1
STEP I
STEP II
STEP II
1) Faktor Biaya
2) Tidak Darurat
3) Tidak dapat menangani kasusnya
4) Pihak Rumah sakit belum bekerja sama dengan BPJS.
2
2. Kebijakan rumah sakit bagi pasien yang kekurangan biaya, yaitu:
3. Alasan pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS:
1) Untuk mengurangi beban finansial karena rumah sakit bekerja sama dengan
BPJS
2) Wajib melayani pasien
3) Penanganan yang diberikan Rumah sakit BPJS lebih diperhatikan disbanding
Rumah sakit umum
3
STEP IV
UU RI No.29 tahun 2004 “Pasien tidak memenuhi biaya, pihak rumah sakit
menyarankan pasien rujuk kerumah sakit untuk meringankan biayanya.”
3. Alasan pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS:
1). BPJS mempunyai dan jika membutuhkan sudah dibayar oleh pemerintah.
4
2). Rumah sakit bekerjasama dengan BPJS wajib melayani pasien BPJS.
1). Sosialisa pada masyarakat dengan memberikan program hidup bersih untuk
mencegah penyakit.
MIND MAP
5
STEP V
STEP VI
BELAJAR MANDIRI.
STEP VII
Kekurangan BPJS :
a. Terjadi pengalihan tanggung jawab negara kepada individu atau rakyat melalui
iuran yang dibayarkan langsung, atau melalui pemberi kerja bagi karyawan
swasta, atau olehnegara bagi pegawai negeri. Lalu sebagai tambal sulamnya,
negara membayar iuran program jaminan sosial bagi yang miskin. Pengalihan
tanggung jawab negara kepada individu dalam masalah jaminan sosial juga bisa
dilihat dari penjelasan undangundang tersebut tentang prinsip gotongroyong yaitu:
Peserta yang mampu (membantu) kepada peserta yang kurang mampu dalam
bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko rendah
membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
b. Yang akan menerima jaminan sosial adalah mereka yang terdaftar dan tercatat
membayar iuran.
6
c. Belum mencakup semua masyarakat, misalnya gelandangan, anak panti asuhan,
orang jompo,dansebagainya.
Kelebihan BPJS :
d. Asuransi berlaku seumur hidup dari anak baru lahir hingga lansia. 1
2
Siregar Elizabeth, Budhiartie Arrie. Perlindungan Hukum Hak-Hak Pasien Dalam
Transaksi Terapeutik. Majalah Hukum Forum Akademika. 2016.
7
1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak
sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs,
kepentngan ybs, kepentingan masyarakat).
3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan
penyelamatan nyawa atau cegah cacat).
8
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
(second opinion) yang mempunyai Surat ijin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar rumah sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya;
10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
11. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya.3.
2
23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.
9
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
RUMAH SAKIT
Pasal 32
10
13. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
15. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
Bagian Kelima
Keselamatan Pasien
Pasal 43
Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri.
Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.
TENTANG
34
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.
11
KESEHATAN
Pasal 5
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan.
2. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Perlindungan Pasien
Pasal 56
1. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku :
Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
1. perintah undang-undang;
2. perintah pengadilan;
3. izin yang bersangkutan;
Pasal 58
12
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
3. Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
Standar Pelayanan
Pasal 44
Pasal 52
Pasal 53
13
1. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
2. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
3. mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan; dan
4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. 5
TENTANG
Pasal 13
6
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013
Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.
14
1. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berdoa atau sholat sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
3. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah masing-masing jika antara perawat maupun dokter berbeda
keyakinan dengan pasien.
4. Perawat membantu pasien yang ingin melaksanakan ibadahnya saat paien
dalam keadaan keterbatasan.
5. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sadar,
murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan
kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan.
6. Membina kerukunan hidup di antara sesame umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
15
1. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
2. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasie dari pada kepentingan
pribadi.
3. Harus menjalin hubungan baik terhadap sesame perawat lain, staf
kesehatan lainnya, pasien dan keluarganya agar tidak terjadi konflik yang
menyebabkan perpecahan.
16
SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
2. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan berkembang.
4. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.
17
Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari
falsafah dan budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan
berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan SKN. Prinsip ini meliputi :
3. Adil dan Merata Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan
merata. Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, baik geografis maupun
ekonomis.
18
6. Pengutamaan dan Manfaat Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip
pengutamaan dan manfaat. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan
lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan
maupun golongan.
1. Upaya kesehatan
2. Pembiyaan kesehatan
19
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Manajemen Kesehatan
Dengan meletakkan perspektif hak asasi manusia dalam kajian tentang hak
atas kesehatan ini penyandang kewajiban korelatif utama hak tersebut yaitu
negara atau pemerintah. Norma tentang kewajiban negara/pemerintah
merealisasikan hak atas kesehatan yang setinggi-tingginya termaktub dalam Bab
IV Pasal 14 sampai dengan Pasal 20 UU No. 36 Tahun 2009. 7
57
Depmenkes. sistem kesehatan nasional. 2000; (5). Hlm. 15-20.
20
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan
yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
(2) Pelaksanaan sistem jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ada dua ketentuan umum yang menjadi dasar kewajiban negara di bidang HAM:
21
Pasal 72 UU No. 39 Tahun 1999 :
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Widiastuti I, “pelayanan badan penyelenggara jaminan sosial (bpjs)
kesehatan di jawa barat” 2017. Juli : vol(4)1. 228-229.
23