Anda di halaman 1dari 57

1

LAPORAN TUGAS ESSAY


MINGGU KE-4 BLOK 6.2

NAMA : INGGIT AULIA NAHDIYIN


NPM : 117170032
BLOK : 6.2 / SEMESTER VI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UGJ
2020
2

BIDANG KULIAH : ILMU KEDOKTERAN KEJIWAAN

DOSEN PENGAMPU : DR. KENNISA TRIPATRIA, SP.KJ

MATA KULIAH : KULIAH KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

JADWAL WAKTU : SELASA, 02 JUNI 2020 PUKUL 08.00-10.00 WIB.

KULIAH KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

Kegawatdaruratan psikiatri merupakan keadaan ketika dimana ditandai oleh


adanya gangguan pada pikiran perasaan dan perilaku seseorang yang memerlukan
perhatian dan intervensi terapeutik segera. Kondisi yang berhubungan dengan
keadaan ketika gaduh gelisah atau agitasi, agresif, perilaku kekerasan dan percobaan
bunuh diri pada masa kanak kanak dan remaja.

Klasifikasi Kegawatdaruratan Psikiatri

• Agitasi: perilaku patologis yang ditandai adanya peningkatan aktivitas verbal atau
motorik yang tak bertujuan.

• Agresif: dapat berbentuk agresi verbal atau fisik terhadap benda atau seseorang
lain

• Kekerasan : bentuk agresi fisik oleh seseorang yang bertujuan melukai orang lain.

• Percobaan bunuh diri: segala bentuk tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk dengan segera mengakhiri kehidupannya.

Penatalaksanaan Umum Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gaduh Gelisah

- Tanda dan Gejala :


1. Aktivitas motoric yang berlebihan dan tidak sesuai dan tidak bertujuan
2. Menyerang
3. Kontrol impuls buruk
4. Merusak lingkungan
3

5. Ketakutan dana tau anxietas yang berat.

Identifikasi Etiologi ;

1. Kondisi organic, pengunaan zat psikoaktif dan minuman keras alcohol


2. Kondisi mental, kondisi dalam dirinya sendiri ada atau tidaknya gangguan
jiwa

Kaji riwayat penyakit dan riwayat pengobatan medis dan psikiatrik


sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik

a. Riwayat penyakit medik

Pemeriksaan fisik terutama kesadaran dan tanda vital serta pemeriksan


neurologis.

b. Riwayat penggunaan obat-obatan

Pemeriksaan fisik terutama penggunaan obat terlarang atau zat psikoaktif.

c. Riwayat penyakit psikiatrik

Pemeriksaan status mental dan riwayat psiko sosial.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah perifer lengkap


b. Pemeriksaan urinalisis lengkap
c. Pemeriksaan elektrolit
d. Pemeriksaan gula darah
e. Pemeriksaan fungsi hati
f. Pemeriksaan fungsi ginjal
g. Pemeriksaan radiologi
h. Pemeriksaan EKG terutama padapasien berusia d atas 40 tahun.
4

Manajemen Penatalaksanaan :

1. Lakukan prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan psikiatri

2. Medikasi oral

- Haloperidol 2x2,5 mg atau 2x5 mg atau lebih

- Diazepam tablet 2-5 mg

- Lorazepam 1–2 mg

- Usia 6-18 tahun  haloperidol 2x0,5-2,5 mg.

3. - Injeksi tunggal Haloperidol 2,5-10 mg (I.M.) dapat diulang setiap 30 menit,


dosis maksimal 30 mg

- Diazepam injeksi 10 mg dapat diulang setiap 30 menit, dosis maksimal 20


mg

4. Restrain

5. Observasi pasien setiap 15-30 menit sekali, catat adanya peningkatan atau
penurunan perilaku (terkait dengan perilaku, verbal, emosi, dan fisik)

Penatalaksanaan pasien gaduh gelisah secara umum :


5

PERCOBAAN BUNUH DIRI

Percobaan bunuh diri merupakan tindakan merusak diri sendiri dengan


maksud mengakhiri hidupnya dengan melakukan berbagai macam hal agar mencoba
bunuh diri.

1. Lakukan wawancara untuk mengkaji kemungkinan penyebab:

- Penyakit fisik
- Riwayat gangguan jiwa dan komorbiditas gangguan jiwa

2. Lakukan wawancara untuk mengkaji faktor risiko dan faktor protektif.

HAL YANG MENDORONG MELAKUKAN TINDAKAN BUNUH DIRI

1. Penyakit fisik
2. Gangguan mental
6

3. Depresi
4. Psikotik
5. Gangguan mental organic
6. Gangguan kepribadian
7. Penyalahgunaan zat adiktif.

PENATALAKSANAAN UMUM

A. Hospitalisasi

Lakukan manajemen penatalaksanaan dengan perawatan di rumah sakit rujukan.

B. Psikofarmaka

Lakukan pemberian psikofarmaka penggunaan obat sesuai dengan gejala pasiennya

C. Depresi – obat anti depresan.

PSIKOSA ORGANIK

Perhatikan !

1. Tanda tanda vital abnormal


2. Gejala gejala berjalan cepat tanpa pro dormal
3. Halusinasi obat
4. Kesadaran menurun
5. Disorientasi

DELIRIUM

Delirium meruapakan suatu syndrome melainkan bukan penyakit atau


gangguan, delirium merupakan kegawatdaruratan medis dan didasari oleh penyakit
7

fisik akut. Multifactorial, terdapat faktor predisposisi dan presipitasi. Sinonim


delirium adalah ACS atau acute confusional state.

Penilaian :

1. Perubahan mendadak dalam fungsi fisik, kognitif, persepsi, dan perilaku


sosial

2. Pemeriksaan fisik (status generalis, status neurologis)

3. Pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit, kimia darah,
urinalisis, EKG, dan foto toraks untuk menyingkirkan faktor presipitasi
delirium.

Penatalaksanaan :

1. Atasi kondisi medis yang diduga mencetuskan awal mula delirium pada
pasien.
2. Obat antipsikotik dosis rendah yakni haloperidol 0,5 mg p.o
3. Agitasi berat berikan injeksi haloperidol 2,5 mg IM dan dapat diulang setelah
30 menit. Dose maksimal dewasa 10 mg per hari.
4. Rujuk ke RS umum dengan ICU jika diperlukan untuk penanganan lebih
lanjut.

PANIK ATTACK

Panic merupakan serangan ansietas yang kuat ekstrim dan akut yang ditandai
dengan adanya keluhan jantung berdebar dan sesak nafas berlebih pada panic attack
ini. Ansietas atau cemas merupakan suatu keadaan cemas, gelisah, tidak menentu dan
kebingungan akan terjadi yang tidak pasti pada dirinya atau pada suatu hal masa
depan.

Penatalaksanaan Panik Attack :

- Obat ansiolitik
8

1. Diazepam 2-10mg p.o


2. Alprazolam 0,5-2mg p.o
- Suntikan
1. Diazepam 10-20 mg IM/IV
- Untuk deperesi, berikan anti depresan.

PSIKOTIK

Ketika pasien dating dengan keluhan agitasi psikomotor yang progressif,


agresivitas verbal, dan agresivitas fisik , perilaku kekerasan atau violence.

Pemeriksaan Penunjang :

 Lakukan pemeriksaan fisik dan penunjang sesuai pemeriksaan


kegawatdaruratan psikiatrik pada pasien gaduh gelisah

 Singkirkan kemungkinan penyebab organik dan penyalahgunaan napza.

BIDANG KULIAH : ILMU PSIKOLOGI

DOSEN PENGAMPU : DUDDY FACHRUDIN FITRIA, S.PSI, M.PSI

MATA KULIAH : KULIAH GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU

JADWAL WAKTU : SELASA, 02 JUNI 2020 PUKUL 10.00-12.00 WIB.

KULIAH GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU MASA ANAK REMAJA


9

Hadits Shahih Al- Bukhari meriwayatkan :

“Ya Allah, jadikanlah pada hatiku cahaya dan pada penglihatanku cahaya, dan
pada pendengaranku cahaya, dan di kanan ku cahaya, dan di kiri ku cahaya, dan di
atas ku cahaya, dan di bawah ku cahaya, dan di depan ku cahaya, dan di belakang
ku cahaya, dan jadikan untukku cahaya.”

Bismillahirrohmanirrohim, code of conduct dalam materi life span development


adolescent ini menjadi 3 klasifikasi penting harus kita pegang teguh dengan baik baik
yakni hal mengenai :

1. Attending
Mindfull adanya rasa perhatian terhadap sesuatu hal yang akan dipilih dan
dijalani digunakan selama perkuliahan dan selama kehidupan kita.
2. Niatkan diri untuk menjadi dokter terbaik.
3. Be happy
InsyaAllah, niatkan dalam diri bahwa menuntut ilmu itu adalah ibadah ke
Allah
Senantiasa selalu bahagia dan bersyukur atas semua nikmat yang kita terima
saat ini. Kuncinya bahagia, ada serotonin dan dopamine dan endorphin yang
cukup. Untuk melepaskan hormone kebahagiaan tersebut salah satunya kita
mencintai ilmu yang kita pelajari dari dosen, dari pasien, dari rekan rekan kita
selama kuliah di fakultas kedokteran.

MENU PEMBELAJARAN GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU :

1. Fenomena tantrum
2. Klasifikasi gangguan emosi dan perilaku pada anak dan remaja
3. Intervensi psikologi.

1. FENOMENA TANTRUM :
10

1. Berteriak
2. Memukul
3. Menendang
4. Menggigit
5. Menahan napas
6. Berbaring di lantai

Tantrum merupakan keadaan ketika masa kanak kanak dengan awal mula tantrum
rentang usia 1 sampai 6 tahun. Menurut Erick Erickson, masa tantrum pada usia 1
sampai 3 tahun dengan melalui stage anal atau masa memegang dan melepas, dimana
anak mulai belajar toilet training salah satunya anak tersebut belajar untuk bisa buang
air besar secara mandiri, dan autonomy vs shame and doubt. Masa tantrum pada usia
3 sampai 6 tahun dengan melalui stage phallic dan initiative vs guilty. Dikatakan 0
sampai 2 tahun itu ante tartum dan usia 2 sampai 4 tahun masa tantrum.

1. Anak usia 1 – 3 tahun

1–3 ANAL AUTONOMY VS SHAME & DOUBT – WILL

Anak dengan usia 1 tahun sampai usia 3 tahun menurut Freud stage termasuk
kedalam stage anal atau saluran pencernaan terakhir anus, saat belajar untuk buang air
besar, saat usia tersebut mungkin dikatakan sangat sulit sekali untuk menahan buang
air besar dan sulit mengatakannya, apabila buang air kecil masih bisa diminimalisir
dan masih menahan untuk buang air kecil, kemudian baru kemudian dia dibantu
untuk membersihkan buang air kecilnya dan buang air besarnya.

Ketika anak usia tersebut bisa mencapai stage tersebut maka anak tersebut
dikatakan berhasil menyesuaikan dengan situasinya, dan belajar ketika tangannya
untuk motoric kasar apabila melempar bola dia apakah kemudian apa namanya fase
nya untuk memegang atau melempar nah anak tersebut belajar untuk melepaskan.

Menurut Erick Erickson stage, anak usia 1 – 3 tahun ini anak itu belajar dan
mulai eksplorasi dan mereka mengeksplore apa yang dia sukai mengulang ulang
11

mainan yang disukai dan merangsang system indera nya system penciumannya
apabila dia suka maka dia menyukai dia termasuk ke dalam stage autonomy ketika
anak tersebut mengatakan aku tidak suka makanan itu maka anak tersebut
mengatakan aku tidak suka, misalkan “gamau mama..” kemudian anak tersebut tetap
intinya sama belajar untuk pengendalian atau kontrol, maka orang tua atau anak
ketika hal tersebut perlu untuk mencapai target untuk toilet training untuk
mengajarkan phb perilaku hidup bersih, apabila berhasil maka dia mandiri, apabila
tidak berhasil maka dia tidak bisa melakukan stage anal tersebut di masa anak
selanjutnya kemudian.

Biasanya anak anak ini dalam fase tantrum oa oa teriak atau menangis, maka
gapapa orang tua coba memahami anak tersebut, sehingga kemudian sulit untuk
meneruskan letting go. Maka pada fase ini anak harus mulai mencapai shame atau
memegang dan doubt atau melepas. Dan anak tersebut belajar untuk autonomy atau
memahami kondisi yang diterima kepada dirinya. Ketika anak tersebut sudah bisa
memeluk, mencium kedua orang tuanya dan keluarga sekitarnya.

Apabila fase ini terlambat dan atau terhambat maka fase ini akan
mempengaruhi fase fase selanjutnya kepada anak tersebut menjadi pemalu dan tidak
berani, karena pada usia 1-3 tahun ini stage anal tersebut tidak mencapai dengan
maksimal dan berhasil. Shame pada anak ini juga merasa anak tersebut ketika tidak
merasa baik di mata orang tuanya. Dan mulai anak tersebut membanding bandingkan
dirinya dengan orang lain atau bahkan adiknya sendiri. Maka pada fase ini dalam
tahapan perkembangan ini harus menghasilkan atau akan, akan melakukan sesuatu
yang baru dan melakukan hal menakjubkan baru lainnya.

2. Anak usia 3 – 6 tahun

3–6 PHALLIC INITIATIVE VS GUILT

Anak dengan usia 3 tahun – 6 tahun menurut Freud stage termasuk ke dalam
stage phallic, dan menurut Erick Erickson stage termasuk kedalam stage initiative vs
guilt, sehingga akan menghasilkan tahapan perkembangan untuk purpose atau pujian.
12

Pada usia anak ini menurut freud misalkan ketika seorang anak melalui masa
kecemburuan saat hidupnya didepan orang tuanya dan mulai eksplorasi tentang
genital. Anak pada fase ini misalkan anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya, dan
ibunya pun merasa lebih mencintai anak laki-lakinya dibandingkan dengan suaminya
sendiri.

Ketika anak pada fase ini misalkan anak perempuan lebih dekat dengan
ayahnya, dan ayahnya pun merasa lebih mencintai anak perempuannya sendiri
dibandingkan dengan istrinya ini. Jadi anak mulai mengembangkan initiative atau
inisiatif untuk mulai berfikir lebih jauh dan mulai merencanakan lebih, jadi kalo
misalkan dia mencapai sesuatu kadang untuk mengambil bola jaraknya 10 meter
maka dia sudah merencanakan bahwa dia harus berjalan sejauh itu.

Maka pada fase ini dilakukan tahapan perkembangan motoric kasar dan
motoric halus serta sensoriknya. Dan apabila pada fase ini gagal atau tidak berhasil,
maka anak tersebut berfikiran timbul rasa bersalah dan gagal akan dirinya sendiri. Hal
yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anak ini, orang tua harus sangat
kooperatif dan harus selalu menemani anaknya tersebut sebisa mungkin dikatakan
attachment. Biasanya di usia anak ini dikatakan karir usia orang tua sedang menanjak
atau sukses atau sedang sibuk sibuknya sehingga waktu dengan anak nya berkurang
sehingga harus dekat.

2. KLASIFIKASI GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU ANAK REMAJA :

- ICD 10 & 11
- PPDGJ
- DSM [ IV & V ]

RETARDASI MENTAL F7.0-F7.9

Retardasi mental keterkaitan dengan intelektualitas kecerdasan dengan IQ


dibawah 90 maka dikatakan retardasi mental, dengan 3 klasifikasi yakni retardasi
ringan, retardasi sedang dan retardasi berat.
13

GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS F80-F89

Gangguan perkembangan psikologis pada masa kanak dan remaja termasuk


kedalam gangguan belajar, terkait dengan disleksia gejala tanda tidak bisa
membedakan huruf abjad b dan p, misalkan film terkenal amir khan india, contoh lain
autism terkadang anak autism memiliki kelebihan kecerdasan sesuatu lain dan
sperger.

GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL F90-F98

- Deficit atensi : ADHD, ADD


ADHD / attention deficit hyperactivity disorder merupakan keadaan ketika
gangguan mental menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian,
sehingga akan memberikan efek kepada anak tersebut seperti penurunan prestasi
di sekolah.
- Kecemasan : Separation, Social anxiety, Panic attack
Kecemasan atau anxiety merupakan keadaan ketika seseorang mengalami sikap
atau perilaku terlalu cemas berlebih mengenai suatu hal dirinya sendiri atau lain.
- Tingkah laku : CD, ODD
- Depresi
- Sibling rivality
- Eating disorder, dan terakhir adiksi game, narkoba, pornografi.

3. INTERVENSI PSIKOLOGI

a) Behavior therapy
b) Cognitive behavior therapy
c) Play therapy
d) Family therapy dan mindfulness.

BIDANG KULIAH : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU : DR. SHOFA NUR FAUZAH, M.KM


14

MATA KULIAH : PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT SEKOLAH

JADWAL WAKTU : SELASA, 02 JUNI 2020 PUKUL 10.00-12.00 WIB.

PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT SEKOLAH

Menurut WHO World Health Organization, negara Indonesia menempati


peringkat ketiga negara yang memiliki tempat sanitasi terburuk atau tidak layah pada
tahun 2017 dan sementara peringkat pertama ditempati oleh negara India dan
peringkat kedua oleh negara China tiongkok. Pemerintah Indonesia selanjutnya
melanjutkan program peningkatan kesehatan ini sesuai dengan arah SDGs
Sustainable Development Goals yang merupakan lanjutan dari program negara
MDGs. Tujuan SDGs memiliki 17 pilar dengan tujuan ke 6 yakni menjamin
ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan untuk semua.

LATAR BELAKANG

WHO (2015) yang dirilis dalam website UNICEF (2017) terdapat lebih dari
50 juta orang Indonesia belum menggunakan toilet sebagai sarana sanitasinya. sekitar
9 juta anak Indo-nesia mengalami stunting. Peluang terjadinya stunting 1,4 kali lebih
besar akibat sanitasi yang buruk.

Dalam rangka menuju negara Indonesia Sehat 2030 sesuai SDGs pada tahun
2016 dicanangkan program gerakan masyrakat hidup bersih dan sehat atau Germas.
Tujuan Germas merupakan memsyaratkan budaya hidup sehat serta meninggalkan
kebiasaan dan perilaku yang kurang sehat.
15

PHBS

Perilaku hidup bersih sehat merupakan perilaku suatu tindakan yang


dilakukan oleh seseorang secara terus menerus dan berkelanjutan dalam kurun waktu
tertentu atau periode tertentu yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan budaya
dan aspek lingkungan. Hidup bersih dan sehat adalah hidup dengan prinsip
kebersihan kesehatan.

PHBS di sekolah menurut Kementerian Kesehatan tahun 2007, merupakan


upaya untuk memperdayakan siswa, guru dan masyrakat lingkungan sekolah agar
tahu mau dan mampu mempraktikan PHBS dan berperan aktif untuk mewujudkan
sekolah.

Tujuan PHBS di Sekolah :

1) Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan


masyarakat lingkungan sekolah.
2) Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah untuk ber-PHBS di sekolah.
16

3) Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber-PHBS.

Manfaat PHBS di Sekolah :

Manfaat bagi siswa:

1) Meningkatkan kesehatan dan tidak mudah sakit


2) Meningkatkan semangat belajar
3) Meningkatkan produktivitas belajar
4) Menurunkan angka absensi karena sakit

Manfaat bagi warga sekolah:

1) Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif pencapaian target.


2) Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
3) Meningkatnya citra sekolah yang positif

Manfaat bagi sekolah:

1) Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah


2) Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah.

INDIKATOR PHBS di SEKOLAH

1. Memelihara rambut agar bersih dan rapi

Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapi. Rambut
bersih merupakan rambut yang tidak kusam, tidak bau dan tidak ada kutu nya.

2. Memakai pakaian bersih dan rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapi. Pakaian
yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan
disetrika.
3. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih
17

Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan


membersihkannya sehingga tidak tercipta kuku hitam atau kuku kotor pada
anak anak sekolah itu.
• Memotong kuku sebanyak 80% dari jumlah siswa dan guru yang ada
• Kesehatan, Estetika dan Agama.
4. Memakai sepatu bersih dan rapih
Memakai sepatu bersih dan tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih
missal ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh dan tak
kotor.
5. Berolahraga teratur dan terukur
Melakukan olahraga atau aktifitas fisik secara teratur minimal 3x seminggu
ya. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik dan mental dan tubuh
sehat.
6. Tidak merokok di sekolah
Anak sekolah atau guru atau masyrakat sekolah tidak merokok berbahaya di
lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan dan perokok berada
di sekitar perokok juga berbahaya bagi anak anak disekolah atau
lingkungannyaa.
• 12,77% perokok merokok di usia sd
• Ada 4.000 racun dalam sebatang rokok
• Nikotin penyebab kecanduan
7. Tidak menggunakan napza
Anak sekolah atau guru atau masyrakat tidak menggunakan napza narkotika
psikotropika dan zat adiktif. Penggunaan napza membahayakan kesehatan
fisik.
8. Memberantas jentik nyamuk
Uoaya memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah dibuktikan dengan
tidak menemukan jentik nyamuk pada tempat penampungan air, bak mandi,
gentong, air, vas bunga atau barang barang yang bisa ada airnya di
sekolahann.
18

Upaya memberantas jentik nyamuk 3M :


1. Menguras
2. Menutup
3. Mengubur
9. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil atau bab dapat
menjaga lingkungan sekitar sekolah menjadi bersih sehat tidak berbau
sekolah.
• Jumlah wc untuk laki-laki 1:40
• Untuk anak perempuan 1:25
-

10. Menggunakan air bersih

Anak sekolah atau guru atau masyrakat sekolah menggunakan air bersih untuk
kebutuhan air sekolah sehari hari di lingkungan sekolah untuk anak anak guru
sekolah. Peraturan Presiden nomor 185 tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan
Air Minum dan sanitasi sebagai upaya untuk mencapai akses universal pada akhir
tahun 2019. Studi WHO pada 2007 menunjukkan jika setiap anggota keluarga dalam
suatu komunitas melakukan 5 pilar STBM akan dapat menurunkan angka kejadian
diare sebesar 94%.

11. Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun

Selalu mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air kecil atau bab
sesudah beraktifitas dan setiap kali tangan kotor memakai sabun untuk mencuci
tangan.

12. Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah

Anak sekolah atau guru atau masyarakat sekolah membuang sampah ke


tempat sampah yang sudah disediakan. Diharapkan tersedia tempat sampah organic
anorganik.
19

Cara mengatasi masalah sampah adalah dengan 3 kerja :

1. Reduce – kurangi
2. Reuse – pakai lagi
3. Recycle – daur ulang

13. Mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah

Anak sekolah atau guru atau masyarakat sekolah harus mengkonsumsi jajanan
sehat dari kantin sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah untuk makan di
sekolahan.

14. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

Anak sekolah atau guru atau masyrakat harus siswa ditimbang berat badan
dan diukur tinggi badan setiap bulannya agar diketahui tingkat pertumbuhan
perkembangannya selama masa di sekolahan setiap bulan secara rutin terus menerus.

Masalah kesehatan yang dapat timbul jika tidak menerapkan PHBS

Akan terjadi rentan terhadap penularan berbagai jenis penyakit, misalnya jika tidak
mencuci tangan memakai sabun sesudah atau sebelum melakukan sesuatu akan
menyebabkan diare karena belum tentu tangan kita bersih dari bakteri atau kuman.
Maka dari itu salah satu indikator terciptanya PHBS yang baik adalah mencuci tangan
menggunakan sabun. Selain itu penyakit diare bisa disebabkan karena bakteri dari
kuku yang tidak dipotong rapi serta jajanan kantin sekolah yang tidak higienis dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani. Kemudian pada
kamar mandi sekolah yang tidak dibersihkan atau dikuras serta genangan air hujan
yang menggenang dapat menjadi sarang dari perkembang biakan jentik nyamuk yang
berakibat pada penyakit demam berdarah. Itulah mengapa pentingnya menerapkan
PHBS di lingkungan sekolah agar seluruh guru, siswa maupun lingkungan sekolah
terhindar dari kerentanan penularan penyakit, maka dari itu mencegah lebih baik
20

daripada mengobati agar terciptanya derajat kesehatan yang memadai di lingkungan


sekolah.

Penatalaksanaan masalah kesehatan PHBS anak di sekolah

Tatalaksana PHBS dapat dilakukan melalui pembinaan pada tiga kelompok


sasaran yaitu primer, sekunder dan tersier. Sasaran primer ditujukan pada siswa dan
diharapkan untuk mengetahui serta mengimplementasikan PHBS. Sasaran sekunder
adalah para guru yang menjadi panutan bagi setiap siswa di lingkungan sekolah,
sedangkan sasaran tersier adalah orang yang mempunyai wewenang dalam
mengambil keputusan formal seperti komite sekolah, kepala desa, dinas pendidikan
setempat dan puskesmas yang dapat mendukung terlaksananya program PHBS.
Terlaksananya program ini dapat dilakukan dengan kegiatan promosi kesehatan/
penyuluhan mengenai PHBS disekolah yang melibatkan seluruh lingkungan sekolah,
selain itu puskesmas juga berperan dalam memberikan layanan primer. Kemudian
dalam mengoptimalkan pelaksanaan PHBS, sekolah harus memiliki UKS (Unit
kesehatan sekolah) yang harus dilengkapi alat yang berhubungan dengan kesehatan
seperti kotak P3K dan sebagainya.

BIDANG KULIAH : ILMU KESEHATAN MASYRAKAT

DOSEN PENGAMPU : DR. JUNNY SETYAWATI, M.KM

MATA KULIAH : KULIAH KESEHATAN MENTAL REMAJA

JADWAL WAKTU : SELASA, 02 JUNI 2020 PUKUL 10.00-12.00 WIB.

KULIAH KESEHATAN MENTAL REMAJA

Remaja atau menurut istilah latin yakni adolescent berarti tumbuh untuk
menjadi matang. Merupakan fase peralihan dari anak-anak ke dewasa. Fase topan
badai menuju untuk remaja dan lingkungannya. Fase pencarian jati diri dan idealism.
Fase pembentukan mental yang akan mempengaruhi pandangan hidup menjadi fase
dewasa.
21

• WHO : 10-19 tahun  acuan puskesmas.

• Mappiare : 12-21 tahun bagi perempuan dan 13-22 tahun bagi laki-laki

• Remaja awal 12/13 tahun – 17/18 tahun

• Remaja akhir 17/18 tahun – 21/22 tahun

TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA :

1. Perkembangan fisik yakni fase kematangan sebagai orang dewasa.


2. Perkembangan sosial
3. Perkembangan moral
4. Perkembangan seksual
5. Perkembangan intelegensi
6. Perkembangan emosi
7. Pembentukan konsep diri.

PERKEMBANGAN SOSIAL :

• Bergaul

• Kelompok sebaya

• Bersahabat

• Memilih nlai-nilai sosial

• Ketertarikan pada lawan jenis

• Cenderung memilih karir tertentu

• Sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap orang
lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik seperti memperhatikan diri.

• Cenderung merasa unik dan akan berakhir sukses dan terkenal.

• Sangat mampu.
22

• Impulsif

PERKEMBANGAN MORAL :

• Pandangan moral makin abstrak

• Keyakinan moral lebih terpusat pada benar dan kurang pada apa yang salah.

• Penilaian moral menjadi semakin kognitif

• Penilaian moral menjadi kurang egosentris

• Penilaian menjadi lebih maha secara psikologis (ketegangan emosi)

TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL :

1. Pra konvensional

Mengemal benar salah, baik buruk, namun ditafsirkan dari segi akibat fisik atau
kenikmatan perbuatan.

2. Konvensional

Konformitas, loyalitas, penyesuaian diri terhadap masyarakat lingkungan sekitar.

3. Pasca konvensional

Terlepas dari konformitas, loyalitas, penyesuaian diri terhadap masyarakat sekitar.


Makin tinggi tingkat penalaran, makin tinggi pula tingkat moral seseorang hal itu.

PERKEMBANGAN SEKSUAL

• Meredakan ketegangan seksual : masturbasi, petting, hubungan seksual.

• Orientasi seksual : orang yang dicederunginya.

• Banyak risiko dalam perkembangan seksual yang memerlukan pendekatan


secara intensif.
23

PERKEMBANGAN INTELEGENSI

• Fase remaja masuk dalam periode ke-4 : masa formalsudah mampu


berpikir abstrak dan hipotesis, bisa memperkirakan apa erjadi dan membuat
kesimpulan.

• Patut diberikan akses informasi yang luas dan aman, dilatih, diskusi,
berkegiatan.

PERKEMBANGAN EMOSI

 Penyesuaian diri terhadap dirinya dan lingkungannya.


 Seringkali menimbulkan ketegangan.

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI

Pada akhir masa remaja merupakan remaja harus sudah merasa oleh karena
dengan dirinya sendiri kemudian lebihan dan kekurangan diri, falsafah hidupnya
dan cita – citanya akan masa depannya di masa yang akan dating.

UNTUK MENCAPAI KEMATANGAN PRIBADI :

1. Faktor individu
2. Faktor pola asuh
3. Faktor lingkungan

Faktor Individu :

• Genetik : disabilitas

• Keterampilan sosial : menghadapi stres, ketidakmampuan menangani rasa


marah, perilaku kekerasan sebagai perilaku yang dapat diterima.

Faktor Pola Asuh :


24

• Orang tua tidak paham mengasuh, dan perceraian orang tua terhadap pola
asuh.

• Pola asuh harus dipelajari terus karena zaman berubah, bersaing dg teknologi.

Faktor Lingkungan :

• Hazing

• Napza

• Seks bebas

• Internet

MASALAH AKTUAL KESEHATAN MENTAL REMAJA SAAT INI :

• Perubahan psikoseksual

• Pengaruh teman sebaya

• Perilaku berisiko tinggi

• Kegagalan pembentukan identitas diri

• Gangguan perkembangan moral

• Stres di masa remaja

KEGAGALAN PEMBENTUKKAN IDENTITAS DIRI :

• Erick Erickson : tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri
yang mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta
tujuan hidup yang lebih terarah

• Jhon.Piaget : terjadi tranformasi kognitif yang besar pada remaja menuju cara
berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan.

• Jika gagal : negativismekemarahan, menentang.


25

PENGELOLAAN KESEHATAN JIWA REMAJA DI PUSKESMAS :

1) Deteksi dini secara pasif dan pengelolaan di layanan dalam gedung di poli anak

- deteksi 2 menit

- deteksi dg srq20

- deteksi dg tes depresi

- penerapan mtpkr (manajemen terpadu pelayanan kesehatan remaja)

- pkpr (pelayanan kesehatan peduli remaja).

PEMERIKSAAN CEPAT ADANYA GANGGUAN MENTAL EMOSI


REMAJA

MTPKR – manajemen terpadu pelayanan kesehatan remaja.

Merupakan rujukan praktik untuk melakukan pelayanan konseling, klinis


medis, rujukan dan pemberian informasi komunikasi dan edukasi dan
26

keterampilan sosial pada masa remaja. Buku ini digunakan oleh petugas
kesehatan seperti dokter perawat bidan. Tujuan buku ini untuk kemudahan bagi
petugas kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan peduli remaja secara
sistematis dan efektif terhadap remaja. Sehingga terbentuk pola pikir ideology
dalam menangani masalah kesehatan remaja dan satu keluhan bisa berbagai
etiologi atau multiple reason. Pedoman MTPKR diadopsi adolescent job aid
WHO yang disesuaikan dengan kondisi atau masalah kesehatan remaja serta
kebijakan dan protocol berlaku di Indonesia. Panduan skrining HEEDSSS,
panduan anamnesis, pf, klasifikasi, tatalaksana dan pemantauan atau rujukan
masalah kesehatan remaja.

PENILAIAN AWAL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN


HEEADSS

1. Home
2. Education
3. Eating
4. Activity
5. Drugs
6. Sexuality
7. Safety
8. Suicide atau Depresi.

KUISIONER CRAFFT

Dengan menggunakan alat skrining penyalahgunaan zat pada remaja dalam


bentuk kuisioner seperti CRAFFT screening test merupakan alat test cukup
sederhana dan relevan dapat untuk mengenali resiko terjadinya penyalahgunaan
zat atau obat.

• C:Apakah pernah berkendaraan (car) dengan atau tanpa seseorang dalam


keadaan mabuk atau setelah memakai obat-obatan?
27

• R: Apakah minum alkohol atau memakai obat untuk relaks, merasa lebih
baik?

• A: Apakah pernah minum alkohol atau memakai obat saat sendirian (alone)?

• F: Apakah anda pernah melupakan (forget) hal-hal yg telah anda lakukan


selama selama menggunakan alkohol atau obat-obatan?

• F: Apakah keluarga atau teman (friend) anda pernah mengatakan kepada anda
untuk menghentikan kebiasaan minum-minum atau penggunaan obat-obatan?

• T: Apakah terlibat masalah (trouble) akibat minum alkohol atau memakai


obat?

Bila didapatkan dua atau lebih jawaban ya, maka remaja mempunyai masalah
yang serius dalam penyalahgunaan zat. Tidak ada metode pencegahan yang
sempurma dan dapat diterapkan untuk seluruh populasi. Populasi yang berbeda
memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode
pencegahan adalah sebagai berikut :

1. Pencegahan universal

Ditujukan untuk populasi umum baik keluarga orangtua maupun anak keluarga
tsb.

2. Pencegahan selektif

Ditujukan bagi keluarga dan anak resiko tinggi. Resiko demografis, biologis,
psiko.

3. Pencegahan terindikasi

PERAN ORANG TUA DALAM KESEHATAN MENTAL REMAJA :

1. Menanamkan pola asuh baik pada anak sejak prenatal dan blita hingga dewasa
2. Membekali anak dengan dasar moral dan agama
28

3. Mengerti komunikasi yang baik dan elektif antara orangtua dan anak keluarga.
4. Menjalin kerjasama yang baik dengan guru dan anak baik di sekolah.
5. Menjadi tokoh panutan dalam perilaku maupun menjaga lingkungan yang
sehat
6. Menerapkan disiplin konsisten pada anak dan hindarkan anak dari napza.

PERAN GURU DALAM KESEHATAN MENTAL REMAJA :

1) Bersahabat dengan siswa

2) Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman

3) Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri ke ekstrakurikuler

4) Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga

5) Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP

6) Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas

7) Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain

8) Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempa

9) Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah

10) Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara


sehat adalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial

11) Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA.

PERAN PEMERINTAH DALAM KESEHATAN MENTAL REMAJA :

• Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti


29

• Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak


melalui olahraga dan bermain

• Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas

• Memberikan keteladanan

• Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya.

• Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan.

PERAN MEDIA DALAM KESEHATAN MENTAL REMAJA :

• Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia).

• Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif).

• Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas
ybiaya khusus untuk remaja.

Saat ini masih sedikit klinik khusus kesehatan remaja, sehingga para remaja
yang memiliki masalah psikososial diperiksakan kepada dokter ahli jiwa psiakater
terdekat. Peran Puskesmas yang kini sudah mengakar di masyarakat bisa
dikembangkan untuk mempunyai divisi khusus menangani permasalahan remaja.

PERAN PUSKESMAS DALAM KESEHATAN MENTAL REMAJA :

1. PKPR – pelayanan kesehatan peduli remaja


2. Posyandu remaja
3. Konseling remaja.

BIDANG KULIAH : ILMU KESEHATAN MASYRAKAT

DOSEN PENGAMPU : DR. THYSA THYSMELLIA AFFANDI, M.KM


30

MATA KULIAH : KULIAH GIZI PADA MASA ANAK REMAJA

JADWAL WAKTU : SELASA, 02 JUNI 2020 PUKUL 15.00-17.00 WIB.

Masalah Gangguan Gizi yang terjadi pada Anak dan Remaja

Upaya penanggulangan gangguan gizi pada anak dan remaja di layanan primer

Masalah gizi pada anak dan remaja Indonesia mengalami masalah gizi
ganda, gizi kurang yaitu kurang energy protein (KEP), Anemia Zat Besi, kurang
Vitamin A, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), perawakan pendek
(stunting), dan masalah gizi berlebih atau disebut obesitas, pada tahun 2015-2017
masalah stunting paling banyak dengan gizi buruk.

a) Stunting
Stunting yaitu masalah kurang gizi kronis disebabkan kurangnya gizi
dalam waktu lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
yaitu tinggi badan anak lebih rendah atau pendek kerdil dari standar usia
sebayanya. Pada WHO negara Indonesia yaitu negara ketiga dengan angka
prevalensi stunting tertinggi di Asia pada tahun 2017 dan lumayan menurut
angkanya pada tahun 2018.
Dampak stunting jangka pendek yaitu adanya peningkatan kejadian
kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada
anak tidak optimal, dan peningkatan biaya kesehatan, dampak jangka
panjangnya yaitu postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, meningkatnya
resiko obesitas dan penyakit lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi,
kapasitasnya belajar dan performa yang kurang saat masa sekolah, dan
produktivitas kapasitas kerja yang tidak optimal.
Stunting merupakan masalah yang bisa dapat di cegah, kondisi tubuh anak
seringkali disebut faktor keturunan atau genetik dari kedua orang tuanya,
sehingga masyarakat banyak hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk
mencegahnya.
31

Upaya pencegahan stunting  Stunting salah satu target Sustainable


Development Goals (SDGs) dari PBB termasuk tujuan pembangunan
berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk
malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan, stunting salah
satu program prioritas, dengan target menurunkan angka stunting hingga 40%
pada tahun 2025. Peraturan menteri kesehatan tentang pedoman
penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga, upaya
yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting diantaranya pada ibu
hamil dan bersalin dengan intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan,
uapaya jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu, meningkatkan persalinan
di fasilitas kesehatan, menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi
kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM), deteksi dini penyakit (menular dan
tidak menular), pemberantasan kecacingan, meningkatkan transformasi kartu
menuju sehat (KMS) ke dalam Buku KIA, menyelenggarakan konseling
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif, penyuluhan dan pelayanan
KB, pada balita dengan pamantauan pertumbuhan, menyelenggarakan
kegiatan pemberian makanan tambahan PMT balita, stimulasi dini
perkembangan anak, dan memberi pelayanan kesehatan optimal, pada anak
usia sekolah dengan melakukan revitalisasi usaha kesehatan sekolah (UKS),
menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS, menyelenggarakan Program
Gizi Anak Sekolah (PROGAS), dan berlakukan sekolah sebagai kawasan
bebas rokok dan narkoba, pada remaja dengan meningkatkan penyuluhan
perilaku hidup bersih dan sehat, pola makan gizi seimbang, tidak meroko dan
konsumsi narkoba, pengetahuan kesehatan reproduksi, dan pada dewasa muda
dengan penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).

b) Gizi buruk
Gizi buruk yaitu ada tiga bisa adanya Kwashiorkor yaitu malnutrisi
karena kurangnya protein meski asupan energinya cukup, Marasmus yaitu
kekurangan asupan energi atau kalori semua bentuk makronutrien dari
32

karbohidrat, lemak, dan protein, dan Marasmus-Kwashiorkor yaitu malnutrisi


dari kalori maupun protein dengan penyusutan jaringan yang hebat hingga
hilangnya lemak subkutan dan disertai dehidrasi.
Strategi pembinaan dan penanggulangan masalah gizi masyarakat
1) Meningkatkan gizi masyarakat melalui penyediaan materi KIE dan
kampanye.
2) Memenuhi kebutuhan obat program gizi terutama kapsul vitamin A, tablet
Fe, mineral mix melalui optimalisasi sumber daya pusat dan daerah.
3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemantauan
pertumbuhan, konseling menyusui dan MPASI, tatalaksana gizi buruk,
surveilans dan program gizi lainnya.
4) Memenuhi kebutuhan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi
balita menderita gizi kurang atau kurus dan ibu hamil keluarga miskin
KEK
5) Pelayanan gizi pd ibu hamil berupa pemberian tablet Fe dan screening ibu
hamil KEK diintegrasikan dg pelayanan kesehatan ibu (ANC).
6) Melaksanakan surveilans gizi di seluruh kabupaten atau kota, surveilans
sentinel dan surveilans gizi darurat
7) Menguatkan kerjasama dan kemitraan dengan lintas program dan sektor,
organisasi profesi dan LSM
8) Menyusun norma, standar, prosedur dan kinerja (NSPK) gizi.
c) Obesitas
Gizi lebih dan obesitas pada anak – remaja ditegakkan berdasarkan
anamnesia, pemeriksaan fisik dan antropometri, deteksi dini komorbiditas
yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang terkait seperti dari
pemeriksaan laboratorium, pencitraan, ekokardiografi, dan respirometri
dengan indikasi.
Penyebab obesitas yaitu ketidak seimbangan antara asupan energi dengan
keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan
dalam bentuk jaringan lemak, asupan energi tinggi disebabkan konsumsi
33

makanan yang berlebihan sedangkan keluarkan energi rendahnya metabolisme


tubuh, aktivitas fisik, dan efek termogenesis makanan yang ditentukan dari
komposisi makanan, lemak memberikan efek termogenesis lebih rendah.
Prinsip terapi gizi lebih dan obesitas dengan menerapkan pola makan yang
benar, aktivitas fisik yang benar, modifikasi perilaku orangtua sebagai
panutan, konseling gizi, farmakoterapi dan terapi bedah hanya pada anak dan
remaja obesitas yang mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan
respons pada terapi konvensional, lalu diet sangat rendah kalori (600-800
kalori/hari) tidak boleh diterapkan pada anak dan remaja obesitas karena
beresiko menyebabkan pembentukan batu empedu, hiperurisemia,
hipoproteinemia, hipotensi ortostatik, halitosis, dan diare. Pencegahan gizi
lebih dan obesitas dengan pencegahan primer menerapkan pola makan dan
aktivitas fisik yang benar sejak bayi, pencegahan sekunder mendeteksi early
adiposity rebound, dan pencegahan tersier mencegah terjadinya komorbiditas.
d) Anemia pada remaja
Remaja perempuan mempunyai faktor resiko yang lebih tinggi terkena
anemia dari pada remaja laki-laki karena setiap bulan pada remaja perempuan
mengalami haid. Tingkat pengetahuan gizi yang rendah atau kurang pemilihan
makanan yang dikonsumsi, pola konsumsi makanan seringkali karena
menjaga penampilan remaja perempuan keinginan untuk tetap langsing atau
kurus sehingga diet dan mengurangi makan, dengan diet yang tidak seimbang
dengan kebutuhan zat gizi tubuh, faktor dari sosial ekonomi baik dari
kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi, infeksi penyakit sehingga
resiko anemia, aktivitas fisik, dan pola menstruasi.

Dampak anemia pada remaja menurunnya kemampuan motorik, kognitif &


mental anak, menurunnya produktifitas remaja; sulit fokus dalam belajar,
komplikasi kehamilan dan janin pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan dan
imunitas daya tahan tubuh menurun.
34

Penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja dengan pendidikan


atau penyuluhan gizi kepada masyarakat, terutama makanan sumber hewani
(daging sapi, daging ayam, telur, ikan), nabati (bayam, tempe, kacang hijau,
kacang merah), juga makanan yang banyak mengandung vitamin C, dan
vitamin A untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses
pembentukan haemoglobin, Fortifikasi bahan makanan yaitu menambah besi,
asam folat, vitamin A, dan asam amino essensial pada bahan makanan yang
dimakan, dan pemberian tablet Fe/Tablet Tambah Darah (TTD) satu tablet
seminggu sekali setelah makan untuk mengurangi rasa mual dan asam folat
pada remaja perempuan secara rutin untuk meningkatkan kadar hemoglobin
penderita secara cepat dan membantu proses pembentukan haemoglobin bagi
remaja perempuan yang sehat.

BIDANG KULIAH : ILMU KEDOKTERAN ANAK

DOSEN PENGAMPU : DR. IRMAN PERMANA, SP.A, [K] M.KES

MATA KULIAH : TUMBUH PERKEMBANGAN ANAK PART I


35

JADWAL WAKTU : KAMIS, 04 JUNI 2020 PUKUL 06.30-08.30 WIB.

TUMBUH PERKEMBANGAN ANAK PART I

Anak memiliki sesuatu ciri yang khas dan selalu tumbuh dan berkembang
sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja sekitar usia 0-18tahun. Anak
bukanlah dewasa dalam bentuk kecil atau diperkecil. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yang perlu di fahami dengan
baik oleh seorang dokter, untuk mengoptimalkan potensi pikiran kognitif, psikomotor
dan psiko sosial generasi penerus bangsa. Anak selalu mempunyai potensi terbesar
dari diri nya sendiri.

Definisi anak merupakan seseorang yang terbentuk sejak masa konsepsi


sampai akhir masa remaja. Menurut undang – undang no. 23 tahun 2002 anak
merupakan seseorang yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak ayang masih
berada dalam kandungan. Kesehatan ibu dan anak merupakan 2 bagian penting yakni
kualitas hidup anak meningkat dan tumbuh kembang optimal maka akan menciptakan
sumber daya manusia masa depan berkualitas demi pembangunan negara dan
kesejahteraan.

Tumbuh kembang anak terdiri dari 2 kata yakni tumbuh dan kembang,
tumbuh merupakan definisi bertambahnya ukuran jumlah sel dan struktur tubuh dan
kuantitatif. Kembang merupakan suatu definisi bertambahnya kemampuan struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dan bersifat kualitatif. Tumbuh kembang
merupakan anak dapat tumbuh kembang melalui tahapan yang sesuai.

Pertumbuhan :

- Merupakan definisi bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan


interseluler.
- Bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti keseluruhan atau
sebagian
- Bersifat kuantitatif dan dapat diukur denngan satuan berat atau panjang.
36

Perkembangan :

- Merupakan bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh lebih kompleks.


- Bersifat kualitatif
- Pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan anak tersebut.

Tahap tumbuh kembang :

Masa prenatal

- Masa embrio merupakan sejak konsepsi saat usia kehamilan 8 minggu kehamilan.
- Masa fetus terbagi menjadi 2 yakni masa fetus dini usia 9 minggu – trimester 2
intrauterine dan masa fetus lanjut yakni trimester akhir intra uterine mas
kehamilan.
- Masa neonatal saat 0-28 hari
- Masa bayi
Masa bayi dini : 1-12 bulan
Masa bayi akhir : 1 – 2 tahun
- Masa pra sekolah saat usia 2 – 6 tahun
- Masa sekolah atau prapubertas saat perempuan usia 6 – 12 tahun, pria usia 6-
10thn.
- Masa remaja adolescent usia pria 10-18 tahun dan wanita usia 12-20 tahun
remajaa.

Ciri pertumbuhan :

1. Pertumbuhan ukuran
2. Perubahan proporsal
3. Hilangnya sifat lama
4. Tumbuh sifat baru.

Ciri perkembangan :

1. Melibatkan perubahan
37

2. Menentukan perkembangan selanjutnya


3. Mempunyai pola yang tetap
4. Perkembangan yang berurutan dan mempunyai kecepatan yang berbeda.

Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak :

Asuh :

1. Nutrisi adekuat dan seimbang


2. Perawatan kesehatan dasar yakni imunisasi dan pengobatan
3. Pakaian
4. Perumahan
5. Hygine diri dan sanitasi lingkungan
6. Kesegaran jasmani

Asuh :

1. Kasih sayang orang tua


2. Rasa aman
3. Harga diri
4. Kebutuhan akan sukses
5. Mandiri
6. Dorongan
7. Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman
8. Rasa memiliki.

Asah :

1. Stimulasi otak dini


2. Pendidikan ada 4 yakni informal, formal, pendidikan non formal dan
pelatihan.

Faktor mempengaruhi tumbuh kembang anak :

1. Faktor internal :
38

Ras, keluarga, usia, jenis kelamin, genetic, kromosom.


2. Faktor eksternal :
Pra konsepsi, prenatal, persalinan dan pascanatal post partum.

Upaya peningkatan kualitas tumbuh kembang anak :

1. Faktor pranikah
2. Konseling genetic
3. Tidak hamil sebelum usia 18 tahun dan setelah usia 35 tahun
4. Tatalaksana malnutrisi
5. Penyakit kronis dan pemakaian zat zat adiktif
6. Infeksi
7. Imunisasi

Upaya upaya peningkatan kualitas harus dimulai sejak dini, bahkan sejak sebelum
lahir

Faktor prenatal

1. Dilakukan prenatal care teratur, hal yang harus diperhatian dalam kehamilan :
2. Nutrisi ibu hamil
3. Dukungan emosional
4. Mencegah infeksi dalam kehamilan dapat menyebabkan kelainan bawaan
seperti torch, varisela lues, dan hiv.
5. Imunisasi tetanus toksoid untuk mencegah tetanus neonatorum.
6. Mengontrol bila ada kelainan endokrin
7. Menghindari radiasi pada masa organogenesis.

Faktor perinatal

1. Komplikasi persalinan seperti asfiksia berat dan trauma lahir


39

2. Masa kehamilan 28 minggu hingga 7 hari setelah lahir masa penting dalam
proses tumbuh kembang anak.

Faktor pascanatal

1. Program asuhan dini


2. Imunisasi dasar dan anjuran
3. Pemberian vitamin K

MENINGKATKAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG ANAK :

1. Perkembangan otak
2. Perkembangan moral
3. Perkembangan hormone atau neurotransmitter
4. Pencegahan dengan memanfaatkan periode nifas
5. Anak perlu berbagai stimuli
6. Anak perlu bermain
7. Anak perlu kalimat pendek dan jelas
8. Anak perlu belajar berhubungan dengan lingkungan
9. Anak memerlukan kasih sayang
10. Anak perlu makanan bekal
11. Anak perlu perhatian dan kesehatannya.

Cara agar tumbuh kembang anak dapat tercapai optimal :

1. Kontrol teratur kehamilan


2. Pencegahan melalui imunisasi
3. Menjaga kesehatan lingkungan
4. Menjaga asupan gizi
5. Penanganan penyakit
6. Kontrol tumbuh kembang berkala.

Keunikan ciri ciri perumbuhan :


40

1. Masing-masing organ mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda :


a. Pola pertumbuhan umum
b. Pola pertumbuhan organ lymphoid
c. Pola pertumbuhan neural
d. Pola pertumbuhan organ reproduksi

Pemantauan pertumbuhan :

Bentuk umum tubuh kea rah cephal caudal dan perubahan proporsi pada
pertumbuhan.

Berat badan BB :

- Bb lahir 3100-3400gr
- 5 bulan – 2xbbl
- 1tahun – 3xbbl
- 2,5 tahun – 4xbbl
- 5 tahun – 6xbbl
- 10tahun – 10xbbl.

Pemantauan kepala :

Mencerminkan pertumbuhan otak :

1. 1 tahun – 2/3 besar otak dewasa


2. 5 tahun – 4/5 besar otak dewasa
3. 6 tahun – 9/10 besar otak dewasa.

Lingkar kepala :

1. Waktu lahir – 33 sampai 35 cm


2. 1 tahun – 44 – 46 cm [10cm]
3. 2 tahun – 46 – 49 cm [2,5cm]
41

4. 3 tahun – 47 – 50 cm [1,25cm]

Deteksi penyimpangan pertumbuhan terbagi mjd ukuran antropometrik baku


patokan :

Ukuran antropometrik mencakup berbagai hal yakni :

1. Berat badan
2. Panjang atau tingi badan
3. Lingkaran kepala
4. Lingkaran lengan atas

Buku patokan

1. Boston atau Harvard


2. Tanner
3. Penlitian di Indonesia
4. NCHS 1977
5. CDC 2000
6. WHO

Indikator status gizi :

Indeks antropometrik Batasan Indeks status gizi


BB / PB <5% Underweight
>95% Overweight
PB / U < 5% Short stature
LK / U <5% Masalah
>95% perkembangan
42

BIDANG KULIAH : ILMU KEDOKTERAN ANAK

DOSEN PENGAMPU : DR. IRMAN PERMANA, SP.A, [K] M.KES

MATA KULIAH : KELAINAN TUMBUH KEMBANGAN ANAK

JADWAL WAKTU : JUMAT, 05 JUNI 2020 PUKUL 06.30-08.30 WIB.

KELAINAN TUMBUH PERKEMBANGAN ANAK PART II

CIRI – CIRI PERKEMBANGAN PADA MASA ANAK :

1. Melibatkan perubahan selanjutnya


2. Mempunyai pola yang tetap : pola sefalokaudal dan pola proksimodistal.
3. Mempunyai tahap fase yang berurutan
4. Mempunyai kecepatan yang berbeda beda
5. Berkorelasi dengan pertumbuhan dan perkembangan.

TEORI KLASIK TAHAP PERKEMBANGAN PADA MASA ANAK :

AGE FREUD’S ERICKSON GENERAL STAGE

0 – 1 tahun ORAL TRUST VS MISTRUST – HOPE

1–3 ANAL AUTONOMY VS SHAME & DOUBT – WILL

3–6 PHALLIC INITIATIVE VS GUILT – PURPOSE

6 – 11 LATENC INDUSTRY VS INFERIORITY – COMPETENCE


Y
ADOLESCENCE GENITAL IDENTITY VS ROLE CONFUSSION –
43

FIDELITY
YOUNG ADULTHOOD INTIMACY VS ISOLATION – LOVE

ADULTHOOD GENERATIVITY VS SELF ABSORPTION,

OLD AGE EGO INTEGRITY VS DESPAIR – WISDOM

PERKEMBANGAN ANAK menurut klasifikasi terbagi menjadi 2 yakni :

1. Normal - milestones
2. Abnormal - motoric, bahasa, sosial, visual-fine, motor, kognitif, perilaku.

DETEKSI DINI dan INTERVENSI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG

GANGGUAN PROSES TUMBUH KEMBANG :

1. Gangguan paling ringan sampai dengan paling berat


2. Mudah terdeteksi sejak awal
3. Yang sulit terdeteksi
4. Gangguan menetap
5. Gangguan dapat diperbaiki.

Gangguan proses tumbuh kembang dapat dikoreksi sejak awal agar hasil lebih baik
apabila terlambat dikoreksi walaupun kelainan minimal pun akan dapat menyebabkan
gangguan atau mempengaruhi kehidupan anak di kemudian hari.

PRINSIP DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI :

1. Dilakukan secara teratur, dan mengikuti kecepatan tumbuh kembang anak.


2. Agar tumbuh kembang anak tidak terganggu terjadi penyimpangan harus
ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan intervensi sedini
mungkin dengan tepat.
3. Dilakukan di tingkat keluarga atau masyarakat, dan fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan dan teknologi yang digunakan sesuai dengan tingkat pelayanan.
44

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN TINGKAT


MASYARAKAT

Tujuan

- Menentukan ada atau tidaknya BGM


- Mengetahui BB naik atau tidak naik

Jadwal

- Sebulan 1 x ditingkat masyrakat

Alat

- KMS balita

Interpretasi

- BGM atau tidak naik maka ada gangguan pertumbuhan

Intervensi

- Rujuk ke puskesmas.

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN TINGKAT PETUGAS :

Tujuan

- Menentukan statuss gizi anak

Jadwal

- Saat kontak dengan nakes dapat diukur pake timbangan dan ukuran pb / tb.

Alat

- Table BB / TB – NHCS

Interpretasi
45

- Gizi baik, gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih.

Intervensi

- Tangani pakai MTBS, tatalaksana gizi buruk


- Jika diperlukan maka rujuk ke fasilitas yang lebih mampu.

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN TINGKAT PETUGAS :

Intervensi

- S – teruskan pola asuh dan stimulasi di rumah saja cukup


- M – ajarkan ibu cara stimulasi sesuai umur anak, atasi jika ada penyakit/masalah
gizi, kontrol 2x seminggu jika tidak ada perubahan rujuk ke fasilitas yang lebih.
- P – rujuk ke RS.

TABEL BERAT BADAN / TINGGI BADAN – DIREKTORAT GIZI


MASYARAKA
46

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN TGKT MASYARAKAT:

Tujuan

- Ibu atau keluarga/masyarakat dapat mengetahui secara dini adanya penyimpangan

Jadwal

- Neonatus umur 0-1 bulan sampai 2x


- Bayi umur 1-12 bulan sampai 3x sebulan
47

- Anak balita dan pra sekolah 1-5 tahun sampai 6 bulan sekali

Alat

- Buku KIA

Interpretasi

- Anak tidak mampu melakukan tugas kemampuan pd umumnya mungkin


mengalami gangguan pada masa pertumbuhan perkembangan anak tersebut.

Intervensi

- Ibu dianjurkan membawa anaknya ke nakes untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 DETEKSI DINI KESEHATAN MATA DAN DAYA PENGLIHATAN ANAK

Tujuan

- Deteksi dini masalah kesehatan mata dan gangguan penglihatan anak 3-6tahun

Jadwal

- Deteksi dini dilakukan setiap 6 bulan pada anak umur 3 – 6 tahun.

Alat

- Tes kesehatan mata pakai daftar pertanyaan


- Tes daya lihat pakai E Chart

Interpretasi

- TKM dditemukan kelainan berarti ada masalah kesehatan pada mata anak
tersebut.
48

- TDL tidak dapat mencocokkan posisi E s/d baris ke – 3 berarti ada gangguan
mata.

Intervensi

- Rujuk ke tenaga kesehatan.

 DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PENYIMPANGAN ANAK :

Tujuan

- Menemukan danya gangguan pendengaran pada anak

Jadwal

- Bayi usia 0-12 bulan tiap 3 bulan


- Anak usia 1-6tahun tiap 6 bulan

Alat

- Daftar pertanyaan tes daya dengar utk kelompok usia 0-6bl ; 6-9bl ; 1-2th ; >3th.

Interpretasi

- Jika ada satu jawaban tidak berarti ada gangguan pendengaran pada anak tersebut.

Intervensi

- Rujuk ke RS.

 DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN


HIPERAKTIFITAS

Tujuan

- Mendeteksi secara dini GPPH pada anak umur 3 tahun ke atas


49

Jadwal

- Bila ada keluhan atau kecurigaan karena anak tidak bisa duduk tenang sllu
bergerak

Alat

- Kuisioner deteksi dini GPPH ada 10 pertanyaan tentang GPPH.

Interpretasi

- Tidak pernah nilai 0


- Kadang kadang nilai 1
- Sering nilai 2
- Sellau nilai 3

Intervensi

- Anak dengan risiko menderita autis atau ada gangguan perkembangan lain dirujuk
ke RS dg fasilitas kesehatan jiwa tumbuh kembang anak.

PERKEMBANGAN PADA MASA ANAK :

- PERKEMBANGAN KECERDASAN
- ORGAN PENTING – OTAK

Sel otak atau neuron merupakan cabang sel otak atau dendrit dan terdapat synaps
merupakan hubungan antar cabang. Terdiri dari 200 milyar. Sejak awal kehamilan.
Trimester akhir kehamilan paling cepat dan berhenti sebelum masa kelahiran.

Perkembangan otak pada masa kehamilan :

Awal trimester kehamilan - paling penting paling peka


50

Saaat kelahiran - saat bayi lahir, otak belum lengkap, besar otak hanya
¼ otak dewasa dengan jumlah sel otak pada neonatus hanya sbesar 2/3 sel otak
dewasa.

Perinatal - rentan terhadap komplikasi, ex trauma lahir, asfiksia.

Bayi - peka lingkungan.

Anak 10tahun - jumlah sel otak 500 triliyun.

ALAT BANTU PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG MASA ANAK ANAK :

1. Tingkat keluarga
 KMS kartu menuju sehat
 KIA buku kesehatan ibu anak
2. Tingkat pelayanan kesehatan dasar
 SiDDTK
3. Tingkat pelayanan kesehatan rujukan atau dokter praktek
 Pemantauan pertumbuhan CDC 2000
 Pemantauan perkembangan PEDS, DENVER II.

KMS kartu menuju sehat

- KMS di Indonesia menurut standar Harvard diganti dengan standar WHO –


NCHS.
- KMS untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan.
- Komponen KMS child survival terdiri dari GOBI FFF, breastfeeding, family
planning, female education and food supplement, growth monitoring, oral
rehidrasi

KIA buku kesehatan ibu anak

- Buku ini berisi pesan kesan penting dan catatan kesehatan ibu dan anak.
- 2 bagian ada bag pertama merupakan bagian ibu, dan bagian ke2 merupakan
anak.
51

- Bagian ibu berisi catatan pesan penting menjaga kesehatan sejak hamil,
kelahirann.

SiDDTK

1. Bab 1 pendauluan
2. Bab 2 petumbuhan dan perkembangan anak
3. Bab 3 stimulasi tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah
4. Bab 4 deteksi dini tumbuh kembang anak
5. Bab 5 intervensi dan rujukan dini penyimpangan tummbuh kembang anak
6. Bab 6 pencatatan pelaporan monitoring dan evaluasi
7. Bab 7 penutup.

PEDS – PARENTS EVALUATION OF DEVELOPMENT STATUS

- Kuisioner berisi 10 pertanyaan mengenai aspek perkembangan : kognitif, bahasaa


ekspresif dan artikulasi, bahasaa reseptif motoric halus motoric kasar perilaku dan
emosi sosial, kemandirian sekolah.
- Waktu 5 menit.

DENVER II

- Berisi 125 gugus tugas dalam formulir menjadi 4 sektor :


1. Personal social sosialisasi
2. Fine motor adaptive motoric halus
3. Language bahasaa
4. Gross motor motoric kasar.
- Waktu 15 menit.

TINDAK LANJUT :

- Upaya diagnostic
Anamnesa, riwayat orangtua, pemeriksaan fisik, antropometrik, pem lab, pem
tamb
52

- Faktor penyebab
Internal dan eksternal lingkungan missal gizi berlebih.

GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN / HIPERAKTIFITAS GPPH atau


ATTENTION – DEFICIT / HIPERACITIVITY DISORDER ADHD

ADHD merupakan keadaan gangguan perilaku yang sering dijumpai pada


anak dan menetap sampai usia remaja dengan prvalensi sekitar 60-80%. Gejala
hiperaktivits.

Epidemiologi

Prevalensi anak usia sekolah sekitar 4-12% dengan laki : perempuan = 2-10 : 1.
ADHD deisertai komorbiditas : ODHD 35% CD 25% Anxiety disorder 25%
Depressive 18%.

Manifestasi klinis

Inatensi

- Rentang waktu pemusatan perhatian singkat dan kemampuan menyimak rendah.


- Pekerjaan . permainan tidak sampai selesai.
- Tidak hati hati dan pelupa.
- Berpindah pindah topik pembicaraan.

Impulsivitas

- Motoric berrpindah dari satu aktifitas ke aktivitas lainnya.


- Verbal cenderung menyela pembicaraan sulit menunggu giliran.
- Kegagalan melakukan perilaku yang dibatasi aturan.

Hiperaktifitas

- Perilaku motoric berlebihan


53

- Sering bermain tangan atau kaki


- Tidak bisa duduk diam
- Berlari dan memanjat berlebihan
- Berbicara terlalu banyak saat tenang.

KLASIFIKASI ADHD :

1. Tipe inatensi minimal 6 dari 9 gejala inatensi.


2. Tipe hiperaktif – impulsive minimal 6 dari 9 gejala hiperaktif – impulsive.
3. Tipe kombinasi.

DIAGNOSIS BANDING :

1. Gangguan belajar
2. Retardasi mental
3. Gangguan berbahasa
4. Gangguan pendengaran atau penglihatan
5. Gangguan mental
6. PDD
7. Skizofrenia

PENATALAKSANAAN :

1. Multidisiplin jangka panjang perlu di evaluasi berulang ulang.


2. Bersifat individual
3. Bila terdapat komorbiditas maka terapi perilaku pemberian informasi thdp
orang tua dan guru kepada anaknya tersebut tidak diberikan secara langsung.

Tujuan utama ingin dicapai :

1. Meningkatkan hubungan sosial


2. Menurunnya perilaku menngganggu
3. Meningkatkan kemampuan akademik
54

4. Meningkatkan kemandirian
5. Meningkatkan rasa harga diri

Terapi farmakologi :

1. Stimultan
2. Alfa adrenergic agonis.

AUTISME

PDD autistic disorder, Asperger disorder, retts disorder, childhood disintegrative


disorder atau cdd, pdd-nos. PDD ditandai dengan adanya gangguan komunikasi,
gg interaksi sosial, perilaku dan aktivitas stereotipik.

TANDA GEJALA AWAL AUTISME

Lahir 0-6 bulan

1. Anak terlalu tenang atau baik


2. Iritabel, banyak menangis terutam malam dan sulit ditenangkan
3. Jarang menyodorkan tangan minta diangkat
4. Jarang mengoceh
5. Jarang senyum sosial
6. Jarang kontak mata
7. Motoric kasar tampak normal.

Lahir 6bulan – 2tahun

1. Tidak mau dipeluk atau tegang bila diangkat


2. Tidak peduli menghadapi kedua orangtua
3. Tidak mau ikutan main sederhana seperti ciluk ba
4. Tidak berupaya menggunakan kata kata
5. Tidak tertartik kepada mainan boneka atau binatang
6. Bisa sangat tertarik pada kedua tangannya sendiri
7. Mungkin menolak makanan keras atau tidak mengunyah.
55

Keluhan orang tua

1. Bicara terlambat
2. Tidak mau menengok kalai dipanggil
3. Bicaranya datar seperti robot atau mimic monoton, bicara aneh seperti planet
4. Tidak mau menatap kalua diajak bicara.

Tanda dan gejala lain autism :

1. Tepuk tepuk tangan


2. Gigit gigit tangan atau jari sendiri
3. Tarik Tarik rambut sendiri
4. Gerakan berputar berulang ulang
5. Mengamuk
6. Melakukan aktivitas yang sama berulang ulang
7. Terpaku pada benda tertentu dan dimainkan tidak pada konteksnya
8. Benturkan kepalanya sendiri.

Penatalaksanaan

1. Perilaku : lovaas, scnoozelen.


2. Medikamentosa : risperidone
3. Diet : diet rendah gluten
4. Detoxifikasi masih kontroversi
5. Sensori integrase.

Prognosis fungsional

1. Hight function : dubia ad bonam.


2. Low fungction : ad malam.

Pendekatan terapi kelainan perkembangan yakni memaksimalkan potensi dasar


anak. Antara orang tua maka terjalin multi disiplin yakni terciptanya pendidikan
56

khusus, intervensi tingkah laku, dan lakukan terapi medikamentosa spesifik


khusus.

Kesimpulan :

Deteksi tumbuh kembang anak terbagi menjadi 2 adanya masalah maka lakukan
diagnostic dan intervensi dini lalu lakukan upaya pencegahan. Apabila sesuai
lakukan stimulasi optimal monitor rutin upaya pencegahan sejak pra konsepsi-
100.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marcdante, KJ, Robert kliegman. Ilmu kesehatan anak esensial. Edisi update
keenam. Elsevier. Singapura: 2018
2. Taryatman. Budaya Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar untuk
Membangun Generasi Muda yang berkarakter. Vol. 3, Nomor 1. Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa. 2016; hlm. 8-13
3. Novi Afrianti, Mudatsir. Dkk. Analisis Implementasi Program Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Volume 5 nomor 2. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 2017; Hlm 16-25
4. Maryani Setyowati, Retno Astuti. Pemetaan Status Gizi Balita dalam
mendukung Keberhasilan Pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs). Volume 10 nomor 2. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2015; hlm 110-
121
5. KEMENKES RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan lntervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Pelayanan Kesehatan Dasar. KEMENKES
RI; 2016
57

6. Khoiriyah, Anizar Ahmad. Model Pengembangan Kecakapan Berbahasa Anak


yang Terlambat Berbicara (SPEECH DELAY). Volume 1 nomor 1. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini: 2016; hlm 36-45.

Anda mungkin juga menyukai