Anda di halaman 1dari 11

Vol. 08, No.

04, Desember 2019 Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien Rawat Inap
ARTIKEL PENELITIAN
Gifari MT, Ariyanti F. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2019; 8 (4): 156-166
DOI: 10.33221/jikm.v8i04.415

Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien


Rawat Inap

Muhammad Tijar Gifari1, Fajar Ariyanti2


1,2
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Kertamukti, Pisangan, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15419
Email: 1tijargifari@hotmail.com, 2fajar.ariyanti@uinjkt.ac.id

Abstrak
Untuk mencapai prinsip pelaksanaan JKN yang efektif, BPJS kesehatan melakukan pembiayaan pelayanan kesehatan
dengan sistem paket INA CBG’s kepada penyedia fasilitas kesehatan tingkat lanjut, salah satunya adalah Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan. Di dalam proses verifikasi klaim BPJS ternyata terdapat banyak kendala
yang terjadi salah satunya adalah penolakan berkas oleh verifikator yang dapat berdampak pada potensi adanya
gangguan operasional rumah sakit. Kelengkapan informasi rekam medis dan ketepatan kode diagnosa menjadi faktor
yang mempengaruhi klaim BPJS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa gambaran persetujuan klaim BPJS
kesehatan meliputi kelengkapan informasi, ketetapan diagnosis, dan persetujuan klaim BPJS. Penelitian ini adalah
penelitian Cross sectional deksriptif dengan menggunakan data sekunder berupa data rekam medis pasien rawat
inap RSUD Tangerang Selatan periode Januari-Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan 65,9% informasi rekam
medis lengkap 87,6% diagnosis utama tepat, dan 85,7% klaim BPJS kesehatan disetujui. Disarankan kepada pihak
manajemen RSUD Tangerang Selatan untuk memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan klaim ditolak seperti
kelengkapan informasi rekam medis dan ketepatan kode diagnosis utama guna mengurangi angka klaim yang ditolak
pada klaim BPJS Kesehatan.
Kata Kunci: BPJS, Klaim, Kelengkapan, Ketepatan, Persetujuan

Abstract
To achieve the principle of effective JKN implementation, the Health BPJS carries out financing for health services using the
INA CBG package system to advanced health facility providers, one of which is the South Tangerang Regional General
Hospital (RSUD). In the BPJS claim verification process, it turns out that there are many obstacles that occur, one of which is
the rejection of a file by a verifier that can have an impact on the potential for disruption of hospital operations. The
completeness of medical record information and the accuracy of the diagnostic code are factors that influence BPJS claims.
This study aims to analyze the picture of BPJS health claims approval including the complete information, diagnosis
determination, and BPJS claim approval. This research is a descriptive cross sectional study using secondary data in the form
of inpatient medical records in South Tangerang Hospital in the January-March 2019 period. The results showed 65.9%
complete medical record information 87.6% precise primary diagnosis, and 85.7 % of BPJS health claims approved. It is
recommended to the management of South Tangerang Regional Hospital to pay attention to the factors that cause claims
to be rejected such as the completeness of medical record information and the accuracy of the main diagnosis code in order
to reduce the number of claims rejected on BPJS Health claims.
Keywords: BPJS, Claims, Completeness, , Accuracy, Approval.

156
Gifari MT & Ariyanti F Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Pendahuluan JKN, penagihan diserahkan kepada pihak


Untuk mencapai jaminan kesehatan BPJS. Pengajuan pembiayaan dari
seluruh rakyat Indonesia, pemerintah pelayanan kesehatan ke BPJS dibutuhkan
membuat suatu sistem, yaitu Sistem sebagai syarat klaim yang akan diajukan
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN kepada verifikator.5
sendiri sudah diatur pada UU No. 40 Pada pelaksanaan klaim dilakukan
Tahun 2004 dan sejalan dengan Jaminan proses verifikasi terhadap persyaratan
Kesehatan Nasional (JKN). Prinsip pengajuan klaim yang menjadi dasar
pelaksanaan JKN sendiri merupakan penagihan biaya verifikasi. Proses
bentuk kesetaraan untuk masyarakat dalam verifikasi dilakukan oleh pihak BPJS
memperoleh pelayanan kesehatan.1 Kesehatan setelah menerima berkas klaim
Program JKN adalah wujud implementasi dari fasilitas kesehatan atau pelayan
dari UU No. 36 Tahun 2009 dengan Badan kesehatan lalu berkas akan diverifikasi
Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) administrasi kepesertaan dan pelayanan
Kesehatan sebagai pengelola sebagaimana kemudian menempuh verifikasi software
yang diatur dalam UU No. 24 Tahun 2011. INA CBG’s berdasarkan pada standard
JKN pada Berdasarkan pada UU No. 36 International Statistical Classification of
Tahun 2009, JKN mengupayakan semua Diseases and Related Health Problem
masyarakat sama-sama memiliki hak (ICD-10), selanjutnya formulir pengajuan
dalam mendapatkan akses pada pelayanan klaim diserahkan pada BPJS Kesehatan
kesehatan yang aman, bermutu, dan untuk melakukan persetujuan klaim dan
terjangkau pada semua pelayanan melakukan pembayaran kepada faskes atau
2
kesehatan. Pada pelaksanaan JKN di yankes yang mengajukan klaim.1 Terdapat
Indonesia, BPJS Kesehatan sebagai banyak kendala dalam pelaksanaan
pengelola menanggung pembayaran verifikasi klaim BPJS salah satunya adalah
pelayanan kesehatanan pasien kepada berkas klaim yang ditolak oleh verifikator.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) Jika penolakan atau pending dalam
melalui Indonesia Case Base Groups (INA melakukan klaim meningkat, dapat
CBG’s).3 INA CBG’s adalah sebuah mengganggu operasional Rumah Sakit
sistem pembayaran “paket” dengan tersebut. Seperti halnya kasus yang
menyesuaikan pada diagnosis penyakit menimpa berbagai RSUD di Jakarta,
yang diderita oleh pasien. FKTL akan sejumlah RSUD di Jakarta mengalami
memperoleh hasil pembayaran sesuai kendala operasional akibat BPJS
dengan tarif INA CBG’s yang berasal dari Kesehatan terlambat membayar klaimnya
hasil rata-rata besarnya biaya yang dan mempengaruhi pasokan obat.
dikeluarkan oleh sekumpulan diagnosis Beberapa kendala yang ditemukan
penyakit.4 dalam pelaksanaan JKN di fasilitas
Penentuan tarif biaya pelayanan pelayanan kesehatan, salah satunya, adalah
kesehatan sudah disesuaikan dengan surat terkait pembiayaan seperti adanya
edaran nomor: IR.01.01/l.1/6401/2013 keterlambatan pencairan klaim.6 Temuan
Tahun 2013 mengenai pelaksanaan INA terdahulu menunjukkan bahwa
CBG’s. Penentuan biaya hasil pelayanan permasalahan pembayaran klaim oleh
kesehatan yang harus diklaim bergantung BPJS kesehatan berdampak pada
pada ketepatan hasil pengodean diagnosis terganggunya aliran kas di beberapa rumah
yang terdapat pada rekam medis dan INA sakit, lebih lanjut hal tersebut
CBG’s. Klaim yang dimaksud ialah mengakibatkan adanya penundaan
permintaan pembayaran biaya hasil pembiayaan operasional rutin seperti
pelayanan kesehatan oleh penyedia pembayaran kewajiban pada pegawai dan
fasilitas kesehatan kepada BPJS pemasok, dan pembiayaan pemeliharaan
Kesehatan. Pada proses penagihan klaim yang dikurangi, serta berpengaruh pada

157
Vol. 08, No. 04, Desember 2019 Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien Rawat Inap

kinerja pegawai dan ketersedian logistik peluang untuk klaim BPJS yang lancar
pelayanan sebagaimana yang terjadi di sebesar 9 kali apabila dibandingkan
RSUD Gunung Jati.6,7 dengan pengodean diagnosis obstetric
Penelitian terdahulu menemukan 63 yang tidak tepat.13
berkas tidak disetujui dan 63 berkas Pengembalian berkas klaim
disetujui dari 138 rekam medis di RSUD pembayaran rawat inap yang berdasarkan
Sukoharjo.8 Penolakan ini terjadi karena kesesuaian dengan ketentuan administrasi
beberapa faktor, menurut Permenkes No. pelayanan yaitu pengodean diagnosis
28 tahun 2014 hal-hal yang mempengaruhi penyakit bukan pengodean unbundling
klaim BPJS yaitu berkas klaim tidak merupakan satu-satunya ketentuan
lengkap, isi berkas yang tidak sesuai dan administrasi pelayanan yang tidak sesuai.9
waktu pengajuan berkas yang terlalu lama. Jumlah tidak sesuai pada koding penyakit
Pengembalian berkas klaim sebagian besar adalah 8 berkas (8%), sejalan dengan
karena berkas yang tidak lengkap yaitu penelitian Sebelumnya dimana hasil
sebanyak 36 berkas (36%) dan pelayanan penelitian masih menemukan adanya
kesehatan yang tidak sesuai sebanyak 41 ketidaktepatan hasil pengodean diagnosis
berkas (42%) mengakibatkan penolakan penyakit dan tindakan medis yang
yang berujung pada tertundanya proses dihasilkan petugas penginput kode rawat
pembayaran klaim BPJS pada fasilitas inap.14 Presentase ketepatan koding hanya
kesehatan.9 sebesar 74,67% dan hasil penelitian lain
Salah satu faktor yang menyebabkan menunjukkan penentuan kode diagnosis
klaim BPJS kesehatan ditolak dan penyakit yang tepat yaitu sebanyak 17
dikembalikan oleh verifikator adalah berkas rekam medis dengan penyakit
karena ketidaklengkapan dokumen yang gastroenteritis acute dan 63 berkas rekam
akan diajukan.10 Begitu pula dengan medis dengan penentuan kode diagnosis
penelitian terdahulu lainnya dimana penyakit gastroenteritis acute yang tidak
diperoleh nilai P-value sebesar 0.000 dan tepat.15
OR sebesar 540 yang artinya rekam medis Kelengkapan berkas pada pasien
yang lengkap memiliki peluang untuk rawat inap meliputi kelengkapan informasi
memperlancar proses klaim sebesar 540 rekam medis yang harus dilengkapi serta
kali dibanding rekam medis yang tidak ditandatangani oleh dokter penanggung
lengkap.11 Kelengkapan informasi rekam jawab pelayanan kesehatan yang tidak
medis dapat menjadi dasar disetujuinya sesuai seringkali disebabkan karena
penagihan biaya verifikasi oleh BPJS ketidaksesuaian antar lembar klaim dan
Kesehatan kepada penyedia fasilitas resume medis seperti kode diagnosis dan
pelayanan kesehatan tingkat lanjut, tindakan tidak sesuai dengan ICD-10 dan
sehingga biaya pelayanan yang sudah 9CM.1 Rumah Sakit Umum Daerah
dikeluarkan akan dibayarkan tepat waktu (RSUD) Tangerang Selatan merupakan
oleh BPJS dan akan berdampak baik Rumah Sakit pemerintah tipe C yang sudah
terhadap FKTL karena tidak mengalami beroperasi sejak 29 Maret 2012. Sebagai
kesulitan pada biaya operasional ataupun Rumah Sakit Umum tingkat Kota, RSUD
mengalami kerugian. Tangsel memiliki cakupan pasien yang
Di Indonesia, mayoritas rumah sakit banyak khususnya pasien BPJS. Dengan
(±65%) belum memberikan pengodean cakupan yang banyak dan dikeluarkannya
diagnosis yang tepat, jelas, dan lengkap kebijakan pengalihan jaminan eKTP
berdasarkan ICD-10.12 Hasil temuan Tangerang Selatan ke BPJS Kesehatan,
penelitian terdahulu menyatakan bahwa maka potensi kesalahan atau penolakan
dari 44 berkas rekam medis, diperoleh nilai klaim semakin besar.
OR sebesar 9 yang artinya pengodean Hasil studi pendahuluan yang
diagnosis obstetric yang tepat memiliki dilakukan di RSUD Tangerang Selatan

158
Gifari MT & Ariyanti F Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

menunjukkan bahwa terdapat klaim BPJS diagnosis, dan persetujuan klaim BPJS.
pada pasien rawat inap dengan total biaya Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh
Rp 278.197.200, yang tidak disetujui atau berkas rekam medis (total sampling) pada
dipending dari total pengajuan pada bulan unit rawat inap di RSUD Tangerang
November 2018 – Desember 2018 Selatan pada bulan Januari 2019 sampai
dikarenakan pelayanan kesehatan yang Maret 2019. Penelitian menggunakan
tidak sesuai, berkas tidak lengkap, dan metode pengambilan data total sampling
berkas harus diperbaiki. Hal ini berdampak yang berjumlah 922 sampel.
pada cashflow biaya operasional RSUD Pengambilan data dilakukan dengan
Tangsel yang terhambat. Oleh karena itu, telaah dokumen dan wawancara terstruktur
RSUD Tangsel sebagai FKTL dipilih untuk variabel kelengkapan informasi
penulis sebagai tempat penelitian untuk rekam medis dan ketetapan kode diagnosis
menganalisa persetujuan klaim BPJS utama. Penilaian dilakukan untuk melihat
kesehatan pada pasien rawat inap kesesuaian pengodean diagnosis utama
berdasarkan alur pelaksanaan klaim di penyakit pada pasien dengan kode yang
rumah sakit. Hal ini menunjukan bahwa telah ditentukan dalam buku
ada hambatan dalam proses klaim oleh panduan/software ICD-10 yang diterbitkan
pihak BPJS sehingga dapat menghambat oleh WHO dan informasi rekam medis
pembayaran klaim ke fasilitas kesehatan disesuaikan dengan Standar Operasional
belum adanya publikasi yang dilakukan Prosedur Rekam Medis lalu disesuaikan
oleh BPJS Kesehatan mengenai persentase dengan persetujuan klaim BPJS pada
persetujuan klaim BPJS secara nasional pasien tersebut. Persetujuan klaim BPJS
membuat penelitian ini dapat menjadi dilihat berdasaran alur pelaksanaan klaim
salah satu referensi pembaca. di Rumah Sakit Umum Tangerang Selatan.
Data dianalisa dengan analisis data
Metode Penelitian univariat berupa angka persentase untuk
Penelitian kuantitatif ini dilakukan mendeskripsikan variabel penelitian guna
dengan pendektan observasional deskriptif menggambarkan tujuan dalam penelitian.
dengan desain studi cross sectional (studi Uji etik sudah dilakukan oleh Badan
potong lintang) dimana data mengenai Komisi Etik dari Fakultas Ilmu Kesehatan
variabel penelitian diambil pada waktu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
yang sama untuk melihat adanya suatu nomor surat
hubungan.16 variabel penelitian meliputi Un.01/F10/KP.01.1/KE.SP/05.06.017/2019
kelengkapan informasi, ketetapan .

Gambar 1 Diagram Alur Pelaksanaan Klaim BPJS pada Pasien Rawat Inap di RSUD Tangerang
Selatan

159
Vol. 08, No. 04, Desember 2019 Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien Rawat Inap

Hasil tidak lengkap. 57,6% informasi rekam


Tabel 1. Kelengkapan Informasi Rekam Medis medis tidak lengkap karena lembaran
pada Pasien Rawat Inap resume medis yang tersedia tidak lengkap.
Sedangkan 42,4% karena tidak adanya
Kelengkapan Informasi Rekam
n % hasil penunjang pemeriksaan.
Medis
Lengkap 608 65,9 Tabel 2. Ketepatan Kode Diagnosis Utama
Tidak Lengkap 314 34,1 dan persetujuan klaim BPJS Pasien
Resume medis tidak lengkap 133 42,4 Rawat Inap
Hasil penunjang tidak ada 181 57,6
Variabel Kategori n %
Berdasarkan Tabel 1, 65,9% jumlah Ketetapan kode Tepat 808 87,6
diagnosis Tidak tepat 114 12,4
informasi rekam medis termasuk dalam Persetujuan klaim Disetujui 790 85,7
kategori lengkap dan 34,1% informasi BPJS kesehatan Ditolak 132 14,3
rekam medis termasuk dalam kategori
Tabel 3. Jumlah Informasi Rekam Medis dan Kode Diagnosis Utama Berdasarkan Hasil Persetujuan
Klaim BPJS Pasien Rawat Inap
Persetujuan Klaim BPJS
Variabel Kategori Disetujui Ditolak
n % n %
Kelengkapan Informasi Lengkap 561 92,3 47 7,7
Rekam Medis Tidak lengkap 229 72,9 85 27,1
Ketepatan Kode Diagnosis Tepat 779 96,4 29 3,6
Utama Tidak tepat 11 9,6 103 90,4

Berdasarkan Tabel 2, mayoritas tersedia. Resume medis yang tidak lengkap


diagnosis utama memiliki ketepatan kode dikarenakan tidak adanya tanda tangan
diagnosis yaitu sebesar 87,6%. Selain itu, tenaga medis (dokter) penanggung jawab
85,7% dari seluruh jumlah klaim BPJS pasien, berdasarkan hasil wawancara
yang diajukan selama periode Januari- dengan kepala unit Jaminan hal tersebut
Maret disetujui. disebabkan pekerjaan resume medis harus
Pada tabel 3, mayoritas klaim dengan dilakukan dokter, sehingga resume medis
kelengkapan informasi rekam medis dapat terisi dengan lengkap termasuk
lengkap mendapatkan persetujuan yaitu tandatangan DPJP. Namun pada
sebesar 92,3%. Pada kelompok informasi pelaksanaannya ada beberapa dokter yang
rekam medis dengan kategori tidak tidak menandatangani lembar resume
lengkap, 72,9% klaim BPJS yang diajukan medis.
mendapatkan persetujuan. Berdasarkan Pada hasil penelitian lembar resume
tabel 3, 96,4% klaim disetujui memiliki tidak lengkap pada bagian tanda tangan
kode diagnosis utama yang tepat. DPJP sesuai dengan UU RI No. 29 tahun
Sedangkan dari kelompok dengan kode 2004 yang menyatakan setiap catatan
diagnosis utama yang tidak tepat, 9,6% rekam medis harus dibubuhi nama, waktu
klaim BPJS mendapatkan persetujuan dan dan tanda tangan petugas yang
90,4% klaim BPJS tidak mendapatkan memberikan pelayanan atau tindakan.17
persetujuan. Menurut penelitian terdahulu dokter yang
menangani pasien pada unit rawat inap
Pembahasan mempunyai kontribusi yang besar dalam
Temuan penelitian menunjukan kelengkapan pencatatan dan pengisian
informasi rekam medis yang tidak lengkap berkas rekam medis dan akan
meliputi hasil lembar resume yang tidak mempengaruhi proses pelayanan di rumah
lengkap dan hasil penunjang yang tidak sakit, seperti pengklaiman yang dilakunan

160
Gifari MT & Ariyanti F Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Unit Jaminan.18 Masalah tersebut terjadi spesifik dan akurat.Kode tersebut


karena kurang displinnya DPJP. menentukan tingkat keparahan suatu
Kedisplinan DPJP sangat diperlukan untuk penyakit ditentukan oleh dokter
mengurangi ketidaklengkapan informasi penanggung jawab berdasarkan diagnosa
resume medis. utama dan komplikasi yang dialami pasien
Hasil penunjang yang tidak lengkap jika terdapat keraguan bagi verifikator
disebabkan tidak adanya salah satu dari BPJS maka BPJS Kesehatan dapat
lembar hasil laboratorium, lembar Elektro mengkonfirmasi penentuan tersebut yang
Kardio Grafi (EKG), Rontgen, CT Scan, dapat mengakibatkan penundaan dalam
MRI, dan hasil penunjang lain di rekam pembayaran.
medis. Merujuk pada Permenkes Hasil penelitian menunjukan klaim
No.269/MENKES/PER/III/2008 BPJS rawat inap di RSUD Tangerang
disebutkan bahwa berkas rekam medis Selatan sebagian besar disetujui dengan
memiliki hasil penunjang medis jika klaim disetujui sebanyak 790 atau 85,7%
digunakan.19 Berdasarkan wawancara dan klaim ditolak sebanyak 132 atau
dengan kepala Unit Jaminan disebutkan 14,3%. Prosedur klaim BPJS pertama kali
penyebab dari hasil penunjang tidak ada dimulai dari pengajuan berkas klaim BPJS,
pada rekam medis adalah Unit terkait yang meliputi resume medis, hasil
membutuhkan rekap hasil lab untuk pemeriksaan penunjang, surat eligibilitas
Rumah Sakit dan petugas Rekam Medis peserta, surat perintah rawat, salinan kartu
tidak melakukan penyalinan hasil BPJS, salinan kartu tanda pengenal (KTP),
penunjang. salinan kartu keluarga (KK), dan ringkasan
Hasil tersebut sesuai dengan pasien pulang, dari pihak rumah sakit
Permenkes RI No. 40 tahun 2012 tentang kepada verifikator BPJS kesehatan. Berkas
Administrasi Klaim dan Pelaksanaan INA tersebut kemudian diverifikasi oleh
CBG’s yang menyatakan informasi dan verifikator BPJS kesehatan. Verifikasi
berkas yang ada pada rekam medis dilakukan dengan cara mengecek
menjadi syarat pada pelaksanaan klaim di kelengkapan berkas dan pembiayaan yang
Rumah Sakit.20 diakui oleh BPJS kesehatan. Hasil dari
Hasil penelitian menunjukan 12,4% pengecekan adalah berupa keputusan
diagnosis utama dengan kode ICD X tidak persetujuan klaim BPJS.
tepat. Dari hasil penelitian ini diperoleh Proses pengklaiman pembayaran
temuan adanya ketidaktepatan dalam BPJS memiliki tahapan-tahapan dimulai
proses pengodean diagnosis penyakit. Hal dari unit pelayanan fungsional atau
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa instalasi pelayanan kepada unit rekam
faktor seperti petugas entri kode seringkali medis. Kemudian berkas diproses oleh
hanya melihat ICD-10 volume 3 yaitu koder dan diteruskan kepada verifikator
indeks daftar alfabet tanpa merujuk ke independen untuk diverifikasi. Berkas
volume 1 untuk menentukan kode dan klaim yang tidak lengkap nantinya akan
mengecek kembali pada daftar tabulasi dan dikembalikan, disertai dengan lampiran
kesalahan pada penentuan kode akhir yaitu berkas bukti telah dilakukannya
penentuan tingkat keparahan karena akan intervensi/penanganan kepada pasien,
menentukan tarif biaya, kode akhir atau kepada pihak rumah sakit untuk
kode karakter keempat pada ICD 10 dilengkapi. Hal ini sudah diatur dalam
merupakan kode tambahan. Sebagaimana petunjuk teknis pelaksanaan verifikasi
aturan yang tercantum dalam buku ICD 10, klaim BPJS Kesehatan.
kode tambahan wajib untuk dicantumkan Pada kelengkapan informasi rekam
pada diagnosis utama penyakit. medis terdapat masalah yang salah satunya
Dengan adanya kode karakter ke adalah tidak ada tanda tangan DPJP pada
empat akan menghasilkan kode yang lembar resume medis. Hal tersebut

161
Vol. 08, No. 04, Desember 2019 Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien Rawat Inap

berpotensi membuat klaim yang diajukan pada Bulan April tahun 2016, sedangkan
mengalami kendala, seperti petugas rekam pengajuan klaim baru dilaksanakan pada
medis harus melengkapi kembali tanda Bulan Juli tahun 2016.21 Berbeda dengan
tangan DPJP yang mana membutuhkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti,
waktu yang lama.Berdasarkan berkas yang yang mana klaim yang diajukan selalu
dikembalikan Verifikator BPJS Kesehatan, tepat waktu diajukan pada tanggal 10 bulan
dari 132 klaim yang ditolak 68 klaim atau selanjutnya setelah dilakukan pelayanan.
51.5% ditolak karena informasi rekam Berdasarkan Permenkes No. 28
medis tidak lengkap dan dari 132 klaim Tahun 2014, pengajuan klaim oleh fasilitas
yang ditolak, 57 klaim atau 43.5% ditolak kesehatan dilakukan setiap bulan dengan
karena kesalahan pada kode diagnosis. berkala dan pengajuan paling lambat
Hal ini berkaitan dengan adanya adalah tanggal 10 pada bulan berikutnya.
lembar klaim yang tertera diagnosa utama Berdasarkan hal itu, berkas klaim yang
penyakit dan intervensi yang telah diajukan RSUD Tangsel tepat pada
diberikan serta pengodean pada masing- waktunya. Dalam Permenkes No. 28
masing tidakan. Proses pengodean tersebut Tahun 2014 juga disebutkan bahwa waktu
perlu diperhatikan karena kesalahan pengajuan klaim oleh fasilitas kesehatan
pengodean dapat berdampak pada paling lambat adalah dua tahun setelah
terjadinya penolakan tarif.21 Kode pelayanan diberikan kepada pasien.1 Hal
diagnosa penyakit menurut ICD-10 dan ini menunjukkan bahwa proses pengajuan
informasi rekam medis menjadi dasar klaim tidak harus dilakukan tepat setelah
penentuan besar biaya yang harus penanganan kepada pasien rawat inap
dibayarkan BPJS Kesehatan kepada selesai dilakukan. Rumah sakit dapat
fasilitas kesehatan, jika ada kesalahan pada mengajukan klaim BPJS beberapa saat
informasi rekam medis yang menyebabkan hingga paling lama adalah dua tahun
kesalahan pada kode diagnosis akan setelah penanganan pasien dilakukan.
menyebabkan perbedaan tarif klaim, Hasil penelitian ini menunjukan
nantinya akan diperiksa oleh verifikator adanya rekam medis yang ditolak yaitu
BPJS jika tidak disetujui maka akan sebesar 47 klaim (7,7%). Kelengkapan
berdampak langsung bagi operasional informasi menunjukan hasil kelengkapan
fasilitan kesehatan. serta akurasi dari data yang diajukan oleh
Sejalan dengan hasil penelitian pihak rumah sakit terhadap berkas-berkas
Pradani menurut data Instalasi Jaminan informasi yang disyaratkan oleh BPJS
Pembiayaan Rumah Sakit X terdapat kesehatan sebagai pihak yang dituju.
perbedaan antara nilai yang diajukan Dokumen pasien adalah salah satu
dengan nilai yang terealisasi yang faktor yang paling utama dalam proses
cenderung meningkat.22 Perbedaan ini pengklaiman BPJS kesehatan.
dapat diakibatkan oleh masih adanya Kelengkapan berkas pasien menyesuaikan
berkas verifikasi yang yang kurang dan pada tingkat akurasi pemberian jaminan
perlu diperbaiki. Hal ini berdampak pada pembiayaan oleh BPJS kesehatan. Petugas
penundaan dana yang turun untuk rumah pada bagian klaim BPJS kesehatan harus
sakit. Dana yang seharusnya selesai atau memeriksa kelengkapan informasi pasien
lunas pada tahap 2 mengalami yang diatujukan untuk memvalidasi bahwa
keterlambatan dan diselesaikan atau bantuan pembiayaan yang diberikan tepat
dilunaskan pada tahap ke 3. Dalam sasaran dan sesuai dengan spesifikasi
penelitian lain disebutkan waktu pengajuan perawatan yang ditanggung oleh BPJS
klaim merupakan salah satu faktor klaim kesehatan. Dalam hal ini, dokumen rekam
ditolak, namun pada penelitian tersebut medis haruslah sesuai dengan tindakan
diketahui bahwa berkas klaim tersebut pengobatan dan intervensi yang diperoleh
dibuat untuk pelayanan yang diberikan pasien, termasuk juga pemeriksaan

162
Gifari MT & Ariyanti F Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

penunjang, karena berdampak pada naik klaim BPJS yang lancar sebesar 9 kali
turunnya tarif klaim BPJS. dibanding pengodean diagnosis obstetric
Sementara itu, untuk klaim BPJS yang tidak tepat.
dengan informasi yang tidak lengkap,Hasil Pengodean diagnosis yang tepat
penelitian menunjukan dari total 314 klaim terhadap tindakan yang dilakukan kepada
dengan informasi rekam medis yang tidak pasien sangatlah penting karena
lengkap, terdapat 229 atau 72,9% klaim memberikan kemudahan pelayanan
yang disetujui, hal tersebut lebih besar kaitannya dengan penyajian informasi
daripada klaim yang ditolak yaitu 85 atau terutama dalam penentuan biaya
27,1%.Berdasarkan berkas yang pengobatan bagi pasien. Pengodean
dikembalikan Verifikator BPJS Kesehatan, dilakukan oleh petugas koder sesuai
dari 132 klaim yang ditolak 68 klaim atau dengan ICD-10. Hubungan antara
51.5% ditolak karena informasi rekam ketepatan pengodean diagnosis penyakit
medis tidak lengkap. Setelah melakukan dengan persetujuan klaim BPJS juga
wawancara dengan kepala Unit Jaminan ditemukan pada penelitian terdahulu.23
disebutkan hal tersebut terjadi karena pada Sementara itu, untuk klaim BPJS
beberapa status klaim yang tidak lengkap, dengan kode diagnosis yang tidak
unit jaminan membuat catatan untuk rekam tepat,Berdasarkan 114 sampel dengan kode
medis mana saja dan apa saja yang tidak diagnosis tidak tepat terdapat 103 atau
lengkap, setelah itu memberikan catatan 90,4% yang ditolak, sedangkan klaim
tersebut kepada unit jaminan. BPJS yang tidak tepat namun disetujui
Dalam kasus diatas informasi rekam hanya 11 atau 9,6% yang diterima. Jumlah
medis yang tidak lengkap adalah tanda klaim dengan kode diagnosis tidak tepat
tangan DPJP dan hasil lab atau penunjang. yang ditolak lebih besar dibandingkan
Setelah diberikan catatan untuk rekam dengan yang diterima. Berdasarkan berkas
medis yang tidak lengkap oleh jaminan, yang dikembalikan Verifikator BPJS
petugas rekam medis melengkapi Kesehatan, dari 132 klaim yang ditolak, 57
informasi rekam medis dan memberikan klaim atau 43.5% ditolak karena kesalahan
kembali ke Unit Jaminan. Sementara pada kode diagnosis.
peneliti hanya bisa melakukan Pada penelitian ini kode diagnosa
pengambilan data pada rekam medis yang yang tidak akurat dapat menjadi masalah
ada pada ruangan Unit Rekam Medis dan karena klaim BPJS Kesehatan tidak dapat
pada waktu informasi rekam medis belum dibayarkan karena melanggar ketentuan
dilengkapi. yang telah ditetapkan oleh BPJS
Berdasarkan temuan penelitian, lebih Kesehatan. Dalam hal ini, apabila petugas
banyak klaim yang disetujui dengan kode koder melakukan pengodean diagnosis
diagnosis utama yang tepat (96,4%) dan penyakit yang salah, maka akan
jumlah klaim yang tepat namun ditolak berpengaruh pada jumlah pembayaran
sebesar 3,6%. Pada hasil di atas jumlah klaim yang berbeda dari pembayaran
klaim dengan kode diagnosis yang tepat seharusnya. Ketidaktepatan hasil koding
lebih besar dibandingkan yang ditolak, hal diagnosis penyakit dan tindakan medis
tersebut dikarenakan pihak BPJS melihat yang dihasilkan koder rawat inap,
kode ICD-10 yang diberikan untuk persentase ketidaktepatan koding mencapai
menentukan tarif pelayanan yang diberikan 25,33% yang berpengaruh dalam proses
RS kepada pasien. Sejalan dengan pengklaiman biaya pelayanan kesehatan.14
penelitian yang telah dilakukan yang Tarif pelayanan kesehatan yang lebih
menunjukkan bahwa dari 44 berkas rekam murah dari seharusnya tentu akan
medis, diperoleh nilai OR sebesar 9, berdampak pada kerugian pihak rumah
artinya pengodean diagnosis obstetric yang sakit. Hal sebaliknya juga akan terjadi
tepat memiliki peluang untuk mendapatkan apabila tarif lebih besar dibandingkan

163
Vol. 08, No. 04, Desember 2019 Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien Rawat Inap

dengan ketentuan tarif penyakit dalam sudah lengkap serta kode diagnosis
INA-CBG’s maka akan merugikan penyakit yang dituliskan sudah tepat dan
penyelenggara BPJS dan pasien. akurat sesuai ICD 10, sehingga klaim
Jika hal ini terus-menerus terjadi dan BPJS dapat disetujui dan dibayarkan tepat
dalam jangka waktu yang lama, dampak waktu. Penelitian terdahulu menemukan
lebih lanjut yang akan terlihat adalah bahwa ada hubungan yang signifikan
penurunan pendapatan rumah sakit antara ketepatan reseleksi diagnosa
menjadi berkurang dan akan berdampak penyakit dan kode utama diagnosa
pada operasional rumah sakit yang dokumen rekam medis dengan
terhambat. Oleh karena itu, agar sistem pembiayaan.24 Secara keseluruhan, temuan
klaim BPJS Kesehatan dapat dijaminkan penelitian dijabarkan berdasarkan pada
RSU Tangerang Selatan maka RSU alur pelaksanaan klaim BPJS pada rawat
Tangerang Selatan harus menjamin bahwa inap di Rumah Sakit Umum Tangerang
informasi yang tertera pada rekam medis Selatan sebagaimana Gambar 2.

Gambar 2. Hasil Temuan Penyebab Masalah Berdasarkan pada Alur Pelaksanaan Klaim BPJS pada
pasien Rawat Inap di RSUD Tangerang Selatan
Keterbatasan pada penelitian ini diterima sebagaimana yang tercantum pada
adalah peneliti hanya melihat kelengkapan tabel 3.
informasi rekam medis hanya berdasarkan
data yang terdapat dalam ruang rekam Kesimpulan
medis. Keberadaan data diluar ruang Kelengkapan informasi rekam medis
rekam medis tidak dapat ditinjau oleh pada pasien rawat inap di RSU Tangerang
peneliti. Selain itu, pengambilan data yang Selatan cukup baik dimana presentase
tidak dapat dilakukan ketika data rekam informasi rekam medis yang lengkap
medis telah dilengkapi juga tampaknya jumlahnya lebih besar daripada yang tidak
menjadi penyebab dari banyaknya data lengkap begitupun dengan presentase kode
rekam medis yang tidak lengkap namun diagnosis utama yang tepat jumlahnya

164
Gifari MT & Ariyanti F Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

lebih besar daripada yang tidak tepat, serta 5. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri
jumlah klaim yang diterima dengan kesehatan Republik Indonesia nomor 36 tahun
2015 tentang pencegahan kecurangan (fraud)
informasi rekam medis yang lengkap dan pada pelaksanaan program jaminan kesehatan
kode diagnosis yang tepat lebih banyak nasional. nomor 36 tahun 2015 Indonesia;
daripada yang tidak lengkap dan tidak 2015.
tepat.Namun masih ditemukan beberapa 6. Putra wahyu manggala. Analisis
masalah yang disebabkan oleh faktor Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional di Rumah Sakit Umum Kota
SDM, seperti kesalahan dalam penulisan Tangerang Selatan 2017. Repos UIN Jakarta
kode diagnosis, tidak melakukan [Internet]. 2017; Available from:
penyalinan terhadap hasil penunjang, dan http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/12
dokter tidak menandatangani resume 3456789/25711
medis. 7. Halida M. Gambaran Klaim Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional Yang Ditolak di RSUD
Gunung Jati, Cirebon, 2016. Repos UIN
Saran Jakarta. 2016;
Berdasarkan hasil penelitian, maka 8. Noviasari T, Sugiarsi S, Kusumawati Y.
terdapat beberapa saran yang dapat Hubungan kelengkapan informasi dengan
diberikan, untuk mengurangi kesalahan persetujuan klaim BPJS di rsud kabupaten
sukoharjo tahun 2016. J UMS [Internet].
kode dan ketidaklengkapan informasi 2016; Available from:
rekam medis, dapat melakukan pelatihan https://eprints.ums.ac.id/45726/
dalam penulisan diagnosis yang tepat dan 9. Irmawati, Sugiharto, Susanto E,
sesuai standar bagi dokter, melakukan Astrianingrum M. Faktor-faktor penyebab
pelatihan secara berkala mengenai kode pengembalian berkas klaim rawat inap oleh
verifikator bpjs kesehatan di rsud tugurejo. e-
diagnosis yang benar menurut ICD 10 jurnal poltekkes semarang [Internet]. 2016;
untuk petugas entri kode, dokter, tim Available from: http://rmik.poltekkes-
verifikasi, petugas rekam medis, dan smg.ac.id/wp-
seluruh petugas medis yang terkait. content/uploads/2017/02/Faktor-Faktor-
Penyebab-Pengembalian-Berkas-Klaim-
Rawat-Inap-Ole.pdf
Daftar Pustaka 10. Ardhitya T, Perry A. Faktor-faktor yang
1. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri melatar belakangi penolakan klaim bpjs oleh
kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun verifikator bpjs di rsjd dr. Amino
2014 tentang pedoman pelaksanaan program gondohutomo provinsi jawa tengah tahun
jaminan kesehatan nasional. nomor 28 tahun 2015. e-jurnal Dinus [Internet]. 2015;
2014 Indonesia: Direktorat Jenderal Pelayanan Available from: eprints.dinus.ac.id ›
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2014. jurnal_15985%0A
2. Sekretaris Negara RI. Undang-Undang RI 11. Harti T. Hubungan kelengkapan resume medis
nomor 36 tahun 2009 tentang program terhadap kelancaran klaim bpjs di rs qadr
jaminan kesehatan nasional [Internet]. nomor tangerang. J esa unggul [Internet]. 2016;
36 tahun 2009 Indonesia; 2009. Available Available from:
from: https://digilib.esaunggul.ac.id/7692/UEU-
http://www.depkes.go.id/resources/download/ undergraduate-7692-BAB4-hubungan-
general/UU Nomor 36 Tahun2 009 tentang kelengkapan-resume-medis-pasien-rawat-
Kesehatan.pdf inap-terhadap-kelancaran-klaim-BPJS-di-
3. Sekretaris Negara RI. Undang-undang RI rumah-sakit-qadr-tangerang.pdf
nomor 24 tahun 2011 tentang badan 12. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan
penyelenggara jaminan sosial [Internet]. Indonesia. Jakarta; 2008.
nomor 24 tahun 2014 Indonesia; 2011. 13. Izzah A. Hubungan ketepatan kode diagnosa
Available from: obstetric terhadap kelancaran klaim bpjs di
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/assets/u rsud sawerigading kota palopo sulawesi
ploads/tiny_mce/PERATURAN/09012015_10 selatan. e-jurnal esa unggul. 2016;
1207_uu_24_11_bpjs.pdf 14. Adhani W, Kristijono. Analisis ketepatan
4. BPJS Kesehatan. Seputar BPJS kesehatan koding yang dihasilkan koder di rsud ungaran.
[Internet]. BPJS Kesehatan. 2018 [cited 2018 e-journal poltekkes semarang [Internet]. 2016;
Oct 12]. Available from: https://bpjs- Available from: ttp://ejournal.poltekkes-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/eac4e7a83 smg.ac.id/ojs/index.php/jrk
0f58b4ade926754f74b6caf.pdf

165
Vol. 08, No. 04, Desember 2019 Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien Rawat Inap

15. Karimah R, Setiawan D, Nurmalia P. Analisis 18. Yulia D. Analisis Kelengkapan Pengisian
ketepatan kode diagnosis penyakit Resume Medis Pasien Rawat Inap RSIA Budi
gastroenteritis acute berdasarkan dokumen Kemuliaan Tahun 2008-2009. [Internet].
rekam medis di rumah sakit balung jember. J Universitas Indonesia; 2009. Available from:
Univ jember [Internet]. 2016; Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124735-S-
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAMS 5711-Analisis kelengkapan-Literatur.pdf
16. Swarjana I. Metodologi Penelitian Kesehatan 19. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri
[Internet]. google book. Yogyakarta: ANDI; kesehatan republik indonesia nomor
2012 [cited 2018 May 10]. Available from: 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam
https://books.google.co.id/books?id=NOkOS2 medis. [Internet]. Dinkes Surabaya. 2008
V7vVcC&printsec=frontcover&hl=id#v=onep [cited 2018 Nov 11]. Available from:
age&q&f=false http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/perme
17. Sekretaris Negara RI. Undang-Undang RI nkes/dok_dinkes_87.pdf
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik 20. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri
Kedokteran [Internet]. nomor 24 tahun 2004 Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40
Indonesia; 2004. Available from: Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU29- Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
2004PraktikKedokteran.pdf [Internet]. nomor 40 tahun 2012 Indonesia;
2012. Available from: Ketepatan Pemberian Kode Diagnosa dan
https://www.persi.or.id/images/regulasi/perme Tindakan Terhadap Persetujuan Klaim BPJS.
nkes/pmk402012.pdf Indones Heal Inf Manag J [Internet].
21. Catherine C. Handling The Medical Claim: 2015;3(2). Available from:
An 8 Step Cuide On “How to” Correct And https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Inohi
resolve Claim Issues. New york: CRC Press; m/article/view/2092
2013. 24. Widyaningrum L. Ketepatan reseleksi
22. Pradani A, Lelonowati S. Keterlambatan diagnosa dan kode utama berdasarkan aturan
Pengumpulan berkas Verifikasi Klamin BPJS morbiditas pembiayaan jaminan kesehatan
di RS X:Apa Akar Masalah dan solusinya? J INA-CBGs. J Manaj Inf Kesehat [Internet].
esa unggul [Internet]. 2017; Available from: 2016; Available from:
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU- http://jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/arti
Undergraduate-7478-ABSTRAK.pdf cle/view/81
23. Siswati siswati, Pratami S lindu. Hubungan

166

Anda mungkin juga menyukai