Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Sejarah Singkat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi
tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya
operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan seseorang dari
pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-
obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri
maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat
disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya
dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat
hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan
kematian.
Pemerintah telah mengumumkan visi Indonesia 2025 yaitu menjadi negara maju. Namun
pemerintah juga sepenuhnya menyadari bahwa kualitas SDM masih menjadi suatu tantangan
dalam mewujudkan visi tersebut. Maka pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah telah
melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kemudahan akses pada fasilitas kesehatan,
diantaranya adalah dengan menerbitkan UU. No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dan UU. No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Novijan
Janis, 2014).
Dalam implementasi SJSN pemerintah akan membentuk dua BPJS yaitu BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan yang akan menyelenggarakan program jaminan atas kecelakaan
kerja, kematian, pensiun dan hari tua. Secara eksplisit, UU. SJSN menyatakan bahwa 4 BUMN
dibidang asuransi yaitu PT. JAMSOSTEK, PT. TASPEN, PT. ASABRI, dan PT. ASKES akan
ditransformasi menjadi BPJS. Berkaitan dengan institusi BPJS Kesehatan, undang – undang
BPJS secara jelas menyatakan bahwa PT. ASKES akan bertransformasi menjadi BPJS
Kesehatan. Persero PT. JAMSOSTEK yang dibentuk dengan PP. No. 36 Tahun 1995 tentang
penetapan badan penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja, berdasarkan UU. No. 3
Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja tetap melaksanakan kegiatan operasional
penyelenggaraan.
Persero PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri atau disingkat PT. TASPEN
yang dibentuk dengan PP. No. Tahun 1981. Persero PT. ASABRI dibentuk dengan PP. No. 68
Tahun 1991 tentang pengalihan bentuk Perum Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia menjadi persero berdasarkan UU. No. 6 Tahun 1966 tentang pemberian pensiun dan
tunjangan. Perusahaan Persero PT. Asuransi Kesehatan Indonesia disingkat PT. ASKES
dibentuk dengan PP. No. 6 Tahun 1992 tentang pengalihan bentuk Perum Husada Bhakti
menjadi Persero diakui keberadaannya dan tetap melaksanakan program jaminan kesehatan
termasuk menerima pendaftaran peserta baru sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1
Januari 2014. Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi PT. ASKES dinyatakan bubar tanpa
likuidasi dan semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT. ASKES menjadi aset
dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan.

2.2 Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)


BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) adalah Badan
Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil,
Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan
Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
Sedangkan Menurut UU no. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 7 ayat (1) dan Ayat (2),
pasal 9 ayat (1) dan UU. No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, Pasal 1 Angka 8, Pasal 4 Dan Pasal
5 ayat (1)) memberikan keterangan bahwa Badan Penyeleggara jaminan social kesehatan (BPJS
Kesehatan) adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) Bulan di Indonesia.11 UU BPJS menetukan bahwa
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan12 Setiap orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan
diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya
ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui
Program Bantuan Iuran.
2.3 Manfaat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota keluarganya. JKN
terdiri dari dua jenis, yaitu: Manfaat medis berupa layanan kesehatan yang tidak terikat dengan
besaran iuran yang dibayarkan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu
yang diatur oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Termasuk
pelayanan obat dan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Manfaat pelayanan preventif dan promotif meliputi:
1. Penyuluhan kesehatan perorangan
2. Imunisasi dasar
3. Keluarga berencana
4. Skrining kesehatan
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang
tidak dijamin meliputi:
1. Pelayanan di luar prosedur
2. Pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
3. Pelayanan bertujuan kosmetik
4. General check-up/pengobatan alternatif
5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan
6. Pelayanan kesehatan saat bencana
7. Percobaan bunuh diri penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa
diri/bunuh diri/narkoba.
Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik
mencakup:
a. Administrasi kesehatan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Tranfusi darah sesuai kebutuhan medis
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:
1. Rawat jalan yang meliputi:
a. Administrasi pelayanan
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialistik dan
subspesial
c. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e. Pelayanan alat kesehatan implan
f. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis
g. Rehabilitasi medis
h. Pelayanan darah
i. Pelayanan dokter forensik
j. Pelayanan jenasah di fasilitas kesehatan
2. Rawat inap yang meliputi :
a. Perawatan inap non intensif
b. Perawatan inap di ruang intensif
c. Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh Menteri.
Hal yang menjadi dasar dalam penerimaan manfaat disini adalah perbedaan besaran iuran tidak
akan menyebabkan perbedaan dalam menerima layanan medis termasuk obat-obatan, tetapi yang
akan menjadi pembeda hanyalah ruangan atau kelas dalam fasilitas rawat inap.

2.4 Dasar Hukum BPJS


Dasar hukum dalam penyelenggaraan program BPJS ini adalah
a. Undang – Undang (UU)
1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS).
b. Peraturan Pemerintah (PP)
1. PP Nomor. 90 Tahun 2013 tentang Pencabutan PP 28/2003 Tentang Subsidi dan
Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi PNS dan
Penerima Pensiun.
2. PP Nomor. 85 Tahun 2013 tentang Hubungan Sntara Setiap Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
3. PP Nomor. 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain
Pemberi Kerja, Pekerja dan Penerima Bantuan Iuran dalam Penyelenggaraan
Jaminan Sosial.
4. PP Nomor. 87 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengelolaan Aset Jaminan Soaial
Kesehatan.
5. PERPRES Nomor. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PERPRES Nomor.12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
6. PERPRES Nomor. 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program
Jaminan Sosial.
7. PERPRES Nomor. 108 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan
Program Jaminan Sosial.
8. PERPRES Nomor. 107 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu
Berkaitan dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, TNI, dan
Kepolisian NKRI.
9. PERPRES Nomor. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

2.5 Hak dan Kewajiban Peserta BPJS


1) Hak Peserta
a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan
b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
d. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke
Kantor BPJS Kesehatan.
2) Kewajiban Peserta
a. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian,
kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I
c. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang
tidak berhak.
d. Menaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan

2.6 Manfaat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan dan
Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
a) Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
b) Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan
HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
c) Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi
bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk
imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
d) Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif namun masih ada
yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid), alat bantu gerak (tongkat
penyangga, kursi roda dan korset). Sedangkan yang tidak dijamin meliputi:
a) Tidak sesuai prosedur
b) Pelayanan diluar Faskes Yg bekerjasama dng BPJS
c) Pelayanan bertujuan kosmetik
d) General check up, pengobatan alternatif
e) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan Impotensi
f) Pelayanan Kesehatan Pada Saat Bencana
g) Pasien Bunuh Diri /Penyakit Yg Timbul Akibat Kesengajaan Untuk Menyiksa Diri
Sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.

2.7 Kepesertaan BPJS

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.
Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai
negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN
dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas:
1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
f. Pegawai Swasta
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.

2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:


a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang smampu
membayar Iuran.
4. Penerima pensiun terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
d. Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.
f. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari Peserta
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta, dengan
kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri; dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(duapuluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
c. Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
5. WNI di Luar Negeri Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri
diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
6. Syarat pendaftaran
Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.
7. Lokasi pendaftaran
Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.
8. Prosedur pendaftaran Peserta:
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sebagai
Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai
Peserta kepada BPJS Kesehatan.
9. Masa berlaku kepesertaan:
a. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang bersangkutan
membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal
dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh Peraturan BPJS.
10. Tahapan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu tahap
pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi: PBI Jaminan
Kesehatan, Anggota TNI/PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya, Anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya, peserta
asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta peserta
jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya tahap
kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan
paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

2.8 Alur Layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional ) yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan dan seluruh fasilitas kesehatan.

Sesuai dengan bagan alur layanan yang ada peserta melakukan pemeriksaan pada fasilitas
layanan tingkat pertama, dan jika diperlukan rujukan maka akan diberikan Surat Rujukan kepada
fasilitas layanan sekunder / tersier tergantung layanan yang dibutuhkan. Akan tetapi dalam
kondisi darurat peserta dapat langsung menuju rumah sakit / layanan kesehatan sekunder /
tersier.

Tata cara sistem rujukan berjenjang akan dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut:
1. Sistem rujukan layanan kesehatan akan dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan
medis yaitu:
a. Dimulai pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Apabila dibutuhkan dan tidak terdapat layanan di fasilitas kesehatan sekunder akan
dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier.
2. Pelayanan di fasilitas kesehatan primer yang dapat dirujuk langsung ke fasilitas kesehatan
tersier hanya untuk kasus yang telah ditegaskan diagnosisnya dan rencana terapinya. Dan
layanan hanya tersedia di fasilitas kesehatan tersier.
3. Ketentuan layanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. Kondisi kegawatdaruratan
b. Bencana
c. Kekhususan permasalahan kesehatan klien
d. Pertimbangan geografis
e. Pertimbangan kesediaan fasilitas.
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat :
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan tingkat
pertama
b. Bidan dan perawat hanya dapat memberikan rujukan ke dokter pemberi layanan di
tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat.

5. Rujukan parsial:
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi layanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian rawatan pasien.
b. Apabila pasien adalah pasien rujukan parsial, maka penjamin pasien dilakukan oleh
fasilitas kesehatan perujuk.

2.9 Pembiayaan
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
peserta pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan (Perpres No. 12
Tahun 2013 tentang jaminan kesehatan).
Setiap peserta wajib membayarkan iuran yang besarnya berdasarkan presentase dari upah
(untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan
PBI) yaitu :
1. Bagi peserta PBI jaminan kesehatan dibayarkan oleh pemerintah
2. Bagi peserta pekerja penerima upah dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja
3. Iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan
pekerja dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
Sedangkan tata cara pembayaran kepada fasilitas kesehatan:
1. BPJS Kesehatan membayarkan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
kapitasi (sistem pembayaran kapitasi adalah cara pembayaran oleh pengelola dana kepada
penyelenggara kesehatan primer untuk pelayanan yang diselenggarakannya, yang besar
biayanya tidak dihitung berdasarkan jenis ataupun jumlah layanan melainkan berdasarkan
jumlah pasien yang menjadi tanggungan.
2. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan BPJS membayarkan dengan
cara INA CBG’s (sistem paket).
3. Jika suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS
Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang
lebih berhasil guna.
4. Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak menjalin
kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan penggantian biaya, yang ditagihkan
langsung oleh fasilitas kesehatan setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
5. BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada peserta paling lambat 15 hari sejak dokumen klaim lengkap diterima.

Anda mungkin juga menyukai