Anda di halaman 1dari 4

Yudha

‫ ׀‬Laki-laki 38 Tahun dengan Episodik Skizofrenia Remiten

Laki-laki 38 Tahun dengan Episodik Skizofrenia Remiten



Yudha Adi Putra Suharto
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis bervariasi, namun sangat mengganggu, psikopatologi yang mencakup kognisi,
emosi, persepsi, dan aspek lain dari perilaku. menurut perjalanan penyakitnya terdapat skizofrenia episodik berulang.
Dikatakan skizofrenia episodik berulang apabila gejala berulang dan diantara episode ulangan terdapat bebas gejala. Pasien
laki-laki 38 tahun dibawa ke RSJ Kurungan Nyawa Bandar Lampung dengan keluhan marah dan mengamuk tanpa sebab
yang jelas. selama wawancara didapatkan mood pasien irritable dengan afek yang meningkat dan antara mood dan afek
kurang serasi. Dari isi pikir terdapat waham kejar, waham kebesaran, dan thought of insertion. dari bentuk pikir terdapat
flight of idea pada pasien. Dari persepsi terdapat gangguan berupa halusinasi auditorik yang menyuruh dan mengomentari
pasien, juga halusinasi visual. konsentrasi pasien mudah terganggu. Didapatkan tilikan derajat satu. Pasien diberikan
risperidon 2x1 mg per hari ditambah Na. Valproat diberikan 3x250 mg selain itu juga diberikan psikoterapi.

Kata kunci: skizofrenia episodik berulang, risperidon, natrium valproat

A 38 Years Old Man with Episodic Remittent Schizophrenia

Abstract
Schizophrenia is a clinical syndrome of variable, but profoundly disruptive, psychopathology that involves cognition,
emotion, perception, and other aspects of behavior. Based on clinical pattern, there is episodic remittent schizophrenia.
Called episodic remittent schizophrenia if Complete or virtually complete remissions between psychotic episodes. A man,
38 years old, brought to Kurungan Nyawa psychiatric hospital, Bandar Lampung with complaint angry and rampage without
obvious reason. As interview there is an irritable mood with increase affect and between mood and affect is unrelated.
There are suspicion of chased, mighty, and thought of insertion. From mind configuration there is an flight of idea. From
perception there are auditoric and visual haluccination. Patient’s concentration is ditractable easily. There is degrees one
insight. Patient get risperidone 1 mg twice a day plus sodium valproat 250 mg three times a day and given a psychotherapy.

Keywords: episodic remittent schizophrenia, risperidone, sodium valproat

Korespondensi: Yudha Adi Putra Suharto, S.Ked, e-mail yudhasuharto@gmail.com


Pendahuluan wanita. Serangan awal di masa kanak-
Skizofrenia adalah suatu sindrom kanak amat jarang, demikian juga serangan
klinis bervariasi, namun sangat mengganggu, awal di usia pertengahan dan tua.3,4,5,6,7,8
psikopatologi yang mencakup kognisi, emosi, Suatu kombinasi dari faktor genetika
persepsi, dan aspek lain dari perilaku.1 dan faktor lingkungan memainkan peranan
Skizofrenia berasal dari bahasa yunani yaitu dalam perkembangan skizofrenia. Seseorang
terdiri dari schizein yang berarti membelah dengan sejarah skizofrenia dalam keluarga
dan phren- yang berarti pikiran.2 yang menderita psikosis transien atau
Sedangkan menurut perjalanan pembatasan diri memiliki kemungkinan 20–40
penyakitnya terdapat skizofrenia episodik % untuk didiagnosis satu tahun kemudian.
berulang. Dikatakan skizofrenia episodik Satu teori yang paling umum adalah hipotesis
berulang apabila gejala berulang dan diantara dopamin yang menjelaskan bahwa psikosis
episode ulangan terdapat bebas gejala 1 disebabkan interpretasi pikiran yang salah
Skizofrenia mempengaruhi sekitar 0, terhadap pelepasan dari neuron
9,10
3–0, 7 % orang pada suatu saat dalam dopaminergis.
kehidupan atau 24 juta orang di seluruh dunia Pengobatan andalan adalah
terhitung pada tahun 2011. Penyakit ini pengobatan dengan antipsikotik yang pada
muncul 1, 4 kali lebih sering di kalangan pria umumnya menekan aktivitas dopamine (dan
dibandingkan wanita dan biasanya muncul kadang-kadang serotonin) reseptor.
lebih awal di kalangan pria dengan usia Psikoterapi dan rehabilitasi vokasional dan
puncak dari serangan awal adalah 20–28 sosial merupakan perawatan yang juga
tahun untuk pria dan 26-32 tahun untuk penting.11

