Anda di halaman 1dari 43

TUGAS

“STUDI KELAYAKAN”

Mata Kuliah Aspek Hukum dan Etika RS

Oleh:

1. Moch Fuad (20180309087)

2. Baiq Yuliana Andriani P (20180309096)

ANGKATAN 06-KELAS C

Dosen Pembimbing:

Fresley Hutapea, SH, MH, MARS

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


JAKARTA 2019

Sebuah yayasan yang bergerak dibidang kesehatan ingin mendirikan Rumah sakit kelas B
sesuai kebutuhan masyarakat setempat sesuai aturan yang berlaku, akan tetapi karena beliau
belum mengetahui syarat, prosedur serta teknis mendirikan dan menyelenggarakan Rumah Sakit
sebuah kota didaerah jawa barat dengan jumlah penduduk 2 juta jiwa dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang sangat padat karena dekat dengan pusat pemerintahan. Menurut
data kesehatan di kota tersebut ada Rumah Sakit swasta kelas B, 1 buah milik swasta dan ada 7
RS kelas C berbentuk PT atau Yayasan dengan 11 puskesmas . Permasalahan yang dihadapi
perusahaan tadi adalah bagaimana prosedurnya mendirikan dan meyelenggarakan rumah sakit,
prosedurnya dan kepada siapa harus berhubungan serta berapa biaya yang dibutuhkan, sarana
prasarana serta alat apa yang dibutuhkan dan tenaga yang diperlukan. Selain daripada itu dalam
penyelenggaraan RS diperlukan adanya standar-standar seperti standar pelayanan dari SOP/SPO.
Untuk itu meminta bantuan saudara sebagai lulusan MARS yng dianggap sebagai konsultan
dalam bidang perumahsakitan dengan imbalan yang dapat disepakati bersama.

Pertanyaan :

1. Sebagai konsultan tentunya saudara memberikan pertimbangan-pertimbangan pada


perusahaan tersebut untuk mendirikan dan menyelenggarakan Rumah sakit. Uraikan
pertimbangan-pertimbangan saudara dalam pendirian dan penyelenggaraan RS
berdasarkan analisa secara lengkap dan jelas.

Peraturan umum rumah sakit swasta di Indonesia tertera pada undang-undang nomor 23
tentang kesehatan, dimana dinyatakan perlu peningkatan peran serta masyarakat termasuk
swasta dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. peraturan perundang-undangan dalam
mendirikan rumah sakit swasta mengacu pada perUndang-Undangan yang ada yaitu dalam
peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, yang antara lain meliputi :

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147 /MENKES/PER/I/2010


tentang perizinan Rumah sakit.

2. Rumah sakit,klinik dan fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh swasta harus memenuhi
persyaratan dari Kementrian Kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 920/MenKes/Per/XII/1986 tentang upaya Pelayanan Kesehatan swasta di bidag
Medik dan Keputusan Dirjen Pelayanan MedikNomor 098.Yankes/RSKS/1987 tentang
petunjuk Pelaksaan Permenkes Nomor 920/MenKes/Per/XII/1986, serta keputusan
direktur Jenderal Pelayanan Medik nomor 0308/YanMed/RSKA/SK/IV/92 tentang
pedoman tehnis upaya kesehatan swasta dibidang rumah sakit dalam rangka Penanaman
Modal dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing ( RS PMDN/PMA ).

3. Kegiatan pelayanan kesehatan oleh sektor swasta harus tetap melaksanakan fungsi soaial,
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378/1995 tentang Pelaksanaan Fungsi
sosial Rumah sakit Swasta.

4. Pemerintah membantu dan mengawasi semual pelayanan kesehatan masyarakat yang


dilaksanakan oleh sektor swasta.

5. Rumah sakit sudah tidak termauk daftar negatif investasi, yang berarti dimungkinkan
pendirian rumah sakit milik Penanam modal baik modal dalam negeri maupun luar
negeri.

6. Rumah sakit harus dipimpin oleh seorang dokter, Warga Negara Indonesia, telah selesai
mengikuti wajib kerja sarjana, memiliki surat ijin praktek dan surat lolos butuh/pensiun,
bekerja purna waktu dan mempunyai pengetahuan dan ketrampilan manajemen rumah
sakit.

Sebelum rumah sakit beroperasi harus sudah memperoleh persetujuan dari Kementrien
Republik Indonesia, dalam hal ini Kepala Kantor Dinas Kesehatan: Propinsi setempat
untuk rumah sakit milik Yayasan atau Direktur Jenderal Pelayanan Medik untuk rumah
sakit milik penanam modal, setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Kantor Dinas
Kesehatan Propinsi setempat.

Dalam mendirikan suatu Rumah Sakit diperlukan adanya pertimbangan-pertimbangan


yang dapat dilihat dari beberapa aspek yang dikelompokkan dalam aspek output, proses
dan input yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Aspek output
- Dengan pendirian rumah sakit ini akan ada nilai tambah sosial kemasyarakatan dimana
taraf hidup dan pelayanan kesehatan meningkat, dan mempermudah akses ke pelayanan
rumah sakit

- Akan menambah nilai bisnis secara umum, keberadaan rumah sakit menimbulkan efek
multiplier dimana ekonomi rakyat sekitar akan meningkat, baik penyerapan kebutuhan
SDM dan supliy kebutuhan internal RS.

- Nilai ekonomi, kesehatan secara makro untuk kabupaten tersebut, meningkat, dimana
daerah tersebut secara index kesehatan meningkat dan masyarakat dapat
berproduksivitas maksimal.

b. Aspek Proses

- Mempertimbangkan tingkat persaingan bisnis rumah sakit disekitar apakah masih


mungkin sehingga investasi bisa maksimal profitable.

- Aspek legalitas tanah dan bangunan serta masalah perizinan, dimana secara legal
daerah tersebut diizinkan untuk membangun RS dan tidak bermasalah secara hukum
nantinya.

- Aspek financial, baik dalam biaya pembangunan, biaya operasional sampai dengan
BEP sehingga investasi dapat maksimal.

- Aspek SDM, MSDM dikelola dengan baik, mulai dari perencanaan, perekrutan,
pelatihan dan sebagainya.

c. Aspek input

- Urgensi/segmented market, segmen pasar yang akan dituju, apakah segmen menengah
kebawah, medium atau menengah keatas karena hal ini akan berpengaruh terhadap
pembiayaan, fasilitas, profit dan manajemen resiko

- Supply keberadaan barang dan jasa apakah memungkinkan untuk pembangunan RS


daerah tersebut.
- Demand kebutuhan RS/pelayanan kesehatan apakah masih benar-benar dibutuhkan
sehingga sanggup untuk berkompetensi memberikan pelayanan terbaik.

2. Uraikan prosedur mendirikan sebuah Rumah Sakit beserta dengan mekanisme


melaksanakannya lengkap dengan aturan yang berkaitan dalam hal pendirian dan
penyelenggaraan RS.

Apakah mungkin mendirikan rumah sakit dan atas analisis secara tepat ? jelaskan secara
lengkap.

 Tahap 1 : Ide atau konsep

Pemilik mempunyai keinginan untuk mendirikan suatu rumah sakit dengan maksud
dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dengan demikian visi dan misi dari
rumah sakit tersebut secara umum harus sudah ada terlebih dahulu untuk dilanjutkan
kedalaman bentuk studi, apakah keinginan tersebut layak atau tidak.

 Tahap 2 : Studi kelayakan

Keinginan pemilik ditindak lanjuti bersama dengan end user dan planners untuk
dituangkan dalam bentuk studi disebut dengan studi kelayakan (feasibility study),
yang ditinjau dari berbagai aspek seperti kependudukan, sosial ekonomi, morbiditas
dan mortalitas, fasilitas pelayanan serta seberapa besar biaya investasi yang
dibutuhkan apakah investasi tersebut layak atau tidak.

 Tahap 3A. : Rencana operasional

Mengacu dari hasil studi kelayakan, organisasi/operator bersama dengan end user serta
planners menyusun rencana operasional rumah sakit yang biasanya dibuat untuk kurun
waktu 5 tahun yang mencakup peralatan medik dan non medik, SDM, keuangan dan
strategi pencapaian.

 Tahap 3B. : Master plan dan detail desain

Bersama dengan rencana operasional, dibuat master plan fisik dan detail desain dari
rumah sakit. Pada tahap ini team yang terlibat juga adalah organisasi/operator, end
user dan arsitek serta ahli teknik lainnya yang berakitan dengan pelaksanaan
pembangunan fisik rumah sakit.

 Tahap 4A : Pra-operasional

Pada tahap ini merupakan tindak lanjut dari persiapan operasional rumah sakit yang
telah dibuat bersama oleh organisasi/operasional, end user dan planners dalam hal
system dan proedur serta persiapan sumber daya manusia (SDM) berupa rekrutmen,
diklat dan lain-lain.

 Tahap 4b : Kontruksi fisik

Pada tahap pembangunan fisik oleh kontraktor dan masa pemeliharaan ini berkaitan
erat dengan kegiatan pra-operasional karena pada waktu selesainya kontruksi
bangunan akan diadakan serah terima bangunan ke pemilik yang diwakili oleh
organisasi/operator untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatannya.

 Tahap 5 : Pembukaan dan peresmian

Merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses pembangunan rumah sakit untuk
diteruskan dalam kegiatan layanan kesehatan sesuai dengan maksud dan tujuan awal
pendirian rumah sakit yang akan dijalankan oleh organisasi/operator pelayanan
kesehatan dalam hal ini adalah pengelola rumah sakit.
Tah ap 1 Tah ap 2 Tah ap 3 Tah ap 4 Tahap 5

Renc ana Pr a
Oper asional Oper asional
Idea/
Konsep  Menetapkan
Kebijakan
 Penyusunan SOP
manajemen (SDM,
Operasional RS. Keuangan, Logistik
Set Up Organisasi  Rencana Kerja dan dll).
rencana usaha RS.  Pengadaan
Menentukan Visi & Misi  Penyusunan & Peralatan.
Penetapan  Seleksi & Pelatihan
Peralatan.  Uji Coba & Evaluasi Sof t Opening
SOP.
Studi  Pemasaran
Kel ayakan

 Kajian terhadap
kebutuhan akan layanan Mast er Pl an &
rumah sakit.
 Kajian terhadap Det ail Design Konst r uksi
kebutuhan sarana/ Engineer ing
fasilitas dan peralatan
medik/non medik, dana
dan tenaga yang
dibutuhkan.  Pra - Rancangan  Pembangunan Ijin Operasional
 Kajian terhadap Arsitektur Gedung(Mob/ Sementara
kemampuan pembiayaan  Rancangan Detail Demob, Pek Pondasi,
(Arsitektur, Struktur, Sipil, Mekanikal/
Elektrikal dan Elektrikal, Arsitektur)
Mekanikal)  Instalasi Peralatan
 Spesifikasi Medik & Non Medik
Bangunan(Arsitektur  Uji Coba
, Struktur, Elektrikal
dan Mekanikal) Gr and
 Pelelangan & Opening
Pengawasan Berkala

St udi Amdal Ijin Bangunan


 Kepemilikan Tanah Ijin Operasional
 Studi Kelayakan Tetap (Setelah 2 thn)
Ijin Prinsip  Amdal
 Gambar Pra-Rencana

Selain itu, dalam hal aspek legal dan perizinan, diperlukan izin untuk mendirikan
Rumah Sakit dan izin operasional Rumah Sakit. Izin opersional rumah sakit terdiri
dari izin operasional sementara dan izin operasional tetap. Permohonan izin
mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit diajukan menurut jenis dan klasifikasi
Rumah Sakit.

Pedoman pendirian rumah sakit harus mengikuti undang-undang republic


Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit serta peraturan kesehatan yaitu
permenkes No.147/menkes/per/I/2010 tentang perizinan rumah sakit.

 Permenkes no.147/menkes/per/I/2010 Pada Bab II, perizinan rumah sakit


bagian kesatu, pasal 2 menyatakan :

1) Setiap rumah sakit harus memiliki izin.

2) Izin rumah sakit terdiri dari izin mendirikan rumah sakit serta izin
oeprasional sementara dan izin operasional tetap.

 Permenkes no.147/menkes/per/I/2010 Bab II tentang perizinan rumah sakit


bagian kedua Pasal 3 menyatakan:
1) Permohonan izin mendirikan dan izin operasional diajukan menurut
klasifikasi rumah sakit.

Izin mendirikan ada izin operasional rumah sakit kelas A dan rumah sakit
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan
oleh menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang
berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah daerah provinsi.

2) Izin mendirikan dan izin operasional rumah sakit kelas B diberikan oleh
pemerintah daerah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat
yang berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah daerah
kabupaten/kota.

3) Izin mendirikan dan izin operasioanl rumah sakit kelas C dan kelas D
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
pemerintah daerah kabupaten/kota.

4) Tata cara pemberian izin mendirikan dan izin operasional rumah sakit
sebagaiman dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 dan ayat 4 dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Permenkes no.147/menkes/per/I/2010, Bab II tentang perizinan rumah sakit


bagian kedua pasal 4 mengatakan bahwa untuk memperoleh izin mendirikan
rumah sakit harus memenuhi persyaratan yang meliputi :

a) Studi kelayakan

Studi kelayakan rumah sakit adalah awal kegiatan perencanaan pendrian suatu
rumah sakit secara fisik dan non fisik yang mencakup :

 Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit

 Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medk/non medik dana


serta tenaga yang dibutuhkan untuk pelayanan yang akan diberikan

 Kajian kemampuan pembiayaan


b) Master plan

Master plan adalah strategi pengembangan asset untuk sekurang-kurangnya


sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara
optimal yang meliputi identifikasi proyek perencanaan, demografis, tren
masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

c) Status kepemilikan

d) Rekomendasi izin mendirikan rumah sakit

e) Izin undang-undang gangguan (HO)

f) Persyaratan pengelolaan limbah

g) Luas tanah dan sertifikat

Luas tanah untuk bangunan rumah sakit tidak bertingkat, minimal satu
setengah kali luas bangunannya sedangkan untuk rumah sakit vertingkat
minimal dua kali luas bangunan lantai dasar.

h) Penamaan

Penamaan rumah sakit harus menggunakan Bahasa Indonesia bukan nama


orang yang masih hidup, tidak menggunakan kata international world class
atau kata lain yang dapat menyesatkan penafsiran masyarakat.

i) Izin mendirikan bangunan (IMB)

j) Izin penggunaan bangunan (IPB)

k) Surat izin tempat usaha (SITU)

Rumah Sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan.


Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. Pemohon yang telah memperoleh izin
mendirikan Rumah Sakit, apabila dalam jangka waktu 3 tahun belum atau
tidak melakukan pembangunan Rumah Sakit, maka pemohon harus
mengajukan izin baru sesuai ketentuan izin mendirikan sebagaimana yang
telah dipaparkan diatas.

 Permenkes no.147/menkes/per/I/2010 Pada Pasal 6 ayat 1 mengatakan


bahwa untuk mendapatkan izin operasional rumah sakit harus memenuhi
pesyaratan :

 Sarana dan prasarana

Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan,


rawat inap, gawat darurat, operasional/bedah, tenaga kesehatan,
radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, rung farmasi, ruang
pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah,
ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit,
ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar
jenazah, taman, pengelolaan sampah dan peralatan parker yang
mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

 Peralatan

a. Peralatan tersedia : berfungsinya perelatan/perlengkapan medik


dan non medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi
standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan
laik pakai sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

b. Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai


ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya
penggunaan peralatan radiologi, harus mendapatkan izin dari
Bapeten.

 SDM (Sumber daya manusia)

Tersedianya tenaga medis dan keperawatan yang purna waktu, tenaga


kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai
dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.
 Administrasi dan Managemen

a) Administrasi dan manajemen : memiliki organisasi paling sedikit


terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan
medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite nedis, satuan
pemeriksaan internal serta administrasi umum dan keuangan.

b) Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai


kemampuan dan keahlihan di bidang perumah sakitan.

c) Tenaga structural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus


berkewarganegaraan Indonesia.

d) Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah


sakit.

 Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau


kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
 Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah
Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws).
 Memiliki standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.

 Permenkes no.147/menkes/per/I/2010 Pasal 7 menyatakan bahwa izin


operasional sementara berlaku untuk jangka waktu satu tahun.

 Sedangkan pasal 8 mengatakan:

a) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara harus


mengajukan surat permohonan penetapan kelas rumah sakit kepada
menteri kesehatan, diantaranya:

 Rekomendasi dinas kesehatan kabupaten dan dinas kesehatan


provinsi.

 Profil dan data rumah sakit

 Isian instrument self assessment penetapan kelas


b) Dalam penetapan kelas rumah sakit, menteri membentuk tim penilai
klasifikasi rumah sakit.

c) Berdasarkan hasil penilaian tim, menteri menetapkan klasifikasi rumah


sakit. Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan
telah mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit diberikan izin
operasional tetap. Izin operasional tetap berlaku untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi
persyaratan. Setiap Rumah Sakit yang telah mendapakan izin
operasional harus diregistrasi dan diakreditasi.

 Permenkes no.147/menkes/per/I/2010 pasal 9 dikatakan bahwa :

1) Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan


mendapatkan penetapan kelas, akan diberikan izin operasional tetap.

2) Izin operasional tetap berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang


kembali selama memenuhi persyaratan .

Persyaratan administrasi untuk melengkapi permohonan izin mendirikan


rumah sakit yaitu :

1) Surat permohonan izin mendirikan rumah sakit kepada kepala dinas


kesehatan propinsi

2) Salinan akta notaris pendirian badan hukum pemilik rumah sakit

3) Salinan pengesahan badan hukum dari departemen kehakiman

4) Salinan tanda daftar yayasan dari dinas kesehatan

5) Salinan sertifikat tanah atas nama badan hukum pemilik rumah sakit
atau surat pernyataan persetujuan dari pemilik tanah (bila sertifikat
tanah bukan atas nama badan hokum pemilik rumah sakit )
6) Salinan keterangan rencana kota atau surat izin penunjukan
penggunaan tanah (SIPPT) dari gubernur untuk disyaratkan dari
rencana tataletak bangunan dari dinas tata kota

7) Izin UUG (undang-undang gangguan)

8) Dokumen studi kelayakan

9) Gambar master plan gedung / fisik rumah sakit umum

10) Dokumen rencana pengelolaan lingkungan

a. Rumah sakit setara rumah sakit umum pemerintah kelas C

Dokumen UPL (upaya pemantauan lingkungan) dan UKL (upaya


kelola lingkungan) yang telah mendapat rekomendasi dari kanwil
departemen kesehatan provinsi

b. Rumah sakit setara rumah sakit umum pemerintah kelas B atau


kelas A.

Dokumen AMDAL (analisa dampak lingkungan) yang telah


mendapat pengesahan dari komisi Amdal departemen kesehatan

11) Denah lokasi rumah sakit

3. Jelaskan pula rencana pelaksanaan kewajiban RS yang didasarkan di RS tersebut


sesuai dengan regulasinya.

Hak-hak rumah sakit adalah segala sesuatu yang menjadi kepentingan rumah sakit yang
dilindungi oleh hukum sedangkan kewajiban-kewajiban rumah sakit adalah segala
sesuatu yang menjadi beban atau tanggung jawab rumah sakit untuk melaksanakannya
demi untuk memenuhi apa yang menjadi hak orang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban
dan sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak.

Hak mengandung empat unsure yaitu :

1. Subjek hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan dibebani
kewajiban. Kewenangan untuk menyandang hak dan kewajiban ini disebut
kewenangan hukum

2. Objek hukum

Objek hukum adalah segala sesuatu yang menjadi focus atau tujuan diadakannya
hubungan hukum

3. Hubungan Hukum

Hubungan hukum terjadi karena adanya peristiwa hokum.

4. Perlindungan Hukum

Segala sesuatu yang mengatur dan menentukan hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang melakukan hubungan hukum sehingga kepentingannya terlindungi.
Setiap upaya pelayanan medis yaitu pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit terhadap pasien adalah wujud pelaksannan dari
kewajiban rumah sakit memenuhi hak-hak pasien. Sebal;iknya kewajiban pasien untuk
memberikan informasi medis yang dibutuhkan, mengikuti nasihat dan petunjuk dokter
yang merawatnya, mengikuti peratuiran-peraturan yang ditetapkan oleh rumah sakit
dan juga termasuk member imbalan jasa terhadap pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit dan dokter adalah rangkaian untuk memenuhi hak-hak rumah sakit.

Pelaksanaan hak dan kewajiban antara rumah sakit dan pasien atau sebaliknya
merupakan sebuah tanggung jawab yang lahir dari hubungan hukum diantara
keduanya. Hubungan hukum tersebut berupa perikatanatau perjanjian dalam upaya
pelayanan medis (perjanjian terapeutik) yang disepakati oleh rumah sakit sebagai
pemberi pelayanan medis dan pasien sebagai penerima pelalayanan medis.

Untuk memenuhi persyaratan hubungan hukum maka masing-masing pihak


bertindak sebagai subjek hukum yaitu pihak yang mampu memenuhi kewajibannya
yang menjadi hak pihak lain dan sebaliknya yang menerima hak-haknya yang menjadi
kewajiban pihak lain untuk memenuhinya, diantaranya:
A. Hak-hak rumah sakit (pasal 30 UU No.44 tahun 2009)

 Menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan
kualifikasi rumah sakit.

 Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan re,unrasi insentif dan


perbghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan.

 Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

 Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.

 Mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan

 Mempromosikan layanan kiesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan ketentuan
peuindang-undangan.

 Mendapatkan instensif pajak bagi rumah sakit public dan rumah sakit yang ditetapkan
sebagai rumah sakit pendidikan.

B. Kewajiban-kewajiban rumah sakit (pasal 29 UU No.44 tahun 2009)

 Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

 Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif


dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit.

 Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan


pelayanannya.

 Berperan aktif dalam memberikan palyanan kesehatan pada bencana seusai dengan
kemapuan pelayanannya.

 Menyediakan sarana dan elayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin

 Melaksanakan fungsi social antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien
tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulance gratis
pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa atau bukti sosail bagi misi
kemanusiaan.

 Membuat melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah


sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

 Menyelenggarakan rekam medic.

 Menyediakan srana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui anak-anak, usia lanjut

 Melaksanakan system rujukan

 Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan.

 Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien.

 Menghormati dan melindungi hak-hak pasien

 Melaksanakan etika rumah sakit

 Memiliki system perencanaan kecelakaan dan menanggulangan bencana

 Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun


nasional.

 Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktek kedokteran gigi dan tenaga
kesehatan lainnya.

 Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit.

 Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas rumah sakit dalam
melaksanakan tugas.

 Memberlakukan seluruh lingkungan ruymah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.


4. Dalam proses pendirian dan penyelenggaraan Rumah sakit diperlukan adanya studi
kelayakan (feasibility study) dengan membuat pertimbangan berdasarkan peraturan
yang berlaku, antara lain :

A. Analisis kebutuhan pelayanan (program fungsi)

B. Analisis kebutuhan SDM (kompetensi masing-masing)

C. Analisis kebutuhan sarana, prasarana dan alat (SPA)

D. Analisis kebutuhan biaya

Coba saudara buatkan study kelayakan sesuai pengetahuan saudara!

Studi Kelayakan (Feasibility Study) merupakan adalah suatu awal kegiatan perencanaan
rumah sakit secara fisik dan non fisik agar dapat berfungsi secara optimal pada kurun waktu
tertentu.

Maksud pembuatan Studi Kelayakan Rumh Sakit yaitu sebagai pedoman Studi
Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini dimaksudkan agar dalam mndirikan atau
mengembangkan rumah sakit dengan memberikan fungsi/ layanan yang tepat dan terintegrasi
yang sesuai dengan :
 Kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan (health needs),
 Kebudayaan daerah setempat (cultures),
 Kondisi alam daerah setempat (climate),
 Lahan yang tersedia (sites)
 Kondisi keuangan manajemen RS (budget).

Tujuan dari studi kelayakan adalah :


a. Untuk mendapatkan proyeksi kebutuhan (need) dan permintaan (demand) terhadap
jumlah dan jenis layanan medik di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu,
b. Untuk mendapatkan proyeksi kebutuhan akan jumlah dan jenis sarana/fasilitas dan
peralatan, tenaga dan dana yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu,
c. Untuk mendapatkan proyeksi secara umum kemampuan pembiayaan yang ada untuk
melaksanakan rencana
Suratman (2001) menyebutkan tujuan/manfaat studi kelayakan proyek adalah
memberikan masukan informasi kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan
dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan.

Kajian utama pada studi kelayakan yaitu :


a. Kajian/analisis kebutuhan pelayanan (program dan fungsi)
b. Kajian/analisis kebutuhan SDM
c. Kajian/analisis kebutuhan sarana prasarana dan alat (SPA) yang dibutuhkan untuk
pelayanan yang akan diberikan
d. Kajian terhadap kebutuhan biaya.
Adapun format dari studi kelayakan adalah sebagai berikut :

I. Pendahuluan :
a. Latar Belakang
b. Tujuan dan ruang lingkup : untuk mengetahui dan memperhitungkan berbagai aspek
yang mempengaruhi terhadap kelayakan dari pembanguan rumah sakit.
c. Metodologi : merupakan kajian untuk melihat kelayakan pendirian dari suatu rumah
sakit berdasarkan ilmu manajemen, dimana dapat dilihat apakah rumah sakit layak
atau tidak didirikan.
d. Proses penyusunan studi kelayakan

II. Analisa Situasi

a. Data Eksternal
1. Geografi : Letak RS, Area dll
2. Demografi : jumlah penduduk,Distribusi penduduk, laju pertumbuhan penduduk,
gol umur, jenis kelamin.
3. Sosial budaya
4. Sosial ekonomi
5. Sosial Pendidikan
b. Variabel Internal
1. Sarana kesehatan : Fasilitas kesehatan di kabupaten tersebut.
2. Lingkungan kesehatan : air bersih, penyediaan maupun pembuangan air
3. Status derajat kesehatan : angka kematian, angka kematian bayi, angka kematian
ibu,
4. Pola penyakit : angka kesakitan, data kasus.

III. Analisa permintaan


a. Jumlah tempat tidur : perhitungan jumlah TT dengan jumlah Penduduk.

b. Program layanan : UGD,rawat jalan dengan 4 spesialis dasar, rawat inap,


penunjang medis, administrasi, service, penunjang lain ( parker, kantin dll).

IV. Analisa kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan yang harus


disediakan oleh Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar
analisis permintaan yang telah dilakukan. Analisis kebutuhan ini dapat
memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari Rumah Sakit
tersebut dilihat dari aspek :

1. Kebutuhan Lahan Kebutuhan lahan Rumah Sakit dapat dihitung


berdasarkan Program Ruang Rumah Sakit serta kebijakan Pemerintah Daerah
setempat mengenai Intensitas Bangunan berupa Koefisien Dasar bangunan
(KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB)
dan Koefisien Dasar Bangunan (KDH), serta Peruntukan Lahan yang
mengizinkan digunakan sebagai Lahan yang dapat dibangun Rumah Sakit.

2. Kebutuhan Ruang Kebutuhan Ruang secara keseluruhan dari Rumah Sakit


dapat dihitung 1TT sebesar 80 m2 – 110 m2 disesuaikan dengan Bentuk dan
Klasifikasi Rumah Sakitnya.

3. Peralatan Medis dan Non Medis Peralatan Medis dan Non Medis akan
disesuaikan dengan Kapasitas dan Jenis Layanan dari Rumah Sakit tersebut

4. Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam hal pemenuhan ketenagaan atau


Sumber Daya Manusia (SDM) perlu mempertimbangkan/ memperhitungkan
tenaga seefisien dan seefektif mungkin agar menjadikan suatu Manajemen
Pengelolaan Rumah Sakit yang optimal. diperhitungkan dengan standar
Depkes yaitu Permenkes no 81 tahun 2004.

5. Organisasi dan Uraian Tugas Organisasi dan Uraian Tugas akan disusun
sesuai dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah Sakit.
 Peralatan medik : dikaitkan dengan kebutuhan UGD, rawat jalan, rawat
inap, operasi, icu, perina dll
 Peralatan non medic : Hard ware, soft ware dll
 Kebutuhan ruang
 Perencanaan SDM :
V. Analisa Keuangan
Mengetahui secara keseluruhan analisis keuangan dari segi :
a. Rencana Investasi dan Sumber Dana
b. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
c. Proyeksi Cash Flow
d. Analisis Keuangan : BEP, Internal Rate of Return, dan Net Present Value

Aspek kajian dalam studi kelayakan :


 Aspek hukum, sosial ekonomi, dan budaya

 Aspek pasar dan pemasaran

 Aspek teknis dan teknologi

 Aspek manajemen

 Aspek keuangan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal
28 Bagian H ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak. Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 19
menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk
upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau.

Studi kelayakan ini menggambarkan perkembangan demand masyarakat serta


fasilitas kesehatan yang tersedia di suatu wilayah baru yang merupakan pemekaran
kabupaten, tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat
dan kemudahan mendapatkan informasi sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran
mendukung adanya pelayanan rumah sakit yang lebih baik.

