PENDAHULUAN
Kesehatan sebagai hak asasi manusia dinyatakan pada Konstitusi WHO (World Health
Organization) yang telah ditetapkan pada tahun 1946. Pada alinea ke-2 mukadimah
merupakan hak fundamental setiap orang, tanpa membedakan ras, agama, gender,
Indonesia tahun 1945 (UUD 45) pada tahun 2000 telah memasukkan pengaturan hak asasi
manusia secara lengkap daripada sebelumnya. Salah satu perubahan tersebut adalah hak atas
kesehatan sebagaimana diatur pada Pasal 28 H ayat (1) yang berbunyi Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Secara normatif, UUD 1945
tidak menyebutkan bahwa hak atas kesehatan sebagai HAM atau bagian dari HAM. Namun
demikian, karena Pasal 28H tersebut berada pada bab atau pasal-pasal yang mengatur
tentang HAM, materi tersebut dianggap sebagai HAM atau bagian dari HAM. (Affandi,
2019).
dimulai dari terbitnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.865 tahun 1960 yang
hingga pembubaran PT Askes yang diganti dengan BPJS Kesehatan yang beroperasi mulai 1
Januari 2014. Data dari BPJS kesehatan per 31 Desember 2020 tercatat sebesar 222,5 juta
peserta dimana angka tersebut setara dengan 81,3% populasi penduduk Indonesia, khusus
untuk Provinsi Bangka Belitung jumlah peserta JKN-KIS sebanyak 1.158.663 atau sebesar
87,3% dari total penduduk Bangka Belitung sedangkan total rumah sakit yang menjadi
provider BPJS kesehatan sebanyak 22 rumah sakit dimana salah satunya adalah RSUD DR
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program yang dibentuk dalam rangka untuk
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Permenkes RI, 2014). Pelayanan
kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien dengan
menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama lalu pelayanan
kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan terakhir pelayanan kesehatan tingkat ketiga diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat
kesehatan yang bekerjsama dengan BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
diberikan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Seperti di puskesmas atau yang
setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit
kelas D pratama atau yang setara. Pelayanan kesehatan tingkat dua dan tiga diberikan oleh
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL), berupa klinik utama atau yang setara,
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus (Permenkes RI, 2013). Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat inap tingkat
penyelenggara asuransi kesehatan atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta,
mendorong efisiensi dengan tidak memberikan reweard terhadap provider yang melakukan
over treatment, under treatatment maupun melakukan adverse event dan mendorong
bekerjasama untuk pasien peserta JKN dengan konsep managed care. Pembayaran untuk
Faskes tingkat pertama secara praupaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang
terdaftar di Faskes tingkat pertama. Sedangkan pembayaran kepada Faskes Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL) berdasarkan cara Case Based Groups (INA-CBG’s) (Perpres, 2013).
Pedoman Indonesian Case Based Groups dalam pelaksanaan JKN merupakan acuan bagi
faskes tingkat lanjut, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, dan pihak lain
Kesehatan (Permenkes RI,2016). Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 menjelaskan
mekanisme pembayaran kepada pihak rumah sakit atas pelayanan yang diberikan. Dituliskan
bahwa BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada peserta paling lambat 15 hari sejak dokumen klaim diterima lengkap bagi Faskes
rujukan seperti rumah sakit (UU RI No. 40 Tahun 2004). Klaim diajukan secara kolektif
oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan berikutnya
2014).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), klaim adalah tuntutan atas suatu fakta
bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu. Mengklaim adalah
meminta atau menuntut pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang (suatu organisasi,
perkumpulan, negara, dan sebagainya) berhak memiliki atau mempunyai hak atas sesuatu.
Klaim manfaat pelayanan kesehatan jaminan kesehatan yang selanjutnya disebut klaim
adalah permintaan pembayaran biaya pelayanan kesehatan kepada BPJS Kesehatan (BPJS
Kesehatan,2014).
Belitung dari bulan Januari sampai dengan Maret 2021 terdapat 343 pasien rawat inap
dimana terdapat 263 berkas klaim dianggap lengkap dan diterima sedangkan 80 berkas
klaim dianggap tidak lengkap dengan rincian 75 berkas klaim dipending dan 5 berkas klaim
ditolak. Selain hal diatas terdapat juga beberapa permasalahan lain yang ditemukan
2. Tidak adanya clinical pathway yang berkaitan dengan kendali mutu dan kendali biaya.
rawat inap.
secara online.
Berdasarkan latar belakang dan temuan awal diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
penelitian dengan judul “Analisa Administrasi Klaim Jaminan Kesehatan Nasional Rawat Inap
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas maka penulis dapat
1. Bagaimana masukan/input dalam proses pengajuan klaim JKN rawat inap di RSUD DR
2. Bagaimana proses pengajuan klaim JKN kesehatan rawat inap di RSUD DR (H.C)
3. Bagaimana keluaran/output dalam proses pengajuan klaim JKN kesehatan rawat inap di
1. Untuk mengetahui masukan/input dalam proses pengajuan klaim JKN rawat inap di
2. Untuk mengetahui proses pengajuan klaim JKN Kesehatan rawat inap di RSUD DR
rawat inap.
JKN.
JKN.
didiknya.
TINJAUAN PUSTAKA
Jaminan Sosial Nasional ini melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Program ini bertujuan agar semua penduduk
Kesehatan yang bersifat universal dimaksudkan agar semua orang dapat menerima
1. Penyelenggaraan
a. Prinsip kegotongroyongan
b. Prinsip nirlaba
c. Prinsip portabilitas
g. Prinsip ekuitas
2. Tujuan
kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan (UU No.
obat dan bahan medis dengan menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan
biaya (managed care). (UU No. 40/2004 Pasal 22 ayat 1 dan 2, Pasal 23, Pasal 24,
1. Administrasi pelayanan;
1. Administrasi pelayanan;
dan subspesialis;
3. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
6. Rehabilitasi medis;
7. Pelayanan darah;
C. Persalinan
D. Ambulan
Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin sesuai Perpres 12 Tahun 2013, Peraturan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja;
lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
(eksperimen);
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian
medis.
undangan.
5. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari
undangan.
darurat setara dengan tarif yang berlaku untuk fasilitas kesehatan yang setara
oleh fasilitaas kesehatan tingkat lanjutan sesuai dengan tarif INA CBGs -
2014, SE Menkes RI No. 32/2014 pelayanan obat dan alat kesehatab meliputi :
1. Peserta berhak mendapat pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis
2. Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai sebagaimana
3. Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
diberikan kepada Peserta berpedoman pada daftar obat, alat kesehatan, dan
luar paket INA CBGs sesuai indikasi medis sampai kontrol berikutnya
kesehatan.
pada pemberian obat kemoterapi berlaku sesuai dengan tarif INA CBGs
pelayanan thalasemia rawat inap dan INA CBGs - Pada pelayanan rawat
di luar tarif INA CBGs yang besarnya sama untuk semua tingkat
Tabel 2.1
Besaran Penambahan Hemofilia
Regional Kelas Rumah Sakit
RSUPN RSKRN A B C D
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
REG 1 12.178.437 10.898.885 9.908.077 7.914.235 6.298.828 5.272.740
REG 2 9.997.250 7.985.463 6.355.517 5.320.195
REG 3 10.026.974 8.009.206 6.374.414 5.336.013
REG 4 10.175.595 8.127.719 6.468.896 5.415.104
REG 5 19.264.768 8.199.147 6.525.586 5.462.559
E. Pelayanan Obat Rujuk Balik
kapitasi.
1. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh BPJS
2. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta pekerja
3. Bayi baru lahir dari: 1) Peserta pekerja bukan penerima upah; 2) Peserta
bukan pekerja; dan 3) Anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima
upah; dijamin hingga hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya dan harus segera
hingga hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya, mulai hari ke-8 (delapan) bayi
H. Pelayanan Ambulan
keselamatan pasien.
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS atau pada kasus gawat darurat
dari Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
kesehatan adalah :
Fasilitas Kesehatan.
oleh Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
5. Besaran penggantian atas biaya pelayanan kesehatan sebagaimana
diberikan.
syarat:
Kesehatan.
H. Sistem Pembayaran
berada serta mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
2.2 INA-CBGs
Case Base Groups (CBG’s) pada dasarnya mempunyai definisi yang sama dengan
DRG yang juga termasuk dalam sistem casemix. Indonesian Case Based Groups
(INA-CBG’s) adalah CBG’s yang dikaitkan dengan tarif yang dihitung berdasarkan
memakai sistem grouper komersial dari PT. 3M Indonesia. UNU adalah institusi
akhir pasien saat dirawat inap di rumah sakit. Penerapan case based groups
pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh beberapa rumah sakit
untuk suatu diagnosis, besarnya biaya perawatan pasien dengan diagnosis akan
berbeda apabila tipe rumah sakit tersebut berbeda (Tabrany, 2008). Pembayaran case
based groups, rumah sakit maupun pihak pembayar (asuransi Jamkesmas) tidak lagi
merinci tagihan pembayaran pasien dengan melakukan penagihan pada setiap jenis
pelayanan apa saja yang telah diberikan kepada seorang pasien (Tabrany, 2008).
Diagnosis pasien saat keluar dari rumah sakit merupakan dasar dalam menentukan
(ICD-10) (Nur, 2007). Sistem pembayaran case based groups adalah berdasarkan
perawatan berdasarkan rata-rata biaya yang yang dihabiskan oleh rumah sakit dalam
pemerataan, jangkauan dalam sistem kesehatan yang menjadi salah satu unsur dalam
campuran (Kemenkes RI, 2010). CBG’s adalah suatu sistem pemberian imbalan jasa
Related Health Problems Tenth Revision ) (Hatta, 2008). Dasar hukum implementasi
2004 tentang SJSN, serta Surat Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan
Nomor. HK.03.05/I/589/2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Center for
Proses penentuan kode INA-CBG’s beserta tarifnya dimulai pada saat pasien
keluar dari rumah sakit, data yang harus dimasukkan dalam software INA-CBG’s
adalah data variabel yang dapat diambil dari resume medik dan data sosial pasien,
kedua data tersebut dapat dikumpulkan secara manual maupun komputerisasi dari
sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) bagi rumah sakit yang telah
mempunyai SIM RS. Setelah data variabel tersebut dimasukkan ke dalam software
pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu unsur dalam pembiayaan kesehatan,
penyakit dan tindakan pelayanan di suatu rumah sakit dengan pembiayaan yang
dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan. Sistem CBG’s sebagai salah satu
digunakan sebagai acuan estimasi biaya layanan kesehatan yang harus dibayar oleh
pasien. CBG’s akan dipandang sebagai sebuah objek perhitungan biaya. Terminologi
biaya layanan dalam pembahasan ini adalah besaran nilai rupiah yang dikeluarkan
atau dibayarkan oleh pasien maupun penjamin pasien atas suatu tindakan atau
episode perawatan pasien kepada rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan
(Osrizal, 2007).
Kandungan biaya pada terminologi biaya layanan kesehatan dari sudut pandang
pasien sebagai pembeli layanan tentu lebih luas dibanding kandungan biaya pada
terminologi biaya perawatan dari sudut pandang rumah sakit sebagai pembeli sumber
daya. Pada sudut pandang rumah sakit sebagai pembeli sumber daya, kandungan
biaya mencakup besaran nilai rupiah yang dikeluarkan rumah sakit atas konsumsi
seluruh sumber daya yang digunakan baik yang bersifat recurrent cost maupun
pengelompokkan dari data morbiditas yang ditetapkan sesuai dengan kriteria (WHO,
1994). Salah satu pedoman klasifikasi penyakit yang berlaku di dunia adalah ICD-10
Fungsi ICD-10 menurut Kasim (2008), penerapan pengkodean ICD digunakan untuk:
medis.
kebutuhan zaman.
