Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin derasnya arus teknologi dan informasi, perusahaan dituntut untuk


lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam
persaingan global. Kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat ditentukan oleh
berbagai strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat
digunakan perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan
mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk
atau jasa dan meningkatkan kemampuan untuk memberi respon terhadap
berbagai kebutuhan pelanggan. Manajemen sering kali mengabaikan perhitungan
biaya produksi secara akurat yang dapat mengakibatkan perusahaan tersebut tidak
mampu bersaing di pasaran. Oleh karena itu, manajer suatu perusahaan
membutuhkan suatu informasi mengenai biaya-biaya yang harus dikeluarkan
untuk memproduksi suatu produk secara akurat. Pembebanan setiap biaya
produksi yang dikeluarkan untuk satu unit produk dengan suatu metode dapat
membantu manajemen memperoleh informasi mengenai biaya produksi satu unit
produk dengan lebih akurat. Metode ini didalam akuntansi manajemen
dinamakan sebagai metode Activity Based Costing System (ABCS).
Metode Activity Based Costing (ABC) System menghitung setiap biaya
pada masing-masing aktivitas dengan dasar alokasi yang berbeda untuk masing-
masing aktivitas. Banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mengadopsi
metode ini dalam penghitungan biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap
produk. Umumnya metode yang digunakan oleh perusahaan yang berada di
Indonesia adalah pemerataan biaya secara umum untuk masing-masing produk.
Padahal masing-masing produk tersebut kenyataannya tidak menggunakan
sumber daya dalam jumlah yang sama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Activity Based Costing?

1
2. Apa perbedaan antara Activity Based Costing dengan sistem perhitungan
biaya tradisional ?
3. Apa yang dimaksud dengan Activity Based Costing dan distorsi biaya ?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan Activity Based Costing ?
5. Apa yang dimaksud dengan Activity Based Management ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Activity Based Costing


2. Mengetahui perbedaan antara Activity Based Costing dengan sistem
perhitungan biaya tradisional
3. Mengetahui hubungan antara Activity Based Costing dan distorsi biaya
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan Activity Based Costing
5. Mengetahui Activity Based Management

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Activity Based Costing

Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing


System) didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat
penampungan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih dari satu,
dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang
tidak berkaitan dengan volume (non Volume-related faktor). Activity based
costing system adalah sistem akuntansi yang berfokus pada aktifitas yang
dilakukan untuk memproduksi produk. Produk memerlukan aktivitas-aktivitas
dalam mengkonsumsi sumber daya. Aktivitas merupakan tindakan yang
berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Dalam hal ini, aktivitas menjadi
titik akumulasi biaya yang fundamental. Biaya ditelusuri ke aktivitas dan aktivitas
ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk. Hal ini
tentunya berbeda dengan sistem perhitungan biaya tradisional (traditional costing
system) dimana pada sistem ini produk dan volume produksi yang terkait
merupakan penyebab timbulnya biaya.
Bila dibandingan dengan perhitungan biaya tradisional, ABCS lebih fokus
pada penelusuran biaya. Sistem perhitungan biaya tradisional hanya menelusuri
biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output
sedangkan biaya overhead pabrik dialokasikan melalui pembebanan. Tetapi,
ABCS mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat
ditelusuri-tidak ke unit output, tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk
menghasilkan output.
Activity Based Costing sistem menurut Mulyadi (2003:94) mempunyai
berbagai manfaat berikut ini:
1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis
aktivitas (activity-based budget).
3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana
pengurangan biaya.
3
4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.

Pada awal perkembangannya ABC sistem menurut Mulyadi (2003:51)


dimanfaatkan untuk memperbaiki kecermatan perhitungan cost produk dalam
perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk.
ABC sistem menawarkan dasar pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batch-
related drivers, product-sustaining drivers, dan facility-sustaining drivers untuk
membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Pada perkembangan selanjutnya, ABC sistem tidak
lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi cost produk
yang akurat, namun meluas sebagai sistem informasi untuk memotivasi personel
dalam melakukan peningkatan terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan
untuk menghasilkan produk/jasa bagi customer.
Ada beberapa tahapan dalam merancang Activity based costing ini, yaitu :
1. Mengidentifikasi Objek Biaya yang Dipilih
Tahap pertama dalam merancang ABC adalah mengidentifikasi objek
biaya. Objek biaya disini bisa berupa produk atau jasa, pelanggan, dan lain
sebagainya.
2. Mengidentifikasi Biaya dan Aktivitas
Proses identifikasi biaya terdiri dari identifikasi biaya langsung dan tidak
langsung yang terkait dengen objek biaya yang dipilih. Biaya-biaya tersebut
dapat diperoleh dari rekening buku besar atau bagan rekening yang
perusahaan miliki.

