FAKULTAS KEDOKTERAN
UGJ
2020
Psikiatri ibu dikatakan adanya hubungan fisiologis ibu dan anak, hubungan fisiologi
mencakup pola asuh atau correct parenting adalah sebagai wahana untuk mendidik mengasuh
anak agar tumbuh berkembang dengan baik. Hubungan patologis dikatakan apabila terjadi
postnatal mental illness ketika early pregnancy, during-antenatal, ataupun postnatal, tanda
dan gejala muncul adalah denial atau conceal pregnancy, komorbiditas, hingga komplikasi.
Menurut teori Sigmund Freud, The Psyche – terbagi menjadi 3 bagian yakni terdiri dari :
ID – instinc
EGO - Reality
SUPER EGO - Morality
Perinatal psikiatri :
PPDJ III
Sindrom perilaku dengan gangguan fisiologiss dan faktor resiko [F50 – F59]
Depressed mood terjadi psychologis antara hubungan hormone estrogen progesterone cortical
meningkat selama pasca melahirkan.
Faktor resiko :
Mood emosional – meningkatnya crying, putus asa, sedih, irritability, kehilangan minat,
cenderung ingin sendiri, takut melukai diri sendiri atau bahkan anaknya sendiri.
Fisik symptom – behavioral – penarikan diri, ADL activity daily learning menurun.
Physical symp – exhaustion, sedih, sleeping problem, perubahan mood, headache, chestpain, etc.
Antidepresan
Psychotherapy – CBT
Conselling – terapi kelompok.
Manifestasi klinis : depression mood fluctuative rapidly, mood lability, confusssion, sebuah
maniak atau halusionasi.
Tatalaksana : rawat RS , meningkatkan resiko ingin bunuh diri atau membunuh anak sendiri.
D. ANTENATAL DEPRESSION
Faktor resiko :persalinan premature, BBLR, riwayat preeklampsia dan infant temperament.
Wanita mengalami tingkat stress 2x lipat meningkatkan faktor resiko antenatal depression.
PENATALAKSANAAN CASE :
IDENTIFIKASI PASIEN
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
MEDIK : PSIKIATRI – Non Psikiatri
NON MEDIK – PSIKOSOSIAL – EKONOMI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA – DIAGNOSIS BANDING
RENCANA TATALAKSANA – MEDIK – NON MEDIK.
KERN IKTERUS
Ikterus neonatus ketika kedaan klinis di mana terjadi disklorasi pada kulit, mukosa
memberan dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin dalam serum (pada bayi baru lahir🡪
5-7 mg/dl). Icterus kern pada bayi baru lahir dikatakan fisiologis apabila :
Hiperbilirubinemi kadar bilirubin ningkat ≥ 2 standar deviasi dari kadar yang di harapkan
berdasarkan umur bayi atau > persentil 90.
Bilirubin ensefalopati manifestasi klinis sebagai efek toksik bilirubin pada SSP (basal
ganglia dan berbagai nuklei di batang otak).
Patogonesis kern icterus dikatakan tampak pigmen kuning tua pada meningen, pleksus
koroideus dan beberapa daerah otak seperti ganglia basalis terutama globus palidus, nucleus
subtalmik, nuklei dentati, vermis selebelar, hippocampus sektor H2 dan H3, nuklei saraf otak
(N.okulomotorius, N. vestibularis, N, koklearis, jaran pada korteks serebri).
MIKROSKOPIK :
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1) Relfek moro jelek, hipotoni, letargi, malas menetek, vomitus, high pitched cry, kadang2
konvulsi
2) Opistotonus, konvulsi, fibris, rigiditas, oculogyric crises, mata deviasi ke atas
(pertengahan minggu pertama).
3) Spastisitas menurun (setelah minggu pertama)
4) Gejala berlanjut spastisitas, atetosis, tuli parsial/komplit, retardasi mental, paralisis bola
mata ke atas, displasia dental.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
PENTALAKSANAAN :
1) Pemberian Ig iv🡪 pada bayi dengan Rh yang berat dan inkompatibilitas ABO🡪 cegah
hemolysisisoimun dan menurunkan tindakan tranfusi tukar.
2) Cegah terjadinya prematuritas.
3) Deteksi dini gejala klinis.
4) Pemeriksaan bilirubin, asam-basa, albumin dan BERA.
5) Transfusi tukar bila terapi sinar biru gagal, kadar bilirubin > 20 mg/dl bayi dengan
hemolitik.
6) Tanpa ada hemolitik🡪 terapi sinar biru dapat diteruskan pada bilirubin 25 – 29 mg/dl.
7) Fenobarbital dan metalloprotoporphyrin.
Keadaan ketika terjadi kepada bayi baru lahir terjadi gangguan absorbs saluran
pencernaan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Px Clini test tab Normal : gula tinja negative, dengan penilaian dikatakan :
a. + : 0,5%
b. ++ : 0,75%
c. +++ :1%
d. ++++ :2%
Pada pemeriksaan histologi ditemukan atrofi mukosa disertai serbukan sel yang
bertambah di lamina propria kripta Lieberkhun yg dalam dan di duga disertai defisiensi
laktase sekunder.
