Anda di halaman 1dari 9

SEORANG LAKI-LAKI UMUR 50 TAHUN DENGAN

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0) : LAPORAN KASUS

A MEN 50 YEARS OLD WITH PARANOID SCHIZOPHRENIA

Dian Ayu Suci Dwi K*, Wahyu Nur Ambarwati**


*
FakultasKedokteran, UniversitasMuhammadiyah Surakarta
**
Dokter Spesialis Kejiwaan di RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta, Jawa Tengah,
Indonesia
ABSTRAK
Skizofrenia paranoid merupakan kondisi gangguan mental dan perilaku ditandai dengan
gangguan pikiran, persepsi, perasaan dan kesadaran pasien sadar penuh dan intelektual masih
bisa dipertahankan. Penegakan diagnosis pasien dengan Skizofrenia berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan status mental. Menurut prevalensi, skizofrenia tertinggi di Indonesia pada tahun
2013 adalah di DI Yogyakarta dan Aceh sebesar 2,7%. Banyak faktor yang berperan terhadap
kejadian skizofrenia, antara lain faktor genetik, biologis, biokimia, psikososial, status sosial
ekonomi, stress, serta penyalahgunaan obat. Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali
untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi, sedangkan
orang yang tidak bekerja mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar menderita skizofrenia
dibandingkan yang bekerja. Gejala klinis skizofrenia adalah gangguan pikiran, delusi, halusinasi,
afek abnormal, gangguan kepribadian motor, dan adopsi posisi bizar. Obat antipsikotik yang
paling sering digunakan pada penderita skizofrenia pada terapi tunggal adalah risperidon,
sedangkan pada terapi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah haloperidol dan
klorpromazin. Skizofrenia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik dari pasien, dengan
tingkat kekambuhan yang dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga.
Kata Kunci : Skizofrenia Paranoid
ABSTRACT
Paranoid schizophrenia is a condition of mental and behavioral disorders characterized by
disturbance of the mind, perception, feeling and awareness of a fully conscious and intellectual
patient that can still be maintained. Diagnosis of patients with Schizophrenia based on history
taking and examination of mental status. According to prevalence, the highest schizophrenia in
Indonesia in 2013 was DI Yogyakarta and Aceh by 2.7%. Many factors play a role in the
incidence of schizophrenia, including genetic, biological, biochemical, psychosocial factors,
socioeconomic status, stress, and drug abuse. Low economic status has a risk of 6.00 times to
experience schizophrenia compared to high economic status, while people who do not work have a
6.2 times greater risk of suffering from schizophrenia than those who work. The clinical symptoms
of schizophrenia are mind disorders, delusions, hallucinations, abnormal affect, impaired motor
personality, and adoption of the bizar position. The most commonly used antipsychotic drug in
schizophrenics in single therapy is risperidone, whereas the most widely used combination therapy
is haloperidol and chlorpromazine. Schizophrenia is influenced by intrinsic and extrinsic factors
of the patient, with the recurrence rate which can be influenced by the level of family knowledge.

Keywords:Paranoid schizophrenia

1276
PENDAHULUAN hampir 70% mereka yang dirawat di

Skizofrenia adalah sekelompok bagian psikiatri adalah karena

gangguan psikotik dengan distorsi khas skizofrenia. Angka di masyarakat

proses pikir, kadang-kadang mempunyai berkisar 1-2% dari seluruh penduduk

perasaan bahwa dirinya sedang pernah mengalami skizofrenia dalam

dikendalikan oleh kekuatan dari luar hidup mereka.

dirinya, waham yang kadang-kadang Beberapa tipe skizofrenia yang

aneh, gangguan persepsi, afek abnormal diidentifikasi berdasarkan variabel klinik

yang terpadu dengan situasi nyata atau menurut PPDGJ III antara lain sebagai

sebenarnya, dan autisme. Skizofrenia berikut.

merupakan gangguan psikotik yang a. Skizofrenia paranoid, Ciri utamanya

paling sering. Hampir 1% penduduk di adalah adanya waham kejar dan

dunia menderita skizofrenia selama halusinasi auditorik namun fungsi

hidup mereka. Gejala skizofrenia kognitif dan afek masih baik.

biasanya muncul pada usia remaja akhir b. Skizofrenia hebefrenik, Ciri utamanya

atau dewasa muda. Onset pada laki-laki adalah pembicaraan yang kacau, tingkah

biasanya antara 15-25 tahun dan pada laku kacau dan afek yang datar atau

perempuan antara 25-35 tahun. inappropiate.

Kejadian skizofrenia pada pria c. Skizofrenia katatonik, Ciri utamanya

lebih besar daripada wanita. Kejadian adalah gangguan pada psikomotor yang

tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 dapat meliputi motoric immobility,

penduduk, kejadian pada imigran aktivitas motorik berlebihan, negativesm

dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, yang ekstrim serta gerakan yang tidak

kejadian pada pria 1,4% lebih besar terkendali.

dibandingkan wanita. Di Indonesia,

1277
d. Skizofrenia tak terinci, Gejala tidak LAPORAN KASUS

memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, 1. Autoanamnesis

hebefrenik maupun katatonik. Pasien laki-laki 50 tahun,

e. Depresi pasca skizofrenia berpenampilan sesuai usia, perawatan

f. Skizofrenia residual Paling tidak diri kurang, datang ke IGD RSJD dr Arif

pernah mengalami satu episode Zainudin Surakarta diantar oleh adiknya.

skizofrenia sebelumnya dan saat ini Pasien tidak mengetahui kenapa pasien

gejala tidak menonjol. dibawa ke RSJD tetapi pasien

g. Skizofrenia simpleks mengatakan pasien marah-marah dan

h. Skizofrenia lainnya merasa gelisah dengan pikirannya yang

i. Skizofrenia yang tak tergolongkan. selalu mengingat kata-kata ibunya yang

Di tinjau dari diagnosa atau sudah meninggal yaitu pasien disuruh

jenis skizofrenia, jenis skizofrenia untuk bekerja. Pasien selalu mengingat

terbanyak terdapat pada skizofrenia kata-kata ibunya sehingga pasien

paranoid sebanyak 40,8%, kemudian menjadi terganggu. Pasien merasa

diikuti dengan skizofrenia residual bahwa pasien bisa melihat ibu kandung

sebanyak 39,4%; skizofrenia hebrefenik yang sudah meninggal. Pasien juga

sebanyak 12%; skizofrenia katatonik merasa sering ada bisikan dari orang

sebanyak 3,5%; skizofrenia tak terinci yang tidak dikenalnya. Pasien juga

sebanyak 2,1%; skizofrenia lainnya merasakan tubuhnya ada yang

sebanyak 1,4%; dan yang paling sedikit mengendalikan sehingga pasien bisa

adalah skizofrenia simpleks sebanyak merusak rumah. Pasien mengatakan

0,7%. bahwa pikirannya bisa diketahui oleh

orang lain. Pasien mengatakan bahwa

pasien jarang bersosialisasi dengan

1278
tetangga di lingkungan rumah, dan Setelah sakit, pasien sering tidak

pasien mengatakan bahwa malas untuk merawat dirinya misalnya tidak mandi,

bekerja, malas untuk bicara dan kurang tidak mau makan, dan tidak pernah

bisa mempertahankan perhatian. Pasien sosialisasi dengan tetangga. Sebelum

merasakan keluhan selama lebih dari sakit, pasien orang yang dermawan,

satu bulan. Dan sebelumnya pasien perawatan dirinya baik tetapi memiliki

pernah dirawat di RSJD sebanyak 1x. kebiasaan menyendiri dirumah dan

Pasien tidak kontrol rutin dan tidak jarang sosialisasi dengan lingkungan,

minum obat secara teratur. dan jarang bercerita ketika ada masalah.

2. Alloanamnesis Pemeriksaan Status Mental

Alloanamnesis dilakukan pada adik a. Deskripsi Umum

pasien yang bernama Tn. M. Tn. M - Penampilan:

mengatakan pasien dibawa ke RSJD Laki-laki, usia 50 tahun,

karena marah-marah, sering bicara penampilan sesuai usia,

nglantur, merusak barang-barang yang berpakaian rapi, perawatan diri

ada dirumah. Pasien mengalami keluhan kurang.

seperti ini karena obat pasien habis - Perilaku dan Aktivitas

selama dua bulan dan tidak kontrol Psikomotor: Normoaktif

secara rutin. Pasien mengalami keluhan - Pembicaraan:

tersebut selama satu bulan kemudian Kuantitas: volume cukup,

keluarga pasien membawa ke RSJD intonasi dan artikulasi kurang

karena pasien semakin merusak barang jelas

yang ada dirumah. Pasien sebelumnya Kualitas : kurang

pernah dirawat di RSJD pada tahun - Sikap terhadap Pemeriksa:

2001 dengan keluhan yang sama. Terbuka

1279
b. Kesadaran f. Kesadaran Kognisi

- Kuantitatif: Compos mentis, GCS 1. Gangguan Orientasi

E4V5M6  Orientasi Orang : buruk

- Kualitatif: Berubah  Orientasi Tempat: buruk

c. Alam Perasaan  Orientasi Waktu : baik

- Mood : hipotimik  Orientasi Situasi : baik


- Afek : menyempit 2. Gangguan Daya Ingat
- Keserasian : Serasi Jangka Segera : baik
- Empati : Tidak dapat Jangka Pendek : baik
diraba rasakan Jangka Panjang : buruk
d. Gangguan Persepsi 3. Kemampuan Abstrak :
- Halusinasi : (+) visual, buruk
auditorik (commenting) 4. Kemampuan Visuospasial :
- Ilusi : tidak buruk
didapatkan 5. Daya Konsentrasi dan Perhatian
- Depersonalisasi : Tidak ada Konsentrasi : buruk
depersonalisasi Perhatian : buruk
- Derealisasi : Tidak ada 6. Kemampuan Menolong Diri :
derealisasi Baik
e. Proses Pikir g. Daya Nilai:
- Bentuk pikir : Non realistik 1. Nilai Sosial : Baik
- Arus pikir : Remming 2. Uji Daya Nilai : Baik
- Isi pikir : Waham (+) 3. Penilaian Realita : Buruk
Bizare h. Tilikan Diri: Derajat 1

i. Taraf Dapat Dipercaya: Dapat

dipercaya

1280
Pemeriksaan Diagnosis Lanjutan PEMBAHASAN

A. Status Internus Seorang laki-laki usia 50 tahun

1. Kesadaran : Compos mentis datang dengan keluhan marah-marah

2. Vital sign : TD : 130/80, HR : dan gelisah karena pikiran yang

81x/mnt, RR: 20x/mnt, T: berulang-ulang dari ibunya, dan pasien

36°C merasa sering ada bisikan dan sering

3. Kepala, leher, thorax, melihat ibunya yang sudah meninggal.

abdomen, ekstremitas, Pasien juga merasakan tubuhnya

gastrointestinal : dalam batas dikendalikan oranglain yang

normal menyebabkan pasien bisa merusak

B. Status Neurologis rumah. Pasien mengatakan pikirannya

1. Fungsi kesadaran : compos sering bisa diketahui oleh orang lain.

mentis Pasien juga mengeluhkan malas

2. Fungsi motorik : baik bersosialisasi, malas untuk bekerja.

3. Fungsi sensorik : baik Pasien sudah 2x masuk RSJD dan tidak

C. Pemeriksaan laboratorium kontrol rutin dan tidak minum obat

Dalam batas normal teratur.

Berdasarkan anamnesis dan Dalam pemeriksaan status mental

pemeriksaan status mental, diagnosis ditemukan perilaku normoaktif, terbuka,

awal pada pasien adalah Skizofrenia mood disforik, afek menyempit,

Paranoid. Pasien selanjutnya menjalani keserasian serasi, terdapat gangguan

rawat inap di ruang perawatan dengan proses pikir, gangguan persepsi, dan

terapi Risperidon, klorpromazin, dan daya tilikan derajad 1.

trihexyphenidil. Pada pemeriksaan status internus

tidak didapatkan kelainan bermakna.

1281
Pada status neurologis tidak didapatkan satu bulan lebih. Kemudian karena

kelainan yang mengindikasikan pasien mengalami waham dan halusinasi

gangguan medis umum yang secara nya menonjol sehingga dapat

fisiologis menyebabkan gangguan didiagnosis skizofrenia paranoid. Pasien

disfungsi otak sehingga gangguan tidak menunjukkan gejala dari

mental organik dapat disingkirkan (F00- skizofrenia hebefrenik dan skizofrenia

F09). Dari anamnesis tidak didapatkan katatonik sehingga dapat disingkirkan

riwayat penggunaan zat psikoaktif, dari diagnosis skizofrenia hebefrenik

sehingga gangguan mental dan perilaku maupun skizofrenia katatonik.Terapi

akibat penggunaan zat psikoaktif dapat yang diberikanadalah

disingkirkan (F10-F19). Dari anamnesis Psikofarmaka :

dan pemeriksaan status mental Risperidone 2 mg 2x1

didapatkan waham bizare, halusinasi Trihexyphenidyle 2 mg 2x1

auditorik (commanting), halusinasi Chlorpromazine 100 mg 1x1


visual, malas bekerja, malas beraktivitas
Psikoterapi :
dan terjadi selama lebih dari satu bulan
- Terhadap Pasien:
sehingga pasien dapat didiagnosis
a. Menjelaskan pada pasien
skizofrenia paranoid (F20.0). Diagnosis
pentingnya kepatuhan minum
skizofrenia paranoid karena pasien
obat dan rutin kontrol.
memenuhi kriteria skizofrenia yaitu
b. Membantu pasien agar dapat
terdapat satu atau dua dari gejala khas
kembali melakukan aktivitas
yaitu waham bizare dan halusinasi
sehari-hari secara bertahap.
auditorik commanting dan terdapat dua
c. Membantu pasien untuk
gejala tambahan yaitu halusinasi visual
menerima realita dan
dan gejala negatif yang terjadi selama

1282
menghadapinya melalu potensi kesadaran pasien sadar penuh dan

diri yang ia miliki. intelektual masih bisa dipertahankan.


- Terhadap Keluarga Pasien:
Penegakan diagnosis pasien dengan
a. Menjelaskan pada keluarga
Skizofrenia berdasarkan anamnesis
pasien mengenai gangguan
dan pemeriksaan status mental.
yang dialami pasien.
DAFTAR PUSTAKA
b. Menjelaskan pada keluarga
Departemen Kesehatan. Pedoman
pasien pentingnya kepatuhan penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa di Indonesia iii.
pasien meminum obat dan rutin Jakarta: Departemen
Kesehatan; 2004.
kontrol.

c. Menyarankan keluarga agar


Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar
psikiatri. Jakarta: Badan
memberi dukungan dan suasana Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013.
kondusif bagi kesembuhan
Erlina S, Pramono D, editor.
pasien. Determinan terhadap
timbulnya skizofrenia pada
KESIMPULAN pasien rawat jalan di rumah
sakit jiwa prof. hb saanin
Jenis skizofrenia tersering padang sumatera barat. Berita
Ked Masy. 2010; 26(2):71-80.
adalah skizofrenia paranoid,
Maramis WF. Catatan ilmu
sedangkan prevalensi skizofrenia di kedokteran jiwa. Dalam Erlina
S, Pramono D, editor.
Indonesia tertinggi pada DI Determinan terhadap
timbulnya skizofrenia
Yogyakarta dan Aceh sebesar 2,7%. padapasien rawatjalan di rumah
sakit jiwa prof. hb saanin
Skizofrenia paranoid merupakan padang sumatera barat. Berita
Ked Masy. 2010; 26(2):71-80.
kondisi gangguan mental dan
Najjar S, Pearlman DM, Alper K,
perilaku ditandai dengan gangguan Najjar A, Devinsky O.
Neuroinflammation and
pikiran, persepsi, perasaan dan psychiatric illness. J
Neuroinflammation. 2013;
10:43.

1283
Riskesdas. Prevalensi gangguan jiwa
berat DIY tertinggi di
Indonesia. Jakarta: Riset
Kesehatan Dasar Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia;
2013.

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan &


Sadock's synopsis of
psychiatry: behavioral
sciences/clinical psychiatry.
Edisi 10. Philadelphia:
Lippincott Williams &
Wilkins; 2010.

Suara Merdeka. Ramadhan dan


gangguan jiwa. Dalam Erlina
S, Pramono D, editor.
Determinan terhadap
timbulnya skizofrenia pada
pasien rawat jalan di rumah
sakit jiwa prof. hbsaanin
padang sumatera barat. Berita
Ked Masy. 2010; 26(2):71-80.

Utomo TL. Hubungan antara faktor


somatik, psikososial, dan sosio-
kultur dengan kejadian
skizofrenia di instalasi rawat
jalan RSJD Surakarta [skripsi].
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta;
2013.

World Health Organization.


Schizophrenia and public
health. Geneva: Division of
Mental Health and Prevention
of Substance Abuse World
Health Organization; 2003.

1284

Anda mungkin juga menyukai