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|177



Yudha ‫ ׀‬Laki-laki 38 Tahun dengan Episodik Skizofrenia Remiten

Kasus organik. Pada hasil autoanamnesis dan
Pasien laki-laki 38 tahun, Islam, alloanamnesis juga tidak terdapat riwayat
bekerja sebagai buruh panggul, alamat Jalan P. penggunaan zat psikoaktif Pada pasien,
Legundi Gang Haji Sanusi Nomor 67 sehingga dapat menyingkirkan gangguan
Lingkungan 2 RT 01 Kelurahan Sukarame mental dan perilaku akibat penggunaan zat.
Bandar Lampung, pendidikan terakhir SMEA, Pada pasien didapatkan halusinasi
belum menikah dan mempunyai dua orang visual dan audiorik, waham kejar. Thought of
anak, masuk rumah sakit tanggal 30 Januari insertion. Hal ini sudah berlangsung lebih dari
2015 diantar kakak dan kerabat kakak pasien 6 bulan dan dikarenakan gejala tersebut hilang
yang juga merupakan perawat di RS Jiwa. timbul dengan tanpa gejala diantara episodik
Telah dilakukan autonamnesis pada tanggal 14 maka didapatkan aksis I diagnosis skizofrenia
Februari 2015 dan alloanamnesis kepada episodik berulang (F.20.x3) meskipun pada
kakaknya pada tanggal 15 Februari 2015. pasien terdapat peningkatan afek, namun
Terlihat sesuai usianya, cara pasien tidak dapat digolongkan kedalam
berpakaian dan perawatan diri terkesan cukup skizoafektif tipe manik (F.25.0) karena
baik. Menurut penuturan kakak pasien, meskipun onset penyakit pada awal, yaitu
keanehan perilaku pasien dimulai pada tahun pada tahun 2000, berbarengan namun tidak
2000. Perilaku pasien berubah menjadi aneh ketika gejala psikosis pasien mengalami relaps
seperti menjadi lebih tertutup, sering yaitu pada tahun 2004 dan 2011, gejala
meyendiri, sering mengamuk tanpa alasan afektifnya menurut alloanamnesis tidak ikut
yang jelas dan terdapat ilusi. Lalu pada tahun relaps. Dikarenakan pasien selalu naik kelas
2004 gejala bertambah menjadi lebih parah walaupun tidak melanjutkan sampai
yaitu, pasien terdapat waham rujukan universitas karena masalah ekonomi, menurut
terhadap saudara pasien. Pasien sudah 4x keluarga pasien tidak ada masalah pendidikan
dibawa ke RS dengan keluhan yang sama yaitu sebelum ia menderita sakit. Ini dapat
mengamuk tanpa alasan yang jelas. Pertama menyingkirkan diagnosis adanya retardasi
pada tahun 2000, tahun 2004, tahun 2011 dan mental. Selain itu tidak ditemukan adanya
terakhir 2015. tanda-tanda gangguan kepribadian pada
Selama wawancara didapatkan mood pasien ini, sehingga pada aksis II belum ada
pasien irritable dengan afek yang meningkat diagnosis.
dan antara mood dan afek kurang serasi. Dari Dari alloanamnesis dan pemeriksaan
isi pikir terdapat waham kejar, waham fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik,
kebesaran, dan thought of insertion. dari sehingga pada aksis III tidak ada diagnosis.
bentuk pikir terdapat flight of idea pada Pasien dan keluarga mengalami pengetahuan
pasien. Dari persepsi terdapat gangguan yang sedikit mengenai penyakit dan ditambah
berupa halusinasi auditorik yang menyuruh pasien tidakmemiliki keluarga atau kerabat
dan mengomentari pasien, juga halusinasi yang tinggal serumah untuk selalu mengawasi
visual. konsentrasi pasien mudah terganggu. pasien sehingga berdampak dengan putus
Didapatkan tilikan derajat satu. pengobatan aksis IV. Penilaian Global
Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 50-
Pembahasan 41 karena terdapat gejala yang berat dan
Pada pasien ini ditemukan adanya disabilitas yang berat, sedangkan GAF tertinggi
gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna selama satu tahun terahir adalah 80-71 (gejala
serta menimbulkan suatu distress atau sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
penderitaan dan disability atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, dll) menjadi
dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, diagnosis untuk aksis V.12,13,14,15,16
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini Rencana terapi yang diberikan
mengalami gangguan jiwa berdasar kriteria adalah risperidon 2x1 mg per hari selama lima
World Health Organization (WHO).12 hari. Lalu dievalusi setiap dua minggu
Setelah dilakukan anamnesis, tidak mengenai kondisi pasien, naikan sampai dosis
ditemukan riwayat trauma kepala, kejang optimal, lalu dipertahankan sampai 8-12
sebelumnya ataupun adanya kelainan organik. minggu lalu diturunkan tiap dua minggu
Hal ini dapat menjadi dasar untuk perlahan lahan selanjutnya dipertahankan
menyingkirkan diagnosis gangguan mental sampai dengan dua tahun. Alasan penggunaan

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|178



Yudha ‫ ׀‬Laki-laki 38 Tahun dengan Episodik Skizofrenia Remiten

risperidon, karena mekanisme kerjanya yang pasien jika kualitas hidup pasien ingin kembali
merupakan antagonis reseptor D2 juga baik lagi. 13,14,15,16
terhadap serotonin terutama 5-HT2A, Prognosis pada pasien adalah dubia ad
sehingga efektif untuk meredakan gejala malam karena penyakit skizofrenia sendiri,
positif yang dimiliki pasien. Namun walaupun gejala timbul berulang-ulang, kepatuhan
merupakan antagonis D2 kuat untuk minum obat kurang baik, interaksi sosial
meredakan gejala positif, kekuatannya jauh terhadap lingkungan kurang, kurangnya
lebih rendah bila dibandingkan dengan perhatian keluarga. 13
haloperidol sehingga efek samping
ekstrapiramidalnya lebih rendah. Selain alasan Simpulan
yang telah diutarakan diatas, penggunaan Pasien dikatakan memiliki gangguan
APG-II lebih dipilih karena efikasinya lebih baik jiwa jika ditemukan adanya gangguan persepsi
dibandingkan dengan APG-I. dan isi pikir yang bermakna serta
Pada kasus ini diberikan terapi sampai menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan
minimal lima tahun karena pasien ini disability (hendaya) dalam pekerjaan dan
mengalami kekambuhan yang berulang-ulang. kehidupan sosial pasien. Pasien pada axis I
Selain itu pasien juga diberikan mood didiagnosis skizofrenia episodik berulang
stabilisator yaitu lithium carbonat 2x200mg dikarenakan berdasarkan riwayat perjalanan
perhari. Obat ini diberikan atas dasar pada penyakit gejala berulang dan diantara episode
hasil wawancara didapatkan tanda sindrom ulangan terdapat bebas gejala. Pada pasien
mania diantaranya adalah peningkatan afek ditata laksana menggunakan risperidon,
disertai peningkatan aktivitas, banyaknya karena mekanisme kerjanya yang merupakan
berbicara, flight of ideas, konsentrasi yang antagonis reseptor D2 juga terhadap
distraksibilitas, rasa harga diri yang serotonin terutama 5-HT2A, sehingga efektif
melambung berupa waham kebesaran. untuk meredakan gejala positif yang dimiliki
Valproat dipilih karena jika pasien. Risperidon kekuatannya jauh lebih
dibandingkan dengan lithium, therapeutic rendah bila dibandingkan dengan haloperidol
window. Valproat lebih luas sehingga lebih sehingga efek samping ekstrapiramidalnya
aman dibandingkan dengan lithium. lebih rendah Na. Valproat dipilih karena jika
Sedangkan jika dibandingkan dengan dibandingkan dengan lithium, therapeutic
carbamazepine. Valproat memiliki efek window Na. Valproat lebih luas sehingga lebih
samping yang lebih sedikit sehingga lebih aman dibandingkan dengan lithium.
aman dibandingkan dengan pemakian Sedangkan jika dibandingkan dengan
carbamazeine. Valproat diberikan 3x250 mg carbamazepine, Na. Valproat memiliki efek
dengan dipertimbangkan peningkatan dosis samping yang lebih sedikit sehingga lebih
setiap minggunya hingga terdapat respon aman dibandingkan dengan pemakian
yang diinginkan dan juga efek samping yang carbamazeine. Prognosis pada pasien adalah
muncul. Dosis maksimum sekitar 2400 dubia ad malam
mg/hari. Dan dosis rumatan berkisar antara
1000 dan 2000 mg/hari.13,14,15,16,17 Daftar Pustaka
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan 1. Sadock, Benjamin James, dkk. Kaplan &
edukasi juga sangat diperlukan. Menurut Sadock's Synopsis of Psychiatry:
penelitian pengobatan hanya dengan obat Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.
tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi Edisi ke-10. New York: Lippincott
juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga Williams & Wilkins; 2007.
yang mendukung dan sikap pasien terhadap 2. Kuhn R. Eugen Bleuler's concepts of
penyakit yang diderita. Pada kasus ini dimana psychopathology. History of Psychiatry.
pasien tidak berobat dan tidak rajin minum 2004; 15(3):361–6.
obat dikarenakan pengawasan dan perhatian 3. Van Os J, Kapur S.
yang kurang dari keluarga, sehingga penyakit Schizophrenia. Lancet. Netherland.
sering mengalami kekambuhan, maka itu 2009; 374(9690):635–45.
harus selalu diberikan edukasi kepada 4. Anonim. Schizophrenia. World Health
keluarga tentang pentingnya pengobatan bagi Organization; 2011.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|179



Yudha ‫ ׀‬Laki-laki 38 Tahun dengan Episodik Skizofrenia Remiten

5. Picchioni MM, Murray RM. 10. O'Donovan MC, Craddock NJ, Owen MJ.
Schizophrenia. BMJ. 2007; Genetics of psychosis; insights from
335(7610):91–5. views across the genome. Hum. Genet.
6. Castle D, Wessely S, Der G, Murray RM. 2009; 126(1):3–12.
The incidence of operationally defined 11. Drake RJ, Lewis SW. Early detection of
schizophrenia in Camberwell, 1965– schizophrenia. Current Opinion in
84. The British Journal of Psychiatry. Psychiatry. 2005; 18(2):147-50.
1991; 159:790-4. 12. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku
7. Kumra S, Shaw M, Merka P, Nakayama Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III.
E, Augustin R. Childhood-onset Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
schizophrenia: research Atma Jaya; 2001.
update. Canadian Journal of Psychiatry. 13. Anonim. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2.
2001; 46(10):923–30. Jakarta: FKUI; 2003.
8. Hassett Anne, dkk. Psychosis in the 14. Kay, Jerald and Tasman, Allan. England:
Elderly. London: Taylor and Francis; Essentials of Psychiatry. John Willey and
2005. sons Ltd; 2006.
9. Becker T, Kilian R. Psychiatric services 15. Maramis W.F. Catatan Ilmu Kedokteran
for people with severe mental illness Jiwa. Surabaya: Airlangga University
across western Europe: what can be Press. 2005.
generalized from current knowledge 16. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis
about differences in provision, costs and Penggunaan Klinis Obat Psikotropika
outcomes of mental health care?. Acta Edisi Ketiga. Jakarta: Ilmu Kedokteran
Psychiatrica Scandinavica Supplement. Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2007.
2006; 429(429):9–16.





























J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|180

Anda mungkin juga menyukai