PENDAHULUAN
1
/orang/bulan; Kelas 2 sebesar Rp. 51.000,-/ orang/bulan; dan Kelas 3
sebesar Rp. 25.500,-/orang/ bulan. ( Menurut Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan,).
Berdasarkan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU
Kesehatan, pemerintah menjamin kesediaan obat bagi Masyarakat dan
menyusun daftar dan harga yang dijamin dalam mekanisme asuransi
kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, dalam era JKN
ini Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menetapkan Formularium
Nasional (FORNAS) untuk mengendalikan mutu dan e-catalogue obat untuk
mengendalikan biaya sehingga obat aman, bermutu, berkhasiat, dan cos-
effectiveness. Namun, dalam implementasianya masih banyak masyarakat
yang meragukan mutu obat dari program JKN tersebut (Arianti, 2017).
Seperti yang dikutip dalam halaman:
“https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/oxmykk440/obat-berkualitas-
rendah-untuk-rakyat-part1’’, yang menjelaskan tentang Harga obat
pemenang e-Catalog yang sangat murah dan tidak masuk akal sehingga
timbul pertanyaan , Apakah pabrikan tersebut mempunyai kapasitas produksi
yang memadai dan melaksanakan sistem jaminan mutu yang dapat
diandalkan. Di antara pemenang tender terdapat perusahaan yang
reputasinya jelek dan beroperasi hanya untuk tender e-Catalog.
Untuk dapat menelaah Iseu tersebut maka dilakuakan penulisan
makalah tentang ‘’Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Obat
Berkualitas ‘’ yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Kapita Selekta II
dalam memenuhi persyaratan perkuliahan.
2
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui cara produksi dan kriteria obat yang baik
2. Untuk Mengetahi fakto-faktor yang mempengaruhi produksi obat
berkualitas
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui dan memahami cara produksi dan kriteria obat
yang baik dan factor-faktor yang mempengaruhi produksi obat
berkualitas
2. Sebagai pustaka dan memberikan informasi tambahan bagi
mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
3
BAB II
MATERI POKOK
4
atas manfaat medis dan manfaat non medis. Yang dimaksud dengan
manfaat medis berupa penyuluhan kesehatan, pemeriksaan penunjang
diagnostik, konsultasi, transfusi, tindakan medis dan perawatan, bahan
medis habis pakai, obat-obatan, rehabilitasi medis, pelayanan kedokteran
forensik, serta pelayanan jenasah. Manfaat medis yang diterima peserta JKN
ini tidak dipengaruhi oleh besaran iuran yang dibayar peserta. Sedangkan
yang termasuk dalam manfaat non medis adalah akomodasi layanan rawat
inap dan ambulan yang digunakan untuk pasien rujukan. Manfaat non medis
ini berbeda tiap peserta, bergantung pada besaran iuran yang dibayarkan
peserta (Perpres No. 12 Tahun 2013).
2.3. Obat
Obat menurut UU No. 36 tahun 2009 adalah bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi, untuk manusia. Bahan Obat adalah bahan baik yang
berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat
dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku
pembanding.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan Tata
Laksana Registrasi Obat, obat yang akan diedarkan di wilayah indonesia
wajib memiliki izin edar. Obat yang mendapat Izin Edar harus memenuhi
kriteria berikut:
a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai
dibuktikan melalui uji nonklinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain
sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan
b. Mutu yang memenuhi syarat sesuai dengan standar yang
ditetapkan, termasuk proses produksi sesuai dengan CPOB dan
dilengkapi dengan bukti yang sahih
5
c. Informasi Produk dan Label berisi informasi lengkap, objektif dan
tidak menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan Obat secara
tepat, rasional dan aman.
Selain harus memenuhi kriteria diatas, obat juga harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Khusus untuk Psikotropika baru, harus memiliki keunggulan
dibandingkan dengan Obat yang telah disetujui beredar di
Indonesia
b. Khusus Obat program kesehatan nasional, harus sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah
penyelenggara program kesehatan nasional
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
sangat ditentukan oleh pemerintah, karena bidang farmasi mempunyai dua
orientasi yaitu bisnis dan sosial. Contoh yang paling hangat saat ini adalah
kebijakan pemerintah soal penetapan harga obat JKN, khususnya obat
generik. Menurut GP Farmasi, penetapan harga obat generik belum
sepenuhnya melibatkan industri farmasi, sehingga tidak bisa langsung
diterapkan. Banyak industri farmasi mengeluhkan harga obat generik yang
ditetapkan oleh pemerintah jauh dibawah biaya produksi. Akibatnya banyak
industri farmasi tidak mampu memproduksi obat yang biasanya dibuat
karena margin profitnya sudah tipis. Akibatnya beberapa obat generik tidak
tersedia di pasaran.
8
yang harus dipasok juga sangat fantastis dan di luar kapasitas produksi satu
perusahaan manufaktur farmasi.
9
(Abdallah, 2013). Salah satu regulasi yang menjadi persyaratan dan harus
dipenuhi oleh setiap industri farmasi di Indonesia adalah CPOB. Mutu
menjadi reputasi dari suatu perusahaan. Mutu dijaga untuk mencegah
produk kembalian dan untuk memberikan pengobatan yang efektif dan aman
pada pasien.
Obat yang berkualitas adalah obat jadi yang benar-benar dijamin bahwa obat
tersebut:
10
berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan
atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada.
Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah
memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam
spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak
dipakai.
Secara umum, produksi suatu obat harus memenuhi pedoman CPOB yang
meliputi:
Sistem manajemen mutu
1. 7. Pengawasan mutu
industri farmasi
11
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang
lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan.
Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut
bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu,
perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu
zat hingga dapat dipilih suatu kondisi pembuatansediaan yang tepat
sehingga kestabilan obat terjaga.
Kriteria '4M' digunakan untuk mengidentifikasi penyebab buruknya
kualitas produk yang diproduksi seperti yang didefinisikan oleh Ishikawa. '4
faktor M' Ishikawa diidentifikasi dalam Bagian III untuk mengidentifikasi
masalah kualitas obat dalam penelitian ini. 4M adalah:
1. Man, seperti operator yang mengendalikan mesin dan operator yang
memeriksa produk jadi
2. Mesin, seperti mesin yang diproduksi produk farmasi, mesin pelapis film,
dan mesin pengepakan
3. Bahan, seperti bahan baku dan bahan kemasan
4. Metode, seperti proses produksi dan metode transportasi
12
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Obat yang berkualitas merupakan obat yang di produksi sesuai
dengan standar cara pembuatan obat yang baik yang memenuhi 12
aspek-aspek dalam CPOB. Obat berkualitas adalah obat jadi yang Yang
Mempunyai potensi atau kekuatan untuk dapat digunakan sesuai
tujuannya, Memenuhi persyaratan keseragaman, baik isi maupun bobot,
Memenuhi syarat kemurnian, Memiliki identitas dan penandaan yang
jelas dan benar, dikemas dalam kemasan yang sesuai dan terlindung
dari kerusakan dan kontaminasi, Penampilan baik, bebas dari cacat atau
rusak. Faktor yang mempengaruhi masalah kualitas obat diantaranya
adalah manusia atau personalia dan bahan, terutama bahan kemasan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
14
101%20Th%202012%20ttg%20Penerima%20Bantuan%20Iuran%20Jam
inan%20Kesehatan. pdf.[Diakses pada 22 Mei 2019].
Raharni, Subidyo Supardi, Ida Diana Sari. 2018. Kemandirian dan
Ketersediaan Obat Era Jaminan Kesehatan Nasional JKN: Kebijakan,
Harga dan Produksi Obat. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Republika (2017, 11 Oktober). Obat Berkualitas Rendah Untuk Rakyat.
Diakses 21 Mei 2019, dari
https://m.republika.co.id/berita/kolom/wacana/oxmykk440/obat-
berkualitas-rendah-untuk-rakyat-part1
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta.
Indonesia.
ttps://republika.co.id/berita/kolom/wacana/oxmykk440/obat-berkualitas-
rendah-untuk-rakyat-part1
15