1
((Desember 2020) Vol VIII. No. 4
Abstrak Latar
belakang:
Tujuan dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yaitu untuk menjamin adanya aksesibilitas terhadap
pelayanan kesehatan. Di dalamnya terdapat ketentuan mengenai jaminan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas. Sebagai amanat dari Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka terhitung mulai 1 Januari 2014 dibentuklah Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang merupakan perubahan bentuk dari PT Asuransi Kesehatan (ASKES) yang ditugaskan
sebagai penyelenggara Jaminan Sosial di bidang kesehatan. Tugas dari BPJS Kesehatan itu sendiri, yakni bagaimana secara bertahap dapat
memberikan jaminan kepada pengelola program kesehatan masyarakat, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Ini dikuatkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial5 . Peserta BPJS Kesehatan secara umum
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan PBI. Peserta PBI merupakan warga yang iurannya dibayarkan
menggunakan dana APBN atau APBD.
Tujuan:
Untuk mengetahui bagaimana Pengaturan Hukum mengenai Aksesibilitas Ekonomi dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional dan bagaimana
Implementasi Tanggung Jawab Negara terhadap Pembiayaan Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai Pemenuhan Hak
Atas Kesehatan.
Metode:
Metode penelitian hukum normatif Hasil:
Hak atas kesehatan sebagai hak mendasar bagi setiap individu secara tegas telah dinyatakan dalam Pasal 28 H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar
1945 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights bahwa
setiap orang berhak atas pelayanan kesehatan dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitias pelayanan kesehatan. Jaminan Kesehatan
Nasional menerapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang, yang terdiri atas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjutan (FKRTL).
Kesimpulan:
Hak atas kesehatan sebagai hak mendasar bagi setiap individu secara tegas telah dinyatakan dalam Pasal 28 H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar
1945 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights bahwa
setiap orang berhak atas pelayanan kesehatan dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitias pelayanan kesehatan. Jaminan Kesehatan
Nasional menerapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang, yang terdiri atas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjutan (FKRTL).
Kata Kunci:
Pembiayaan kesehatan; jaminan kesehatan nasional;
Abstract Introduction:
The aim of Law Number 40 of 2004 concerning the National Social Security System is to ensure accessibility to health services. It contains
provisions regarding health insurance which is carried out based on social insurance principles and equity principles. As a mandate from the
National Social Security System Law, starting from January 1 2014, the Health Social Security Administering Agency (BPJS) was formed, which
is a change in form from PT Asuransi Kesehatan (ASKES) which was assigned as the organizer of Social Security in the health sector. The task of
BPJS Health itself is how to gradually provide guarantees to the managers of public health programs, the Social Security Administering Body.
This is strengthened based on Law Number 24 of 2011 concerning Social Security Administering Bodies5. BPJS Health participants are generally
grouped into two, namely Contribution Assistance Recipients (PBI) and non-PBI recipients. PBI participants are residents whose contributions are
paid using APBN or APBD funds. Objective:
To find out how the Legal Regulations regarding Economic Accessibility in the National Health Insurance Program are and how the State's
Responsibility for Health Financing in the National Health Insurance Program is Implemented as Fulfillment of the Right to Health. Method:
Normative legal research methods Result:
The right to health as a fundamental right for every individual has been expressly stated in Article 28 H and Article 34 of the 1945 Constitution
and Law Number 11 of 2005 concerning Ratification of the International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights that every person
has the right to services. health and the state is responsible for providing health service facilities. National Health Insurance implements a tiered
health service system, consisting of First Level Health Facilities (FKTP) and Advanced Referral Level Health Facilities (FKRTL).Conclusion:
the perspective of Health financing by function, the largest percentage is health system governance functions and for curative services. From the
perspective of the program, many is allocated for health system strengthening program 59,55% -67,43%. While from the perspective of budget,
most is allocated for the operational expense (83.68% -93.57%). With limited resources while increasing health needs, it will require the efficient
use of existing resources as well as the selection of effective health program activities, and the need to make health budgeting policy as the basis
or reference of health budget planning in Serang City.
Keywords: Health financing; National health insurance;
PENDAHULUAN
2
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif atau penelitian hukum doktrinal.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaturan Hukum Mengenai Aksesibilitas Ekonomi dalam Program
Jaminan Kesehatan Nasional
Dalam beberapa Konvensi Internasional dan dokumen hukum internasional, ketentuan mengenai hak atas
kesehatan ditetapkan sebagai salah satu hak dasar (hak fundamental) yang dimiliki oleh setiap individu, dimana hak ini
harus dihormati dan dipenuhi oleh negara tanpa membedakan suku, agama, latar belakang politik, ekonomi maupun
kondisi sosial. Berdasarkan hal tersebut hak atas kesehatan diakui sebagai “hak dasar” oleh masyarakat internasional
sejak diadopsi dari Konstitusi WHO pada tahun 1946. Kemudian, dipertegas dalam Komentar Umum dari Komite Hak-
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya terhadap hak atas kesehatan, yaitu “Health is a fundamental human right indispensable
for the exercise of other human rights”6 . Berdasarkan komentar umum tersebut, kesehatan ditempatkan sebagai hak asasi
manusia yang fundamental dan tak ternilai demi terlaksananya hak asasi manusia yang lainnya.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis7 . Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penangggulan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Jaminan
kesehatan merupakan bagian dari upaya untuk mencapai Universal Health Coverage yang selanjutnya disingkat UHC, di
mana menurut WHO, UHC merupakan sistem kesehatan di mana setiap warga di dalam populasi memiliki akses yang
adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan dengan
biaya yang terjangkau. Ruang lingkup dari UHC itu sendiri mengandung 2 (dua) elemen inti, yakni: 1. Akses pelayanan
kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga; dan 2. Perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan
pelayanan kesehatan.
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah diamanatkan kepada
Negara, bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam Perubahan Keempat
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan tersebut semakin dipertegas, yaitu dengan
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi Kesejahteraan Seluruh Rakyat. Tujuan tersebut termuat dalam Pasal 28H
UUD NRI Tahun 1945: (1) setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan; (2) setiap orang berhak mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan; (3) setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat. Selain dalam Pasal 28H, dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai dengan amanat pada
perubahan Pasal 34 ayat (2) UUD 1945, yang mengatakan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, kemudian dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat dengan UU SJSN menjadi salah satu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan
pihak-pihak yang terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya
dan salah satu bentuk perlindungan sosial. Selain itu, pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.
Dengan ditetapkannya UU SJSN diharapkan dapat memberikan perlindungan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia secara menyeluruh dan terpadu, maka dari itu pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanan jaminan
kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya dengan JKN. Upaya ke arah itu
sesungguhnya telah dilakukan oleh pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang