Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ANALISIS KASUS

Pada Ny. W dengan Skizofrenia Hibrefenik

Di Wisma Mawar UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Keperawatan Jiwa


Di Ruang 23 Empati Rumah Sakit Saiful Anwar

Oleh :

SINTIYA DWI RYANTI

NIM. 201910461011008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
Laporan Analisis Kasus Pada Ny. W Dengan Skizofrenia Hibrefenik Di
Wisma Mawar UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Pasuruan

Sintiya Dwi Ryanti


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak
Skizofrenia berasal dari bahasa yunani, schizein yang berarti terpisah atau pecah,
dan phren yang berarti jiwa. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang lebih
banyak dialami oleh beberapa orang dibandingkan penderita gangguan jiwa
lainnya yang umumnya menyerang pada usia produktif dan merupakan penyebab
utama disabilitas kelompok usia 15-44 tahun Wanita berusia 50 tahun saat
dilakukan pengkajian memiliki keluhan selalu berbicara sendiri terutama saat jam
1 malam. Selain itu klien selalu menunduk, dan tidak pernah berinteraksi. Klien
ini diagnose dengan Skixofrenia Hibrefenik. Skizofrenia memiliki beberapa tipe
yaitu paranoid, hiberfrenik, katatonik, undifferentiated, dan residual. Skizofrenia
hebefrenik merupakan gangguan kepribadian dengan kemunduran perilaku dan
prognosis buruk. Delusi dan halusinasinya muncul relatif kecil, dan gambaran
klinis didominasi oleh perilaku aneh, asosiasi longgar, dan bizzare. Keseluruhan
perilaku pasien tampak kekanak-kanakan. Tanpa alasan mereka mungkin sibuk
sendiri, tanpa tujuan, sering bertingkah konyol dan tertawa dangkal dan mereka
menarik diri. Terapi farmakoterapi yang diberikan yaitu risperidone 3 mg, dan
Trihexyphenidyl 2 mg yang diminum setiap hari pagi dan sore. Klien dengan
skizofrenia khususnya halusinasi tidak hanya diberikan terapi farmakoterapi, akan
tetapi di berikan terapi nonfarmakologi yaitu dengan memberikan SP pasien yang
bertujuan untuk memeprcepat pemulihan.

Kata Kunci : Skizofrenia, Halusinasi, Skizofrenia Hibrefenik


I. PENDAHULUAN
Skizofrenia adalah salah satu gangguan yang paling membingungkan,
melemahkan dan memiliki efek mendalam pada kehidupan pasien, keluarga dan
masyakat. (D. Christenson, Jacob; D. Russell Crane; Katherine M. Bell; Andrew
R. Beer & Harvey H. Hillin, 2014). Skizofrenia juga merupakan gangguan jiwa
yang lebih banyak dialami oleh beberapa orang dibandingkan penderita gangguan
jiwa lainnya yang umumnya menyerang pada usia produktif dan merupakan
penyebab utama disabilitas kelompok usia 15-44 tahun (Davison, 2010).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi,
gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang
parah, serta ketidakmampuan individu berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari,
hampir 1 % penduduk dunia mengalami skizofrenia dalam hidup mereka,
ditemukan terbanyak pada usia 15-35, dan dari 1000 orang dewasa 7 diantaranya
mengalami skizofrenia (Elvira & Hadisukanto, 2010).
Sementara menurut data WHO, diperkirakan pada tahun 2013 jumlah
penderita skizofrenia meningkat hingga mencapai 450 juta jiwa di seluruh dunia
(Nainggolan, 2013). Laporan WHO menyebutkan satu dari empat orang bakal
menderita gangguan mental atau neurologis pada satu saat dalam kehidupannya.
Artinya, hampir setiap orang berisiko menderita gangguan jiwa. Saat ini
diperkirakan 450 juta orang menderita gangguan mental, neurologis maupun
masalah psikososial, termasuk kecanduan alcohol dan penyalahgunaan obat. Tak
kurang dari 121 juta orang mengalami depresi, 50 juta orang menderita epilepsi,
dan 24 juta orang mengidap skizofrenia. Berdasarkan survei tentanggangguan
jiwa di Indonesia tahun 1995 tercatat sebanyak 44,6 per 1000 penduduk Indonesia
menderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Data ini memperlihatkan
peningkatan yang cukup bermakna jika dibandingkan data tahun 1980-an dimana
penderita .
Terdapat beberapa tipe dari skizofrenia yaitu paranoid, hiberfrenik,
katatonik, undifferentiated, dan residual. Skizofrenia hebefrenik merupakan
gangguan kepribadian dengan kemunduran perilaku dan prognosis buruk.
Skizofrenia hebefrenik cenderung memiliki onset awal dibandingkan tipe lainnya
dan cenderung untuk berkembang sangat secara tersembunyi. Delusi dan
halusinasi muncul relatif kecil, dan gambaran klinis didominasi oleh perilaku
aneh, asosiasi longgar, dan bizzare. Keseluruhan perilaku pasien tampak kekanak-
kanakan. Tanpa alasan mereka mungkin sibuk sendiri, tanpa tujuan, sering
bertingkah konyol dan tertawa dangkal. Di lain waktu mereka menarik diri dan
tidak dapat diakses. Beberapa mungkin menampilkan asosiasi longgar menuju
inkoherensi [ CITATION Edd17 \l 1033 ].
II. DATA UMUM
DATA DEMOGRAFI:

Nama Lengkap : Ny. W

Umur  : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : Tidak Terkaji

Tempat Lahir : Blitar

Alamat : Islam

Status Sipil : Tidak Dipisahkan Secara Hukum

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Pekerjaan : Buruh Tani

ALASAN MASUK
1. Data Primer :
Klien mengatakan dibawa kesini oleh petugas satpol pp
2. Data Sekunder :
Petugas UPT mengatakan bahwa klien merupakan seorang gelandangan yang
ditangkap oleh satpol pp, kemudian dibawa ke UPT RSBL. Klien dibawa
kesini dikarenakan klien memiliki halusinasi, klien sering mendapatkan bisikan
yang menanyakan tentang hidupnya
REKAMAN DATA KASUS KLINIS KLIEN
1. Masa Lalu Penyakit :
Pasien dibawa ke UPT diantarkan oleh petugas satpol PP. Petugas UPT
mengatakan klien selalu berbicara dan sering tertawa sendiri.. Klien dibawa ke
UPT dengan diagnose Skizifrenia Hibrefenik (F 20.1) pada tanggal 9 Januari
2019.
Klien S memilikik gejala sering menyendiri sambil berbicara sendiri.
Klien mengatakan bahwa sebelumnya bahwa dia bekerja sebagai buruh tani di
tempat asalnya.
2. Riwayat penyakit saat ini:
Saat pengkajian klien selalu sering senyum dan berbicara sendiri. Saat
ditanya, klien mengatakan bahwa ada orang yang mengajaknya bicara setiap
jam 1 malam yaitu dengan menanyakan tentang hidupnya. Di UPT klien selalu
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh petugas UPT seperti senam, menyanyi
dan bersih-bersih, akan tetapi klien tampak tidak berminat dengan kegiatan
tersebut dan selalu menyendiri.
Ketika di UPT klien terlihat hanya diam saja disuatu tempat dalam waktu
yang cukup lama dan tidak berinteraksi sama sekali dengan temannya yang
lain. Saat diajak untuk mengobrol klien selalu menunduk dan menjawab
dengan nada yang sangat lambat dan lembut sekali. Klien juga bersikap datar
dan terlihat sangat cemas, kelien juga terlihat tremor dan gaduh gelisah.
Kemudian pada saat pertemuan pertama klien selalu menjawab lupa atau tidak
ingin menjawab, akan tetapi saat pertemuan kedua klien sudah mau diajak
berbincang-bincang. Setiap pertanyaan dijawab sesuai realistis atau sesuai
dengan keadaan nyata.
Klien saat ini dirawat dengan diagnosa Skizofrenia hibrefenik, ditandai
dengan halusinasi yang muncul masih sangat kecil yaitu hanya dating saat jam
1 malam. Kemudian klien juga berperilaku aneh dan tampak kekanak-kanakan,
selain itu klien juga tampak selalu menyendiri, jarang berinteraksi, dan selalu
tertawa sendiri.
3. Obat-obatan:
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah bahaya pada pasien,
mengontrol perilaku pasien, dan untuk mengurangi gejala psikotik pada
pasienseperti agitasi, agresif, negatif simptom, positif simptom, serta gejala
afek.

TERAPI DOSIS Warna Obat

Resperidon 3 mg (2x1) Biru


Trihexyphenidyl 2 mg (2x1) Kuning
a. Risperidone adalah obat yang digunakan untuk menangani gangguan mental
dengan gejala psikosis, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Obat ini
diminum dengan dosis 3 mg, diminum setiap pagi dan sore (2x1). Saat
melakukan pengkajian, klien mampu menyebutkan obat yang diminumnya dari
warna (yaitu warna biru) dan nama obatnya. Kemudian klien juga mengatakan
selalu meminum obat setiap pagi dan sore hari. Saat dilakukan observasi, klien
selalu patuh minum obat setiap hari.
b. Trihexyphenidyl digunakan untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal, baik
akibat penyakit Parkinson atau efek samping obat, seperti antipsikotik. Obat ini
diminum dengan dosis 2 mg, diminum setiap pagi dan sore (2x1). Saat
melakukan pengkajian, klien mampu menyebutkan obat yang diminumnya dari
warna (yaitu wana kuning) dan nama obatnya. Kemudian klien juga
mengatakan selalu meminum obat setiap pagi dan sore hari. Saat dilakukan
observasi, klien selalu patuh minum obat setiap hari.
1. LAPORAN PSIKOLOGIS
Pengamatan perilaku
Klien berpakaian rapi dan bersih, akan tetapi klien tidak memakai sandal.
Klien mengatakan melakukan aktivitas seperti makan, BAB/BAK, mandi, dan
berhias secara mandidi. Klien mengatakan selalu mandi 2x sehari, menggunakan
sabun dan keramas. Akan tetapi gigi klien terlihat kotor.
Klien menghabiskan waktunya dengan selalu duduk di pondok atau di
depan kamarnya. Meskipun berkumpul dengan temannya, klien tidak pernah
mengobrol dengan tema-temanya dan hanya diam saja.
Klien mengatakan suka bersih-bersih di sore hari seperti memunguti
daun-daunan yang rontok dan mencabuti rumput-rumput liar. Saat ada kegiatan
senam pagi, klien ikut berbaris, akan tetapi klien hanya berdiri saja dan tidak
mengikuti senam jika tidak disuruh.

HASIL DAN TES INTERPRETASI


a. Evaluasi Intelektual
Saat dilakukan pengkajian klien berbicara selalu menunduk kontak mata klien
kurang, saat ditanya klien mengatakan malu dan sedikit tersenyum. Klien
berbicara dengan sangat lambat dan lembut sekali. Klien juga mengatakan jarang
berkumpul dengan teman-temanya, saat berkumpul pun klien tidak pernah
mengobrol dengan temannya. Bentuk piker yang dimiliki oleh klien yaitu realistic,
apa yang di katakana sesuai dengan keadaan nyatanya. Klien memiliki gangguan
daya ingat jangka panjang, klien tidak mengingat dengan detail kejadiannya
bagaimana klien sampai di UPT. Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien mudah
beralih, klien mampu menjawab pertanyaan hitungan dengan benar semua. Saat
diberikan pilihan anatara menyukai mata atau hidung, klien mengatakan suka dua-
duanya. Sehingga klien memiliki gangguan penilaian ringan. Daya tilik
diri/insight klien yaitu mengingkari penyakit yang diderita, klien tidak menyadari
bahwa di UPT dikarenakan sakit jiwa.
b. Evaluasi emosional
Klien terlihat berekspresi dangkal atau datar, kemudian klien juga tampak
cemas. Selama wawancara pertemuan pertama klien kurang kooperatif, kemudian
pertemuan selanjutnya klien sudah mau bercerita.

RINGKASAN DAN REKOMENDASI


Secara emosional klien tampak kurang kooperatif, dikarenakan kontak
mata klien kurang dan selalu menunduk. Klien tidak pernah berinteraksi dan
selalu menyendiri, klien juga mengalami halusinasi pendengaran yaitu selalu
diajak berbicara setiap jam 1 malam.
Dengan temuan di atas, sangat direkomendasikan untuk klien tetap
menjalani perawatan di UPT untuk membantunya agar tetap sembuh.

2. WAWANCARA KLINIS
CATATAN PENDAFTARAN PERAWAT
Riwayat kesehatan : Kesehatan pasien selama di UPT masih dalam
keadaan normal. Klian tidak ingin menceritakan gangguan jiwanya mulai kapan
munculnya. Klien di rawat di UPT dengan diagnosa Skizofrenia Hiberfenik (F
20.1). Klien diantarkan ke UPT diantarkan oleh satpol PP, petugas UPT
mengatakan klien selalu menyendiri dan jarang berinteraksi, klien juga selalu
berbicara sendiri.

CATATAN PSIKIATRISTIK
a. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan hanya tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Kedua
orang tuanya masih ada dan tinggal di blitar. Klien mengatakan sangat dekat
dengan kedua orang tuanya
b. Riwayat Pendidikan
Klien mengatakan hanya sekola sampai lulus SD saja
c. Riwayat Pekerjaan
Klien mengatakan dulu bekerja sebagai buruh tani di blitar
d. Riwayat Psikoseksual
Tidak terkaji
e. Riwayat Perkawinan
Klien mengatkan belum pernah menikah
f. Hobi dan minat
Klien mengatkan di UPT suka bersih – bersih, yaitu memunguti daun yang jatuh
dan mencabuti rumput
3. LABORATORIUM
Klien tidak memiliki data pemeriksaan laboratorium
III. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
2. Harga Diri rendah
3. Isolasi Sosial
IV. ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS: Gangguan persepsi sensori b/d gangguan
pendengaran
 Klien mengatakan ada yang
mengajaknya bicara setiap jam 1
malam, sehingga klien tidak bias
tidur
DO:
 Respon tidak sesuai
 Bersikap seolah mendengar dan
melihat
 Melamun
 Konsentrasi buruk
 Menyendiri
 Senyum-senyum sendiri
DS: Harga diri rendah situasional b/d gangguan
psikiarti
 Klien berbicara dengan pelan-pelan
dan lambat, klien juga selalu
melihat kebawah
DO:
 Berbicara pelan dan lirih
 Menunduk
 Sulit berkonsentrasi
 Kontak mata kurang
 Pasif
DS: Isolasi sosial b/d perubahan status mental
 Klien sering berkumpul dengan
teman-temannya disuatu tempat tapi
klien tidak pernah berinteraksi
DO:
 Merasa ingin sendiri
 Menarik diri
 Tidak berminat interaksi
 Tidak ada kontak mata
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Implementasi pada hari pertama dilakukan pada tanggal 25 November 2019
pukul 14.10 yaitu dengan melakukan SP 1 pasien yaitu mengenal halusinasi
dan cara menghardik. Implementasi yang diberikan yaitu :
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b. Menanyakan isi halusinasi pasien
c. Menanyakan kapan halusinasinya muncul
d. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
e. Mengajarkan pasien untuk menghardik
f. Menyuruh pasien untuk mencotohkan dan mengulangi cara menghardik
Setelah diberikan implementasi kemudian didapatkan hasil evaluasi dari
pasien yaitu secara subjektif, objektif, kognitif, afektif dan psikomotor :
a. Subyektif :
Pasien tidak mau mengatakan isi halunya tetapi pasien terlihat senyum-
senyum dan berkata ada yang mengajaknya bicara
b. Obyektif :
Klien kurang kooperatif Klien tidak fokus dan sering senyum-senyum
c. Kognitif:
Klien mampu menyebutkan isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, dan respon terhadap halusinasi klien
d. Afektif:
 Klien kurang kooperatif
 Klien tidak fokus dan sering senyum-senyum
e. Psikomotor:
 Klien mampu berjabat tangan dengan perawat
 Klien tidak menghadap perawat
 Klien kurang kontak mata dengan perawat
2. Implementasi pada hari kedua dilakukan pada tanggal 26 November 2019
pukul 12.30 dengan melakukan SP 2 pasien yaitu Menanyakan apakah klien
mampu mengulang bagaimana cara menghardik halusinasinya dan
menanyakan klien tentang obat yang dikonsumsi. Implementasi yang
diberikan yaitu :
a. Mengevaluasi kegiatan menghardik, kemudian memberikan pujian.
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 8 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, manfaat dan efek
samping, kadaluarsa).
c. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik dan minum
obat.
Setelah diberikan implementasi kemudian didapatkan hasil evaluasi dari
pasien yaitu secara subjektif, objektif, kognitif, afektif dan psikomotor :
a. Subyektif
 Klien mengatakan salam kepada perawatklien mengatakan namanya
kepada perawat
 Klien mengatakan bersedia untuk mengobrol dengan perawatklien
mengatakan keadaanya baik saat ditanya perawat
b. Obyektif :
Klien sudah lumayan kooperatifmkeadaan umum klien baik
c. Kognitif:
 Klien mampu menyebutkan nama perawat
 Klien mampu mengulang bagaimana cara menghardik dan
menyebutkan tentang obat yang dikonsumsinya
d. Afektif:
Klien sudah mulai kooperatif
e. Psikomotor:
 Klien mampu berjabat tangan dengan perawat
 Klien masih suka menunduk
 Klien mampu mempraktekkan cara menghardik
 Klien mampu mempraktekkan cara menghilangkan halusinasi dengan
berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT
3. Implementasi pada hari ketiga dilakukan pada tanggal 27 November 2019
pukul 13.20 yaitu dengan melakukan SP 3 pasien yaitu Validasi kemampuan
klien untuk menghardik dan menyebutkan obat yang dikonsumsinya. Serta
menganjurkan klien untuk bercakap-cakap dengan teman sekamarnya
Implementasi yang diberikan yaitu :
a. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum obat. Kemudian
berikan pujian.
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi
c. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap dengan teman sebelahnya atau sekamar
Setelah diberikan implementasi kemudian didapatkan hasil evaluasi dari
pasien yaitu secara subjektif, objektif, kognitif, afektif dan psikomotor :
a. Subyektif
 Klien mengatakan salam kepada perawat
 Klien mengatakan namanya kepada perawat
 Klien mengatakan bersedia untuk mengobrol dengan perawat
 Klien mengatakan keadaanya baik saat ditanya perawat
b. Obyektif :
Klien mulai kooperatif, keadaan umum klien baik
c. Kognitif:
 Klien mampu menyebutkan nama perawat
 Klien mampu menyebutkan kegiatan yang disukai (bersih-bersih)
untuk mencegah halusinasiklien mampu warna obatnya
 Klien mampu mempraktekan (berkenalan/bercakap-cakap) dengan
teman sebelahnya untuk mengatasi halusinasi
d. Afektif:
Klien mulai kooperatif
e. Psikomotor:
 Klien mampu berjabat tangan dengan perawat
 Klien menghadap perawatklien masih menunduk
 Klien mampu mempraktekkan cara bercakap-cakap dengan orang lain
 Klien mampu mempraktekkan cara menghilangkan halusinasi dengan
berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT
 Klien mampu mempraktekkan cara menghardik halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
D. Christenson, Jacob, D.Russell Crane, Katherine M. Bell, AndrewR. Beer, dan
Harvey H. Hillin.(2014). Family Intervention and Health Care Costs for
Kansas Medicaid Patiens with Schizophrenia. Journal of Marital and
Family Therapy.Vol.40, No.3 Hal. 271-286

Davison, C., & Neale, J.,Kring, A. (2010). Psikologi Abnormal. (Ed. Ke-9)
Jakarta: Raja Grafindo Persada

Eddy, F., Septa, T., & Dian, A. I. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia
Hebefrenik Putus Obat dengan Logorrhea . Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung, 3-4.

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit
FK UI. Jakarta, 2013pp. 173-198

Nainggolan, Nora Justina.(2013). “Profil Kepribadian dan Psychological Well-


being Caregiver Skizofrenia”.Jurnal Soul, Vol. 6, No.1, 21-43

Anda mungkin juga menyukai