PENEGAKKAN DIAGNOSE
PENATALAKSANAAN :
Lama pemberian 1 – 3 bulan atau sampai tinja membaik selanjutnya dikurangi secara
dan diganti dengan susu formula yg diminum sebelumnya dinaikan secara bertahap.
PROGNOSIS
MALABSORBSI LEMAK
Asam lemak trigleserida : MCT ( medium chain tryglycerides ) rantai C berjumlah 6 –
12. LCT ( long chain tryglycerides ) rantai C berjumlah > 14 gangguan aborbsi.
ETIOLOGI
Gangguan absorbsi lemak (LCT) terjadi diare dan berlemak atau steatorea akibat
malabsorbsi lemak, terjadi pada : Enzim lipase atau lemak kurang atau tidak ada.
1. Conjugated bile salt tidak ada atau kurang
2. Mukosa usus halus atrofi atau rusak
3. Gangguan sistem limfe saluran cerna
Di usus halus malaborbsi lemak dirubah menjadi asam lemak dan gliserida (dipengaruhi
lipase pankreas dan conjugated bile salt) menjadi micelle (bentul lemak yg siap
diabsorbsi) terjadi esterifikasi terbntk kilomikron (diangkut melalui saluran limfe.
MCT dpt diabsorbsi dg baik (walaupun tanpa lipase maupun conjugated bile salt) vena
Porta liver (proses metabolisme)
PATOFISIOLOGI
Malabsorbsi lemak terjadi pada:
1. Penyakit pankreas: fibrosis pankreas, insufiensi lipase pankreas.
2. Penyakit hati: hepatitis neonatorum, atresia biliaris, serosis hepatis.
3. Penyakit usus halus: reseksi usus halus: infark mesenterium, vakvulus, atresia.
4. Kelainan limfe: tuberkulosis,limfaektasis usus.
PENEGAKKAN DIAGNOSE
1) adanya lemak di tinja tinja lembek, tidak berbentuk, warna coklat muda sampai
kuning, terlihat berminyak.
2) Van de Kamer kumpulkan tinja selama 3 hari ber-turut2 > 15 gram tinja
malabsorbsi lemak
PENATALAKSANAAN
1) Diterapi penyakit penyebab malabsorbsi
2) Malabsorbsi lemak R/ MCT dibuat dari minyak kelapa: Bentuk bubuk,
Portagen/Tryglyceride (produk Mead Johnson) Bentuk minyak: Mead Johnson MCT
oil, Trifood MCT oil. Dan Mentega MCT: magarine union.
11
Keadaan ketika bayi mengalami alergi pada susu sapi disebabkan oleh kasien dan whey
adalah protein dalam susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi. Reaksi-reaksi ini dapat
diperantarai IgE atau non-IgE.
ETIOLOGI
Penyebab utama alergi susu adalah terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
pengidap yang salah mengidentifikasi protein pada susu sebagai zat yang membahayakan
tubuh. Hal ini memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi Imunoglobilin E untuk
menetralkan zat pemicu alergi tersebut dan melepaskan histamin ke dalam darah, sehingga
menimbulkan gejala alergi susu.
MANIFESTASI KLINIS
PENATALAKSANAAN
1) Antihistamin yang digunakan untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat gejala yang
disebabkan oleh reaksi alergi.
2) Adrenalin untuk mengatasi gejala alergi berat atau anafilaksis yang diberikan dengan
cara disuntikkan oleh dokter.
PENCEGAHAN
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa, metabolit primer janin dan neonatus, janin
bergantung pada plasenta untuk pasokan makanan secara konstan, lahir ketika perubahan
hormonal dan metabolic maka mengakibatkan adaptasi homeostasis glukosa. Ketika kadar
glukosa <40-45 mg/dl. Etiologi dan Mekanisme Hipoglikemia :
Penegakkan diagnosis :
Penatalaksanaan :
Hipotiroid kongenital adalah ketika kelainan fungsi tiroid yang terjadi sebelum atau saat
lahir neonatus. Hipotiroid dibagi menjadi 3, primer sekunder tersier. Hipotiroid primer kelainan
pada kelenjar tiroid. Hipotiroid sekunder kelainan kelenjar hipofisis. Hipotiroid tersier kelainan
pada hipotalamus. Epidemiologi 1 : 4000 kelahiran, perempuan : laki-laki = 2 : 1.
Penatalaksanaan :
14
Gangguan pernapasan neonatus atau sesak napas merupakan gejala yang sering ditemui
pada bayi baru lahir. Prevalensi kejadian pada bayi cukup bulan 15% kurang bulan 29%.
Gangguan napas pada bayi baru lahir merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa. Harus
segera didiagnosis penyebab etiologi dan segera dilakukan tindakan.
Bagaimana mengetahui etiologi penyebab dari gangguan napas bayi baru lahir? Pada saat
anamnesa ditanyakan riwayat ibu: apakah ditemukan faktor resiko?, tanyakan usia kehamilan,
cairan ketuban: warna, bau, volume, riwayat intrapartum, manifestasi klinis. Pemeriksaan x-ray,
dan evaluasi hasil laboratorium cek darah rutin, untuk mencari penyebab dari gangguan ini.
Etiologi gangguan pernapasan :
1. Bayi cukup bulan : Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), Meconium Aspiration
Syndrome (MAS), Congenital Penumonia, Pneumothorax.
2. Bayi kurang bulan : Hyaline Membrane Disease (HMD), chronic lung disease in the
premature
15
Penilaian Gawat Napas dengan Down’s Score, penilaian skor <4, tidak ada gawat napas,
skor 4-7 gawat napas, skor >7 ancaman gagal napas (perlu dilakukan pemeriksaan analisis gas
darah).
Sering dijumpai pada bayi kurang bulan, paru bayi kurang bulan mengalami defisiensi
surfaktan, 50% bayi yang lahir dengan berat lahir 501-1500gr (<34 minggu usia gestasional),
insidensi HMD berbanding terbalik dengan massa gestasional.
Anamnesis :
Riwayat kelahiran kurang bulan, ibu DM, rw. Persalinan mengalami asfiksia, rw. Kelahiran
saudara kandung dengan HMD, rw. Infeksi perinatal, kehamilan ganda, hipotiroidisme.
Pemeriksaan fisik :
Dijumpai 24jam pertama kehidupan, dijumpai sindrom klinis ditandai dengan kumpulan gejala :
takipnea, grunting, retraksi dinding dada, sianosis pada udara kamar. Perhatikan tanda
prematuritas, penyakit dapat menetap atau menjadi progresif dalam 48-96jam pertama kelahiran.
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan foto thorax : gambaran radiologi khas : ground glass appearance disertai
dengan gambaran bronkus di bagian perifer paru. Terdiri dari 4 stadium.
- Laboratorium : darah tapi lengkap dan kultur darah, analisis gas darah,
elektrolit, terutma glukosa, K dan Ca.
Tatalaksana :
Tatalaksana umum : jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka, terapi oksigen sesuai dengan
kondisi, antibiotika, pemberian infus cairan intravena, pemberian nutrisi bertahap diusahakan
ASI.
16
Tatalaksana khusus : pemberian surfaktan, bila memenuhi persyaratan, obat tersedia, ada fasilitas
NICU.
Preventif HMD :
Mencegah persalinan premature, pemberian terapi kortikosteroid antenatal pada ibu dengan
ancaman persalinan premature, mengelola ibu DM dengan baik.
Sindrom gawat napas disebabkan oleh aspirasi meconium yang terjadi saat dalam kandungan
atau selama persalinan. Prevalensi sering ditemukan bayi lebih bulan >40 minggu namun dapat
juga pada bayi kurang bulan <34 minggu kehamilan. Gawat napas terjadi mulai kelahiran :
terjadi peningkatan diameter anteroposterior dada (barrel chest), suara napas menjadi kasar.
Anamnesis :
kontrol kehamilan (prenatal care), maternal DM, HT kehamilan, Preeklampsia, masalah saat
kehamilan atau persalinan, warna cairan amnion.
Pemeriksaan fisik :
Takipnea,pernapasan cuping hidung, grunting, retraksi, apnea / pola napas ireguler, penurunan
suara napas . ronkhi. Penilaian warna kulit : pucat, sianosis.
Pemeriksaan penunjang :
Tatalakasana :
Tx khusus : hisap lender berkala dan fibrasi dada, bronchial washing u/ mengeluarkan residu
meconium jika terintubasi, antibiotika spectrum luas (Ampisilin dan Gentamisin), Px. CPAP.
Kemungkinan yang berhasil hidup mungkin disertai dengan dysplasia bronkopulmonari atau
sekuele neurologis.
Prevalensi angka kejadian sering terjadi. Etiologi karena pembersihan cairan amnion dari
paru yang tidak efektif saat kelahiran atau gagalnya masa transisi. Seringkali tampak saat
kelahiran atau beberapa saat kemudian. Faktor resiko :
Pemeriksaan fisik :
Takipnea,
Takikardia,
Pernapasan cuping hidung,
Grunting,
Retraksi,
Ronkhi halus,
Sianosis.
Pemeriksaan Penunjang :
Perihilar streaking, kardiomegali ringan, peningkatan volume paru, cairan pada fisura minor dan
efusi pleura.
18
Tatalaksana :
Pemberian O2 oksigen
Penghentian pemberian cairan per oral bila sesak, ceoat berikan cairan intravena.
Pemberian susu dapat diberikan ketika sesak membaik.
Dapat terjadi resolusi dalam 12-24 jam, biasanya tidak lebih dari 72 jam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, R. Buku Saku diagnosis Gangguan Jiwa [PPDGJ III] Jakarta : Unika Atma Jaya.
2015.
2. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Singapura : Elsevier.
2016.
3. Cunningham, F. G, dkk. Williams Obstetric. Edisi ke-23. USA : McGraw-Hill. 2017.
4. Eric, Fauser B et al. Textbook of Obstetrics and Gynaecology : A life course approach.
Bohn stafleu van loghum; 2019.
5. Pearce, Evelyn. C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama. 2018.