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


DS : - DO:
- klien mengatakan nyeri kepala P : Adanya tekanan
- klien mengatakan nyeri hingga ke darah tinggi
tengkuk Q : Seperti ditusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyeri pada kepala R : kepala bagian
dan tidak nyaman pada tengkuk belakang, leher, dan
- klien mengatakan belum mengerti tengkuk
penyakit hipertensi S:3
- Klien mengatakan sebelumnya tidak T : Hilang timbul
pernah diberikan pendidikan S : 36,7 C
kesehatan tentang hipertensi N : 72 x / mnt
- Klien mengatakan kurang begitu P : 20 x/mnt
paham tentang tekanan darah yang TD : 170/90 mmHg
sering tinggi yang dideritanya - Klien tampak lemas dan hanya
berbaring di tempat tidur
- klien terlihat tegang
- Klien hanya diam saat ditanya
tentang tekanan darah tinggi yang
dideritanya
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Nyeri akut
1. agen
- klien
pencedera fisiologis
mengatakan
nyeri kepala
- klien mengatakan
nyeri hingga ke
tengkuk
- Klien
mengatakan
nyeri pada kepala
dan tidak nyaman
pada tengkuk

- DO:
P : Adanya tekanan
darah tinggi
Q : Seperti ditusuk-
tusuk
R : kepala bagian
belakang, leher, dan
tengkuk
S:3
T : Hilang timbul
S : 36,7 C
N : 72 x / mnt
P : 20 x/mnt
TD : 170/90 mmHg

DS: Defisit pengetahuan


Kurang terpaparnya
mengenai penyakit yang
2. - klien informasi Diderita
mengatakan
belum mengerti
penyakit
hipertensi
- Klien
mengatakan
sebelumnya tidak
pernah diberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
hipertensi
- Klien
mengatakan
kurang begitu
paham tentang
tekanan darah
yang sering tinggi
yang dideritanya

DO:

- Klien tampak
lemas dan hanya
berbaring di
tempat tidur
- klien terlihat
tegang
- Klien hanya
diam saat
ditanya tentang
tekanan darah
tinggi yang
dideritanya
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO MASALAH/ DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI

Nyeri akut berhubungan b/d


agen pencedera fisiologis
di tandai dengan :
DS :
- klien mengatakan nyeri
kepala
- klien mengatakan nyeri
hingga ke tengkuk
- Klien mengatakan nyeri
pada kepala dan tidak
nyaman pada tengkuk

1. - DO:
30 Maret 2021 31 Maret 2021
P : Adanya tekanan
darah tinggi
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : kepala bagian
belakang, leher, dan
tengkuk
S:3
T : Hilang timbul
S : 36,7 C
N : 72 x / mnt
P : 20 x/mnt
TD : 170/90 mmHg
2. Defisit pengetahuan 30 Maret 2021 30 Maret 2021
mengenai penyakit yang
diderita b/d Kurang
terpaparnya informasi
ditandai dengan:

DS:

- klien mengatakan
belum mengerti penyakit
hipertensi
- Klien mengatakan
sebelumnya tidak
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
tentang hipertensi
- Klien mengatakan
kurang begitu paham
tentang tekanan darah
yang sering tinggi yang
dideritanya

DO:

- Klien tampak lemas


dan hanya berbaring di
tempat tidur
- klien terlihat tegang
- Klien hanya diam saat
ditanya tentang
tekanan darah tinggi
yang dideritanya
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
Tgl Tujuan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
30-03-2021 Nyeri akut Setelah dilakukan  TD : 120/80mmHg Manajemen Nyeri
berhubungan b/d tindakan keperawatan 2
 Suhu 36 1. Monitor tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
agen pencedera x 24 jam diharapkan
suhu tubuh
fisiologis masalah nyeri dapat  Nadi 70x/menit
teratasi. 2. Kaji secara komprehensif terhadap nyeri
 RR 20x/menit
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

 Klien mengatakan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

berkurang 3. Ajarkan cara melakukan teknik relaksasi nafas

 Klien mengenal lamanya nyeri dalam

 Klien dapat menggunakan 4. Kaji tipe dan sumber nyeri

teknik non farmakologi 5. Kolaborasi pemberian Analgetik

 Klien tidak gelisah 6. Tingkatkan istirahat

30-03-2021 Defisit Setelah dilakukan  Klien memahami tentang Edukasi Kesehatan


pengetahuan tindakan keperawatan 2 proses penyakit hipertensi
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
mengenai x 24 jam diharapkan yang dideritanya.
pasien mengenai proses penyakit
penyakit yang defisit pengetahuan
 Klien mengungkapkan
diderita b/d klien teratasi. 2. Jelaskan patofisiologi penyakit dengan cara
pemahaman tentang
Kurang yang tepat
terpaparnya penyakitnya 3. Gambarkan tanda gejala yang muncul pada
informasi penyakit dengan cara yang tepat

