Anda di halaman 1dari 8

BagianIlmuKedokteranJiwa Palu, 17 januari 2018

FKIK UniversitasTadulako
RumahSakitUmum Daerah Undata

REFLEKSI KASUS

Nama : Fahrul Rozy


Stambuk : N 111 17 173
PembimbingKlinik :dr. Merry Tjandra, M.Kes., Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
REFLEKSI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Jeniskelamin : Laki-laki
Usia/ Tgl lahir : 21 Tahun
Alamat : jl.penguburan cina kel.labuan bajo donggala
Status pernikahan : belum menikah
Pendidikanterakhir : SMK
Pekerjaan :-
Tanggal pemeriksaan : 22 Januari 2018

I. Deskripsi Kasus
Pasien laki – laki umur 21 tahun dibawa oleh tantenya dan pihak
kepolisian atas laporan polisi karena mengamuk didalam sel tahanan.
Pasien datang dengan keluahan bicara tidak jelas sejak kurang lebih
1 tahun yang lalu.Pasien juga mengatakan mendengar bisikan bahwa
ada suaran ular yang besar dan melihat bayangan ular besar sejak
ditahan dikantor polisi.Pasien mengatakan bisikan muncul saat
pasien tidak meminum obat dari dokter. Pasien mengaku pernah
mengonsumsi sabu – sabu seminggu sebelum di tahan di polsek
banawa dan obat Y hingga 5 butir sekali minum sejak tamat SMK.
Pasien datang dibawa oleh tante dan pihak kepolisian pasien
karena mengamuk didalam sel tahanan. Menurut polisi yang
menangani pasien, Pasien gelisah dan susah tidur, keluhan ini kurang
lebih dua bulan yang lalu. Menurut polisi yang menangani pasien,
pasien sebelum tidak menunjukan tanda – tanda yang tidak normal
sampai setelah teman – teman pasien dibebaskan satu persatu.

2
II. Emosi yang terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien mengalami gangguan
mental pada saat pasien ditahan di kantor polisi.

III. Analisis
Diagnosis
Pasien laki – laki umur 21 tahun dibawa oleh tantenya dan pihak
kepolisian atas laporan polisi karena mengamuk didalam sel tahanan.
Pasien datang dengan keluahan bicara tidak jelas sejak kurang lebih
1 tahun yang lalu.Pasien juga mengatakan mendengar bisikan bahwa
ada suaran ular yang besar dan melihat bayangan ular besar sejak
ditahan dikantor polisi.Pasien mengatakan bisikan muncul saat
pasien tidak meminum obat dari dokter. Pasien mengaku pernah
mengonsumsi sabu – sabu seminggu sebelum di tahan di polsek
banawa dan obat Y hingga 5 butir sekali minum sejak tamat SMK.
Pasien datang dibawa oleh tante dan pihak kepolisian pasien
karena mengamuk didalam sel tahanan. Menurut polisi yang
menangani pasien, Pasien gelisah dan susah tidur, keluhan ini kurang
lebih dua bulan yang lalu. Menurut polisi yang menangani pasien,
pasien sebelum tidak menunjukan tanda – tanda yang tidak normal
sampai setelah teman – teman pasien dibebaskan satu persatu.

Diagnosis multiaksial
 Aksis I :
Berdasarkan anamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakn aberupa gelisah dan berbicara sendiri,sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami GangguanJiwa.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna
tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis
umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini,sehingga diagnose

3
Gangguan mental dapat disingkirkan dan di diagnose Gangguan Jiwa
Psikotik Non Organik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami gangguan jiwa psikotik dalam hal ini skizofrenia.Pasien
pada kasus ini merupakan pasien Skizofrenia Tak Terinci
(Undifferentiated)F.20.3karena berdasarkan PPDGJ III memenuhi
criteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi criteria untuk
diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik atau katatonik dan tidak
memenuhi criteria untu kskizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia (Selanjutnya dijelaskan pada bagian pembahasan).

Aksis II : Ciri kepribadian tidak khas


Aksis III : Tidak ditemukan adanya gangguan organik
Aksis IV : Tidak ditemukan hubungan psikososial dengan penyakit
pasien
Aksis V : GAF scale 60-51Gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang.