Dalam sistem ABC biasanya memiliki empat kategori aktivitas, yaitu:


a. Aktivitas berlevel unit atau volume yaitu aktivitas yang dilakukan untuk
memproduksi setiap unit produk. Contohnya, jam tenaga kerja langsung,
jam mesin, jumlah unit yang dihasilkan, dan lain sebagainya.
b. Aktivitas berlevel batch atau kelompok yaitu aktivitas yang dilakukan untuk
setiap batch atau kelompok produk yang dihasilkan atau diproduksi atau
dijual. Contohnya, jam setup, pesanan produksi, permintaan material, dan
lain sebagainya.
c. Aktivitas untuk mendukung produk atau jasa yaitu aktivitas yang dilakukan
untuk membantu produksi produk atau jasa. Contohnya, perubahan desain
produk, jam desain produk, dan lain sebagainya.
d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas yaitu aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung organisasi secara keseluruhan. Contohnya, biaya administrasi

4
umum (termasuk sewa dan keamanan gedung), pajak properti, manajemen
pabrik, dan lain sebagainya.

3. Membebankan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas


Setelah dilakukan identifikasi biaya dan analisis aktivitas, biaya-biaya
tidak langsung dialokasikan ke pusat biaya aktivitas dengan menggunakan
driver sumber daya (resources driver). Sehingga biaya-biaya tidak langsung
tersebut akan dikelompokan atau dipusatkan dalam pusat biaya aktivitas.

4. Membebankan Biaya Aktivitas ke Objek Biaya


Setelah biaya-biaya tidak langsung dikelompokan atau dipusatkan dalam
pusat biaya aktivitas, selanjutnya pusat biaya aktivitas tersebut dibebankan ke
objek biaya yang dipilih menggunakan driver aktivitas (activity driver).

5. Menghitung Jumlah Biaya dari Objek Biaya dengan Menambahkan Biaya


Langsung dan Tidak Langsung
Setelah membebankan biaya tidak langsung ke objek biaya, selanjutnya
ditambahkan dengan biaya langsung untuk objek biaya tersebut sehingga
diperoleh jumlah biaya untuk objek biaya yang dihitung.

2.2 Perbandingan Antara ABC Dengan Sistem Perhitungan Biaya


Tradisional
Tanpa memperdulikan jumlah dari departemen, tempat penampungan biaya
overhead pabrik, maupun dasar alokasi berbeda yang digunakan, sistem
perhitungan biaya tradisional memiliki karakter lhusus yaitu dalam penggunaan
ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara eksklusif
sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik ke output. Untuk
alasan tersebutlah maka sistem perhitungan biaya tradisional juga disebut dengan
sistem berdasarkan unit.
Perbedaan lain antara sistem perhitungan biaya tradisional dengan activity
based costing system adalah jumlah tempat penampungan biaya overhead pabrik
dan dasar alokasi cenderung lebih banyak di sistem biaya berdasarkan aktivitas,
tetapi ini sebagian besar disebabkan karena banyak sistem perhitungan biaya
tradisional menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi
untuk semua tempat penampungan biaya. Perbedaan tersebut tidaklah bersifat
universal. Suatu sistem dapat menggunakan sejumlah besar tempat penampungan
biaya overhead pabrik dan dasar alokasi, tetapi jika semua dasar alokasinya

5
adalah tingkat unit, maka sistem tersebut adalah sistem perhitungan biaya
tradisional dan bukan sistem biaya berdasarkan aktivitas.
Suatu perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem perhitungan biaya
tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya.
Perbedaan lain antara activity based costing system dengan sistem perhitungan
biaya tradisional adalah semua ABCS merupakan sistem perhitungan biaya dua
tahap, sementara sistem perhitungan biaya tradisional bisa merupakan sistem
perhitungan biaya satu atau dua tahap. Tetapi, sistem perhitungan biaya
tradisional menggunakan dua tahap hanya apabila jika departemen atau pusat
biaya lain dibuat.

2.3 Activity Based Costing System dan Distorsi Biaya

Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat menimbulkan


distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode tersebut hanya mempergunakan
satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya, sementara setiap
sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula.
Untuk mengatasi keterbatasan pada metode traditional costing maka dikembangkan sistem
biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Activity Based Costing, yang didasari oleh
asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Dengan
demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya adalah aktivitas yang dilakukan untuk
membuat suatu produk, bukan produk itu sendiri. Maka dengan metode Activity Based
Costing pembebanan biaya tidak selalu dianggap proporsional terhadap volume produk,
melainkan proporsional terhadap pengkonsumsian sumberdaya oleh aktivitas-aktivitas yang
dilakukan dalam membuat produk tersebut.

