Anda di halaman 1dari 44

1

SKENARIO 2

CEDERA TULANG BELAKANG

Seorang perempuan berusia 38 tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat RS setelah


mengalami kecelakaan lalulintas. Pada saat pemeriksaan didapatkan tetraparese. Reflek
patella menurun, dan hipestesi. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan ada cedera
pada tulang belakang setinggi C4-C5 yang mempengaruhi saraf.

STEP I

1. Tetraparese : keempat anggota gerak badan mengalami kelemahan atau


penurunan kekuatan diakibatkan dari cedera otak.
2. Hipestesi : berkurangnya kepekaan kulit terhadap suatu rangsang sensorik.
3. Reflek Patella : gerakan yang muncul cepat setelah ada stimulus pada patella
dengan palu reflek.

STEP II

1. Struktur apakah yang terlibat dalam kasus tersebut?


2. Mengapa saat pasien di periksa di dapatkan tetraparese?
3. Bagaimanakah terjadinya reflek?
4. Bagaimana perjalanan tractus assenden dan descendent?
5. Bagaimana struktur nervus spinalis?
6. Bagaimana mekanisme penghantaran impuls saraf?

STEP III

1. Struktur yang terlibat :


 Columna vertebra
o Cervical : 7
o Thoracal :12
o Lumbal : 5
o Sacral: 5
o Coccygeus : 1
2

 Medulla spinalis
 Reseptor pada kulit
o Pachini
o Meisner
o Rufini
o Crause
o Ujung saraf
 Jaras-jaras
o Tractus spinothalamicus lateral
o Tractus spinothalamicus anterior
2. Karena terjadi kerusakan pada medulla spinalis
Substansia alba :
 Ganglion radix posterior
 Ganglion radix anterior
3. Mekanisme terjadinya reflek
Menerima impuls - > aktivasi sensorik -> substansia glisea -> aktivasi neuron
motoric terjadi di columna dorsal -> terjadi respon oleh efektor
4. Struktur tractus assenden – dessenden

TRACTUS ASSENDEN TRACTUS DESSENDEN


- Tractus columna vertebra - Tractus kartikospinalis lateralis

- Tractus spinothalamicus - Tractus kartikospinalis anterior

- Tractus spino cerebellaris dorsalis - Tractus vestibule spinalis

- Tractus spinocerebellaris ventralis - Tractus retikulo spinalis

- Tractus retikuler - Tractus tekto spinal


Assendent

Ganglion radix -> substansia gelatinosa -> menyilang sesuai jenis -> medulla oblongata-
> thalamus -> akan di jalar ke postcentralis.
3

5. Nervus spinalis
 Cervical 8 pasang
 Thoracal 12 pasang
 Lumbal 5 pasang
 Sacral 5 pasang
 Coccygeus 1 pasang
6. Mekanisme impuls saraf
Reseptor pada kulit -> mengirim info ke corda spinalis -> serabut saraf masuk ke
dorsal -> membentuk sinapsis dengan serabut saraf corda spinalis masuk ke otak
-> pada serabut saraf di cornu vertebralis mengirim respon melalui serabut
ventralis -> otot -> mengatur gerakan .

STEP IV

1. Ciri-ciri cervicalis
 Tipical : C3-C6
 Untypical :C1, C2, C7
Ciri-ciri :
 Tidak punya corpus dan processus
 Memiliki dens
 Menghubungkan os atlas dan os axis
 Menghubungkan os atlas dengan os occipital

Reseptor pada kulit Pachini : tekanan

o Meisner : sentuhan
o Rufini : rangsangan panas
o Crause : rangsangan dingin
2. Karena terjadi kerusakan pada medulla spinalis
Substansia alba :
 Ganglion radix posterior
4

 Ganglion radix anterior

3. Mekanisme terjadinya reflek


Menerima impuls - > aktivasi sensorik -> substansia glisea -> aktivasi neuron
motoric terjadi di columna dorsal -> terjadi respon oleh efektor
4. Struktur tractus assenden – dessenden

TRACTUS ASSENDEN TRACTUS DESSENDEN


- Tractus columna vertebra - Tractus kartikospinalis lateralis

- Tractus spinothalamicus - Tractus kartikospinalis anterior

- Tractus spino cerebellaris dorsalis - Tractus vestibule spinalis

- Tractus spinocerebellaris ventralis - Tractus retikulo spinalis

- Tractus retikuler - Tractus tekto spinal


Assendent

Ganglion radix -> substansia gelatinosa -> menyilang sesuai jenis -> medulla oblongata-
> thalamus -> akan di jalar ke postcentralis.

5. Nervus spinalis
 Cervical 8 pasang
 Thoracal 12 pasang
 Lumbal 5 pasang
 Sacral 5 pasang
 Coccygeus 1 pasang
6. Mekanisme impuls saraf
Reseptor pada kulit -> mengirim info ke corda spinalis -> serabut saraf masuk ke
dorsal -> membentuk sinapsis dengan serabut saraf corda spinalis masuk ke otak
-> pada serabut saraf di cornu vertebralis mengirim respon melalui serabut
ventralis -> otot -> mengatur gerakan .
5

MINDP MAP

CEDERA TULANG BELAKANG

STRUKTUR ANATOMI

COLUMNA VERTEBRALIS NERVUS SPINALIS

MEDULLA SPINALIS

TRAKTUS

DESCENDEN ASSENDEN

STEP V

1. Struktur yang terlibat pada kasus tersebut :


a. Columna vertebralis
b. Medulla spinalis
c. Traktus Ascenden – Traktus Descenden
2. Mekanisme lengkung reflek
3. Macam-macam dan peranan reseptor dan fungsi saraf tepi
4. Peran nervus spinalis pada system saraf tepi
5. Hubungan struktur sel saraf dan neurotransmitter dalam menghantarkan impuls.

STEP VI

BELAJAR MANDIRI.
6

STEP VII

1. STRUKTUR ANATOMI COLUMNA VERTBRALIS :

Anatomi Kolumna Vertebralis


Kolumna vertebralis disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis(C), 12
vertebra torakalis(T), 5 vertebra lumbalis(L), 5 vertebra sakralis(S), dan 4 vertebra
koksigeus(pada umumnya 3 vertebrakoksigeus di bawah bersatu). Struktur kolumna
vertebralisini fleksibel karena bersegmen dan disusun oleh tulang vertebra, sendi-sendi,
7

dan bantalan fibrokartilago yang disebut diskus intervertebralis.1

(Gambar 1.1 : Columna Vertebrata)

Karakteristik Umum Columna Vertebra

Frank. H. Netter. Atlas anatomi manusia. Edisi 6. Singapura. Elsevier : 2016


1
8

(Gambar 1.2 : Anatomi Medula Spinalis)

Semua vertebra mempunyai pola yang sama walaupun terdapat berbagai


perbedaan regional Vertebra tipikal terdiri dari korpus berbentuk bulat di anterior dan
arkus vertebra di posterior.Kedua struktur ini mengelilingi ruangan yang disebut
foramen vertebralis dan dilalui oleh medula spinalis. Arkus vertebra terdiri atas
sepasang pedikuli yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi arkus, serta sepasang
lamina pipih yang melengkapi arkus vertebra di posterior.

Terdapat tujuh prosesus yang berasal dari arkus vertebra: satu prosesus spinosus,
2 prosesus transversus,dan 4 prosesus artikularis.Prosesus spinosus atau spina,
mengarah ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Prosesus transversus mengarah ke
lateral dari pertemuan lamina dan pedikulus. Prosesus spinosus dan prosesus transversus
berperan sebagai pengungkit dan tempat melekatnya otot dan ligamen.

Prosesus artikularis terletak vertikal dan terdiri atas 2 prosesus artikularis


superior dan 2prosesus artikularis inferior. Kedua prosesus artikularis superior dari satu
arkus vertebra bersendi dengan kedua prosesus artikularis inferior dari arkus vertebra
yang terletak di atasnya, membentuk dua sendi sinovial.

Sendi-Sendi Kolumna Vertebralis


9

(Gambar 1.3 : Sendi – sendi Kolumna Vertebralis)

Vertebra saling bersendi melalui sendi kartilaginosa di antara korporanya dan


sendi sinovial di antara prosesus artikulasinya. Sisipan diantara korpora vertebra adalah
fibrokartilago diskus intervertebralis

Diskus intervertebralis paling tebal di daerah servikal dan lumbal sehingga


memungkinkan gerakan kolumna vertebralis yang paling besar. Diskus ini berperan
sebagai penahan goncangan apabila beban kolumna vertebralis tiba-tiba meningkat.
Akan tetapi, gaya pegasnya menurun dengan bertambahnya usia.

Masing-masing diskus terdiri atas anulus fibrosus di bagian luar dan nukleus
pulposus di bagian sentral. Anulus fibrosus terdiri atas fibrokartilago, yang melekat erat
pada korpora vertebra dan ligamentum longitudinal anterior dan posterior kolumna
vertebralis. Nukleus pulposus merupakan massa gelatinosa yang berbentuk lonjong pada
orang muda. Biasanya di bawah tekanan dan terletak sedikit ke posterior dari pinggir
anterior diskus. Fasies anterior dan posterior korpora vertebra yang terletak di dekatnya
dan berbatasan dengan diskus diliputi oleh lapisan tipis kartilago hialin.

Ligamentum Vertebra
10

(Gambar 1.3 : Ligamentum Vertebra)

Ligamentum Vertebra Ligamentum longitudinal anterior dan posterior berjalan


turun sebagai pita utuh di fasies anterior dan posterior kolumna vertebralis dari
tengkorak sampai ke sakrum. Ligamentum longitudinal anterior lebar dan kuat, melekat
pada permukaan dan sisi-sisi korpora vertebra dan diskus intervertebralis. Ligamentum
longitudinal posterior lemah dan sempit serta melekat pada pinggir posterior diskus.

1. Ligamentum supraspinosium ini berjalan di antara ujung-ujung spina berdekatan.

2. Ligamentum interspinosum ligamentum ini menghubungkan spina yang berdekatan.

3. Ligamentum intertransversum berjalan di antara prosesus transversus yang


berdekatan.

4. Ligamentum flavum ini menghubungkan lamina vertebra yang berdekatan.

Medula Spinalis
11

Medulla spinalis merupakan massa jaringan saraf yang berbentuk silindris


memanjang dan menempati ⅔ atas canalis vertebra yaitu dari batas superior atlas (C1)
sampai batas atas vertebra lumbalis kedua (L2), kemudian medulla spinalis akan
berlanjut menjadi medulla oblongata. Pada waktu bayi lahir, panjang medulla spinalis
setinggi ± Lumbal ketiga (L3). Medulla spinalis dibungkus oleh duramater, arachnoid,
dan piamater. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan komunikasi antara
otak dan semua bagian tubuh dan bergerak refleks.

(Gambar 1.4 : Anatomi Medula Spinalis)

Medulla spinalis berawal dari ujung bawah medulla oblongata di foramen


magnum. Pada dewasa biasanya berakhir disekitar tulang L1 berakhir menjadi konus
medularis. Selanjutnya akan berlanjut menjadi kauda equina yang lebih tahan terhadap
cedera. Dari berbagai traktus di medulla spinalis, ada 3 traktus yang telah dipelajari
secara klinis, yaitu traktus kortikospinalis, traktus sphinotalamikus, dan kolumna
posterior. Setiap pasang traktus dapat cedera pada satu sisi atau kedua sisinya.

Traktus kortikospinalis, yang terletak dibagian posterolateral medulla spinalis,


mengatur kekuatan motorik tubuh ipsilateral dan diperiksa dengan melihat kontraksi
otot volunter atau melihat respon involunter dengan rangsangan nyeri. Traktus
12

spinotalamikus, yang terletak di anterolateral medula spinalis, membawa sensasi nyeri


dan suhu dari sisi kontralateral tubuh.

Diameter bilateral medulla spinalis bila selalu lebih panjang dibandingkan


diameter ventrodorsal. Hal ini terutama terdapat pada segmen medulla spinalis yang
melayani ekstremitas atas dan bawah. Pelebaran ke arah bilateral ini disebut intumesens,
yang terdapat pada segmen C4-T1 dan segmen L2-S3 (intumesens lumbosakral). Pada
permukaan medulla spinalis dapat dijumpai fisura mediana ventalis, dan empat buah
sulkus, yaitu sulkus medianus dorsalis, sulkus dorsolateralis, sulkus intermediodorsalis
dan sulkus ventrolateralis.

Pada penampang transversal medulla spinalis, dapat dijumpai bagian sentral


yang berwarna lebih gelap (abu-abu) yang dikenal dengan istilah gray matter. Gray
matter adalah suatu area yang berbentuk seperti kupu-kupu atau huruf H. Area ini
mengandung badan sel neuron beserta percabangan dendritnya. Di area ini terdapat
banyak serat-serat saraf yang tidak berselubung myelin serta banyak mengandung
kapiler-kapiler darah. Hal inilah yang mengakibatkan area ini berwarna menjadi lebih
gelap. Gray matter dapat dibagi kedalam 10 lamina atau 4 bagian, yaitu :

1) kornu anterior / dorsalis, yang mengandung serat saraf motorik, terdiri atas
lamina VIII, IX, dan bagian dari lamina VII.
2) Kornu posterior / ventralis, yang membawa serat serat saraf sensorik, terdiri atas
lamina I-IV.
3) Kornu intermedium, yang membawa serat-serat asosiasi, terdiri atas lamina VII.
4) Kornu lateral, merupakan bagian dari kornu intermedium yang terdapat pada
segmen torakal dan lumbal yangmembawa serat saraf simpatis.
13

(Gambar 1.5 : Traktus Ascenden – Traktus Descenden)

Perjalanan serabut saraf dalam medulla spinalis terbagi menjadi dua jalur, jalur
desenden dan asenden. Jalur desenden terdiri dari :

a. Traktus kortikospinalis lateralis


b. Traktus kortikospinalis anterior,
c. Traktus vestibulospinalis,
d. Traktus rubrospinalis,
e. Traktus retikulospinalis,
f. Traktus tektospinalis,
g. Fasikulus longitudinalis

Jalur Ascenden terdiri dari :

a. Sistem kolumna vertebralis


b. Traktus spinothalamikus
c. Traktus spinocerebellaris dorsalis
d. Traktus spinocerebellaris ventralis
e. Traktus spinoretikularis.
14

Vaskularisasi Medulla Spinalis

(Gambar 1.6 : Vaskularisasi Medula Spinalis)

Spinalis Medulla spinalis diperdarahi oleh susunan arteri yang memiliki


hubungan yang erat. Arteri-arteri spinal terdiri dari arteri spinalis anterior dan posterior
serta arteri radikularis.

Arteri spinalis anterior dibentuk oleh cabang kanan dan dari segmen intrakranial
kedua arteri vertebralis sebelum membentuk menjadi arteri basilaris. Di peralihan antara
medulla oblongata dan medulla spinalis, kedua cabang tersebut menjadi satu dan
meneruskan perjalanansebagai arteri spinalis anterior. Sebagai arteri yang tunggal, arteri
tersebut berjalan di sulkus anterior sampai bagian servikal atas saja.
15

Arteri spinalis posterior kanan dan kiri juga berasal dari kedua arteri vertebralis
juga, tetapi pada tempat yang terletak agak kaudal dan dorsal daripada tempat arteri
spinalis berpangkal. Kedua arteri spinalis posterior bercabang dua. Yang satu melewati
lateral medial, dan yang lain disamping lateral dari radiks dorsalis.

Arteri radikularis dibedakan menjadi arteri radikularis posterior dan anterior.


Kedua arteri tersebut merupakan cabang dorsal dan ventral dari arteria radkularis yang
dikenal juga dengan ramus vertebromedularis arteri interkostalis. Jumlah pada orang
dewasa berbeda-beda. Arteri radikularis posterior berjumlah lebih banyak, yaitu antara
15 sampai 22, dan paling sedikit 12. Ke atas pembuluh darah tersebut ber anastomose
dengan arteria spinalis posterior dan ke kaudal sepanjang medulla spinalis mereka
menyusun sistem anastomosis arterial posterior.

Sistem anastomosis anterior adalah cabang terminal arteria radikularis anterior.


Cabang terminal tersebut berjumlah dua, satu menuju rostral dan yang lain menuju ke
kaudal dan kedua nya berjalan di garis terngah permukaan ventral medulla spinalis.
Dibawah tingkat servikal kedua cabang terminal tiap arteri radikularis anterior
beranastomose satu dengan yang lain. Anastomose ini merupakan daerah dengan
vaskularisasi yang rawan
16

B. TRAKTUS ASCENDEN – TRAKTUS DESCENDEN

(Gambar 1.7 : Traktus Ascenden – Traktus Descenden)


1. Tractus ascendens umum
Ada tiga tractus ascendens umum, yaitu tractus ascendens untuk nyeri dan suhu, tractus
ascendens untuk rabaan umum, tekanan, rasa gatal dan geli, serta tractus ascendens
untuk rabaan diskriminatif dan propriosepsi.

a. Tractus ascendens untuk nyeri dan suhu

Rangsangan yang datang (impuls) dibawa dari reseptor-reseptor perifer yang ada di
permukaan tubuh melalui tractus dorsolateral Lissauer ke substansia grisea posterior. Di
substansia grisea posterior, impuls akan dibawa secara menyilang ke arah substansia
alba lateral melalui tractus spinothalamicus lateral. Tractus spinothalamicus lateral akan
membawa impuls ke arah thalamus. Selanjutnya dari thalamus impuls dibawa ke gyrus
postcentralis pada korteks somatosensoris cerebral melalui kapsula interna dan korona
radiata (tractus thalamocorticalis).
17

b. Tractus ascendens untuk rabaan umum, tekanan, rasa gatal dan geli

Untuk rabaan umum (tidak mampu membedakan rabaan spesifik antara dua titik
yang berjarak) dan tekanan ringan, impuls yang datang dibawa dari reseptor-reseptor di
perifer ke substansia grisea posterior. Pada substansia grisea posterior, tractus akan
menyilang ke arah substansia alba anterior melalui tractus spinothalamicus anterior.
Tractus ini akan membawa impuls menuju thalamus, dari thalamus diteruskan ke gyrus
postcentralis.

c. Tractus ascendens untuk raba diskriminatif dan  propriosepsi

Untuk rangsangan rabaan diskriminatif (secara spesifik mampu membedakan antara


dua rabaan yang berbeda) dan propriosepsi, impuls yang datang dibawa oleh fasciculus
cuneatus (untuk impuls yang datang dari T6 ke atas) dan fasciculus gracilis (untuk
impuls yang datang dari T6 ke bawah) ke medula oblongata. Kemudian kedua
fasciculus akan bersinaps dengan nucleus cuneatus dan nucleus gracilis, di mana kedua
nucleus akan menyeberang dan naik sebagai medial lemniscus.

2). Tractus ascendens khusus untuk rangsangan yang datang dari wajah

Berbeda dari tractus ascendens pada umumya, khusus untuk rangsangan yang
datang dari wajah memiliki tractus ascendens tersendiri, yaitu tractus ascendens untuk
nyeri dan suhu, tractus ascendens untuk rabaan (termasuk rabaan diskriminatif),
tekanan, rasa gatal, geli, dan getaran, serta tractus ascendens untuk sensasi proprioseptif.

a. Tractus ascendens wajah untuk nyeri dan suhu 

Impuls yang datang dari arah wajah dibawa oleh neuron tingkat satu, di mana badan sel
untuk neuron tersebut terletak di ganglion semilunaris Gasser. Neuron ini berbentuk
unipolar. Impuls akan dibawa ke batang otak dan berakhir di nucleus tractus spinalis
N.V Dari batang otak impuls dibawa naik dan menyeberang secara kontralateral oleh
lemniscus trigeminal dan bermuara di nucleus ventral posteromedial (VPM) thalamus.
Dari thalamus selanjutnya impuls dibawa ke gyrus postcentralis korteks sensoris.
18

b. Tractus ascendens wajah untuk rabaan (termasuk rabaan diskriminatif),


tekanan, rasa gatal, geli, dan getaran

Tractus ascendens wajah untuk rabaan (termasuk rabaan diskriminatif), tekanan, rasa
gatal, geli, dan getaran hampir sama dengan tractus ascendens wajah untuk nyeri dan
suhu. Impuls yang datang dari reseptor di wajah akan dibawa oleh neuron tingkat satu
yang badan selnya terletak di ganglion semilunaris Gasser, lalu dibawa ke batang otak
dan bermuara di nucleus sensoris N.V.  Dari nucleus sensoris N.V, sebagian impuls
dibawa secara kontralateral dan sebagian lagi secara ipsilateral, di mana ujung dari
keduanya ialah nucleus ventral posteromedial (VPM) thalamus.

c. Tractus ascendens wajah untuk sensasi proprioseptif

Sensasi proprioseptif merupakan sensasi/informasi yang berkenaan dengan  gerakan dan


posisi tubuh, di mana proprioseptor terutama terdapat dalam otot, tendon, dan kapsul
sendi. Tractus ascendens wajah untuk sensasi proprioseptif masih belum begitu jelas.
Rangsangan (impuls) yang datang dari reseptor di perifer dibawa oleh neuron tingkat
satu yang badan selnya terletak di nucleus mesencephalicus, dan langsung bersinaps
dengan neuron motorik N.V yang mempersarafi otot-otot mengunyah.

3). Tractus ascendens sendi otot ke cerebellum

Tractus ascendens sendi otot ke cerebellum dibagi menjadi tractus spinocerebellaris


posterior, tractus spinocerebellaris anterior, dan tractus cuneocerebellaris. Pada tractus-
tractus ini, serabut saraf tidak mencapai korteks cerebral.

a. Tractus spinocerebellaris posterior

Tractus spinocerebllaris posterior merupakan tractus yang menerima informasi dari


sendi otot, muscle spindle, organ-organ tendon, dan reseptor sendi badan dan
ekstremitas bawah. Tractus dimulai dari rangsangan yang datang dari reseptor menuju
columna grisea posterior melalui ganglia radiks posterior medula spinalis. Dari sini
neuron tingkat dua yaitu nucleus dorsalis membawa impuls ke bagian posterolateral
columna alba lateralis sisi yang sama dan berjalan ke atas sebagai tractus
spinocerebellaris posterior menuju medula oblongata.
19

b. Tractus spinocerebellaris anterior

Tractus spinocerebellaris anterior merupakan tractus yang meneruskan informasi


mengenai sendi otot dari muscle spindle, organ-organ tendon, serta reseptor-reseptor
sendi dari badan dan ekstremitas atas dan bawah. Tractus spinocerebellaris anterior
hampir sama dengan tractus spinocerebellaris posterior. Perbedaannya terletak pada
naikan impuls ke medula oblongata, di mana terjadi persilangan kontralateral.
Rangsangan yang datang akan dibawa oleh reseptor menuju columna grisea posterior.
Dari sini neuron tingkat dua yaitu nucleus dorsalis akan membawa impuls; sebagian
menyilang kontralateral sebagai tractus spinocerebellar anterior di columna alba sisi
kontralateral, sedangkan yang lain tetap berjalan secara ipsilateral juga sebagai tractus
spinocerebellar anterior di columna alba sisi yang sama. Setelah melalui medula
oblongata (dan pons), serabut akan masuk ke dalam cerebellum melalui pedunculus
cerebelli dan berakhir di korteks cerebelli.

c. Tractus cuneocerebellaris

Tractus cuneocerebellaris masih berkaitan dengan tractus ascendens untuk raba


diskriminasi dan propriosepsi secara umum. Pada tractus ascendens untuk raba
diskriminasi dan propriosepsi secara umum, impuls yang datang dari reseptor dibawa
oleh fasciculus cuneatus (untuk impuls yang datang dari cervical dan T1-T6) dan
fasciculus gracilis (untuk impuls yang datang dari T6-T12, sacralis, dan lumbalis),
kemudian naik sebagai nucleus cuneatus dan nucleus gracilis.

4). Tractus ascendens lainnya

a. Tractus spinotectalis

Tractus spinotectalis merupakan tractus yang berfungsi dalam menyampaikan informasi


aferen untuk refleks spinovisual dan menimbulkan pergerakan mata dan kepala ke arah
sumber stimulasi. Rangsangan yang masuk berjalan melalui ganglion radix posterior
dan masuk ke substansia grisea dan bersinaps dengan neuron tingkat dua yang masih
belum diketahui. Setelah melalui medula oblongata dan pons, serabut ini berakhir dan
bersinaps dengan neuron di colliculus superior mesencephalon.
20

b. Tractus spinoreticularis

Tractus spinoreticularis merupakan tractus yang berfungsi dalam mempengaruhi tingkat


kesadaran.  Rangsangan yang masuk berjalan melalui ganglion radix posterior dan
masuk ke substansia grisea dan bersinaps dengan neuron tingkat dua yang masih belum
diketahui. Sebagian besar serabut-serabut ini tidak menyilang serta berakhir dan
bersinaps dengan neuron-neuron formatio reticularis di medulla oblongata, pons, dan
mesencephalon.

Tractus Descenden

1. Tractus corticospinalis : Jaras yang berkaitan dengan gerakan-gerakan volunter,


tertentu, dan terlatih terutama bagian-bagian distal ekstremitas
2. Tractuss reticulospinalis : Dapat memfasilitasi atau menghambat aktivitas
neuron motorik alfa dan gamma di collumna grisea anterior sehingga dapat
memfasilitasi atau menghambat gerakan voluntar atau aktivitas refleks
3. Tractus tectospinalis : Berkaitan dengan gerakan refleks postural sebagai
respons stimulus visual. Serabut ini yang berhubungan dengan neuron simpatis
di columna grisea lateralis mengurus reflex dilatasi pupil sebagai respons
terhadap situasi gelap
4. Tractus rubrospinalis : Bekerja pada neuron motorik alfa dan gamma di
collumna grisea anterior dan memacu aktivitas otot-otot fleksor serta
menghambat aktivitas otot-otot ekstensor/antigravitasi
5. Tractus vestibulospinalis : Bekerja pada neuron-neuron motorik di
collumna grisea anterior, maka memfasilitasi aktivitas otot-otot ekstensor,
menghambat aktivitas otot-otot fleksor dan mengurus
6. aktivitas postural yang berkaitan dengan keseimbangan
7. Tractus olivospinalis : Berperan pada aktivitas otot Serabut serabut desenden
otonomik Berhubungan dengan pengendalian aktivitas visceral.2

2. MEKANISME LENGKUNG REFLEKS :

2
Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik Edisi ke-5. Jakarta : EGC. 2007.
21

(Gambar 1.8 : Mekanisme Lengkung Refleks)

Refleks adalah setiap respons yang terjadi secara otomatis tanpa upaya sadar.

Refleks sederhana atau dasar, yaitu merespons inheren tanpa dipelajari, misalnya
menarik tangan dari benda panas yang yang membakar

1. Refleks di dapat atau terkondisi, yang terjadi karena latihan dan belajar.
Misalnya seorang pemain piano yang menekan tuts tertentu setelah melihat
sebuah lambang nada dibuku lagunya. Musisi tersebut membaca music dan
memainkannya secara otomatis, tetapi hanya setelah latihan cukup intens.

Lengkung refleks biasanya mencakup lima komponen dasar :

1. Reseptor sensorik
2. Jalur aferen
3. Pusat integrasi
4. Jalur eferen
5. Efektor.
22

Reseptor sensorik (disingkat reseptor) berespons terhadap rangsangan, yaitu


perubahan fisik atau kimiawi yang dapat dideteksi di dalam lingkungan reseptor.
Sebagai respons terhadap rangsangan tersebut, reseptor menghasilkan potensial aksi
yang dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi (biasanya adalah SSP) untuk
diolah. Korda spinalis dan batang otak mengintegrasikan refleks-refleks dasar,
sementara pusat -pusat yang lebih tinggi di otak memproses refleks yang didapat. Pusat
integrasi memproses semua informasi yang tersedia baginya dari reseptor ini, serta dari
semua masukan lain, kemudian “mengambil keputusan” mengenai respons yang sesuai.
Intruksi dari pusat ke integrasi ini disalurkan melalui jalur aferen ke efektor – otot atau
kelenjar- yang melaksanakan respons yang diinginkan. Tidak seperti perilaku sadar,
yaitu ketika terdapat sejumlah kemungkinan respons, respons dapat diprediksi, karena
jalurnya sama.

Berdasarkan daerah kerjanya dapat dibedakan menjadi refleks somatis dan visceral.
Refleks somatis jika mengenai anggota badan dan kulit. Refleks visceral jika mengenai
organ-organ tubuh bagian dalam.

1. Refleks somatis kebanyakan merupakan lengkung refleks monosinaptik yang


berfungsi untuk menghindar dari keadaan bahaya (emergensi), misalnya terkena
api, benda tajam dsb. 
2. Refleks visceral biasanya merupakan lengkung refleks polisinaptik. Refleks
menghindar memiliki reseptor dan efektor pada tempat yang sama di serabut
otot.

Refleks spinal dasar adalah refleks yang diintegrasikan oleh medula spinalis;
yaitu, semua komponen yang diperlukan untuk menghubungkan masukan aferen ke
respon eferen yang terdapat di dalam medula spinalis. Ketika seseorang menyuruh
kompor panas ( atau menerima rangsangan nyeri lainnya ) maka refleks lucut terpicu
untuk menarik tangan menjauhi kompor ( menarik diri dari rangsangan nyeri ). Kulit
memiliki berbagai reseptor untuk rasa hangat, dingin, sentuhan ringan, tekanan, dan
nyeri. Meskipun semua informasi dikirim ke SSP melalui potensial aksi, namun SSP
dapat membedakan antara berbagai rangsangan karena perbedaan reseptor dan, dengan
demikian, perbedaan jalur aferen yang diaktifkan oleh rangsangan yang berbeda.
23

Setelah masuk ke medula spinalis, neuron eferen menyebar untuk bersinaps


dengan berbagai antar neuron :
1. Neuron aferen yang tereksitasi merangsang antar neuron eksitatorik yang
pada gilirannya merangsang neuron motorik eferen yang menyarafi biseps,
otot di lengan yang menyebabkan fleksi (menekuk) sendi siku. Dengan
berkontraksi, biseps menarik tangan menjauhi kompor panas.
2. Neuron aferen juga merangsang antar neuron inhibitorik yang pada gilirannya
menghambat neuron eferen yang menyarafi trisep untuk mencegahnya
berkontraksi. Trisep adalah otot dilengan yang menyebabkan ekstensi
(meluruskan) sendi siku. Ketika biseps berkontraksi untuk menekuk siku,
makan akan kontraproduktif bag triseps untuk berkontraksi. Koneksi neuron
yang melibatkan stimulasi saraf ke suatu oto dan inhibisi saraf secara
bersamaan ke otot antagonisnya ini dikenal sebagai persarafan timbal-balik.
3. Neuron aferen juga merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal naik
melalui medula spinalis ke otak melalui jalur asendens. Hanya ketika impuls
mencapai daerah sensorikk korteks barulah yang bersangkutan merasakan
nyeri,lokasinya, dan jenis rangsangan.
REFLEKS REGANG

(Gambar 1.9 : Mekanisme Refleks Regang)


24

Hanya satu refleks yang lebih sederhana daripada refleks lucut: refleks regang,
di mana neuron aferen yang berasal dari reseptor pendeteksi peregangan di suatu otot
rangka berakhir langsung di neuron eferen yang menyarafi otot rangka yang sama untuk
menyebabkannya berkontraksi dan melawan peregangan.
Refleks regang adalah suatu refleks monosinaps (satu sinaps), karena satu –
satunya sinaps di lengkung refleks adalah sinaps antara neuron aferen dan neuron
eferen. Refleks lucut dan semua refleks lain bersifat polisinaps, karena terdapat
antarneuron terselip di jalur refleks dan, karenanya, terdapat sejumlah sinaps yang
terlibat.
Refleks ekstensor menyilang ini memastikan bahwa tungkai kontralateral akan
berada dalam posisi siap menahan beban tubuh sewaktu tungkai yang cedera ditarik
menjauhi rangsangan.
Tidak semua aktivitas refleks meibatkan lengkung refleks yang jelas, namun
prinsip dasar suatu refleks (yaitu, respons otomatis terhadap suatu perubahan yang
terdeteksi ) tetap berlaku. Jalur-jalur untuk respons yang tidak disadari yang
menyimpang dari lengkung refleks khas terdapat dalam dua cara umum:
1. Respons yang sedikit banyak diperantarai oleh hormon. Suatu refleks tertentu
mungkin
diperantarai hanya oleh neuron atau hormon atau mungkin melibatkan jalur
yang menggunakan keduanya.
2. Respons lokal yang tidak melibatkan saraf atau formon. Sebagai contoh,
pembuluh darah pada otot yang sedang aktif melebar karena perubahan
metabolik lokal sehingga aliran darah meningkat untuk mengimbangi
kebutuhan metabolik otot yang aktif tersebut.3

3. PERANAN RESEPTOR PADA FUNGSI SISTEM SARAF TEPI


3
Sherwood L. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2012.
Hlm 190-193.
25

Reseptor pada Kulit :

(Gambar 1.10 : Reseptor Pada Kulit)

a. Korpuskula Pacini : tekanan

Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak


tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan
genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan
diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang,
karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat
bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi
korpuskulus.
26

b.      Korpuskula Ruffini : panas

Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.
Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang
menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan
organ tendo golgi.

Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus
dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar
berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang
bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.

c.       Korpuskula Krause : dingin

Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia


eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk
bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal
yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan
mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin
bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung
sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya
usia.Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.

d.      Korpuskula Meissner : sentuhan

Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari,
bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus
permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron.
Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai
setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang
tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini
mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak
mangandung mielin.
27

e.       Korpuskula ujung saraf terbuka: rasa nyeri

Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas padabanyak
jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.Serat akhir saraf
bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau seratsaraf bermielin
berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir,
dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf
seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga
hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan
raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf
yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.

Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada


epidermisberhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir
sarafmembentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel).Badan
ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluransitoplasma. Seperti
mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antarakeratinosit dan kemungkinan
juga gerakan epidermis sehubungan denganjaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan
bahwa beberapa diskus merkelmerespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap
dingin.4

FUNGSI SARAF TEPI :


4
Bergman RA, Afifi KA, Heidger Jr PM. Histology. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1996.
28

Sistem saraf tepi adalah bagian dari sistem saraf manusia yang terdiri dari sistem
saraf somatik (sistem saraf sadar) dan sistem saraf otonom (sistem saraf tak sadar).
Sistem saraf sadar berfungsi untuk mengontrol segala aktivitas yang kerjanya
dikendalikan oleh otak, dan sistem saraf tak sadar berfungsi untuk mengontrol aktivitas
yang tidak dapat diatur oleh otak seperti denyut jantung, gerakan saluran pencernaan,
dan sekresi keringat. Sistem saraf. tak sadar adalah sistem saraf di dalam tubuh yang
bekerja tanpa sepengetahuan pemilik tubuh. Sistem saraf tak sadar ini memiliki peran
yang sangat penting bagi tubuh, khususnya untuk menggerakkan usus, otot polos, pupil,
pembuluh darah, dan lain lain.

(Gambar 1.11 : Sistem Saraf Perifer Simpatik dan Parasimpatik)


Sumber : Atlas Anatomi Sobbotta Edisi 23. Jilid III.
Secara umum, fungsi sistem saraf tepi adalah untuk memberikan segala
informasi mulai dari pusat pengatur ke bagian pusat pengatur. Sistem saraf yang juga
disebut sebagai sistem saraf perifer ini tersusun atas jutaan bahkan milyaran sel darah
yang berguna untuk membawa rangsangan ke sistem saraf pusat. Sistem saraf bagian
tepi jika dibagi berdasarkan rangsangan saraf yang terdiri atas sel saraf aferen dan sel
saraf eferen.
29

Sel saraf aferen merupakan sel saraf sensorik yang banyak membawa impuls
dari organ sensorik, sedangkan sel saraf eferen merupakan sel saraf motorik yang
banyak membawa tanggapan ke otot atau kelenjar dan membuat pergerakan.

Bagian sistem saraf tepi yang berupa sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak
(yaitu saraf saraf yang keluar dari otak) dan saraf sumsum tulang belakang (yaitu saraf
saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang). Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri
dari 3 pasang saraf sensori, 5 pasang saraf motor, dan empat pasang saraf gabungan
antara kedua saraf tersebut (sensori dan motor). Sedangkan saraf sumsum tulang
belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan yang terdiri dari 8 pasang saraf leher, 12
pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan 1 pasang
saraf ekor. Kemudian, sistem saraf tak sadar disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. 5

4. PERAN NERVUS SPINALIS PADA SISTEM SARAF TEPI :

5
Carlson, N.R. (2007) PHYSIOLOGY BEHAVIOR (9 ED.) BOSTON:
PEARSON.
30

(Gambar 1.12 : Anatomi Nervus Spinalis)

Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer. Sistem saraf tepi merupakan bagian


dari sistem saraf tubuh yang berfungsi meneruskan rangsangan (impuls) menuju dan
dari sistem saraf pusat. Karena itu, di dalamnya terdapat serabut saraf sensorik (saraf
aferen) dan serabut saraf motorik (saraf eferen).

Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi atas saraf kranial dan saraf
spinal yang masing-masing berpasangan, serta ganglia (tunggal: ganglion). Saraf kranial
merupakan semua saraf yang keluar dari permukaan dorsal otak sedangkan saraf spinal
ialah semua saraf yang keluar dari kedua sisi tulang belakang. Masing-masing saraf ini
mempunyai karakteristik fungsi dan jumlah saraf yang berbeda.

Sementara itu, ganglia merupakan kumpulan badan sel saraf yang membentuk
simpul-simpul saraf dan di luar sistem saraf pusat. Saraf spinalis adalah sistem saraf
31

yang keluar dari medulla spinalis yang merupakan bagian dari sistem saraf pusat (SSP)
di tubuh manusia. Medulla spinalis merupakan lanjutan dari batang otak yang
terbentang mulai dari leher sampai ke pinggang. Medula spinalis tulang belakang
dilindungi oleh tulang belakang manusia. Dari medula spinalis inilah keluar jaras-jaras
saraf spinalis yang berguna untuk memepersarafi bagian-bagian tubuh tertentu. sistem
saraf spinal diberi nama sesuai dengan darimana ia keluar dan melewati tulang apa saraf
tersebut di tulang belakang. 

Sistem saraf spinal memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh manusia.
Organ-organ yang dipersarafi oleh saraf-saraf spinal sangat banyak, jadi jika saraf spinal
ini menjadi tidak berfungsi, otomatis organ-organ tersebut juga tidak berfungsi.

Terdapat beberapa fungsi umum yang ada pada sistem saraf spinal pada manusia, yaitu :

 Bertanggung jawab atas persarafan anggota tubuh, anggota badan dan juga
kepala
 Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Terdapat perbedaan antara jalur
asendens dan juga desendens. Jalur asendens mengirimkan sinyal (impuls) dari
organ tubuh ke otak, sedangkan desendens mengirimkan impuls dari otak ke
organ tubuh.
 Menjadi jalur gerak refleks, sehingga saraf spinal juga disebut dengan saraf
reflex.6

6
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta. EGC : 2009.
32

Dermatom
33

(Gambar 1.13 : Area Dermatom pada Tubuh)

Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis
ada 8 saraf cervical, 12 saraf thoracal, 5 saraf lumbal, dan 5 saraf sacral. Masing-masing
saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang di persarafinya ke otak. Sepanjang dada
dan perut dermatom seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang
berbeda.Sepanjang lengan dan kaki, pola ini berbeda: dermatom berjalan secara
longitudinal sepanjang anggota badan.

Tingkatan utama dermatom :


34

C5 : Clavicula

C5, 6 : Sisi lateral ekstremitas atas

C8, T1 : Sisi medial ekstremitas atas

C6 : Ibu jari

C6, 7, 8 : Tangan

C8 : Jari manis dan kelingking

T4 : Setinggi putting

T10 : Setinggi umbilikus

L1 : Region inguinal atau selangkangan

L1, 2, 3, 4 : Permukaan dalam dan anterior ekstremitas bawah

L4, 5, S1 : Kaki

L4 : Sisi medial ibu jari kaki

L5, S1, 2 : Permukaan lateral dari posterior ekstremitas bawah

S1 : Sisi lareral kaki dan kelingking

S2, 3, 4 : Perineum.7

5. STRUKTUR SEL SARAF - NEUROTRANSMITTER MENGHANTARKAN :

7
Frank. H. Netter. Atlas anatomi manusia. Edisi 6. Singapura. Elsavier : 2016.
35

(Gambar 1.14 : Mekanisme Neurotransmitter menghantarkan impuls)

Terminal prasinaptik penelitian dengan menggunakan mikroskop elektron pada


terminal prasinaptik memperlihatkan bahwa terminal prasinaptik mempunyai
bermacam-macam bentuk anatomis, namun kebanyakan bentuknya menyerupai tombol
bulat atau sehingga kadang disebut sebagai tombol terminal (terminal knobs), boutons,
ujung kaki (end-feet), atau tombol sinaptik (synaptic knobs). struktur dasar sebuah
sinaps, memperlihatkan sebuah terminal prasinaptik pada permukaan membran neuron
pascasinaptik. Terminal prasinaptik ini mempunyai dua struktur internal yang penting
untuk fungsi eksitatorik atau inhibitorik sinaps: vesikel transmiter dan mitokondria.
Vesikel transmitter mengandung zat transmiter, yang bila dilepaskan ke celah sinaps,
dapat merangsang atau menghambat neuron pascasinaptik akan merangsang bila
membran neuronnya mengandung reseptor perangsang, dan akan menghambat bila
membran neuron tersebut mengandung reseptor penghambat. Mitokondria
menyediakan adenosin trifosfat (ATP), yang menyuplai energi untuk sintesis zat
transmiter baru.
36

Mekanisme Bagaimana Potensial Aksi Menyebabkan Pelepasan Transmitter Dari


Terminal Prasinaptik Peran Ion Kalsium :

(Gambar 1.15 : Anatomi Fisiologis Sinaps)


Membran terminal prasinaptik disebut membran prasinaptik. Membran prasinaptik
mengandung banyak sekali kanal kalsium bergerbang voltase. Bila sebuah potensial
aksi mendepolarisasi membrane prasinaptik, kanal kalsium tersebut akan membuka dan
memungkinkan sejumlah besar ion kalsium untuk mengalir masuk ke dalam. Jumlah zat
transmiter yang kemudian dilepaskan dari terminal ke dalam
celah sinaps berbanding lurus dengan jumlah ion kalsium yang masuk. Bagaimana
tepatnya mekanisme ion kalsium menyebabkan pelepasan zat transmiter belum
diketahui, namun diyakini bahwa mekanismenya adalah sebagai berikut. Sewaktu ion
kalsium memasuki terminal prasinaptik, diyakini bahwa ion-ion ini berikatan dengan
molekul protein khusus pada permukaan sisi dalam membran prasinaptik, yang disebut
tempat pelepasan. Pada vesikel-vesikel yang menyimpan neurotransmiter asetilkolin,
ditemukan antara 2.000 sampai 10.000 molekul asetilkolin di setiap vesikel, dan
terdapat cukup banyak vesikel pada terminal prasinaptik untuk mengirimkan beberapa
ratus sampai lebih dari 10.000 potensial aksi.
37

Kerja zat neurotransmiter pada neuron pascasinaptik- fungsi “protein reseptor” :


 Kanal Ion
Kanal ion pada membran neuron pascasinaptik biasanya dua jenis: (1) kanal kation
yang paling sering memungkinkan ion natrium lewat ketika terbuka, tetapi kadang
melewatkan juga ion kalium dan atau ion kalsium, dan (2) kanal anion yang terutama
memungkinkan ion klorida untuk lewat dan juga sedikit sekali anion yang lain.
Kanal kation yang menghantarkan ion natrium dilapisi oleh muatan negatif. Muatan
ini menarik muatan ion natrium yang bersifat positif ke dalam kanal ketika diameter
kanal meningkat menjadi ukuran yang lebih besar dari ion natrium yang terhidrasi.
Tetapi muatan negatif yang sama tersebut menolak ion klorida dan anion lain dan
menghambat jalannya. Untuk kanal anion, ketika diameter kanal menjadi cukup besar,
ion klorida masuk ke dalam kanal menuju ke arah yang berlawanan, sedangkan kation
natrium, kalium, dan kalsium dihambat, terutama karena bentuk ion terhidrasinya terlalu
besar untuk dapat lewat.
Kita akan mempelajari kemudian bahwa saat kanal kation terbuka dan menyebabkan
ion natrium bermuatan positif masuk, muatan listrik positif dari ion natrium selanjutnya
akan merangsang neuron ini. Oleh karena itu, zat transmiter yang membuka kanal
kation disebut transmiter eksitatorik. Sebaliknya, pembukaan kanal anion menyebabkan
masuknya muatan listrik negatif, yang menghambat neuron. Oleh karena itu, zat
transmitter yang membuka kanal ini disebut transmiter inhibitorik.
Terdapat beberapa jenis sistem caraka kedua. Satu jenis yang paling umum
menggunakan sekelompok protein yang disebut protein-G. Protein-G melekat pada
bagian reseptor yang menonjol ke bagian interior sel. Protein-G terdiri atas tiga
komponen: komponen alfa yang merupakan bagian activator protein-G, dan komponen
beta serta gamma komponen alfa dan juga ke bagian dalam membran sel yang
berdekatan dengan protein reseptor. Pada proses aktivasi oleh impuls saraf, bagian alfa
protein-G memisahkan diri dari bagian beta dan gamma dan kemudian bebas untuk
bergerak di dalam sitoplasma sel.
38

Di dalam sitoplasma, komponen alfa yang terpisah membentuk satu atau lebih
fungsi, bergantung pada ciri khas dari setiap jenis neuron. Terdapat empat perubahan
yang dapat terjadi. Keempat hal itu adalah sebagai berikut.
1. Pembukaan kanal ion melalui membran sel pascasinaptik. Terlihat pada bagian
kanan atas, kanal kalium terbuka sebagai respons terhadap protein-G; kanal ini
sering kali tetap terbuka untuk waktu yang lama, berbeda dengan penutupan
cepat akibat aktivasi langsung kanal ion yang tidak menggunakan sistem caraka
kedua.
2. Aktivasi adenosin monofosfat siklik (cAMP) atau guanosin monofosfat siklik
(cGMP) dalam sel neuron. lngatlah bahwa AMP siklik atau GMP siklik dapat
mengaktifkan perangkat metabolik yang sangat spesifik dalam neuron dan,
karena itu, dapat mencetuskan banyak perubahan kimiawi, termasuk perubahan
jangka panjang dalam struktur sel sendiri, yang selanjutnya akan mengubah
kepekaan neuron secara jangka panjang.
3. Aktivasi satu atau lebih enzim intrasel. Protein-G dapat secara langsung
mengaktivasi satu atau lebih enzim intrasel. Kemudian, enzim dapat
menimbulkan banyak fungsi kimia spesifik sel.
4. Aktivasi transkripsi gen. Hal ini merupakan efek aktivasi sistem caraka kedua
yang paling penting karena transkripsi gen dapat menyebabkan pembentukan
protein baru di dalam neuron, sehingga mengubah perangkat metabolik atau
strukturnya. Sebaliknya, telah diketahui dengan baik bahwa perubahan struktural
neuron yang teraktivasi secara baik memang terjadi, terutama pada proses
memori jangka panjang.
39

(Gambar 1.16 : Mekanisme Reseptor pada Membran Pascasinaptik)


