Anda di halaman 1dari 39

F 06.

Gangguan Mental Lainnya akibat


Kerusakan dan Disfungsi Otak dan
Penyakit Fisik
Oleh :
Febri Anriyani P 3129
M. Halim T Syam P 3115

Preseptor :
dr. Rini Gusya Liza, M.Ked KJ, Sp.KJ
Latar Belakang

Saat ini, diperkirakan 450 juta orang di dunia menderita


gangguan mental, termasuk kecanduan alkohol dan
penyalahgunaan obat.
Berdasarkan data kunjungan pasien di Poli Rawat Jalan RSJ Prof. HB. Saanin
Padang pada tahun 2007 diketahui terdapat 10.812 penderita GMO
(Gangguan Mental Organik) dan 5379 penderita skizofrenia.
Hubungan antara disfungsi otak organik dan gangguan kejiwaan sangat kompleks. Salah
satu penyebab disfungsi otak organik yang cukup umum terjadi adalah epilepsi.
Pasien dengan epilepsi lebih sering menderita penyakit psikiatri daripada yang
diperkirakan.

‘Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk


menimbulkan bangkitan epilepsi yang terus menerus, dengan konsekuensi
neurobiologi, kognitif, psikologi dan sosial.’

Gangguan emosi dan perilaku merupakan gambaran klinis umum di antara


anak-anak dengan epilepsi dan dapat menyebabkan gangguan sosial dan
akademik yang serius dengan efek jangka panjang.
Gangguan Mental Organik

Yang dimaksud dengan gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa akibat
dari disfungsi otak oleh penyebab apapun yang dapat dibuktikan atau dengan adanya
kesan yang kuat melalui riwayat /anamnesa, pemeriksaan fisik, maupun laboratorium.

Disfungsi yang terjadi dapat bersifat primer (terjadi di otak), maupun sekunder (diluar
otak / sistemik).
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan mental organik antara lain:
• Penyakit /gangguan primer atau cedera otak.
• Penyakit /gangguan sistemik yang secara sekunder mempengaruhi otak.
• Zat atau obat yang saat itu ada/ dalam waktu panjang mempengaruhi otak.

Gambaran utama yang dapat terjadi :


• Adanya gangguan fungsi kognitif dan sensorium.
• Gangguan persepsi (ilusi & halusinasi), waham, afek, kepribadian &
perilaku (gangguan fungsi kognitif & sensorium tidak menonjol).
Epilepsi
• Gangguan mental organik yang paling umum terjadi sejak usia muda paling sering
disebabkan oleh epilepsi.
• Epilepsi adalah penyakit neurologis kronik paling sering pada populasi umum dan
menyerang kurang lebih 1 persen populasi di dunia.
• Bagi psikiater, perhatian utama tentang epilepsi adalah pertimbangan adanya diagnosis
epilepsi pada pasien pskiatri serta efek psikologis dan kognitif obat antikonvulsan yang
sering digunakan.
• Gejala gangguan perilaku pada epilepsi yang paling sering adalah perubahan kepribadian.
Psikosis dan kekerasan lebih jarang terjadi dibanding yang diperkirakan.
Gejala yang muncul pada keadaan gangguan mental organik disebabkan oleh epilepsi terbagi menjadi
3 kejadian gejala yang memiliki efek mempengaruhi fungsi psikologis dan kognitif baik karena
penyebab epilepsi maupun efek dari obat antikonvulsan yang dikonsumi oleh pasien.

Gejala Praiktal Gejala Iktal Gejala Intraiktal


• Sensasi otonom (seperti Perilaku singkat, kacau, dan • Gangguan Kepribadian
perut kembung, pipi tak terinhibisi menandai • Gangguan Mood
memerah, dan kejadian iktal. Gejala kognitif • Gangguan Psikotik
perubahan napas) meliputi amnesia akan • Kekerasan
• Sensasi kognitif (seperti waktu selama serangan dan • Gangguan Kognitif
pikiran yang dibuat-buat, periode delirium yang
keadaan seperti sembuh setelah serangan
bermimpi),
• Keadaan afektif (seperti
takut, panik, depresi dan
elasi).
Pedoman diagnostik:
 Ada penyakit, kerusakan ataupun disfungsi otak, penyakit sistemik yang
diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental tercakup
 Adanya hubungan waktu (minggu - bulan) perkembangan antara penyebab
& timbulnya sindrom mental
 Kesembuhan tejadi setelah perbaikan / dihilangkannya penyebab yang
mendasari
 Tidak ada bukti penyebab lain seperti pengaruh kuat keluarga atau pengaruh
stres sebagai pencetus
Tatalaksana