4. Melakukan pendidikan kesehatan


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO.
JAM IMPLEMENTASI / HASIL EVALUASI / SOAP
TGL NDX
10.00 1. Memonitor tekanan darah, nadi, S : - Klien mengatakan nyeri pada kepala bagian belakang, dan
30 1 pernapasan, dan suhu tubuh rasa tidak nyaman di leher dan tengkuk
Maret
2. Mengkaji secara komprehensif terhadap
2021 O : - Klien terlihat meringis
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
P : Adanya tekanan darah tinggi
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Q : Seperti ditusuk dan ditekan
3. Mengajarkan cara melakukan teknik R : kepala bagian belakang, leher, dan tengkuk
10.10 relaksasi nafas dalam S:3

4. Mengkaji tipe dan sumber nyeri T : Hilang timbul


TD : 170/90 mmHg
5. Mengkolaborasikan pemberian Analgetik
10.15 S : 36,7 C
6. Meningkatkan istirahat N : 72 x / mnt
P : 20 x/mnt
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri
2. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Tingkatkan istirahat
30 Maret 2 10.20 1. Memberikan penilaian tentang tingkat S:
2021 pengetahuan pasien mengenai proses - Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan pendidikan
penyakit kesehatan tentang hipertensi
- Klien bertanya tentang kondisi penyakitnya
2. Menjelaskan Patofisiologi penyakit dengan
- Klien mengatakan kurang begitu paham tentang penyakit yang
cara yang tepat
dideritanya
3. Menggambarkan tanda gejala yang
muncul pada penyakit dengan cara yang O:
tepat - Klien terlihat tidak tenang

4. Melakukan pendidikan kesehatan - Klien hanya diam saat ditanya tentang penyakit yang dideritanya

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat

31 Maret 1 09.30 1. Mengkaji nyeri S:


2012 10.00 2. Mengkolaborasikan pemberian analgetik - Klien mengatakan rasa berat di tengkuk dan kepala sudah hilang
dan semalam sudah dapat tidur dengan nyenyak
3. Meningkatkan istirahat O:
- P : Adanya tekanan darah tinggi
- Q : Seperti ditusuk dan tertimpa beban berat
- R : kepala bagian belakang, leher, dan tengkuk
- S:2
- T : Hilang timbul
- Observasi TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 60x/ menit
RR: 19x/menit
T : 36,4 °C
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri
2. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Tingkatkan istirahat

31 Maret 2 11.00 S : Klien mengatakan sudah mulai paham mengenai penyakit


2021 hipertensi yang dideritanya
O: Klien dapat mengulang beberapa informasi tentang penyakit
hipertensi yang telah disampaikan perawat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
RESUME KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : Tn.I


UMUR : 75 Tahun
JENIS KELAMIN :Laki-Laki
NO. REKAM MEDIK : 11.XX
RUANG RAWAT : Ruang Rawat Inap Laki-Laki 02
TGL. MASUK RS : 29 Maret 2021
TGL. KELUAR RS : 31 Maret 2021
AGAMA : Islam
ALAMAT : Sudu
1. Masalah keperawatan pada saat pasien dirawat :
 Nyeri akut
 Defisit pengetahuan mengenai penyakit yang diderita
2. Tindakan keperawatan selama dirawat :
 Pasang IUVD RL 20 tpm
 Memonitor suhu tubuh
 Memonitor tekanan darah, nandi dan respirasi
 Penatalaksanaan pemberian obat oral dan injeksi
3. E v a l u a s i :
 Nyeri akut teratasi sebagian
 Klien dapai mengetahui mengenai penyakit hipertensi dan paham mengenai
penyakit hipertensi
4. Nasehat pada waktu pasien pulang :
 Istirahat yang cukup
 Obat oral lanjut dirumah
 Jaga pola makan
 Rutin kontrol tekanan darah dan berobat di fasyankes
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:EGC
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi di Ruang Angsoka di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 di akses pada tanggal 29 Maret 2021
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-
Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Nurariif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & Nanda
Jilid 2.

Anda mungkin juga menyukai