Oleh
Nama Mahasiswa : AVIANDO ADITYA PUTRA
NPM : 196080073
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana tersebut diatas BPJS memiliki tugas :
1. Melakukan dan atau menerima pendaftaran peserta
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja
3. Menerima bantuan iuran dari pemerintah
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial
6. Membayarkan manfaat dan atau membiayai pelayanan Kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat
8. Jika disimpulkan tugas BPJS meliputi pendaftaran, kepesertaan dan
pengelolaan data kepesertaan pemungutan,pengumpulan iuran termasuk
menerima bantuan iuran dari pemerintah pengelolaan dana jaminan sosial,
pembayaran manfaat dan atau membiayai pelayanan Kesehatan dan tugas
penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial Dari
keterbukaan informasi.
2.1.3 Wewenang
Didalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas BPJS berwenang:
Didalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud diatas BPJS memiliki
wewenang untuk :
1. Menagih pembayaran iuran kepada peserta BPJS
2. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
Panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-
hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi
kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas Kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas Kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh pemerintah
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas Kesehatan
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi berwenang mengenai ketidak
patuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Melakukan Kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial
kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal
terjadi penunggakan,kemacetan,kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan
kepengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administrative yang diberikan
kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS Sebagai badan hukum
public.Kewenangan sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan
santunann kematian yang dibayarkan kepada Kunci waris perserta yang meninggal
dunia.
2.1.4 Prinsip BPJS
Prinsip dasar BPJS adalah sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh UUSJSN Pasal
19 ayat 1 yaitu jaminan Kesehatan yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial dan prinsip equitas maksud prinsip asuransi sosial adalah :
a. kegotong royongan antara sikaya dan simiskin, yang sehat dan yang sakit,
yang tua dan yang muda serta yang beresiko tinggi dan rendah
b. kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektiv
c. iuran berdasarkan presentase upah atau penghasilan
d. bersifat nirlaba
sedangkan prinsip equitas adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai
dengan kebutuhan medis yang terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan
kesamaan memperoleh pelayanan adalah kesamaan jangkauan finansial ke
pelayanan Kesehatan yang merupakan bagian dari jaminan Kesehatan nasional dan
masuk kedalam program pemerintah.
2.1.5 Tujuan dan Manfaat
Tujuan serta manfaat dari jaminan Kesehatan bagi nmasyarakat adalah :
a. memberikan kemudahan akses pelayanan Kesehatan kepada peserta diseluruh
jaringan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat.
b. Mendorong peningkatan pelayanan Kesehatan yang terstandar bagi peserta,
tidak berlebihan sehingga nantinya terkendali mutu dan biaya pelayanan
Kesehatan.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
2.1.6 Kepesertaan
Peserta BPJS menurut UU SJSN tahun 2004 adalah sebagai berikut :
a. Peserta PBI jaminan Kesehatan terdiri atas orang yang tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu yang terdiri atas :
1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
2. Pegawai bukan penerima upah dan anggota keluarganya
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya
4. Penerima Pensiun
5. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah
2.2 Tunggakan
Definisi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah angsuran yang belum
terbayar
Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas menyatakan : “Tunggakan adalah
tagihan yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga,
atau denda.
Sedangkan pengertian tunggakan menurut Siti Resmi : menyatakan
tunggakan adalah jumlah piutang yang belum lunas sejak dikeluarkan
penagihan dan jumlah piutang sebelumnya yang belum lunas dalam periode
masa tagihan
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tunggakan
merupakan suatu tagihan atau piutang yang belum dapat dibayar oleh wajib
bayar (pihak yang berhutang) dalam masa tagihan berdasarkan kesepakatan
bersama
2.4.1 Pelayanan jasa rumah sakit secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi :
Pelayanan medis
Selain itu rumah sakit juga dibedakan berdasarkan jenis, kepemilikan atau
pengelolaannya serta fungsinya.
Tabel 2.4
KELEBIHAN KEKURANGAN
Provider Pembayaran lebih adil Kurangnya kualitas koding akan
sesuai dengan kompleksitas menyebabkan ketidaksesuaian
pelayanan proses grouping
Proses klaim lebih cepat (pengelompokan kasus)
Pasien Kualitas pelayanan baik Pengurangan kuantitas
Dapat memilih provider pelayanan
dengan pelayanan terbaik Provider merujuk ke luar /
RS lain
Pembayar Terdapat pembagian resiko Memerlukan pemahaman
keuangan dengan provider mengenai konsep prospektif
Biaya administrasi lebih dalam implementasinya
rendah Memerlukan monitoring
Mendorong peningkatan pasca klaim.
sistem informasi
KELEBIHAN KEKURANGAN
Provider Resiko keuangan sangat kecil Tidak ada insentif untuk yang
Pendapatan Rumah Sakit tidak memberikan preventif care
terbatas Supplier induced demand
Pasien Waktu tunggu yang lebih Jumlah pasien diklinik sangat
singkat banyak overcrowded clinics
Lebih mudah mendapat Kualitas pelayanan kurang
pelayanan dengan teknologi
terbaru
Pembayar Mudah mencapai kesepakatan Biaya administrasi tinggi untuk
dengan provider proses klaim
Meningkatkan resiko keuangan
Pilihan sistem pembiayaan tergantung pada kebutuhan dan tujuan dari implementasi
pembayaran kesehatan tersebut. Sistem pembiayaan prospektif menjadi pilihan
karena :
2.7 Evaluasi
Setiap program ataupun pelayanan perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui
seberapa baik pelaksanaannya, salah satu cara evaluasi adalah dengan menilai
setiap tahapan proses. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi
dapat dikelompokan menjadi tiga tahapan menurut Donabedian (1988) :
1. Input
Input adalah semua sumber daya yang diperlukan dalam
mendukung pelaksanaan suatu program anatara lain,
SDM (man), material, money, methode, organisasi,
informasi, dukungan, komunikasi, dan sebagainya.
2. Proses
Adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan
organisasi untuk mengubah input menjadi output, proses
ini dilakukan secara professional oleh seluruh sumber
daya yang terlibat dalam proses pengklaiman.
3. Outcome
Adalah hasil dari proses penagihan yang terdiri dari layak
ataupun tidak layak, hasil dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi untuk meminimalisir kerugian rumah sakit.
2.8 Faktor-faktor yang menyebabkan tunggakan klaim BPJS di rumah sakit
(Tyas arditia : 2015)
Berdasarkan teori dan penelitian terkait serta pendekatan evaluasi melalui tahapan-
tahapan proses, maka peneliti membuat suatu kerangka teori sebagai berikut :
Gambar 2.1
Man :
Coder
Verifikator Obat-obatan yang
internal RS tidak sesuai
Material :
Berkas Adm
Berkas RM
Menyiapkan berkas
Layak
klaim
Verifikasi Internal Tidak Layak
Pengiriman berkas klaim
Methode :
Prosedur klaim
SPO
Surat Keterangan
Meninggal Dunia
Machine :
SIMRS
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik dengan pendekatan kualitatif. Metode ini digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci. Pendekatan kualitatif ini di lakukan untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab tunggakan klaim BPJS di Rumah Sakit Islam Karawang.
Menurut Kriyantono riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian
kualitatif menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin
dalam dan detail data yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian
ini.
Kerangka konsep atau kerangka pikir adalah suatu uraian dan visualisasi tentang
hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variable-variabel yang akan diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012)
Kerangka Pikir
Gambar 3.1
Man :
Coder
Verifikator Berkas Layak dan
DPJP dibayarkan oleh
Melengkapi
Material : BPJS
berkas klaim
Berkas Adm
Berkas Tidak
Berkas RM Melakukan
Layak dan tidak
Berkas piutang verifikasi internal
dibayarkan oleh
Methode : RS
BPJS atau
SPO
terpending
Machine:
SIMRS
Tabel 3.1
Material :
Berkas Administrasi Seluruh dokumen yang harus dilengkapi Telaah dokumen
sebagai syarat penagihan klaim BPJS (FC
identitas pasien, FC Kartu peserta, FC KK,
Surat Rujukan, SEP, dll)
Berkas Rekam Medis Seluruh dokumen rekam medis pasien yang Telaah dokumen
harus dilengkapi sebagai syarat penagihan
klaim BPJS (Resume medis, FC hasil
Pemeriksaan penunjang, resep obat-obatan, dll)
Berkas Piutang Klaim Adalah dokumen berkas klaim BPJS yang Telaah dokumen
terpending atau tidak layak dibayarkan oleh
BPJS
2 Proses :
Melengkapi Berkas Adalah suatu proses yang dilakukan dengan Wawancara menda
Klaim cara mengumpulkan dan melengkapi berkas observasi
klaim pasien BPJS sebelum dikirim
Verifikasi Internal Adalah suatu proses dimana verifikator internal Wawancara menda
memeriksa berkas klaim apakah sudah lengkap observasi
dan layak untuk ditagihkan ke BPJS
3 Output :
Klaim Layak Adalah respon balik (feedback) dari BPJS Wawancara menda
dibayarkan kesehatan setelah menerima berkas penagihan observasi, t
klaim dan klaim tersebut layak dibayarkan ke dokumen
rumah sakit
Klaim Tidak Layak Adalah respon balik (feedback) dari BPJS Wawancara menda
Dibayarkan kesehatan setelah menerima berkas penagihan observasi, t
klaim dan klaim tersebut tidak layak dibayarkan dokumen
atau tertunda (pending/dispute).
Tabel 3.2
No Informan Keterangan Kode Jumlah
1 Verifikator BPJS Informan IK-1 1 Orang
Kunci
2 Ketua Casemix Informan IU-1 1 Orang
(KaBid Yanmed) Utama
3 Coder (Ka Rekam Informan IU-2 1 Orang
Medis) Utama
4 Verifikator Informan IU-3 1 Orang
Utama
5 Dokter Case Mix Informan IU-4 1 Orang
Utama
6 Direktur Informan IP-1 1 Orang
Pendukung
7 Keuangan Informan IP-2 1 Orang
Pendukung
8 Manajer Pelayanan Informan IP-3 1 Orang
Pasien Pendukung
9 Dokter Penanggung Informan IP-4 1 Orang
Jawab Pelayanan Pendukung
(DPJP)
Jumlah 9 Orang
3.7.1 Observasi
Observasi dalam penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa
lembar checklist, camera digital untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan alur proses pengklaiman dari mulai tahapan input, proses, dan
outcome, alur pasien masuk hingga pulang dan melengkapi berkas untuk
pengklaiman
3.7.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keakuratan
informasi dan keabsahan data-data yang merupakan hasil observasi atau
pengamatan terhadap proses pengklaiman BPJS kesehatan di rumah sakit
islam karawang. Peneliti melakukan wawancara kepada para informan
yang mengerti dan memahami tentang permasalahan tunggakan klaim
pasien BPJS dirumah sakit islam karawang
3.8 Data
Peneliti mengumpulkan data pasien bpjs rawat inap yang mengalami
tunggakan dan menganalisis penyebabnya, selain itu peneliti juga melihat
data tunggakan klaim di bagian keuangan
Untuk menjaga keabsahaan dan keakuratan data yang telah diperoleh, peneliti
melakukan validasi data. Dalam penelitian validasi data yang dilakukan yaitu
dengan melakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode.
3.9.1 Triangulasi Sumber
Data yang telah didapat akan dilakukan Analisa secara kualitatif dengan melalui
beberapa tahap yaitu editing (penyuntingan), coding (memberi kode), tabulating
(mentabulasi), data file, entry data, dan cleaning data.
Tahap pertama editing atau penyuntingan, dimana data yang didapat dilakukan
penyusunan dan pengorganisasian data untuk selanjutnya akan dilakukan
analisis.
Tahap kedua yaitu koding atau pengkodean, dimana data yang masuk ditandai
dengan kode sebagai penggolongan data. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah peneliti dalam merajut kesimpulan,
Tahap ketiga yaitu tabulating atau mentabulasi, dimana dari data yang disusun
dan diberi kode, selanjutnya dimasukan dalam table penggolongan.
Tahap keempat yaitu data file dan entry data, dimana data yang sudah
dimasukan dalam table dibuat narasi dan visual sebagai penjelasan data lebih
lanjut.
Tahap kelima yaitu analisis data, yaitu melakukan interpretasi makna hasil yang
sudah dikelola lalu dibandingkan dengan teori-teori yang sudah ada
Tahap keenam cleaning data, dimana data yang sudah diinterpretasi oleh
peneliti, kemudian dilakukan validasi untuk keakuratan data hasil.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
a. Poli Klinik :
8) Poli Orthophedi
9) Poli THT
e. Instalasi Hemodialisa
Dalam pemberian pelayanan medis di Rumah Sakit Islam Karawang
juga di dukung oleh beberapa pelayanan penunjang yaitu :
a. Instalasi Farmasi
b. Instalasi Laboratorium
c. Instalasi Radiologi
e. Instalasi Gizi
4.3 MOTO
CARE
4.4 FALSAFAH
4.5 TUJUAN
KETERANGAN/PENGERTIAN.
a. Unit Struktural
i. Direktur
Adalah kepala atau pejabat tertinggi di Rumah
Sakit Islam Karawang
ii. Kepala Bagian/Bidang
Adalah pejabat yang membantu Direktur dalam pelaksanaan
satu atau lebih macam pelayanan rumah sakit, yaitu :
1. Kepala Bagian Administrasi Dan Keuangan
2. Kepala Bidang Pelayanan Medis
3. Kepala Bidang Pelayanan Penunjang Medis
4. Kepala SPI
iii. Sub.Bagian/Instalasi – Instalasi
Adalah suatu wadah struktural yang terdiri dari tenaga Kunci
atau profesi dan memiliki fungsi tertentu sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari rumah sakit baik berfungsi pelayanan
maupun pendukung operasional rumah sakit. Sub. Bagian dan
Instalasi – Instalasi di Rumah Sakit Islam Karawang dibedakan
menjadi 2 yaitu Instalasi dan Bagian. Seluruh Instalasi di bawah
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang dan seluruh Bagian
bertanggungjawab Kepala Bagian. Daftar Sub.Bagian dan
Instalasi – Instalasi:
- Sub. Bagian SDM dan Diklat
- Sub. Bagian Umum, Rumah Tangga dan Perijinan
- Sub. Bagian Pemasaran
- Sub. Bagian Hukum dan Humas
- Sub. Bagian Kendaraan, Parkir dan Keamanan
- Sub. Bagian Verifikasi dan Akuntansi
- Sub. Bagian Pembendaharaan
- Sub. Bagian Perencanaan Anggaran
- Ka. Sie. Keperawatan
- Ka. Sie. Pelayanan Medis
- Instalasi Rawat Jalan
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Gawat Darurat.
- Instalasi Kamar Bedah
- Instalasi Perawatan Intensive
- Instalasi Hemodialisa
- Ka.Sie. Penunjang Medis
- Ka. Sie. Pelayanan Penunjang Klinik dan Non Klinis
- Instalasi Pembinaan Kerohanian
- Instalasi Prasarana dan Sarana Rumah Sakit
- Instalasi Farmasi
- Instalasi Laboratorium
- Instalasi Radiologi
- Instalasi Gizi
- Instalasi Rehabilitasi Medis
- Instalasi Rekam Medis
- Instalasi CSSD & Loundry
- Instalasi SIM RS
DIREKTUR
KEUANGAN
KETUA TIM
CASE MIX DOKTER CASE MIX
NO DIAGNOSIS JUMLAH
1 GEA 416
2 DYSPEPSIA 405
3 BACTERIAL INFECTION 398
4 TYPHOID FEVER 302
5 ACUTE UPPER RESPIRATORY INFECTION 275
6 HYPERTENSION 207
7 KINKING AND STRICTURE OF 195
8 VIRAL INFECTION 162
9 DENGUE HAEMORRHOAGIC FEVER 136
10 CHRONIC BRONCHITIS 121
Gambar 4.3
GEA DYSPEPSIA
BACTERIAL INFECTION TYPHOID FEVER
ISPA HYPERTENSION
KINKING AND STRICTURE OF VIRAL INFECTION
DENGUE HAEMORRHOAGIC FEVER CHRONIC BRONCHITIS
JUMLAH PASIEN RAWAT INAP TAHUN 2020 BERDASARKAN
CARA BAYAR
Tabel 4.2
Gambar 4.4
NO DIAGNOSIS JUMLAH
1 DYSPEPSIA 3095
2 SCHIZOAFFECTIVE DISORDER 2255
3 HYPERTENSION 1267
4 RADICULOPATHY LUMBAR REGION 899
5 KINKING AND STRICTURE OF URETER 810
6 DIABETES MELITUS 754
7 HYPERPLASIA OF PROSTATE 606
8 ACUTE UPPER RESPIRATORY
505
INFECTION
9 NECROSIS OF PULP 454
10 GEA 374
Gambar 4.5
Tabel 4.4
Tabel 4.5
No Cara Bayar Jumlah
1 UMUM 2167
2 BPJS 17072
3 RSIK 422
4 PT 170
5 JAMKESDA 215
JUMLAH 20046
NO DIAGNOSIS JUMLAH
1 DISPEPSIA 991
2 BACTERIAL INFECTION 323
3 GEA 304
4 THYPOID FEVER 303
5 HYPERTENSION 289
6 ACUTE UPPER RESPIRATORY INFECTION 245
7 VIRAL INFECTION 218
8 ASTMA 137
9 DENGUE HEMORRAGHIC FEVER 124
10 TUBERCULOSIS OF LUNG 103
Gambar 4.6
Keterangan :
Ketika pasien BPJS masuk melalui unit gawat darurat ataupun rawat jalan dengan
tujuan ingin dirawat inap, maka berkas yang harus dilampirkan antara lain fotocopy
kartu peserta BPJS, Surat Eligibilitas Pasien (SEP), surat rencana rawat inap dari
dokter UGD atau Rawat Jalan, Surat Rujukan dari Fasilitas Kesehatan lain jika tidak
dalam keadaan darurat. Kemudian selama dirawat berkas yang harus dilengkapi oleh
professional pemberi asuhan adalah rekam medis pasien terdiri dari : catatan
pelayanan pasien terintegrasi (CPPT) dan resume medis. Setelah pasien keluar dari
rumah sakit, berkas yang harus dilengkapi adalah berkas ketika awal pasien masuk
ditambah resume medis dan billing pasien, jika pasien meninggal dunia harus
disertakan surat keterangan meninggal dunia. Setelah berkas dikumpulkan lalu oleh
tim case mix akan diproses sampai berkas tersebut bisa diklaim, setelah itu
menunggu konfirmasi dari BPJS apakah layak atau tidak layak atau terpending
sehingga membutuhkan konfirmasi kembali dari rumah sakit.
Rawat Jalan
Gambar 4.8
Keterangan :
Ketika pasien BPJS masuk rumah sakit melalui poliklinik berkas yang harus
dilampirkan antara lain : Foto Copy kartu peserta, surat rujukan/surat control, Surat
eligibilitas peserta (SEP). kemudian pasien dilakukan pelayanan di poliklinik yang
dituju, professional pemberi asuhan mengisi rekam medis pasien termasuk resume
medis rawat jalan. Setelah itu jika pasien perlu dirawat maka alur mengikuti rawat
inap, jika pulang maka berkas yang harus dilengkapi adalah berkas ketika awal
pasien datang ditambah berkas resume medis rawat jalan dan billing pasien,
kemudian akan diproses di tim casemix jika sudah dipastikan lengkap maka akan
diklaimkan ke BPJS, kemudian menunggu feedback dari BPJS apakah berkas layak
atau tidak layak atau terpending sehingga memerlukan konfirmasi kembali dari
rumah sakit.
4.9.2 WAWANCARA :
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga data yang didapat berupa
kata-kata dari jawaban para informan. Data kata-kata tersebut didapat dari
wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti. Sementara data angka dan tulisan
lain didapat dari data sekunder dokumen klaim pasien rawat inap dan rawat jalan
4.9.2.1 (INPUT)
Dari hasil wawancara dengan informan Kunci yaitu verifikator dari BPJS, peneliti
mendapatkan informasi bahwa selama ini secara waktu penagihan dan penerimaan
berkas klaim dari rumah sakit islam ke BPJS tidak pernah ada keterlambatan, seperti
kita ketahui bahwa batas penerimaan berkas adalah tgl 15 setiap bulannya tidak
berlaku dihari libur (tanggal merah), BPJS selalu menerima berkas klaim dari rumah
sakit islam setiap tanggal 5, jadi tidak pernah terlambat kalau soal pengiriman berkas
ujarnya, namun ketika berkas kita terima ada tahapan2 proses di BPJS sesuai regulasi
yang ada, tahapan yang pertama adalah penerimaan berkas proses nya adalah
maksimal 10 hari pada tahapan ini BPJS akan menerbitkan berita acara terima berkas
setelah berita acara ini terbit maka akan dihitung hari pertama setelah itu verifikator
BPJS akan diberikan waktu selama 10 hari untuk melakukan pengecekan berkas,
yang pertama jumlah berkas yang diklaimkan, kemudian kelengkapan administrasi
berkas, semuanya akan disesuaikan dengan sistem yang disebut proses purivikasi,
jika semua berkas sesuai maka akan diterbitkan berita acara kelengkapan berkas, jika
ada yang tidak sesuai (berkas klaim gagal) maka akan diterbitkan berita acara
pengembalian berkas. Ketika berita acara pengembalian berkas diterbitkan makan
berita acara penerimaan berkas yang diawal dianggap gugur, dan rumah sakit harus
segera memperbaiki kekurangan klaim dan segera diajukan kembali sebelum tanggal
15, agar pembayaran klaim tidak terlambat, semakin cepat dikembalikan semakin
cepat untuk diproses kembali. Hal – hal yang menyebabkan pengembalian berkas
menurut informan yang pertama adalah waktu pulang pasien yang tidak sesuai,
misalkan pasien pulang ditanggal 20 namun pada berkas dan sistem pasien pulang
tanggal 21, yang kedua cara pulang pasien, seperti kita ketahui ada empat cara
pulang pasien, yang pertama atas persetujuan dokter, kedua dirujuk ke rumah sakit
lain, ketiga meninggal, keempat atas permintaan pasien, sebagai contoh kasus pasien
sebenarnya pulang atas permintaan sendiri secara sistem vklaim, namun pada eklaim
(program coding kemenkes) terupload atas persetujuan dokter, hal ini menyebabkan
ketidaksesuaian klaim, yang ketiga adalah untuk kasus kecelakaan lalu lintas yang
tidak disertai laporan kepolisian. Faktor lainnya adalah terkait pasien-pasien yang
seharusnya dirujuk balik ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, jadi di BPJS ada
program pasien rujuk balik (PRB), untuk pasien-pasien yang kondisinya sudah stabil
agar di kembalikan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, untuk melanjutkan
pengobatan disana, rumah sakit seringkali tidak mengembalikan pasien ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama dengan alasan pasien belum stabil, tetapi pada keterangan
yang tercantum pada berkas pasien sudah stabil secara kondisi fisik dan psikis nya.
Sebenarnya di BPJS sendiri ada program penyakit kronis untuk fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan, program ini diperuntukan bagi pasien-pasien yang memang belum
bisa dilakukan rujuk balik, caranya yaitu pasien control ke rumah sakit satu kali
dalam sebulan dan diberikan obat oleh dokter untuk tujuh hari (1 minggu),
sedangkan untuk sisa obat 23 hari selanjutnya pasien hanya tinggal mengambil saja
dirumah sakit yang sama tempat pasien tersebut berobat. Kemudian faktor
selanjutnya adalah pada resume medis, seringkali resume medis tidak diisi lengkap
dan sulit terbaca, antara anamnesa dengan diagnosa tidak sejalan, sebenarnya kami
dari BPJS selalu menyesuaikan dengan eclaim yang diajukan, temuan yang kami
dapatkan pengajuan pada eclaim di konfirmasi dengan di resume medis, namun
ketika pada resume tulisan tidak terbaca atau keterangannya tidak lengkap maka
kami terpaksa melakukan pending klaim (penundaan pembayaran) sampai rumah
sakit mengkonfirmasi kepada BPJS. Kemudian yang selanjutnya adalah laporan
operasi yang sulit terbaca atau tidak lengkap, menurut informan coder di rs hanya
melihat jenis tindakan saja lalu melakukan proses coding, tapi tidak melihat riwayat
proses operasinya, padahal sangat penting sebagai contoh tindakan uterotomy interna
apakah dilakukan insisi atau endoskopi, itu akan menghasilkan kode penyakit yang
berbeda. Faktor-faktor itulah yang menjadi penyebab klaim menjadi terpending atau
tidak layak.
Dari hasil wawancara secara mendalam dengan salah satu informan utama yaitu
kepala bidang pelayanan medis yang juga merangkap sebagai ketua tim case mix,
didapatkan informasi bahwa alur pengklaiman BPJS di rumah sakit islam karawang
selalu mengalami permasalahan, diantaranya terpending atau klaim yang diajukan
tidak layak. Hal ini disebabkan berbagai macam faktor sesuai dengan kerangka
konsep pada faktor man diantaranya masalah diagnosa, terkait dengan diagnosa
disini permasalahan yang sering muncul adalah diagnosa yang berbeda antara
diagnosa pasien masuk (diagnosa UGD) dengan diagnosa keluar (Diagnosa DPJP
setelah pasien pulang) sedangkan pada resume medis seringkali isi dari anamnesa
mengikuti anamnesa UGD, akhirnya mengakibatkan ketidak sesuaian diagnosa
dengan anamnesa, selain itu seringkali tulisan dokter pada resume yang tidak terbaca
sehingga menyulitkan verifikator baik internal maupun verifikator dari BPJS, untuk
faktor Material seringkali didapati resume medis yang tidak lengkap sehingga berkas
menjadi bermasalah hal ini sejalan dengan ketidakjelasan tulisan dokter, pada faktor
metode menurut informan di rumah sakit islam belum ada standar operasional
prosedur yang tertulis mengenai alur pengklaiman BPJS termasuk SK tim case mix
juga masih dalam tahap revisi, untuk faktor machine terkait SIM RS di rumah sakit
islam sudah menggunakan sistem IT namun belum maksimal dan tidak semua modul
bisa digunakan. Selain itu faktor machine juga termasuk alat-alat pemeriksaan
penunjang yang tidak lengkap, sebagaimana pengakuan dari informan bahwa fasilitas
rumah sakit islam memang belum lengkap sebagai contoh alat penunjang
echocardiograpi dan CT Scan, ada beberapa diagnosa penyakit yang memerlukan
hasil pemeriksaan penunjang tersebut untuk syarat bisa diajukan klaim.
Informan Utama (IU-2)
Dari hasil wawancara dengan informan utama yang kedua adalah Sdri Mayta beliau
adalah kepala rekam medis yang juga menjabat sebagai petugas coding (Coder), di
awal wawancara beliau menyampaikan bahwa banyak kendala yang mempengaruhi
proses pengklaiman BPJS di rumah sakit islam karawang, diluar variable yang
diteliti oleh peneliti, menurut pengakuan informan ada faktor sumber daya manusia
yang kurang, hal ini bisa dilihat dari jabatan-jabatan yang kebanyakan dirangkap
oleh satu orang sehingga pekerjaan menjadi kurang maksimal dan cenderung salah
satu pasti akan terbengkalai, oleh karena itu skala prioritas menjadi hal yang sangat
penting, sebagai contoh pada bagian yang diduduki oleh informan, beliau mengaku
lebih cenderung menghabiskan waktu sebagai petugas coding karena menurut beliau
lebih penting dibandingkan dengan tugas sebagai kepala rekam medis, akibatnya
tugas sebagai kepala rekam medis menjadi terbengkalai. Terkait kepada variable
yang diteliti untuk faktor Man menurut beliau seringkali kesulitan membaca tulisan
dokter sehingga terkadang terjadi kesalahan pengkodingan diagnosa, kemudian
faktor resume medis yang terkadang tidak lengkap dan berbeda alur cerita dari
anamnesa dan diagnosa, pada prinsipnya rumah sakit akan mengkoding penyakit
yang tepat dan memiliki nilai klaim terbesar guna memperoleh keuntungan, namun
terkadang karena anamnesa yang tidak sesuai dengan diagnosa utama mengakibatkan
diagnosa harus diganti dengan diagnosa tambahan yang lebih sesuai. Untuk faktor
material jawaban informan seringkali berkas rekam medis kurang lengkap, resume
medis yang tidak sesuai, hasil pemeriksaan penunjang yang tidak terlampir atau tidak
sesuai dengan kriteria diganosa, untuk faktor metode jawaban informan di rumah
sakit islam karawang belum memiliki standar prosedur operasional khusus untuk
proses pengklaiman, pada faktor machine rumah sakit islam belum memiliki fasilitas
yang lengkap untuk pemeriksaan penunjang sehingga seringkali membuat terjadi
pending klaim karena pemeriksaan penunjang yang tidak sesuai.
Dari hasil wawancara dengan informan utama yaitu dokter case mix yang sudah
tersertifikasi pelatihan case mix, peneliti mendapatkan informasi bahwa di rumah
sakit islam sebenernya sudah memiliki tim yang cukup solid, kita punya dua dokter
di case mix dan satu orang manajer pelayanan pasien, dan itu diluar ketua tim yang
juga seorang dokter sekaligus kepala bidang pelayanan medis karena seringkali kalau
sudah dikejar date line ketua juga ikut membantu ujarnya. Hal ini tentu saja menjadi
pendukung untuk variable input faktor man, akan tetapi inti dari permasalahan
sebenarnya adalah siapa yang seharusnya paling berperan, tentu saja para
professional pemberi asuhan pada pasien, karena merekalah yang harus mengisi
catatan perkembangan pasien terintegrasi yang nantinya akan menjadi bahan untuk
mengisi resume medis pasien ujarnya. Seperti kita ketahui resume medis merupakan
salah satu berkas yang cukup penting dalam syarat pengklaiman BPJS, karena di
resume medis tercantum diagnosa rencana terapi dan lain-lain, diagnosa yang tidak
lengkap dan penunjang yang tidak sesuai menjadi faktor penyebab bermasalahnya
proses pengklaiman ujarnya, harusnya di rumah sakit islam dibuat prosedur khusus
tentang alur pengklaiman dan memang kita sedang menyusunnya ujarnya. Untuk
faktor machine sistem informasi manajemen rumah sakit islam kurang lengkap,
hanya beberapa modul saja yang bisa digunakan namun itu sudah cukup membantu
kami di tim case mix.
Dari hasil wawancara secara mendalam dengan direktur sebagai salah satu informan
pendukung peneliti mendapatkan informasi bahwa rumah sakit islam karawang
sudah lama sebagai provider BPJS bahkan sejak jaman ASKES, permasalahan selalu
ada baik klaim terpending, klaim tidak layak, bahkan ada juga rumah sakit harus
mengembalikan uang klaim karena setelah diaudit terdapat masalah. Hal ini
disebabkan berbagai macam faktor menurut laporan yang diterima beliau
mengatakan biasanya penyebabnya adalah diagnosa, resume yang tidak terbaca, dan
yang tersering adalah pasien harus dirujuk balik ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk faktor Material seringkali didapati resume medis yang tidak lengkap
sehingga berkas menjadi bermasalah hal ini sejalan dengan ketidakjelasan tulisan
dokter, pada faktor metode menurut informan di rumah sakit islam belum ada standar
operasional prosedur yang tertulis mengenai alur pengklaiman BPJS termasuk SK
tim case mix juga masih dalam tahap revisi, namun akan segera disosialisasikan.
untuk faktor machine terkait SIM RS di rumah sakit islam sudah menggunakan
sistem IT namun belum maksimal dan tidak semua modul bisa digunakan, namun
akan segera di perbaiki sistemnya supaya mempermudah dilapangan. Selain itu
faktor machine juga termasuk alat-alat pemeriksaan penunjang yang tidak lengkap,
sebagaimana pengakuan dari informan bahwa fasilitas rumah sakit islam memang
belum lengkap sebagai contoh alat penunjang echocardiograpi dan CT Scan, karena
memang rumah sakit islam sedang tahap pengembangan jadi sedikit demi sedikit
akan dilengkapi ujarnya.
Dari hasil wawancara dengan informan pendukung bagian keuangan yaitu ibu widya
dari keterangan beliau didapatkan informasi bahwa selama ini rumah sakit islam
selalu mengalami permasalahan dalam pengklaiman BPJS diantaranya, pendingan
dan klaim yang tidak layak, sedangkan untung keterlambatan pengajuan menurut
beliau hampir tidak pernah terjadi karena kinerja tim case mix yang memang sengaja
diberi target batas waktu oleh manajemen. Menurut beliau peran tim case mix dalam
proses pengklaiman BPJS sangatlah penting ada perbedaan yang bermakan ketika
saat belum dibentuknya tim case mix dibandingkan dengan setelah adanya tim case
mix, “proses penagihan menjadi lebih cepat namun masih terdapat pengembalian
berkas klaim yang nilainya mencapai 10% dari total klaim yang diajukan. Sedangkan
pertanyaan terkait variable informan tidak mengetahui secara jelas faktor-faktor
penyebab permasalahan klaim, namun setiap menerima laporan pending atau tidak
layak dari tim case mix menurutnya faktor yang tersering adalah masalah diagnosa
yang tidak sesuai sehingga harus dikonfirmasi ulang, kemudian masalah program
rujuk balik yang seringkali membuat kerugian bagi rumah sakit karena berpotensi
tidak layak bayar, atau penagihan hanya bisa diklaim satu periode.
Dari hasil wawancara dengan informan pendukung yaitu Manajer Pelayanan Pasien
(Case Manager) peneliti mendapatkan informasi bahwa MPP sebenarnya mempunyai
tugas sebagai penghubung antara pasien dengan rumah sakit, namun kenyataannya
MPP juga memiliki tugas yang penting yaitu sebagai petugas yang mengevaluasi
pengisian clinical pathway oleh para professional pemberi asuhan. MPP juga
merupakan bagian dari tim case mix, didalam tim case mix MPP membantu coder
dalam menentukan diagnosa, selain itu MPP juga membantu verifikator dalam hal
melengkapi berkas-berkas klaim yang akan diajukan. Berdasarkan variable faktor
Man, menurut informan yang menyulitkan tim adalah tulisan dokter yang tidak
terbaca sehingga terkadang ada penulisan diagnosa yang kurang tepat, selain itu
dokter terkadang dalam mengisi resume terlalu singkat dan anamnesa nya terkadang
tidak sejalan dengan alur cerita diagnosa utama, hal ini tidak serta merta menjadi
kesalahan dokter, karena memang ketika pasien masuk rumah sakit gejala-gejala
yang spesifik belum muncul, dan juga belum didukung pemeriksaan penunjang,
sehingga itulah yang menyebabkan diagnosa pasien masuk dan pasien pulang
seringkali berbeda. Untuk faktor material menurut informan sejalan dengan faktor
man yaitu berkas resume yang tidak lengkap ditambah pemeriksaan penunjang yang
tidak sesuai. Untuk faktor metode secara tertulis berbentuk SPO di rumah sakit islam
belum ada, namun untuk alur proses pengklaiman sepertinya sudah pada hapal
ujarnya. Untuk faktor machine secara integrase sistem informasi manajemen rumah
sakit islam belum maksimal sehingga ada beberapa yang masih harus dilakukan
secara manual, hal ini tentu saja menjadi faktor kekurangan dan menghambat proses,
mungkin kalau SIM RS kita sudah lengkap menjadi lebih mudah dan human error
bisa dicegah ujarnya.
Dari wawancara dengan salah satu informan pendukung yaitu perwakilan dari dokter
penanggung jawab pelayanan pasien, peneliti mendapatkan informasi bahwa beliau
sering dilibatkan dalam proses melengkapi berkas klaim, biasanya terkait penentuan
diagnose yang tepat, tulisan-tulisan yang sulit terbaca, resume medis yang tidak
lengkap, kebetulan informan adalah dokter urologi seringkali juga permasalahan di
laporan operasi, menurut beliau kinerja coder sudah cukup baik dan beliau bersedia
untuk diminta bantuan jika diperlukan hanya saja yang agak merepotkan adalah
masalah tulisan yang sulit terbaca, karena menurut beliau karakter tulisan seseorang
sulit dirubah jadi sebaiknya rumah sakit harus mempunyai elektronik medical record
(EMR) supaya mempermudah dalam pengisian dokumen rekam medis terutama
resume medis, rumah sakit islam SIMRS nya harus dikembangkan lagi ujarnya.
Sesuai tujuan penelitian mengetahui gambaran dan menganalisis faktor proses
melengkapi berkas klaim, verifikasi berkas sebelum di tagihkan ke BPJS
4.9.2.2 PROSES
Dari hasil wawancara dengan informan utama yaitu kepala bidang pelayanan medis
yang juga merangkap sebagai tim case mix, terkait dengan variabel tahapan proses,
menurut beliau terkadang ada beberapa permasalahan pada kelengkapan berkas,
misalkan hasil pemeriksaan penunjang yang terkadang tercecer atau hilang, sehingga
menghambat proses pengklaiman namun hal tersebut jarang terjadi sejak dibentuk
tim case mix di rumah sakit islam karawang, untuk proses verifikasi internal sudsh
dilakukan dengan teliti oleh verifikator dan tentunya sebelum dilakukan pengiriman
berkas klaim harus melalui persetujuan dan diketahui oleh pimpinan rumah sakit.
Namun tetap saja feedback yang didapat selalu saja ada pending klaim yang harus
dikonfirmasi oleh pihak rumah sakit ke pihak BPJS.
Informan Utama (IU-2)
Dari hasil wawancara dengan informan utama yaitu coder dari variable tahapan
proses didapatkan informasi bahwa pada tahap pengumpulan berkas untuk
pengklaiman hal yang sering terjadi adalah resume medis yang belum lengkap atau
diagnosa yang tidak dapat terbaca sehingga, berkas harus dikembalikan lagi ke unit
dan coder harus mengkonfirmasi ke Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
untuk kejelasan tulisan agar tidak terjadi kesalahan pada saat proses pengkodingan,
hal seperti ini yang kadang menghambat proses pengklaiman dirumah sakit islam
karawang.
Dari hasil wawancara dengan informan utama yaitu bagian verifikator internal di
rumah sakit, peneliti mendapatkan informasi bahwa pada tahapan melengkapi berkas
kami melakukan sangat teliti sehingga jika ada berkas yang kurang seperti resume
yang tidak lengkap, laporan operasi yang tidak terbaca, hasil pemeriksaan penunjang
yang belum dilampirkan pasti akan kami lengkapi dulu, terkadang didapatkan resume
medis belum ditanda tangani oleh dokter, jadi betul-betul kami periksa dengan teliti
dan verifikasi sebelum dikirimkan ke BPJS dan di upload ke eclaim dan vclaim,
namun tetap saja masih ada berkas yang lolos sehingga terpending atau bahkan
menjadi tidak layak, hal ini disebabkna faktor sumber daya yang kurang tadi
sehingga beban kerja yang terlalu besar tentu saja mengakibatkan kejadian human
error yang tinggi. Selain itu juga rumah sakit terkadang coba-coba mengajukan
diagnosa yang nilai klaim nya tinggu guna memperoleh nilai margin keuntungan
yang tinggi jika berhasil dan disetujui BPJS, tapi jika tidak minimal terpending dulu.
Dari hasil wawancara dengan informan utama dokter case mix, peneliti mendapatkan
informasi terkait variable tahap proses, menurut beliau pada tahapan proses tidak
akan timbul permasalahan jika pada tahapan inputnya sudah berjalan dengan baik,
karena ketika masih ada permasalah diagnosa, ketidaklengkapan berkas, resume
medis yang tidak terbaca dan tidak lengkap, maka secara otomatis berkas tidak akan
bisa diproses ujarnya. Seringkali terjadi berkas klaim yang harus bolak-balik di revisi
karena setelah dilakukan verifikasi oleh verifikator internal masih ada kekurangan-
kekurangan yang berpotensi mengakibatkan klaim terpendingatau bisa juga nilai
tagihan klaim menjadi kurang, hal ini tentu saja merugikan rumah sakit.
Dari hasil wawancara dengan direktur rumah sakit selaku informan pendukung
terkait dengan variabel tahapan proses, menurut beliau terkadang ada beberapa
permasalahan pada kelengkapan berkas, misalkan hasil pemeriksaan penunjang yang
terkadang tercecer atau hilang, sehingga menghambat proses pengklaiman akan
tetapi selama ini pengklaiman tidak pernah mengalami keterlambatan kendati pun
ada permalahan tapi selalu tepat waktu dalam pengiriman berkas ke BPJS, sedangkan
untuk proses verifikasi internal sudah dilakukan dengan teliti oleh verifikator dan
tentunya sebelum dilakukan pengiriman berkas klaim harus melalui persetujuan dan
diketahui oleh pimpinan rumah sakit dalam hal ini direktur. Namun tetap saja
feedback yang didapat selalu saja ada pending klaim yang harus dikonfirmasi oleh
pihak rumah sakit ke pihak BPJS.
Dari hasil wawancara dengan informan pendukung yaitu kepala bagian keuangan,
pada variable tahapan proses, menurut beliau tidak mengalami kendala dikarenakan
penagihan yang hamper selalu tepat waktu bahkan ketika dihari libur pun tim case
mix berusaha untuk menyelesaikan berkas lebih cepat, hanya terkadang dari pihak
BPJS yang menghitung proses berdasarkan hari kerja, memang terkadang ketika
adanya keterlambatan pemberkasan beliau mendapat laporan penyebabnya ada
berkas yang belum lengkap tapi tidak terlalu sering.
Dari hasil wawancara dengan informan pendukung yaitu perwakilan dari DPJP
peneliti mendapatkan informasi terkait variable tahapan proses, informan
mengatakan bahwa seringkali dirinya dilibatkan dalam proses melengkapi berkas,
sebagai contoh resume medis dan laporan operasi, jadi memang benar berkas klaim
itu beberapa kali bolak balik sampai betul-betul lengkap sebelum dikirim,
kedepannya saran beliau karena kendalanya itu ditulisan biasanya, karena waktu
jadinya dokter terburu-buru menulis jadinya tidak terbaca, tapi kalo disuruh mengetik
sepertinya lebih mudah dan kendala tulisan tidak terbaca tidak akan ada lagi ujarnya.
4.9.2.3 OUTPUT
Dari hasil wawancara dengan informan Kunci yaitu verifikator BPJS, peneliti
mendapatkan informasi bahwa setiap berkas yang diterima oleh BPJS setelah melalui
proses verifikasi kesimpulan nya akan ada klaim yang layak, tidak layak, atau
dipending, untuk klaim yang terpending pihak BPJS akan mengembalikan berkas
klaim ke rumah sakit untuk memberikan kesempatan kepada rumah sakit agar
melakukan konfirmasi terhadap pertanyaan-pertanyaan dari BPJS terkait kekurangan
dan ketidakjelasan keterangan pada berkas klaim, kemudian berkas segera
dikirimkan kembali ke BPJS, jika konfirmasi diterima maka klaim menjadi layak,
jika tidak maka klaim tidak layak dan tidak dapat dibayarkan oleh BPJS, untuk klaim
yang tidak layak biasanya terjadi pada klaim rawat jalan, sangat jarang terjadi pada
klaim pasien rawat inap. Penyebab klaim rawat jalan menjadi tidak layak biasanya
karena pasien tersebut sudah masuk ke program penyakit kronis tetapi pada bulan
yang sama ada layanan yang dilakukan pada pasien yang sama dengan keluhan yang
sama dan terapi yang sama, oleh karena itu BPJS tidak dapat membayarkan layanan
yang kedua dibulan tersebut.
Dari hasil wawancara dengan informan utama didapatkan informasi pada variable
tahap output setiap bulan selalu ada klaim yang terpending, sehingga pihak rumah
sakit harus mengkonfirmasi atau memberikan penjelasan ke pihak BPJS, pemberian
kejelasan dan konfirmasi ini pun terkadang berjalan cukup sulit tergantung dari
verifikator BPJS, besaran jumlah klaim yang terpending bervariasi namun bisa
diambil rata-rata sekitar 10 % dari tagihan menurut beliau
Dari hasil wawancara dengan informan utama didapatkan informasi pada variable
tahap output menurut informan hamper dipastikan adanya pending klaim,
penyebabnya paling sering adalah diagnosa pada pasien-pasien rawat jalan yang
menurut pihak BPJS harus dilakukan PRB (Pasien Rujuk Balik), namun sulitnya
terkadang menurut hasil pemeriksaan DPJP pasien tersebut belum bisa dikembalikan
ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, hal ini tentu saja menimbulkan perdebatan
yang cukup Panjang antara pihak rumah sakit dengan verifikator BPJS, bahkan
terkadang prosesnya bisa sampai berbulan-bulan, dapat dilihat pada data berkas
klaim yang terpending sampai berbulan-bulan lamanya, terkadang membingungkan
menurut beliau rumah sakit sudah melakukan verifikasi berulang-ulang namun tetap
saja ada berkas yang tidak layak.
Dari hasil wawancara dengan informan utama yaitu dokter case mix, peneliti
mendapatkan informasi tentang variable tahapan output. Menurut beliau hasil dari
keseluruhan hasilnya bisa berbeda-beda bahkan diluar dugaan, kalau terpending
sepertinya pasti ada ya besarnya rata-rata 10 % dari total klaim tagihan yang diajukan
rumah sakit, tapi terkadang yang mengejutkan ada beberapa klaim rawat inap yang
tidak layak dan masuk kategori rawat jalan, bayangkan saja berapa kerugian buat
rumah sakit, kalua sudah seperti itu biasanya kita konfirmasi ke verifikator BPJS
untuk mempertahankan pendapat yang tentunya didukung dengan data-data dan
evidence based yang ada, hasilnya bisa diterima bisa tidak.
Dari hasil wawancara dengan informan pendukung yaitu direktur rumah sakit,
peneliti mendapatkan informasi tentang variable tahapan output. Menurut beliau
hasil feedback dari keseluruhan hasilnya terkadang diluar dugaan, kalau terpending
sepertinya pasti ada ya besarnya rata-rata 10 % dari total klaim tagihan yang diajukan
rumah sakit, tapi terkadang yang mengejutkan ada beberapa klaim rawat inap yang
tidak layak dan masuk kategori rawat jalan, bayangkan saja berapa kerugian buat
rumah sakit, kalau sudah seperti itu biasanya kita konfirmasi ke verifikator BPJS
untuk mempertahankan pendapat yang tentunya didukung dengan data-data dan
evidence based yang ada, hasilnya bisa diterima bisa tidak. Dan kami akan berusaha
maksimal dengan meminta bantuan dari Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
untuk membantu membuat konfirmasi, karena berapa pun besarnya jika sampai tidak
layak dan tidak dibayar rumah sakit akan rugi.
Dari hasil wawancara dengan informan pendukung yaitu manajer pelayanan pasien
peneliti mendapatkan informasi terkait variable ouput, menurut beliau segera setelah
berkas lengkap dan dilakukan verifikasi berulang oleh tim case mix, maka kami
segera kirimkan karena kami diberi target date line oleh manajemen dengan harapan
pembayaran klaim tidak terlambat sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh pihak
BPJS, namun pada kenyataannya masih saja ada yang terpending sehingga kami
harus mengkonfirmasi apa-apa saja yang menjadi penyebab terpendingnya klaim.
Tindak lanjut dari klaim yang terpending tersebut ada yang layak dibayarkan juga
ada yang tidak layak dibayarkan.
Bulan Januari
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari bagian case mix, pada bulan januari
ditemukan 48 klaim rawat jalan yang tidak layak dibayarkan dikarenakan pasien
rawat jalan tersebut memenuhi kriteria pasien rujuk balik, yang artinya pelayanan
dikembalikan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, sedangkan untuk rawat inap
ditemukan pending klaim sebanyak 5 klaim dengan penyebab diagnose (koding)
yang tidak sesuai sebanyak 4 pasien dan 1 pasien hasil penunjangnya tidak
dilampirkan.
Rawat Jalan Januari
3; 6%
45; 94%
Bulan Februari
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari bagian casemix, pada bulan februari
ditemukan 71 klaim rawat jalan yang tidak layak dibayarkan dikarenakan sebanyak
70 klaim memenuhi kriteria program penyakit kronis sehingga hanya diperbolehkan
control sebulan sekali, pada kasus ini pasien control sebulan dua kali dengan keluhan
diagnose dan terapi yang sama. Sedangkan 1 pasien memenuhi kriteria rujuk balik,
yang artinya pelayanan dikembalikan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Sedangkan untuk rawat inap ditemukan pending klaim sebanyak 49 klaim dengan
penyebab antara lain : resume tidak lengkap dan tidak terbaca sebanyak 7 klaim,
hasil penunjang tidak mendukung 1 klaim, pasien ditagihkan rawat jalan 7 klaim,
diagnose (koding) tidak sesuai 15 klaim, laporan operasi tidak terbaca 20 klaim
Rawat Jalan Februari
1; 1%
70; 99%
15; 30%
Bulan Maret
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari bagian casemix, pada bulan maret
ditemukan 189 klaim rawat jalan yang tidak layak dibayarkan dikarenakan
memenuhi kriteria penyakit kronis sehingga hanya diperbolehkan control sebulan
sekali, pada kasus ini pasien control sebulan dua kali dengan keluhan diagnose dan
terapi yang sama, juga ditemukan pending klaim sebanyak 17 klaim pada rawat jalan
dengan penyebab resume medis tidak lengkap sebanyak 5 klaim, diagnose tanpa
pemeriksaan penunjang yang mendukung sebanyak 4 klaim, diagnose (koding) tidak
sesuai 8 klaim. Untuk rawat inap ditemukan pending klaim sebanyak 65 klaim
dengan penyebab: resume medis tidak lengkap dan pemeriksaan penunjang tidak
mendukung sebanyak 1 klaim, laporan operasi tidak terbaca dan tidak lengkap 44
klaim, diagnose (koding) tidak sesuai 18 klaim, pasien masuk kriteria rawat jalan 1
pasien, pasien jaminan kelas salah 1 klaim,
180; 95%
44; 67%
78; 96%
20; 42%
23; 48%
5.1 Pembahasan
5.1.1 Observasi :
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat proses pelayanan
pasien BPJS dari mulai pasien datang sampai dengan selesai pelayanan, peneliti
mendapatkan informasi :
Proses
Pada saat proses melengkapi berkas sering terdapat kekurangan-
kekurangan sehingga berkas harus dikembalikan lagi ke unit layanan
Terkadang ada berkas yang lolos verifikasi padahal belum lengkap
84
Kurang tau, SPO belum Belum ada Belum ada SPO belum Sudah Tidak tau Belum Sepertiny Belum ada SPO
seharusnya di sahkan SPO SPO hanya disahkan tp ada SPO ada atau ada SPO a ada
Metode : ada khusus alur saja sudah tidak hanya SPO
SPO disusun alur saja
Harusnya Modul Modul Modul sudah Modul SIM RS Sudah ada Modul Ada SIMRS belum
Machine : sudah belum sudah cukup belum belum simrs sudah simrs seluruhnya
SIMRS terintegrasi lengkap cukup membantu terkoneksi sempurn cukup namun terintegrasi dan
Alat namun sempurna ke a membant belum tidak ada EMR
Penunjang belum unit u lengkap,
Medis sempurna EMR
belum
ada
PROSES :
Melengkapi Kurang Sudah Pelengkap Proses Terkadang Proses Pengirima Pada Tidak Proses memeriksa
berkas ketelitian berjalan an berkas melengkapi berkas harus tidak n berkas proses terlalu kelengkapan
Verifikasi dalam proses sesuai alur, dan berkas dan bolak balik pernah selalu melengka paham tp berkas dan
internal verifikasi berkas verifikasi verifikasi namun tidak ada tepat pi berkas sepertiny verifikasi internal
dilengkapi selalu tepat sudah berjalan pernah kendala waktu terkadang berkas kurang teliti dan
dulu waktu dengan baik terlambat ada dilengka belum maksimal
sebelum hanya dikirim kendala, pi dulu
dikirim terkadang namun sebelum
berkas sering tidak dikirim
bolak balik pernah
karena terlambat
kekurangan-
kekurangan
OUTPUT :
Pending Ada pending Selalu ada Selalu ada Setiap Selalu ada Selalu Selalu ada Selalu Sepertiny klaim tidak layak
Klaim klaim, tidak pending, ada pending penagihan ada pendingan ada pending ada a ada dan pending
Layak layak bayar tidak layak walau pending, jika karena pending, dan klo pending yang selalu ada setiap
Tidak Layak krn prb diyakini tidak layak resume yang dan tidak tidak layak klaim tidak bisa bulannya dengan
sudah biasanya tidak terbaca layak nilai klaim terkait diklaim penyebab yang
85
benar kasus PRB dll, tidak turun resume sama
layak karena atau PRB
harus PRB
86
sakit
SIMRS belum
maksimal
Dari hasil penelitian yang didapatkan tentang factor-faktor yang mempengaruhi klaim BPJS dibandingkan dengan penelitian terkait
didapatkan hasil yang sama, sehingga dapat dikatakan factor-faktor tersebut memang berpengaruh.
87
5.1.3 Telaah Dokumen :
Dari telaah dokumen didapatkan informasi penyebab klaim tidak layak dan
terpending baik rawat jalan dan rawat inap antara lain :
Pasien memenuhi kriteria rujuk balik (PRB)
Dalam pelayanan BPJS berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 28
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), dokter pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut harus merujuk
balik pasien ke fasilitas kesehatan tingkat pertama jika kondisi pasien sudah
stabil, dan pasien melanjutkan pengobatan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama, pada kasus ini pasien tidak dirujuk balik pelayanan masih
dilanjutkan di rumah sakit sedangkan pada catatan medis pasien kondisinya
sudah stabil.
Pasien memenuhi kriteria program penyakit kronis
Dalam pelayanan pasien BPJS kesehatan ada program pelayanan penyakit
kronis berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), jika
dokter di fasilitas kesehatan tingkat lanjut belum mengizinkan pasien di rujuk
balik ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, maka pasien bisa memanfaatkan
program penyakit kronis yaitu pasien diperbolehkan control sebulan sekali
mendapatkan obat selama 7 hari di rumah sakit, dan untuk sisa obat 23 hari
nya pasien hanya di tinggal mengambil obat saja tanpa harus diperiksa dokter
di apotek rumah sakit yang sama. Pada kasus ini terdapat beberapa pasien
yang control lebih dari satu kali dengan keluhan dan diagnose yang sama.
Resume Medis tidak terbaca dan tidak lengkap
Sesuai dengan hasil wawancara kepada seluruh informan baik informan
Kunci, informan utama dan informan pendukung dengan dibandingkan data
sekunder bahwa penyebab klaim terpending salah satunya adalah resume
medis tidak lengkap atau tidak terbaca, ketidak lengkapan tersebut ada pada
bagian anamnesa dan pemeriksaan fisik sehingga menyulitkan verifikator
BPJS untuk menyimpulkan apakah koding yang dilakukan rumah sakit sudah
88
sesuai atau belum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 27 Tahun
2014 Tentang Petunjuk Teknis InaCBGs.
Laporan Operasi Tidak Lengkap dan Tidak terbaca
Sesuai dengan hasil wawancara kepada seluruh informan baik informan
Kunci, informan utama dan informan pendukung dengan dibandingkan data
sekunder bahwa penyebab klaim terpending salah satunya adalah laporan
operasi yang tidak lengkap dan tidak terbaca terutama pada bagian proses
tindakan operasi, bedasarkan petunjuk pengisian laporan operasi harus di
cantumkan langkah-langkah dan jenis tindakan yang dilakukan agar
mempermudah verifikator menyimpulkan apakah koding yang dilakukan
rumah sakit sudah sesuai atau belum berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No 27 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis InaCBGs
89
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), tercantum tentang pasien yang
memenuhi kriteria rawat jalan tidak perlu dirawat inap, namun terkadang
rumah sakit memiliki pertimbangan tersebut terkait kondisi pasien dan upaya
pencegahan dan resiko-resiko yang mungkin terjadi jika pasien tidak dirawat
inap, hal seperti dapat menyebabkan klaim terpending, namun statusnya bisa
menjadi layak jika dikonfirmasi dengan penjelasan sesuai tata kelola klinis.
Pasien jaminan ditagihkan tidak sesuai dengan kelas rawatan
Factor penyebab ini tidak ditemukan pada hasil wawancara dengan para
informan namun peneliti mendapatkan informasi dari telaah data sekunder
ada beberapa klaim yang terpending karena kelas rawatan yang seharusnya
ditagihkan kelas 3 namun oleh rumah sakit ditagihkan diatas kelas 3, hal ini
terjadi karena kesalahan komunikasi. Sesuai kesepakatan untuk bayi yang
dirawat di ruang perina ditagihkannya kelas 3 tanpa melihat jaminan yang
dimiliki bayi ataupun ibunya.
90
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
BPJS merupakan badan penyelenggara jaminan sosial yang dibentuk
pemerintah yang berfungsi memberikan jaminan Kesehatan untuk
masyarakat. Jaminan Kesehatan nasional (JKN) merupakan suatu program
Kesehatan untuk mendapatkan Kesehatan sesuai kebutuhan medisnya.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)
merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden
dan memiliki fungsi menyelenggarakan program jaminan Kesehatan bagi
seluruh masyarakat Indonesia termasuk orang asing yang bekerja di Indonesia
paling singkat 6 (enam) bulan (UU No 24 tahun 2011)
Pelayanan Kesehatan yang ada di Indonesia tidak lepas dari program
pemerintah yaitu jaminan Kesehatan nasional (JKN) Jaminan Kesehatan
nasional (JKN). Penyelenggaraan JKN yang ada di rumah sakit menggunakan
sistem pembayaran asuransi. Metode pembayaran yang digunakan dalam
program jaminan Kesehatan nasional (JKN) pada saat ini dengan metode
pembayaran prospektif yaitu metode yang mengacu pada Casemix (Case by
payment) atau menggunakan sistem Case Base Group (INA-CBGs) sistem
pembayaran INA-CBGs menggunakan klaim yang nantinya akan mendapat
penggantian biaya dari BPJS atas pelayanan yang sudah diberikan kepada
peserta BPJS.
Proses Pengajuan klain dari RS kepada BPJS Kesehatan memiliki beberapa
tahapan diantaranya verifikasi, kelengkapan berkas klaim administrasi
kepesertaan administrasi layanan dan verifikasi pelayanan Kesehatan apabila
ditemukan berkas klaim yang tidak lengkap dalam proses verifikasi akan
menyebabkan keterlambatan pengajuan klaim atau bahkan pengembalian
berkas ke klaim keterlambatan pengajuan klaim dan berkas yang unclaimed
ini dapat menyebabkan kerugian material bagi rumah sakit.
91
Selama bekerja sama dengan BPJS rs islam karawang selalu mengalami
tunggakan. Pada tahun 2020 untuk pengklaiman rawat jalan yang mengalami
permasalahan sebanyak 86 pasien dengan total tagihan sebesar Rp
34.116.200, sedangkan untuk rawat inap sebanyak 49 pasien dengan total
tagihan sebesar Rp283.999.900. Pada Tahun 2021 bulan januari 48 pasien
dengan total tagihan Rp 9.205.700, sedangkan untuk rawat inap sebanyak 5
pasien dengan total tagihan Rp. 19.156.100 dari total klaim yang diajukan
tiap bulannya rata-rata mengalami pending sebesar 10 % hal ini sangat
berpengaruh terhadap operasional rumah sakit. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penyelasaian klaim BPJS di rumah sakit islam karawang. Dari pengamatan
selama tahun 2021 peneliti mendapatkan beberapa penyebab tunggakan
pembayaran klaim bpjs di rs islam karawang antara lain diagnosa yang tidak
sesuai menurut verifikator namun berbeda menurut gejala klinis, pemeriksaan
penunjang yang tidak lengkap berdasarkan syarat namun secara klinis bisa
dipertanggung jawabkan, resume medis tidak lengkap seperti anamnesa,
pelayanan yang seharusnya bisa dilakukan rawat jalan dilakukan rawat inap
padahal menurut klinis beresiko, dan penyebab lainnya.
Dari hasil penelitian peneliti dapat menyimpulkan bahwa factor-faktor yang
mempengaruhi penyelesaian klaim BPJS di rumah sakit islam karawang
dengan menggunakan pendekatan input, proses, dan output adalah sebagai
berikut :
Pada tahapan input pada factor Man didapatkan informasi resume medis
yang tidak ditulis lengkap dan tulisan tidak terbaca, laporan operasi yang
tidak lengkap dan tidak terbaca hal ini merupakan tanggung jawab dari
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien), selain itu adanya koding yang
tidak sesuai dengan ketentuan, pasien yang seharusnya masuk dalam
program rujuk balik (PRB) namun tetap dilayani dirumah sakit, pasien
program penyakit kronis yang seharusnya hanya perlu control sebulan
sekali namun ditemukan ada yang control dua kali dalam satu periode,
pasien yang seharusnya bisa rawat jalan namun dilakukan layanan rawat
92
inap, penagihan kelas pasien yang tidak sesuai kesepakatan kesemuanya
merupakan tanggung jawab dari tim casemix rumah sakit islam
karawang. Untuk factor Material didapatkan informasi Resume medis
yang tidak lengkap, laporan operasi tidak lengkap dan tidak terbaca, hasil
pemeriksaan penunjang yang tidak dilampirkan, hasil pemeriksaan
penunjang tidak mendukung diagnose. Untuk factor Metode belum
adanya standar prosedur operasional (SPO) untuk alur pengklaiman BPJS
di rumah sakit islam karawang. Untuk factor Machine system informasi
manajemen rumah sakit (SIMRS) belum maksimal.
Pada Tahapan Proses didapatkan hasil bahwa factor yang mempengaruhi
penyelesaian klaim BPJS di rumah sakit islam karawang adalah
kurangnya ketelitian pada saat melengkapi berkas dan verifikasi internal
dikarenakan sumber daya manusia yang kurang, banyak petugas didalam
tim casemix yang merangkap tugas sehingga tidak hanya focus dalam
satu tugas saja, hal ini mengakibatkan human error akibat beban kerja
yang berlebihan dan tanggung jawab yang besar
Pada tahapan Output didapatkan hasil bahwa setelah dipastikan berkas
klaim lengkap dan lolos verifikasi lengkap namun outcome yang
dihasilkan ternyata ada pengembalian berkas dari BPJS dengan
keterangan permintaan konfirmasi dari rumah sakit terkait hal-hal yang
menyebabkan klaim dipending, atau tidak layak untuk dibayarkan,
jumlah berkas yang dikembalikan rata-rata 10 % dari total berkas yang
ditagihkan setiap bulannya.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian diketahui factor-faktor yang mempengaruhi
permasalahan penyelesaian klaim BPJS di Rumah Sakit Islam Karawang
dilihat dari tahapan input proses dan output, untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi peneliti memberikan saran untuk rumah sakit
sebagai berikut :
Pada tahapan input diketahui penyebab permasalahan adalah dokter tidak
mengisi secara lengkap resume medis dan laporan operasi, selain itu tulisan
93
dokter yang tidak terbaca, banyak factor yang menyebabkan hal ini terjadi
bisa karena terburu-buru dan juga karakter tulisan seseorang yang memang
sulit dirubah, oleh karena itu saran peneliti rumah sakit islam mulai
menggunakan Elektronik Medical Record (EMR) untuk mempermudah dokter
dalam mengisi formulir dan lembar isian yang ada di rumah sakit.
Permasalahan lain juga yaitu koding yang sering tidak sesuai dalam
mengkoding suatu diagnose penyakit petugas koding harus selalu
berkoordinasi dengan dokter casemix dan DPJP, juga dalam menentukan
pasien program rujuk balik, dan menentukan pasien program penyakit kronis,
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 27 Tahun 2014 Tentang
Petunjuk Teknis InaCBGs, ICDX, dan Peraturan Menteri Kesehatan No 28
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), agar permasalahan klaim pending dan tidak layak dapat
berkurang.
Pasien yang dirawat di rumah sakit harus benar-benar dipastikan apakah
pasien tersebut harus di rawat inap atau dapat dilakukan rawat jalan, mengacu
pada panduan praktik klinis (PPK) yang berlaku dan juga peraturan dalam
pelayanan pasien BPJS sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 28
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), tercantum tentang pasien yang memenuhi kriteria rawat
jalan tidak perlu dirawat inap.
Untuk mengurangi ketidak telitian dalam melengkapi berkas dan verifikasi
internal, sebaiknya sumber daya manusia di tim casemix ditambah, karena
selama ini banyak yang merangkap tugas sehingga tidak maksimal dan rawan
terjadi human error, selain itu agar diberikan tunjangan khusus bagi tim
casemix untuk menambah motivasi dalam bekerja.
Seperti kita ketahui rumah sakit sekarang ini sudah bergeser dari yang tadinya
social oriented menjadi provide oriented, tentunya diperlukan sekali kehati-
hatian dalam pengelolaannya terutama dalam pelayanan BPJS, untuk itu
saran peneliti agar rumah sakit memaksimalkan system kendali mutu dan
94
kendali biaya dengan cara membuat unit cost dan memaksimalkan clinical
pathway.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi penyelesaian klaim oleh karena itu agar sebaiknya program
dan modulnya di upgrade untuk mengurangi permasalahan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menunjukkan dalamnya suatu
permasalahan secara subjektifitas responden, untuk lebih menguatkan lagi
factor-faktor yang didapat sebaiknya dilakukan penelitian secara kuantitatif
untuk menemukan besarnya masalah dan pengaruh antara variable
independent dan variable dependen.
95