Farmakologis
Obat antikonvulsan merupakan terapi pilihan utama. Sementara untuk mengatasi gejala-gejala yang
• Obat lini pertama untuk kejang umum adalah valproat dengan timbul akibat Gangguan Mental Organik dapat
dosis awal 10–15 mg/kgBB per hari dan fenitoin dengan dosis diberikan :
awal 100 mg secara oral 3 kali sehari. • Antipsikotik Generasi I seperti Risperidon
• Obat lini pertama untuk kejang parsial meliputi karbamazepin • Golongan Benzodiazepin seperti Clobazam
dengan dosis awal, 200 mg per oral dua kali sehari. • Golongan obat untuk meningkatkan fungsi
• Sementara etosuksimid dan valproat adalah obat lini pertama kognitif seperti Piracetam
untuk kejang absans (petit mal). • Golongan antimuskarinik seperti Trihexilpenidil
Tatalaksana
Non Farmakologis
Psikoterapi, konseling keluarga, dan terapi kelompok berguna untuk
membicarakan masalah psikososial yang berkaitan dengan epilepsi.

Sebagai tambahan, klinisi sebaiknya menyadari bahwa banyak obat antileptik


menyebabkan hendaya kognitif derajat ringan sampai sedang, dan penyesuaian
dosis atau perubahan obat sebaiknya dipertimbangkan jika gejala hendaya kognitif
merupakan masalah bagi pasien.
Laporan Kasus
IDENTITAS
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama (inisial) : Nn. PH
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 41 tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri Asal : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Padang

KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN


Nama (inisial) : Ny. TY
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Pendidikan : D3
Alamat : Padang
Hubungan dengan pasien : Adik Kandung
Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikannya :
(Dapat dipercaya)
• Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 25 Juni 2021 di Poli Jiwa
• Alloanamnesis dengan kakak dan ibu pasien pada tanggal 27 Juni 2021 via telfon
• Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan keluarga

Sebab Utama
Pasien diantar oleh keluarga ke Poli Jiwa RSJ Prof HB Saanin karena emosi yang tidak stabil,
mudah marah, sulit tidur dan tidak bisa melakukan pekerjaan rumah.

Keluhan Utama
Pasien mengaku mudah
kesal.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar oleh keluarganya ke Poli RSJ Prof HB Saanin karena emosi yang tidak stabil, mudah
marah, sulit tidur dan tidak bisa melakukan pekerjaan rumah. Awalnya pasien suka tersinggung jika
barangnya di ambil oleh keponakannya. Pasien kemudian marah dan malas berinteraksi dengan orang
dirumah. Pasien juga sulit melakukan pekerjaan rumah karena konsentrasi kurang dan tidak mengerti
tentang pekerjaannya.
Pasien telah dikenal memiliki gangguan kognitif sejak kelas 4 SD dan telah didiagnosis memiliki
epilepsi sejak kelas 2 SD. Awalnya pasien kejang saat usia 8 tahun, kejang berlangsung 10 menit, kejang
menghentak-hentak, keluar buih dari mulutnya, tidak diikuti oleh demam, dan pasien sadar setelah
kejang. Karena kejangnya pasien dibawa ke RS dan diberikan obat anti kejang. Pasien dikenal sebagai
anak yang periang dan memiliki banyak teman, prestasi sekolah biasa saja, pasien dapat berhitung,
menulis dan membaca Pasien mengonsumsi obat kejang selama 2 tahun dan berhenti setelahnya karena
masalah ekonomi.
Riwayat Penyakit Sekarang
Setelah berhenti mengonsumsi obat kejang, pasien kemudian kejang terus menerus. Frekuensi kejang
tiap 1-2 bulan, durasi kurang lebih 10 menit, kejang menghentak-hentak dan tidak didahului oleh demam.
Pasien perlahan-lahan mengalami penurunan pada prestasi belajar, kesulitan dalam fokus belajar, susah
berhitung, tidak bisa membaca dan menulis. Pasien juga mulai mengalami gangguan ingatan. Hingga saat
kelas 5 SD pasien keluar dari sekolah karena tidak mampu mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Pasien
mencoba mendaftar ke sekolah luar biasa (SLB) namun ditolak. Sejak itu pasien tidak sekolah dan tinggal
dirumah bersama ibu dan adiknya. Selama dirumah pasien dapat berkomunikasi dengan keluarga, mandi
sendiri, memakai baju sendiri, dan menyapu.
Dua bulan lalu, pasien pernah masuk ke IGD RSJ Prof HB saanin karena kembali kejang. Pasien kini
rutin mengonsumsi obat-obatan, yaitu clobazam 10 mg 2x1 tab, THP 2 mg 2x1, Piracetam 800 mg 1x1,
Risperidon 2 mg 2x1.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien menderita gangguan jiwa sejak tahun 2013 lalu. Pasien sudah 1 kali dirawat di RSJ Prof. HB Saanin.
Pasien mendapat 4 macam obat, yaitu Clobazam 10 mg 2x1 tab, THP 2 mg 2x1 tab, Piracetam 800 mg 1x1,
Risperidon 2 mg 2x1.

b. Riwayat Gangguan Medis


Pasien menderita epilepsi sejak tahun 1988. Berhenti pengobatan epilepsi sejak tahun 1990. Pasien tidak
menderita DM, Hipertensi, trauma kepala.

c. Riwayat Penggunaan NAPZA


Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA, alkohol, dan rokok.
a. Identitas Orang tua
Riwayatb.Keluarga
Sifat/ Perilaku Orang tua kandung
Ibu ( Dijelaskan oleh kakak pasien dapat dipercaya/
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keter diragukan)
Bapak (Alm) Ibu anga Banyak teman ( + ),
n

c. Saudara
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia   Jumlah bersaudara 4 orang dan pasien anak ke 1
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA Saudar Gambaran sikap dan Kualitas hubungan dengan
Pekerjaan Pedagang Pedagang
a ke perilaku saudara (akrab/
     
Umur   65 tahun
biasa,/kurang/tak peduli)
Alamat   Padang 2 Biasa, suka bergaul Biasa
     
3 Biasa, suka bergaul Biasa
Hubungan pasien* Akrab Akrab
  Biasa 4 Biasa, suka bergaul Akrab
  Biasa Kurang
  Kurang Tak peduli
Dan lain-lain Tak peduli :-
:-
•Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku dan
bagaimana pasien dengan mereka.

No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hubungan


tingkah laku (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
1. Ibu Biasa Akrab
2. Adik Ipar Biasa Biasa
3. Keponakan 1 Biasa Biasa

• Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit jiwa, memiliki


kebiasaan-kebiasaan tertentu dan penyakit fisik.
Skema Pedegree
h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
No Rumah tempat tinggal Keadaan rumah
  Tenang Cocok Nyaman

1. Rumah orang tua Tenang Cocok Nyaman


Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan
kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) :

Keadaan ibu sewaktu hamil


Kesehatan Fisik : baik
Kesehatan Mental : baik

Keadaan melahirkan :
Aterm (+ ), partus spontan ( + )
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
Jenis kelamin sesuai yang diinginkan (ya/tidak)
Perihal SD
Umur 6 tahun
Prestasi* Baik
Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
  Sedang
Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
Minum ASI : ( + ), sampai usia 2 tahun   Kurang
Usia mulai bicara: 1 tahun Aktifitas Sekolah* Baik
Usia mulai jalan : 1 tahun   Sedang
  Kurang
Kesehatan fisik masa kanak-kanak : kejang-kejang ( + )
Sikap Terhadap Baik
Temperamen sewaktu anak-anak : suka bergaul ( + ) Teman *
  Kurang
Sikap Terhadap Baik
Guru
  Kurang
Kemampuan Khusus ( - )
(Bakat)
Kepribadian Gambaran Klinis
Ciri
 
Kepribadian Skizoid -
Paranoid -
Skizotipal -
Siklotimik -
Histrionik -
Narsisistik -
Dissosial irritabilitas (+)
Ambang kurangnya pengendalian terhadap kemarahan ( +
Menghindar -
Anankastik -
Dependen membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam
hidupnya
(+),
Stresor Psikososial
menderita penyakit fisik yang parah ( + ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( + )

ii.              Riwayat Suicide


Tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri
iii.              Riwayat psikoseksual
Tidak ada riwayat psikoseksual
iv.              Riwayat pelanggaran hukum:
tidak pernah ditangkap ataupun terlibat masalah hukum.
v.              Persepsi dan Harapan Keluarga: 
Keluarga berharap pasien dapat meningkatkan kualitas hidup.
Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : Frekuensi 85x/menit
Nafas : 17x/menit
Suhu  : 36,50 C
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 55 kg
Bentuk Badan             : Normal
Status Gizi                  : Gizi baik
Sistem respiratorik : tidak terdapat kelainan
Kardiovaskular : tidak terdapat kelainann
Abdomen : tidak terdapat kelainan
Status Neurologikus

GCS                                                                   : GCS
15 (E4M6V5)
Tanda Rangsang Meningeal                              : kaku
kuduk (-)
Motorik       : 
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
a)     Tonus                          : eutonus
a)     Tremor tangan            : tidak ada
b)    Turgor                         : baik
b)    Akatisia                       : tidak ada
c)     Kekuatan                     : 555    555
c)     Bradikinesia                : tidak ada
  555    555
d)    Cara berjalan               : Normogait
d)    Koordinasi       : baik
e)     Keseimbangan            : tidak terganggu
Sensorik             : proprioseptif dan eksterioseptif
f)     Rigiditas                      : tidak ada
normal
Refleks              :
Status Mental
1. Kesadaran : composmentis
2. Penampilan : sikap tubuh biasa, cara berpakaian rapi, sesuai gender. Kesan : dapat
mengurus diri
3. Kesehatan fisik : sehat
4. Kontak psikis : sulit dilakukan, kurang wajar, sebentar
5. Sikap : kurang kooperatif, infantil
6. Psikomotor : normoaktif
7. Verbalisasi : arus pembicaraan lambat, produktivitas lambat, perbendaharaan lambat,
nada pembicaraan biasa, isi pembicaraan sesuai.
8. Afek : Appropriate
9. Mood : disforik
10. Proses pikir : kecepatan proses pikir lambat, mutu proses pikir kurang jelas dan kurang
tajam. Psikosis -, tes realitas tidak terganggu.
11. Isi pikir : waham –
12. Persepsi : halusinasi -, ilusi –
13. Fungsi Kognitif
• Orientasi waktu terganggu, orientasi tempat terganggu, orientasi personal terganggu.
Orientasi situasi terganggu
• Distractibility (+)
• Konsentrasi terganggu, kalkulasi terganggu
• Memori : gangguan  memori jangka lama/ remote (+), gangguan memori jangka
menengah/ recent past (+), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent (+),
gangguan memori segera/ immediate (+), amnesia (+),
• Luas pengetahuan umum : terganggu
• Pikiran konkrit : terganggu
• Pikiran abstrak : terganggu
• Kemunduran intelek (+), retardasi mental (+)

14. Discriminative Insight : Derajat II (ambigu)


15. Discriminative Judgment :
• Judgement Test : terganggu
• Judgement Sosial : terganggu
Diagnosis Multiaksial
1. Aksis I : F06. Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi
Otak dan Penyakit Fisik
2. Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis pada Axis II
3. Aksis III : G40. Bangkitan Umum Primer (Epilepsi)
4. Aksis IV : Tidak Ada Diagnosa
5. Aksis V : GAF 40-31
• Diagnosis Banding Axis I
F07 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Akibat Penyakit, Kerusakan dan Perilaku dan
Disfungsi Otak

• Daftar Masalah
 Organobiologik
Pasien dikenal memiliki epilepsi sejak tahun 1988
 Psikologis
Emosi tidak stabil, mudah tersinggung, dan marah-marah.
 Lingkungan dan psikososial
Tidak ada masalah pada lingkungan dan psikososial
Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Risperidon 2 x 2 mg
Piracetam 1 x 800 mg
Clobazam 2 x 10 mg PROGNOSIS
THP 2x2mg
Quo et vitam : dubia ad bonam
Non Farmakoterapi Quo et fungsionam : malam
Psikoterapi kepada pasien:
• Psikoterapi suportif Quo et sanctionam : malam
• Psikoedukasi

Kepada keluarga:
• Psikoedukasi
DISKUSI

interaksi
antara lokasi penurunan
menyebabka
Pasien fokus fungsi
n kematian
dikenal epileptogenik kognitif,
sel-sel
epilepsi sejak dan eksekutif,
neuron
tahun 1988 bangkitan atensi,bahasa
secara luas.
yang tidak dan emosi.
terkontrol.
Pasien
Muncul
mudah
gelombang
marah,
epileptiform Gangguan
tersinggung
pada perliaku
dan tidak
susunan
mau
saraf pusat
mengalah
Tatalaksana : Fungsi
memperbaiki Pemberian kognitif,
fungsi risperidone eksekutif dan
kognitif atensi
Mencegah
Menurunkan bangkitan
Clobazam hipereksitasi epilepsi dan
neuron memberikan
efek sedasi
Bangkitan
epilepsi
dengan
frekuensi Kerusakan
sering dan permanen GAF 40-31
tidak pada otak
ditatalaksan
a selama 20
tahun
Kesimpulan
Hubungan antara disfungsi otak organik dan gangguan kejiwaan sangat kompleks. Salah
satu penyebab disfungsi otak organik yang cukup umum terjadi adalah epilepsi. Epilepsi
dapat disebabkan oleh faktor genetik, struktural, metabolik atau tidak diketahui. Gejala
yang paling sering adalah gejala yang menunjukkan gangguan afektif dan depresi serta
gangguan emosi dan perilaku merupakan gambaran klinis umum di antara anak-anak
dengan epilepsi dan dapat menyebabkan gangguan sosial dan akademik yang serius
dengan efek jangka panjang apabila tidak dilakukan tatalaksana adekuat pada penyebab
kerusakan dan disfungsi otak.
Thank You.

Anda mungkin juga menyukai