Pemilihan aktivitas-aktivitas dan pemicu-pemicu biaya secara hati-hati merupakan


kunci untuk memperoleh manfaat dari sistem Activity Based Costing. Analytic Hierarchy
Process merupakan salah satu metodologi yang mampu menangani kriteria keputusan yang
banyak dan konsisten untuk menentukan pemicu-pemicu biaya dalam Activity Based
Costing. Analytic Hierarchy Process mampu membantu kekonsistenan munculnya problem-
problem pemilihan pemicu biaya dengan kriteria keputusannya yang dinyatakan secara
subyektif berdasarkan pada pengalaman manajerial. Penelitian yang membandingkan
pembebanan biaya produksi tak langsung metode traditional costing dengan metode Activity
Based Costing pada Divisi Produksi PT. Arka Footwear Indonesia ini menunjukkan bahwa
dua dari tiga produk yang dibuat perusahaan tersebut (Neckerman dan Osh Kosh B'Gosh)
mengalami distorsi undercosting masing-masing sebesar Rp.30,- dan Rp. 485,-. Sedangkan
produk lainnya (Adidas) mengalami distorsi overcosting sebesar Rp.3.048,-. Distorsi biaya

6
yang terjadi disebabkan karena metode traditional costing terlalu rendah mengkalkulasikan
biaya produksi tak langsung untuk produk Neckerman dan Osh Kosh B'Gosh, dan terlalu
tinggi mengkalkulasikan biaya produksi tak langsung untuk produk Adidas. Hal ini
disebabkan karena metode traditional costing hanya menggunakan satu jenis pembebanan
biaya yang sama untuk setiap produk yang dihasilkan. Dengan metode Activity Based
Costing dapat ditelusuri aktivitas apa saja yang dikonsumsi produk tersebut, sehingga dapat
diketahui jumlah biaya yang sebenarnya.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing


2.4.1 Kelebihan Activity Based Costing
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai
hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara
simultan memfokus mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti
bagaimana benar-benar mahalnya biaya manufacturing, yang pada
akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses
memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
4. Dengan analaisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan
analaisis yang lebih akurat mengenai volume yang dilakukan untuk
mencari breakevent atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen
dapat mulai merekayasa kembali proses manufcturing untuk mencapai pola
keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
2.4.2 Kelemahan Activity Based Costing
1. Alokasi, beberapa biaya yang dialokasikan secara sembarangan, karena
sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh : pembersihan pabrik
dan pengelolaan proses produksi.
2. Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh :
iklan, riset, dan sebagainya.
3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya
yang mahal juga.

2.5 Activity Based Management


2.5.1 Pengertian Activity Based Managemen

Activity Based Managenent (ABM) merupakan suatu konsep yang


mengerahkan perhatian pada konsumsi sumber daya terhadap aktivitas yang

7
dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga untuk dapat mengetahui bagaimana
suatu perusahaan menggunakan sumber dayanya, maka terlebih dahulu haruslah
dipahami mengenai aktivitas-aktivtas apa sajakah yang telah terjadi didalam
perusahaan tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang telah
mengkonsumsi sumber daya melalui pengidentifikasian pemicu biayanya dimana
biaya-biaya ini timbul karena dilaksanakannya aktivitas-aktivitas tersebut.
Pengertian dan pemahaman yang baik mengenai berbagai aktivitas yang
telah dilaksanakan akan dapat memberikan pandangan yang baik tentang
bagaimana menggunakan, mengelola, dan mengendalikan sumber daya
perusahaan, dan dapat pula digunakan untuk mengetahui peluang yang ada untuk
meningkatkan kinerja perusahaan serta memberi pedoman yang baik untuk
menilai kinerja tersebut dalam rangka untuk mendukung perbaikan
berkesinambungan.
Activity Based Management merupakan pendekatan yang terintegrasi yang
memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dan meningkatkan laba
perusahaan melalau penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari Activity Based System, dimana antara ABM dan
ABC saling berkaitan satu sama lain.

2.5.2 Dimensi Activity Based Management


Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki dua dimensi yaitu sebagai
berikut :
a. Dimensi biaya (cost dimension)
Memberikan informasi biaya mengenai sumberdaya, aktivitas, produk
dan pelanggan (serta biaya-biaya lain yang diperlukan), dimana biaya-biaya
sumber daya dapat ditelusuri ke aktivitas-aktivitas dan kemudian di aktivitas
tersebut dibebankan ke pelanggan. Dengan demikian, dimensi ini
merefleksikan kebutuhan untuk membagi sumber daya biaya terhadap
aktivitas dan biaya aktivitas terhadap objek biaya seperti pelanggan dan
produk agar dapat menganalisis keputusan critical. Keputusan tersebut
termasuk penetapan harga, pengadaan produk dan penetapan prioritas untuk
usaha perbaikan.
b. Dimensi Proses (process dimension)
Memberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang dilaksanakan,
mengapa aktivitas tersebut dilaksanakan dan seberapa baik pelaksanaannya.
Dimensi ini menjelaskan mengenai akuntansi pertanggungjawaban

8
berdasarkan aktivitas dan lebih memfokuskan pertanggung jawaban
aktivitas bukan pada biaya, dan menekankan pada maksimalisasi kinerja
sistem secara menyeluruh bukan pada kinerja secara individu. Dengan
demikian dimensi ini merefleksikan kebutuhan untuk suatu kategori
informasi yang baru mengenai kinerja aktivitas. Informasi ini menunjukkan
apa yang menyebabkan pemicu biaya dan bagaimana pengukuran
kinerjanya.

2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mendukung Keberhasilan Penerapan Activity


Based Management
Adapun faktor-faktornya yakni :
1. Budaya organisasi
Mencerminkan kerangka berfikir dari karyawan termasuk perilaku,
nilai, keyakinan yang dianut karyawan. Budaya organisasi menunjukkan
keterlibatan, kerja sama, serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan.
Budaya organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM
di suatu organisasi.
2. Top Management Support and Commitment
Penerapan suatu sitem manajemen biaya yang baru seperti ABM dan
ABC membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan
peran serta top manajer sangatlah diperlukan untuk keberhasilan
penerapannya
3. Change Process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah
dirancang menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang
sudah ada sangatlah mendukung keberhasilan penerapannya. Elemen-
elemen dari proses diantaranya daftar dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan
tingkatan lanjutan.
4. Continuing Education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan
serta meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat
sangatlah penting. Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya
yang baru membutuhkan keahlian, peran serta dan kerjasama dari karyawan
suatu organisasi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing


System) didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat
penampungan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih dari satu,
dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang
tidak berkaitan dengan volume (non Volume-related faktor). Bila dibandingan
dengan perhitungan biaya tradisional, ABCS lebih fokus pada penelusuran biaya.
Sistem perhitungan biaya tradisional hanya menelusuri biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output sedangkan biaya
overhead pabrik dialokasikan melalui pembebanan. Tetapi, ABCS mengakui
bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataannya dapat ditelusuri-tidak ke
unit output, tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan output.
Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat menimbulkan
distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode tersebut hanya mempergunakan
satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya, sementara setiap
sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula.
Untuk mengatasi keterbatasan pada metode traditional costing maka dikembangkan sistem
biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Activity Based Costing, yang didasari oleh
asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Dengan
demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya adalah aktivitas yang dilakukan untuk
membuat suatu produk, bukan produk itu sendiri. Maka dengan metode Activity Based
Costing pembebanan biaya tidak selalu dianggap proporsional terhadap volume produk,
melainkan proporsional terhadap pengkonsumsian sumberdaya oleh aktivitas-aktivitas yang
dilakukan dalam membuat produk tersebut.

10
Activity Based Management merupakan pendekatan yang terintegrasi yang
memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dan meningkatkan laba
perusahaan melalau penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari Activity Based System, dimana antara ABM dan
ABC saling berkaitan satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Andriana. 2010. Biaya Berbasis Aktivitas (Activity Based Costing).


http://andrianaakuntan.blogspot.com

Boer, K. 2013. Activity Based Costing (ABC) & Activity Based Management
(ABM). http://kingboer99.blogspot.co.id

Dewi, S.P., dan Kristanto S.B. 2015. Akuntansi Biaya. Jakarta : In Media

Lawrentis, Lisa. 2014. Activity Based Costing. http://akuntansiterapan.com

Pramana, Alam. 2014. Metode Activity Based Costing.


http://manajemenhouse.blogspot.com

Prasetyo, W.A. 2011. Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas.


http://tukangblog.blogspot.com

Sugeng. 2014. Biaya Berdasarkan Aktivitas. http://kepinginlagi.blogspot.com

11
12

Anda mungkin juga menyukai