 Reseptor Eksitatorik Atau Inhibitorik Pada Membrane Pascasinaptik
Beberapa reseptor pascasinaptik, bila diaktivasi, menyebabkan eksitasi neuron
pascasinaptik dan yang lainnya menyebabkan inhibisi. Pentingnya memiliki reseptor
jenis inhibisi seperti juga jenis eksitasi adalah bahwa reseptor-reseptor ini memberi
dimensi tambahan terhadap fungsi saraf, memungkinkan pengendalian kerja saraf dan
juga perangsangannya.
Berbagai mekanisme molekular dan membran digunakan oleh berbagai reseptor
untuk menimbulkan eksitasi atau inhibisi seperti berikut ini.
 Eksitasi
1. Pembukaan kanal natrium memungkinkan listrik bermuatan positif dalam
jumlah besar untuk mengalir ke bagian interior sel pascasinaptik. Hal ini akan
meningkatkan potensial membran ke arah positif menuju nilai ambang rangsang
untuk menyebabkan eksitasi. Cara ini merupakan cara yang paling banyak
digunakan untuk menyebabkan eksitasi.
2. Penekanan hantaran melalui kanal klorida atau kalium, atau keduanya. Hal ini
akan menurunkan difusi ion klorida bermuatan negatif ke bagian dalam neuron
pascasinaptik atau menurunkan difusi ion kalium bermuatan positif ke bagian
luar.
40

3. Berbagai perubahan metabolisme internal neuron pascasinaptik untuk


merangsang aktivitas sel atau, pada beberapa keadaan, untuk meningkatkan
jumlah reseptor membran eksitatorik atau menurunkan jumlah reseptor membran
inhibitorik.
 Inhibisi
1. Pembukaan kanal ion klorida pada membran neuron pascasinaptik. Hal ini
memungkinkan ion klorida bemuatan negatif untuk berdifusi secara cepat dari
bagian luar neuron pascasinaptik ke bagian dalam, dengan demikian membawa
muatan negatif ke dalam dan meningkatkan kenegatifan di bagian dalam, yang
bersifat inhibitorik.
2. Peningkatan hantaran ion kalium keluar dari neuron. Hal ini memungkinkan
ion kalium yang bermuatan positif untuk berdifusi ke bagian eksterior, yang
menyebabkan peningkatan kenegatifan di dalam neuron, yang bersifat
inhibitorik.
3. Aktivasi enzim reseptor yang menghambat fungsi metabolic selular yang
meningkatkan jumlah reseptor sinaptik inhibitorik atau menurunkan jumlah
reseptor eksitatorik.

 Dua Tipe Dasar Reseptor Asetilkolin-Reseptor Muskarinik Dan Nikotinik


a) Asetilkolin terutama mengaktifkan dua macam reseptor, yakni reseptor
muskarinik dan reseptor nikotinik. Alasan untuk penamaan ini adalah karena
bahan muskarin, yang merupakan sejenis racun pada jamur payung, hanya
mengaktifkan reseptor muskarinik dan tidak akan mengaktifkan reseptor
nikotinik, sedangkan bahan nikotin hanya mengaktifkan reseptor nikotinik;
asetilkolin mengaktifkan kedua jenis reseptor tersebut.
b) Reseptor muskarinik dijumpai pada semua sel efektor yang dirangsang oleh
neuron kolinergik postganglion baik dari sistem saraf simpatis atau
parasimpatis.
c) Reseptor nikotinik dijumpai di ganglia otonom pada sinaps antara neuron
preganglion dan postganglion dari sistem simpatis dan parasimpatis.
41

d) Pemahaman mengenai kedua jenis reseptor ini sangat penting, karena


berbagai obat tertentu kerap dipakai sebagai obat untuk merangsang atau
menghambat salah satu dari kedua jenis reseptor tersebut.8

 Sintesis Asetilkolin, penghancuranya setelah sekresi, dan lama kerja


Asetilkolin disintesis di ujung terminal dan varikositas serat saraf kolinergik, tempat
bahan tersebut disimpan dengan kepekatan tinggi di dalam vesikel sebelum dilepaskan.
Reaksi kimia dasar sintesis ini adalah sebagai berikut.

(Gambar 1.17 : Sintesis Asetilkolin)


Begitu disekresikan ke dalam jaringan oleh ujung saraf kolinergik, asetilkolin akan
menetap dalam jaringan selama beberapa detik sementara melakukan fungsi transmisi
sinyal saraf. Kemudian sebagian besar dipecah menjadi ion asetat dan kolin, dikatalisis
oleh enzim asetilkolinesterase yang berikatan dengan kolagen dan glikosaminoglikans
dalam jaringan ikat setempat. Mekanisme ini sama dengan mekanisme transmisi sinyal
asetilkolin dan penghancuran asetilkolin selanjutnya yang terjadi pada taut
neuromuskular di serat saraf skeletal. Kolin yang terbentuk kemudian diangkut kembali
ke ujung saraf terminal, tempat bahan ini dipakai kembali untuk sintesis asetilkolin yang
baru.

8
Hall JE, Guyton AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Singapore:
Elsevier;
2016.
42

Macam – Macam Neurotransmitter :


 Asetilkolin
asetilkolin memiliki efek eksitasi, namun asetilkolin juga telah diketahui
memilik efek inhibisi pada beberapa ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya
inhibisi jantung oleh nervus vagus
 Norepinefrin
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak
pada batang otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi
norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan
serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan
seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan.
 Epinephrine
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres
jangka pendek.
 Dopamine
Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana
mempengaruhi proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan
kemampuan untuk merasakan kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat
penting untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika kekurangan dopamin
akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan.
 Glutamate
Merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf pusat,
jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting dalam
hal memori.
 Serotonin
Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai
neurotransmitter yang berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh,
mood, tidur, selera makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah.
43

 GABA
Merupakan neurotransmiter inhibisi utama pada sistem saraf pusat. GABA
berperan penting dalam mengatur exitability neuron melalui sistem saraf. Pada
manusia, GABA juga bertanggung jawab langsung pada pengaturan tonus otot.
 Glisin
Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem saraf pusat,
terutama pada medula spinalis, brainstem, dan retina.
 Aspartat
Aspartat (basa konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter
yang bersifat eksitasi terhadap sistem saraf pusat. Aspartat merangsang reseptor
NMDA (N-metil-D-Aspartat), meskipun tidak sekuat rangsangan glutamat
terhadap reseptor tersebut. Sebagai neurotransmitter, aspartat berperan
dalam daya tahan terhadap kelelahan. Tetapi,bukti-bukti yang mendukung
gagasan ini kurang kuat.
44

DAFTAR PUSTAKA

1. Frank. H. Netter. Atlas anatomi manusia. Edisi 6. Singapura : Elsvier. 2016.


2. Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik Edisi ke-5. Jakarta : EGC. 2007.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC.
2012. Hlm 190-193.
4. Bergman RA, Afifi KA, Heidger Jr PM. Histology. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1996.
5. Carlson, N.R. (2007) PHYSIOLOGY BEHAVIOR (9 ED.) BOSTON :
PEARSON.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta. EGC : 2009.
7. Frank. H. Netter. Atlas anatomi manusia. Edisi 6. Singapura : Elsevier. 2016.
8. Hall JE, Guyton AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Singapore:
Elsevier. 2016.

Anda mungkin juga menyukai