Analisa Kasus
Gangguan pada pasien didiagnosis sebagai skizofrenia apabila pasien
menunjukkan 2 gejala yang terdaftar sebagai gejlaa 3 sampai 5 pada kriteria
A. Gejala harus berlangsung selama paling tidak 6 bulan. Setidaknya salah
satu dari hal berikut harus ada : (1) gema pikiran, insersi atau penarikan
pikiran, (2) waham kendali, pengaruh, atau pasivisitas, (3) suara-suara
halusinasi yang terus-menerus mengomentari perilaku pasien, (4) waham
peristen jenis lain yang secara budaya tidak sesuai dan tidak masuk akal.
Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya 2 hal berikut ada: (1)
halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila terjadi setiap hari selama
sekurangnya 1 bulan atau bila disertai waham (yang mungkin mengambang
atau baru separuh terbentuk), (2) neologisme, jeda atau interpolasi dalam
arus pikir yang mengakibatkan inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

4
relevan, (3) perilaku katatonik, seperti eksitasi, postur atau fleksibilitas
serea, negativisme, mutisme dan stupor, (4) gejala negatif, seperti apati yang
nyata , miskin isi pembicaraan dan respons emosional tumpul serta ganjil.

Gejala yang terdapat pada pasien berupa :

- Halusinasi auditorik (2 bulan yang lalu), gelisah, sulit tidur.


- Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
- Sehingga pasien memenuhi criteria umum diagnosis Skizofrenia tetapi
tidak memenuhi criteria umum salah satu subtype skizofrenia
sehingga berdasarkan PPDGJ III Pasien di diagnosis dengan Skizofrenia
Tak Terinci (Undifferentiated) F.20.3

Terapi
Farmakoterapi
Anti psikotik golongan I (APG 1) yaitu haloperidol 5mg 2x1.
Mekanisme kerja Obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade Dopamine
pada reseptor pasca-sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists), sehingga
efektif untuk gejala POSITIF. Sedangkan Obat anti-psikosis atipikal
disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors”, juga terhadap
“Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin dopamine antagonists), sehingga
efektif juga untuk gejala NEGATIF.Efek samping obat anti-psikosis dapat
berupa :
-Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
- Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut
kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).

5
- Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson
:tremor, bradikinesia, rigiditas).
- Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (Jaundice),
hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.
Efek samping dapat juga “irreversible” :tardive dyskinesia
(gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang, dan
anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang).
Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan)
dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis
obat anti-psikosis (non dose related).
Chlorpromazine dan Thiridazine yang efek samping sedative kuat
terutama digunakan terhadap Sindrom Psikosis dengan gejala dominan
:gaduh gelisah, hiperaktif, sulittidur, kekacauan pikiran, perasaan dan
perilaku.

Psikoterapi
Terapi Kognitif-Perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali
distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara
langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioural
adalah relaksasi dan biofeedback.1
Terapi Suportif
Pada pasien ini disarankan melakukan psikoterapi berupa terapi
relaksasi, memotivasi untuk meningkatkan kepercayaan diri bahwa keadaan
tidurnya bisa pulih dengan kemampuan dari dalam dirinya, melakukan cara
tidur yang alamiah yaitu tidur dan bangun pada jam yang sama setiap
harinya, dan minum air hangat sebelum tidur.

IV. Kesimpulan
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering terjadi,
dimana pada kasus ini pasien didiagnosa sebagai skizofrenia tak

6
terinci.Pasien skizofrenia tak terinci mempunyai halusinasi, waham dan
gejala-gejala psikosiaktif yang menonjol (misalnya kebingungan,
inkoherren) atau memenuhi criteria skizofrenia tetapi tidak dapat
digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi
pasca skizofrenia.

7
REFERENSI
1. Kusumawardhani, A et al. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Allgulander, C. 2012. Generalized Anxiety Disorder: A Review of Recent
Findings. Journal of Experimental and Clinical Medicine [cited 2015 Agustus
25]; 4(2): 88. Diakses dari:
www.researchgate.net/publication/257729135_Generalized_Anxiety_Disorde
r_A_Review_of_Recent_Findings
3. Sadock B J, Sadock V A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC.
4. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya.
5. Gunawan, S. et al. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai