Anda di halaman 1dari 4

Cahyaningsih FR, Anisa Wahyuni | Gangguan Mental Organik pada Laki-Laki Usia 17 Tahun : Laporan Kasus

Gangguan Mental Organik e.c. Epilepsi pada Laki-Laki Usia 17 Tahun :


Laporan Kasus
Anisa Wahyuni1, Cahyaningsih FR2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Gangguan mental organik merupakan suatu gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau
gangguan otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan
timbulnya bangkitan kejang terus menerus, dengan konsekuensi gangguan neurobiologi, kognitif, psikologi dan sosial, dan
terjadi minimal satu kali bangkitan epileptik. Penderita epilepsi memiliki risiko enam sampai dua belas kali lipat untuk
berkembang menjadi gangguan psikotik. Tn.H laki-laki 17 tahun dengan riwayat epilepsi akibat cedera kepala dengan
diagnosis psikiatri, gangguan mental organik akibat kerusakan atau disfungsi otak atau akibat penyakit lain atau penyakit
fisik. (F06.8). Tatalaksana pada Tn.H ini adalah farmakoterapi dengan pemberian risperidone 2 kali 2 mg perhari, asam
valproate 3 kali 250 mg, phenytoin 3 kali 50 mg serta psikoterapi pada Tn.H dan keluarganya dengan tujuan untuk
mengenali penyakit dan mencegah kekambuhan dari penyakit.

Kata Kunci: Epilepsi, gangguan mental organik, psikosis

Case Report of Organic Mental Disorder e.c. Epilepsi on 17 Years Old Male
Abstract
Organic mental disorders are mental disorders associated with diseases or systemic disorders or brain disorders that can be
diagnosed by themselves. Epilepsy is a brain disorder characterized by the appearance of persistent seizures, with
neurobiological, cognitive, psychological and social difficulties, and occurs at least once in epileptic seizures. People with
epilepsy have a risk of six to two fold to develop into a psychotic disorder. Mr. H, 17-year-old male with epilepsy
complications due to head injury with a psychiatric diagnosis with organic mental disorders due to damage or impaired
brain function or other illnesses or physical ailments. (F06.8). In Mr. H pharmacotherapy with the administration of
risperidone 2 times 2 mg per day, valproate acid 3 times 250 mg, phenytoin 3 times 50 mg and psychotherapy in Mr. H and
families for the purpose of disease and recurrence due to disease.

Keywords: Epilepsy, organic mental disorder, psychosis

Korespondensi: Anisa Wahyuni, alamat perum. KHR, G22, labuhan ratu, Bandar Lampung, HP 082186761234, e-mail
9b.annisa.wahyuni@gmail.com

Pendahuluan psikotik maupun non-psikotik) yang ada


World Health Organization (WHO) kaitannya dengan faktor organik spesifik
menyebutkan satu dari empat orang (penyakit/gangguan tubuh sistemik atau
kemungkinan menderita gangguan mental) gangguan otak). GMO memiliki tanda dan
pada suatu saat dalam kehidupannya. Saat ini, gejala sebagai berikut: 1) gangguan sensorium
diperkirakan 450 juta orang di dunia dapat berupa penurunan kesadaran,
menderita gangguan mental, termasuk fluktuasinya kesadaran, dan kesadaran
kecanduan alkohol dan penyalahgunaan obat. berkabut; 2) gangguan fungsi kognitif dapat
Diperkirakan sekitar 121 juta orang berupa gangguan daya ingat, daya pikir; 3) 3P
mengalami depresi, 50 juta orang menderita terganggu, yaitu gangguan dalam pemusatan,
epilepsi dan 24 juta orang menderita pertahankan dan pengalihan perhatian; 4)
skizofrenia. Berdasarkan data kunjungan gangguan dalam orientasi, waktu, tempat dan
pasien di Poli Rawat Jalan RSJ (Rumah Sakit orang; 5) gangguan persepsi , antara lain
Jiwa) Prof. HB. Saamin Padang pada tahun berupa halusinasi; 6) gangguan isi pikiran,
2007 diketahui terdapat 10.812 penderita antara lain berupa waham; 7) gangguan
GMO (Gangguan Mental Organik) dan 5379 mood, , antara lain berupa depresif, euphoria,
penderita skizofrenia 1,2 dan cemas.3
Gangguan Mental Organik adalah Epilepsi adalah kelainan otak yang
gangguan jiwa (dengan tanda dan gejala ditandai dengan kecenderungan untuk

Medula | Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020| 621


Cahyaningsih FR, Anisa Wahyuni | Gangguan Mental Organik pada Laki-Laki Usia 17 Tahun : Laporan Kasus

timbulnya bangkitan kejang epilepsi yang usia, perawatan diri cukup baik, perilaku dan
terus menerus, dengan konsekuensi dapat aktivitas psikomotor, duduk tenang, dapat
terjadi gangguan neurobiologi, kognitif, diarahkan, dapat menjawab semua
psikologi dan sosial. Dalam definisi ini pertanyaan dengan baik serta kontak mata
diisyaratkan minimal terjadi 1 kali bangkitan dengan pemeriksa baik. Tn. H bersikap
epileptik. Bangkitan epileptik adalah adanya kooperatif selama wawancara. Pembicaraan
tanda atau gejala tertentu yang bersifat sesaat spontan, lancar, volume cukup, artikulasi jelas,
akibat aktivitas neuronal abnormal dan amplitudo sesuai, intonasi baik, menjawab
berlebihan di otak. Laporan kasus ini sesuai dengan pertanyaan, kuantitas dan
menyajikan kasus gangguan mental organik kualitas cukup. Pada Tn. H didapatkan mood
pada laki-laki usia 17 tahun yang disebabkan disforik, afek terbatas dan keserasian cukup
oleh epilepsi dan tatalaksananya.4 serasi.
Pada Tn. H didapatkan adanya riwayat
Kasus halusinasi auditorik, halusinasi taktil,
Tn. H, laki-laki 17 tahun, belum halusinasi olfaktori, halusinasi visual,
menikah, tamat SD, beragama Islam dan saat halusinasi pengecapan, derealisasi,
ini bekerja sebagai karyawan swasta. Tn. H depersonalisasi, waham kejar, waham
dibawa oleh keluarga ke Instalasi Gawat rujukan, waham kebesaran, waham kendali
Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah dan waham sistematik. Tn. H memiliki tilikan
Provinsi Lampung pada tanggal 12 Agustus derajat satu dengan Reality Testing of Ability
2019 karena gaduh gelisah. Keluarga terganggu. Pasien mendapatkan terapi
mengeluhkan sejak 1 hari sebelum dibawa ke psikofarmaka berupa risperidone 2 kali 2 mg,
rumah sakit Tn. H gelisah, mengamuk dengan asam valproate 3 kali 250 mg, phenytoin 3 kali
merusak motornya sendiri, memukuli ibu serta 50 mg. Adapun psikoterapi yang diperoleh Tn.
menyakiti dirinya sendiri. Tn. H juga dikatakan H dan keluarganya berupa psikoedukasi.
suka bicara sendiri, meracau dan marah tanpa
alasan yang jelas. Pembahasan
Tanda dan gejala ini kedua kalinya Gangguan Mental Organik (GMO)
dialami Tn. H, sebelumnya 1 tahun yang lalu, merupakan gangguan mental yang berkaitan
Tn. H mengalami keluhan yang sama, bicara dengan gangguan yang berhubungan langsung
meracau, mengamuk hingga tidak dapat dengan otak atau ganggguan sistemik yang
dikendalikan, gelisah, sulit tidur dan menangis mempengaruhi otak secara tidak langsung.
tanpa sebab. Menurut ibu sekitar 3 tahun Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan
yang lalu, Tn. H pernah mengalami Diagnosis Gangguan Jiwa) III, GMO dapat
kecelakaan. Setelah kecelakaan tersebut, Tn. ditegakkan diagnosisnya apabila memenuhi
H sering kejang-kejang. Sejak saat itu, Tn. H kriteria sebagai berikut : 1) adanya penyakit,
mulai terlihat sering menyendiri, dan kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit
cenderung mudah marah. Keluhan mulai fisik sistemik yang memiliki hubungan dengan
memberat sejak sekitar 1 tahun yang lalu, gejala gangguan mental, 2) adanya hubungan
dimana Tn. H mudah marah tanpa sebab, waktu (dapat beberapa minggu atau bulan)
kerap berniat melukai diri sendiri atau antara penyakit yang mendasarinya dengan
memukul ibu, kakak maupun adiknya. Tn. H sindrom gangguan mental, 3) adanya
beberapa kali mengatakan dirinya sedih, dan perbaikan dari gangguan mentalnya setelah
ingin bunuh diri. Sekitar 1 tahun yang lalu, ada perbaikan atau dihilangkannya penyebab
pasien konsultasi ke dokter saraf dan yang mendasarinya, 4) tidak ada bukti yang
dikatakan menderita epilepsi yang disebabkan mengarahkan pada penyebab lain dari
cedera kepala. Tn. H tidak rutin meminum sindroma gangguan mental tersebut (seperti
obat karena meyakini dirinya tidak sakit. pengaruh dari genetika atau dicetuskan oleh
Pemeriksaan fisik dan psikiatri dilakukan distres)5
setelah Tn. H tenang di bangsal perawatan Epilepsi adalah kelainan pada otak yang
pada tanggal 14 Agustus 2019. Saat ditandai dengan adanya bangkitan kejang
wawancara psikiatrik didapatkan, keadaan epilepsi, dapat terus menerus ataupun tidak,
umum compos mentis, penampilan sesuai memiliki konsekuensi gangguan neurobiologi,

Medula | Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020| 622


Cahyaningsih FR, Anisa Wahyuni | Gangguan Mental Organik pada Laki-Laki Usia 17 Tahun : Laporan Kasus

kognitif, psikologis ataupun seksual. Definisi samping yang minimal namun memiliki
lain mengisyaratkan terjadinya minimal 1 kali manfaat yang luas. Pemilihan Obat-obatan
bangkitan kejang epileptik. Bangkitan epileptik antipsikotik pada Tn.H perlu
adalah terjadinya atau tanda atau gejala yang memempertimbangkan antara lain
bersifat sesaat akibat aktivitas neurnal yang kemungkinan terjadinya Ekstra Piramidal
abnormal dan berlebihan di otak.4 Sindrom (EPS), penurunkan ambang kejang
Penderita epilepsi memiliki peluang serta kepatuhan makan obat. Pada kasus Tn H,
mengalami psikotik enam sampai dua belas diberikan antispikotik generasi kedua berupa
kali lebih besar dibandingkan pada populasi risperidone. Obat ini memiliki afinitas tinggi
umum.7,8 Pada psikotik didapatkan adanya terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan
distorsi dalam penilaian terhadap realita. aktivitas menengah terhadap reseptor
Tanda dan gejala psikotik dapat berupa dopamin (D2), α1 dan α2 adrenergik, serta
adanya gangguan isi pikir seperti delusi atau Histamin 1 (H1). Gangguan psikotik memiliki
waham ataupun gangguan persepsi seperti kaitan dengan adanya peningkatan aktivitas
halusinasi, ilusi, derealisasi dan neurotransmitter dopamine diotak. Pemilihan
6
depersonalisasi. obat antipsikotik generasi kedua seperti
Kategori penyakit yang dapat risperidone pada Tn.H ini, selain obat
menimbulkan gejala psikotik antara lain, tersebut bekerja dengan cara dapat
Parkinson, Huntington, epilepsi, memblokade dopamine pada reseptor paska
cerebrovascular accident (CVA), cedera kepala, sinaps di sistem limbik (D2) dan 5HT2a di
gangguan metabolik dan endokrin, gagal ginjal sistem ekstrapiramidal juga sedikit
dan penyakit infeksi. Pada kasus Tn.H ini dari memengaruhi jaras Nigrostiatal. Sehingga
hasil wawancara psikiatri di dapatkan adanya obat ini selain efektif untuk gejala positif dan
riwayat kejang dan di tegakkan diagnosis negatif juga kecil kemungkinan menimbulkan
epilepsi. Pada Tn. H didapatkan tanda dan Ekstra Piramidal Sindrom (EPS) 10
gejala gangguan psikotik berupa halusinasi Intervensi psikoterapi sederhana dapat
auditorik, halusinasi taktil, halusinasi olfaktori berupa psikoterapi suportif dan psikoedukasi.
dan halusinasi visual serta gangguan isi pikir Sasaran psikoterapi antara lain perbaikan
berupa waham rujukan, waham kejar waham strategi koping dalam menghadapi distres
kebesaran, dan waham kendali. 6 sosial dan pekerjaan. Edukasi untuk mengenal
Upaya tatalaksana gangguan psikotik tanda dan gejala gejala dini serta patuh dalam
harus dilakukan sedini mungkin untuk pengobatan. Psikotik dapat mengubah pikiran,
mencegah perburukan dan memperbaiki perasaan dan perilaku individu yang
prognosis. Langkah pertama tatalaksana pada mengalami gangguan tersebut sehingga dapat
Tn. H adalah semaksimal mungkin mengobati merugikan individu itu sendiri dan
kondisi medis umum yang mendasarinya, lingkungannya. Pengobatan pada individu
yakni epilepsinya. Untuk itu Tn. H dengan gangguan psikotik, bukan hanya
mendapatkan terapi berupa asam valproate 3 mengupayakan individu tersebut terbebas dari
kali 250 mg perhari dan phenytoin 3 kali 50 tanda dan gejala gangguan psikotik tersebut,
mg perhari. Obat obatan yang diberikan namun juga bertujuan meningkatkan kualitas
tersebut selain efektif untuk epilepsinya juga hidup dari individu tersebut.6
memiliki kemampuan mengontrol gangguan
suasana perasaan atau mood. Terdapat Kesimpulan
beberapa obat epilepsi yang dapat Gangguan Mental Organik adalah
menstimulasi gejala psikotik seperti gangguan jiwa (psikotik maupun non-psikotik)
ethosuximide, phenytoin, zonisamide, yang ada kaitannya dengan faktor organik
topiramate dan vigabatrin. Sehingga perlu (dapat berkaitan dengan penyakit/gangguan
berhati hati dalam pemilihan obat. 6,9 tubuh sistemik atau gangguan otak). Pada
Pemberian psikoterapi dan obat penderita epilepsi peluang terjadinya
antipsikotik diterapkan pada Tn. H gangguan psikotik 6-12 kali lebih besar
berdasarkan indikasi yang dibutuhkan. Dalam dibandingkan pada populasi umum. 7,8
pemilihan terapi obat antipsikotik pada Tn. H, Psikotik ditandai dengan adanya distorsi
telah didasarkan pertimbangan atas efek atau penyimpangan dalam menilai realita.

Medula | Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020| 623


Cahyaningsih FR, Anisa Wahyuni | Gangguan Mental Organik pada Laki-Laki Usia 17 Tahun : Laporan Kasus

Tanda dan gejala psikotik dapat berupa delusi 6. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia
atau halusinasi. Psikotik dapat disebabkan Alcott; Ruiz, Pedro. Comprehensive
juga oleh kondisi medis umum atau zat. textbook of psychiatry 10th Edition.
Tatalaksana psikotik akibat kondisi United States of America: Wolters
medis umum utama adalah mengobati kondisi Kluwer; 2017.
medis umum yang menyebabkan psikotiknya 7. Clancy JM, Clarke CM, Connor JD, Cannon
tersebut melalui pemberian psikofarmaka dan M, Cotter RD. 2014. The Prevalence of
psikoterapi yang tepat. Psychosis in Epilepsy : a Systematic
Review and Meta-Analysis. BMC
Daftar Pustaka Psychiatry 2014;14: 75
1. Depkes RI. Buku Pedoman Pelayanan 8. Wang Q, Teng P, Luan G. 2017.
Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Schizophrenia-Like Psychosis of Epilepsy:
Kesehatan Dasar. Direktorat Jenderal From Characters to Underlying
Bina Pelayanan Medik Kesehatan. Mechanisms. Neuropsychiatry (London) S
Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan (1): 2017.h.10-s15.
Jiwa. Jakarta; 2006. 9. Adachi Naoto, Kanemoto Kousuke, Toffol
2. LAKIP. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bertrand, Akanuma Nozomi, Oshima
Pemerintah Rumah Sakit Jiwa Prof H.H Tomohiro, Mohan Adith, Sachdev
Saanin Padang. Sumatera Barat; 2007. Perminder. 2013. Basic Treatment
3. Bahrudin M. Neurologi Klinis. Edisi 1. Principles for Psychotic Disorders in
Malang: UMM Press; 2017. Patient with Epilepsy. Epilepsia, 2013;54
4. Persatuan Dokter Saraf Indonesia (Suppl.1): 19-33
(PERDOSSI). Pedoman Tatalaksana 10. Elvira SD, dan Hadisukanto G. Buku Ajar
Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI; 2014. Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
5. Departemen Kesehatan RI. PPDGJ III. Kedokteran Universitas Indonesia; 2013
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1993.

Medula | Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020| 624

Anda mungkin juga menyukai