CBG’s dibagi dalam 4-sub groups (Kemenkes RI, 2010). Sub - groups ke 1
menunjukan CMG’s (Case Main Group’s) yang ditandai dengan huruf alpabhetik
(A-Z), dalam hal ini huruf “E” menjadi sub groups pertama sebagai CMG’s (Case
Main Group’s) dari Endocrine System, Nutrition & Metabolism Groups dan
pada chapter dalam ICD-10, angka pertama dalam kode ICD-10 , yaitu E10. Sub
groups ke 2 menunjukan tipe kasus, yang ditandai dengan angka (1-9), angka “4”
dalam tipe kasus disini adalah tipe “rawat Inap bukan prosedur”. Sub - groups ke
3 menunjukan spesifikasi CBG’s yang ditandai dengan angka (1-32), dalam hasil
spesifikasi CBG’s nya. Sub - groups ke 4 menunjukan severity level yang ditandai
penyakit pasien. Deskripsi dari E-4-10-I,II dan III berturut-turut adalah diabetes
mellitus ringan, diabetes mellitus sedang dan diabetes mellitus berat. Terjadinya
severity level dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adanya diagnosis
sekunder maupun tindakan/prosedur dan juga umur pasien. Severity level juga
Biaya layanan kesehatan jika ditinjau dari sudut pandang pasien sebagai pembeli
layanan kesehatan, biaya mencakup besaran nilai rupiah yang dibutuhkan sebagai
nilai ganti ekonomis atas layanan kesehatan yang telah diberikan rumah sakit, baik
yang dibayar oleh pasien langsung (out of pocket), penjamin (insurance), maupun
subsidi. Jika terminologi ini ditinjau dari sudut pandang rumah sakit sebagai
penyedia layanan kesehatan, maka biaya kesehatan yang dimaksud di sini tidak lain
adalah tarif (charge) yang dikenakan rumah sakit atas layanan kesehatan yang
diberikannya (Heru, 2007). Beberapa peneliti telah menggunakan nilai billing (tarif)
billing (tarif) berbeda dengan biaya aktual yang dikeluarkan rumah sakit sebagai
Pada dasarnya elemen yang terkandung dalam tarif adalah biaya (sudut pandang
rumah sakit sebagai pembeli sumber daya) dan margin. Nilai margin dapat bernilai
positif, yaitu tarif lebih besar atau seringkali disebut gain, namun dapat pula bernilai
negatif, yaitu tarif lebih kecil dari biaya yang disebut loss (Heru, 2007). Manajemen
rumah sakit dalam menyusun tarif, sehingga besaran tarif yang dihasilkan cukup
rumah sakit. Pasien, asuransi, dan Pemerintah sebagai pembeli atau penyedia dana
layanan kesehatan berkepentingan untuk mendapatkan kepastian atas nilai ganti
ekonomis yang harus mereka keluarkan atas layanan kesehatan yang telah diberikan
Besaran nilai ganti ekonomis atas layanan kesehatan yang telah diberikan
tersebut oleh manajemen rumah sakit telah direpresentasikan dalam nilai tarif
layanan kesehatan. Jika dilihat dari sudut pandang pembeli atau penyedia dana
layanan kesehatan, mekanisme transfer atas nilai ganti ekonomis antara pembeli
dapat digolongkan menjadi dua yaitu sistem pembayaran prospektif dan sistem
2.3 Klaim
Definisi klaim dari beberapa sumber diantaranya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) pengertian klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta
klaim adalah suatu proses dari penyiapan berkas dan prosedur penilaian layak
tidaknya klaim dibayar yang berkaitan dengan kelengkapan dokumen, yakni surat
digunakan sesuai dengan tarif yang berlaku sampai dengan pencairan klaim kepada
PPK/Penyedia Pelayanan Kesehatan. Proses Pengajuan Klaim BPJS Secara umum
oleh verifikator pusat, dan 3) Pembayaran Klaim oleh verifikator pusat kepada PPK.
Jadi yang dimaksud dengan klaim BPJS adalah permintaan resmi kepada BPJS
diajukan PPK nantinya akan ditinjau kembali oleh BPJS Kesehatan untuk validasinya
antara Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dengan data yang diinput dalam aplikasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam deteksi dini administrasi pelayanan adalah
a. Untuk kode INA CBGs severity level III pastikan ada pengesahan dari
Komite Medik.
d. Kesesuaian antara Tipe Rumah Sakit dan kompetensi dokter di Rumah Sakit
memiliki ahli Bedah Thorax Kardio Vaskuler, perlu dilakukan cross check
lebih lanjut.
f. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika pasien masuk
dengan diagnosa yang sama lakukan cross check dengan riwayat pulang rawat
pada episode yang lalu, apakah pada episode rawat yang lalu pasien pulang
dalam keadaan sembuh atau pulang dalam keadaan pulang paksa, ataupun
dirujuk. Jika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka
yang sama.
medis, billing RS, resep alat kesehatan, bukti tanda terima alat kesehatan.
