hak bagi setiap warga negara. Namun ketidak merataan akses pelayanan
terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai salah satu dari beberapa
33
(disingkat Perpres Jamkes) 28 menjelaskan bahwa dalam pasal 1 angka 1
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang
sosial nasional yang kemudian disahkan pada tanggal 29 oktober 2011 dan
28
Andika wijaya, Hukum Jaminan Sosial Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2018),
halaman 47.
29
Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 tentang
perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan.
30
Nugrahen Hermien i, Tri Wiyatini, & Irmanita Wiradona, Kesehatan Masyarakat dalam
Determinan Sosial Budaya, (Jogjakarta: Grup penerbit CV Budi Utama 2018), halaman 183.
34
BPJS Kesehatan hadir sebagai sebuah badan hukum pemerintah yang
jaminan kesehatan yang layak bagi setiap peserta dan/ atau anggota
Januari 2014.
35
penangannya menjadi lebih adekuat.31 Dalam pelaksanaannya sistem rujukan
oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh
rujukan berjenjang pelayanan kesehatan dalam arti luas merupakan upaya dari
tepat sasaran. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan
tingkat lanjut.
31
Ida Bagus Gde Manuaba, Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri, ginekologi,
dan KB, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001), halaman 46.
36
Pada dasarnya, dalam prosedur pelaksanaanya fasilitas pemberi pelayanan
berikut:
perjalanan;
rujukan;
37
d) Untuk memberikan informasi medis kepada pihak sarana pelayanan
pengirim rujukan;
pertama;
dari:
merujuk
38
c) Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya
meliputi:
39
kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya
Nasional.
40
Jaminan kesehatan nasional (JKN) menerapkan sistem pelayanan
tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (FKTL) yang
ada beberapa ketentuan umum sistem rujukaan, antara lain sebagai berikut:
32
Thabrany, H, Setiawan, E. Report of the Study on Referral Care. (Jakarta: Universitas
Indonesia 2016).
33
Darmawan, RI, Thabrany, H. Refleksi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada
Pelayanan Dokter Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kota Tangerang Tahun 2017.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Volume 06, Nomor 04, Desember 2017.
34
Dahlan, M, Setyopranoto, I, Trisnantoro, L. Evaluasi Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional terhadap Pasien Stroke di RSUP Dr. Sardjito. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, Voluem 06, Nomor 02, Juni 2017.
41
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
subspesialistik.
BPJS Kesehatan.
kerjasama
42
j. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya.
subspesialistik;
dan kewenangannya;
35
Taufan Bramantoro Pengantar Klasifikasi dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan:
Penjelasan Praktis dari undang-undang dan peraturan mentri kesehatan, (Surabaya:Pusat Penebit
dan Percetakan UNAIR, 2017), halaman 2.
43
dan/atau Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
di faskes tersier.
44
Sistem rujukan berjenjang juga dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan
mutu dan biaya pelayanan dalam sistem JKN.36 Selain itu, sistem rujukan
Dalam JKN, FKTP menjadi garda depan dalam sistem pelayanan kesehatan.
kepesertaan JKN pada FKTP. Meski demikian, masih banyak tantangan yang
oleh sistem pembiayaan yang baik. Akibatnya, setiap tahun, pembiayaan untuk
dimana fasilitas kesehatan tidak mampu memberikan pelayanan yang baik karena
36
Hardhantyo, M, Armiatin, Utarini, A, Djasri, H. Audit Mutu. “Layanan Rujukan Primer
Guna Mengurangi Jumlah Rujukan ke Layanan Sekunder: Studi Kasus pada Provinsi DKI
Jakarta”. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Voluem 05, Nomor 04, Desember 2016, (online),
(https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/download/30526/18410, di akses 27 Januari 2020) 2016.
37
Abidin. “Pengaruh Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien di
Puskesmas Cempae Kota Parepare”. Jurnal MKMI, Vol. 12, No. 2, Juni 2016, (online),
(http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v12i2, di akses 27 Januari 2020) 2016.
45
antrian panjang dari pasien yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan. Di
FKTL, kondisinya lebih parah lagi. Seringkali pasien yang sudah mendapatkan
surat rujukan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan di FTKL. 38 Meski ada yang
kesehatan dalam sistem JKN. Munculnya persepsi negatif dari masyarakat sangat
kepada masyarakat.39
kebijakan:40
38
Tirtaningrum, AD, Sriatmi, A, Suryoputro, A. “Analisis Response Time Penatalaksanaan
Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri Ibu Hamil”. Jurnal MKMI, Vol. 14 No. 2, Juni 2018, (online),
(http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/issue/archive, di akses 27 Januari 2020) 2018.
39
Istiqna, N. “Harapan dan Kenyataan Pasien JKN terhadap Pelayanan Rawat Jalan di
Rumah Sakit Universitas Hasannudin”. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Desember
2015, (online), (http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v11i4, di akses 27 Januari 2020) 2015.
40
Riko Noviantoro, “Analisis Kebijakan Sistem Zonasi pada Penerimaan Peserta Didik
Baru Tingkat sekolah lanjutan tingkat atas Di Jawa Barat Tahun 2019”, (online).
(https://www.academia.edu/39870428/ANALISIS_KEBIJAKAN_SISTEM_ZONASI_PADA_PP
DB_TINGKAT_SLTA_DI_JAWA_BARAT_TAHUN_2019, diakses pada tanggal 27 Januari
2020), 2019.
46
a. Dampak kebijakan terhadap situasi dan kelompok target atau orang-
kebijakan publik,
telah diatur lebih lanjut tentang pengaturan sistem rujukan pada Peraturan
47
atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan
tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan
tingkat kedua atau tingkat pertama. Bidan dan perawat hanya dapat
telah diatur dalam Pasal 4 ayat 5 yaitu penjelasan dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) Pasal 4 diatas dikecualikan pada keadaan gawat darurat,
dalam kondisi :
48
b. Bencana;
Pemerintah Daerah.
e. Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tesebut
f. Pertimbangan geografsi;
keadaan gawat darurat bisa Langsung mendapat penanganan dari Faskes Tingkat
Lanjutan tanpa memerlukan surat rujuk dari fasilitas tingkat pertama terlebih
fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan setelah
49
pemerintah melalui dinas terkait tentang alur prosedur sistem rujukan
maksimal. Selain itu lamanya antrean serta penangananan oleh faskes tingkat
pertama maupun ditingkat lanjut menjadi hal yang seringkali dikeluhkan oleh
Sudrajat, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Dradjat
rumah sakit. Pasien terlebih dahulu harus mendapat rujukan dari puskesmas
kala itu mengalamai hipertensi dengan kisaran 220 mmHg. “Di puskesmas
puskesmas untuk segera memberi surat rujukan. Namun sayang, kala itu RSDP
50
Kota Serang mengaku tidak ada ruangan kosong. “Kami bersama keluarga
RSDP, namun sayang nyawa pasien tidak dapat diselamatkan lagi.41 Hal ini
tidak hanya berdampak pada masyarakat sebagai pasien BPJS namun juga
41
Odik keren, “ Diduga Lambat Ditangani, Pasien BPJS Kesehatan Meninggal di RSDP
Serang”, (online). (https://www.redaksi24.com/diduga-lambat-ditangani-pasien-bpjs-kesehatan-
meninggal-di-rsdp-serang/, di akses pada tanggal 27 Januari 2020), 2019.
51
Nasional (JKN) berdampak pada RSUD yang bertipe B yakni penurunan
jumlah pasien rawat jalan. Otomatis, pendapatan RSUD dengan tipe B ikut
tingkat pertama. Seperti puskesmas dan rumah sakit tipe D, baru kemudian ke
rumah sakit tipe C, B, dan A. Hal ini tentu akan merugikan berbagai pihak jika
permasalahan yang muncul mulai dari lamanya pelayanan serta kurang sarana
dan prasaran yang didapat oleh peserta BPJS hingga defisitnya anggaran
pertama (FKTP) jadi sangat vital. FKTP jadi fasilitas kesehatan pertama yang
42
Hidayati, P, Hakimi, M, Claramita, M. Analisis Pelaksanaan Rujukan Berjenjang
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kasus Kegawatdaruratan Maternal Peserta Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial di 3 Puskesmas Perawatan Kota Bengkulu. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia, Voluem 06, Nomor 02, Juni 2017.
52
Hambatan yang paling sering dirasakan lebih banyak dari pasien karena waktu
seperti pasien yang minta rujukan untuk dirujuk ke FKTL padahal FKTP
misalnya Puskesmas masih bisa menangani, pada akhirnya harus ditolak oleh
FKTL karena sesuai aturannya, tidak semua penyakit yang langsung dirujuk
ke FKTL. Namun, banyak pasien yang tidak mengetahui hal tersebut. Selain
itu, pasien yang meminta rujukan harus hadir dan diperiksa dahulu di FKTP.
Tetapi banyak pasien yang tidak datang, hanya diwakili oleh keluarga untuk
mendapatkan surat rujukan tidak membawa pasien yang sakit, hal ini tentu
pihak FKTP tidak bisa memberikan rujukan karena peraturannya harus ada
pemeriksaan dulu kemudian baru setelah itu pasien dapat dirujuk FKTL secara
rujukan yang diukur dari kesesuaian rujukan yang diberikan kepada pasien
aturan. Meski demikian, audit mutu terhadap kelengkapan surat rujukan masih
bermasalah.
53
Meskinya surat rujukan diisi semua, namun banyak yang tidak terisi. Ini
mengakibatkan data dan informasi yang diterima di FKTL jadi tidak lengkap.
FKTL untuk mengambil tindakan medis dengan tepat dan akurat. Data yang
paling krusial seperti hasil diagnosa, pemeriksaan fisik, anamnesa, dan terapi
yang sudah diberikan merupakan informasi yang seharusnya diisi dalam surat
rujukan. Namun data dan informasi itu yang paling banyak tidak diisi. Tidak
terhadap pelayana BPJS naik sekitar 0,2 % dari tahun 2017 dengan jumlah
oprasional pelayanan BPJS. Tercatat sampai tahun 2019 BPJS di prediksi akan
43
laporan pengelolaan program dan laporan keuangan jaminan sosial kesehatan pada tahun
2018
54
Dikutip dari CNN Indonesia, BPJS Kesehatan memperkirakan defisit
awal pada tahun 2019. Pada proyeksi awal, defisit keuangan BPJS diramal
dari pengalihan (carry over) defisit tahun lalu ditambah beban pembayaran
perusahaan masih memiliki carry over defisit keuangan sebesar Rp 9,1 triliun
dari tahun lalu. Sementara defisit keuangan pada 2019 diperkirakan mencapai
Secara prosedur tata laksana, sistem rujukan ini sudah baik. Namun,
44
Uli, “Defisit BPJS Kesehatan Diramal Bengkak Jadi Rp28,5 T di 2019”, (online).
(https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190822090846-78-423637/defisit-bpjs-kesehatan-
diramal-bengkak-jadi-rp285-t-di-2019, diakses pada tanggal 26 januari 2020), 201
55
Dari uraian pembahasan di atas setidaknya dengan adanya pengaturan
pelaksanaannya seringkali pasien harus rela menunggu dalam waktu yang lama
yang baik mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama hingga fasilitas
kesehatn tingkat lanjut serta sumberdaya manusia yang juga dinilai masih
56
pada sistem rujukan berjenjang membuat sistem rujukan berjenjang ini harus di
yang layak”. Namun disi lain implikasinya negatifnya pada Pemerintah iyalah
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas tingkat lanjut berdampak pada
RSUD yang bertipe B yakni penurunan jumlah pasien rawat jalan. Otomatis,
Seperti puskesmas dan rumah sakit tipe D, baru kemudian ke rumah sakit tipe
C, B, dan A. Selain itu lamanya pencairan klaim dari BPJS juga menjadi
keluhan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas tingkat lanjut sehingga
pembiayaan dari peserta BPJS yang sedang berobat. Hal ini berdampak pada
kualitas pelayanan yang di terima oleh peserta BPJS yang di anggap kurang
maksimal.
57
Sedangkan dampak lainya terhadap kebijakan pada keadaan-keadaan
sekarang dan keadaan di masa yang akan datang, Tidak dapat dipungkiri bahwa
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal
rujukan berjenjang terutama pada fasilitas kesehatan tingkat pertama baik dari
segi infrastruktur maupun dari sumberdaya manusianya yang memadai. Hal ini
yang seringkali dikeluhkan oleh para pasien BPJS bisa teratasi. Dengan
berjalan dengan baik dan maksimal. Hal ini berdampak terhadap mutu
58