3. Pada kasus special drug, pastikan kesesuaian antara tagihan dengan
resume medis, billing dan regimen (jadual dan rencana pemberian obat).
sakit.
BPJS Kesehatan.
kesehatan yang memberikan pelayanan baik di bidang medis maupun non medis
kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarakat, serta pelayanan rawat
jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah Sakit juga
merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta penelitian bio-
Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum ada lima, yaitu Rumah Sakit
Umum, Rumah Sakit Khusus atau Spesialis, Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian,
Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan, dan Klinik (Haliman & Wulandari, 2012).
Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala jenis
penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (Ruang
dan perawatan intensif, fasilitas bedah, ruang bersalin, laboratorium, dan sarana-
prasarana lain.
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar bahwa Rumah
Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya melakukan perawatan kesehatan
center), Rumah Sakit untuk Ibu dan Anak, Rumah Sakit Manula, Rumah Sakit
Kanker, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit Mata,
Rumah Sakit ini berupa Rumah Sakit Umum yang terkait dengan kegiatan
4. Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan, Rumah sakit ini adalah Rumah Sakit
yang didirikan oleh suatu lembaga atau perusahaan untuk melayani pasien-pasien
Jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah
meliputi :
4. Pelayanan bedah.
6. Pelayanan intensif.
7. Pelayanan radiologi.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan petunjuk teknis verifikasi klaim BPJS Kesehatan 2014, maka peneliti
Pengiriman berkas Verifikasi berkas Dokumen yang Pencairan dana Dana cair
disetujui klaim
Pengecekan berkas
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Verifikasi administrasi
kepesertaan
Verifikasi administrasi
pelayanan
Kelengkapan berkas
klaim BPJS
Verifikasi pelayanan
Verifikasi menggunakan
sofware
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis penelitian ini ialah deskriptif kualitatif yaitu penelitian dengan tujuan utama untuk
2. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan pendekatan cross sectional artinya
Tabel 3.1
Variabel dan Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasinal
1. Prosedur pendaftaran pasien Urutan langkah-langkah yang harus
Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanakan pada saat pendaftaran
khusus pasien Jaminan Kesehatan
Nasional BPJS di RSUD DR (H.C)
Ir.SOEKARNO
2. Persyaratan administrasi Dokumen- dokumen administrasi yang
Klaim BPJS akan di ajukan kepada BPJS oleh RSUD
DR (H.C) Ir.SOEKARNO berdasarkan
hasil bbservasi
3. Kelengkapan persyaratan Dikatakan lengkap apabila ada surat
administrasi Klaim BPJS rujukan, SEP, KTP, KK(Kartu Keluarga),
fotocopy kartu BPJS, biaya perawatan/
administrasi, resep, lembar pemakaian
obat dan tindakan, pemeriksaan
penunjang, lembar resume, grouper INA-
CBGs, lembar verifikasi.
3.4. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen klaim BPJS di RSUD
DR (H.C) Ir.SOEKARNO Provinsi Bangka Belitung yang berdasarkan data terdapat pasien
BPJS rawat inap periode bulan Januari sampai Maret 2021 sebanyak 343 pasien.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti dibagi atas dua jenis data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu
atau rumah sakit. Data Primer didapatkan melalui cara sebagai berikut :
b. Mengambil data-data yang dibutuhkan dari bagian klaim BPJS dan Tempat
klaim.
e. Menganalisa data.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh melalui library research yakni
dengan cara membaca dan mempelajari literatur-literatur, baik yang berupa buku-buku
penelitian.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada
2. Tabel Checklist
3. Observasi
Observasi dilakukan berdasarkan prosedur pendaftaran pasien BPJS dan prosedur klaim
BPJS.
1. Editing
Pengolahan data dengan cara memeriksa kembali hasil pengumpulan data, baik isi,
penulisan, pengisian, dan lain-lain yang biasanya dilakukan di tempat penelitian sehingga
saat diketahui hasil yang diperoleh belum sesuai dapat segera dilakukan pengambilan
data ulang.
2. Verifikasi
Pemeriksaan ulang setelah hasil data yang diperoleh dirasa telah sesuai, hal ini dilakukan
Analisa data adalah cara dalam mengolah data observasi yang didapat sehingga
diperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini analisa datanya adalah analisa deskriptif