Berdasarkan hasil studi kelayakan ini, pembangunan fasilitas kesehatan,


khususnya rumah sakit di daerah pemekaran kabupaten mempunyai prospek yang sangat
baik di masa depan, karena pada wilayah baru ini belum ada rumah sakit, sedangkan
rumah sakit di kabupaten yang lama berjarak cukup jauh. Keberhasilan rumah sakit ini
juga memerlukan keterlibatan dan kesungguhan berbagai pihak meliputi perencanaan
rumah sakit, pelaksana pembangunan, dan penyandang dana. Dalam era teknologi canggih,
komunikasi serba cepat maka pelayanan kesehatan pun dituntut seirama dengan
perkembangan jaman baik dari segi layanan medis, kemudahan dan kecepatan
administrasi, lingkungan yang asri dan suasana yang nyaman.

B. Tujuan

Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini dimaksudkan agar
dalam mendirikan atau mengembangkan rumah sakit dapat mendeterminasi fungsi
layanan yang tepat dan terintegrasi sehingga sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan yang diinginkan (;health needs), kebudayaan daerah setempat (;cultures),
kondisi alam daerah setempat (;climate), lahan yang tersedia (;sites) dan kondisi
keuangan manajemen RS (;budget). Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Rumah Sakit ini akan dijadikan dasar acuan dalam mewujudkan Rencana Pembangunan
dan Pengembangan suatu Rumah Sakit agar baik dan benar yang akan menjadi acuan
bagi pengelola rumah sakit maupun bagi konsultan perencana sehingga masing-masing
pihak dapat memiliki persepsi yang sama. Pedoman ini akan menjelaskan langkah-
langkah atau proses yang perlu dilakukan dalam menyusun suatu Studi Kelayakan
(Feasibility Study) Rumah Sakit.

Studi kelayakanan yang disusun akan dievaluasi dan dianalisa untuk diputuskan
apakah proyek tersebut layak atau tidak dengan memperhatikan berbagai aspek sebagai
bahan pertimbangan seperti:

 Aspek sosial ekonomi


 Aspek kesehatan
 Aspek teknis
 Aspek pemasaran
 Aspek pengorganisasian
 Aspek keuangan
Secara khusus menyusun analisa keuangan bagi PT (Pemilik) yang berkaitan dengan
rencana pembangunan rumah sakit baru ini.

C. Ruang lingkup

Ruang Lingkup Studi Kelayakan (Feasibility Study) suatu Rumah Sakit meliputi
pembahasan Analisis Lingkungan/ Situasi Kecenderungan Aspek Internal dan Eksternal,
Analisis Permintaan terkait Kelayakan dari Aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya,
Analisis Kebutuhan dan Analisis Keuangan serta Rekomendasi Kelayakan dari Rencana
Pendirian atau Pengembangan Rumah Sakit tersebut. Pelaksanaan Penyusunan Studi
Kelayakan (Feasibility Study) sesuai lingkupnya akan dilakukan dalam suatu proses atau
langkah-langkah secara bertahap yang akan diuraikan selanjutnya sesuai Tahapannya.
BAB II

PERSIAPAN

Persiapan pada Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Tahapan


melakukan Kompilasi Data dari seluruh Data yang didapat dari hasil Pengumpulan Data
yang terdiri dari Data Primer dan Data Sekunder.

2.1. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Primer, dapat dilakukan dengan
melalui proses Pengamatan atau Observasi langsung / Pengamatan atau Observasi
Lapangan sehingga akan didapat seluruh Informasi atau Data secara visual pada
wilayah Perencanaan. Pengumpulan Data Primer dapat pula dilakukan dengan cara
Wawancara atau Tanya Jawab kepada Instansiinstansi dan pihak-pihak lain yang
berkaitan dengan pekerjaan penyusunan ini dan atau dengan langsung kepada
masyarakat umum selaku salah satu Pelanggan dari Rumah Sakit. Sifat wawancara
bersifat terbuka artinya pengambilan data tidak terpatok pada kuesioner namun dapat
dikembangkan secara lisan dengan responden. Secara garis besar Data yang didapat
dari Pengumpulan Data Primer adalah :

a. Kondisi Potensi Lahan/ Lokasi

b. Informasi langsung lainnya yang terkait dengan Kondisi dan Potensi yang ada
terkait dengan Standar/ Pedoman dan Ketentuan yang berlaku serta Sasaran dari
Rencana Pembangunan/ Pengembangan Rumah Sakit serta informasi keinginan yang
ada.

2.2. Pengumpulan Data Sekunder Pengambilan Data Sekunder, dapat dilakukan dengan
mendatangi pula masing-masing Instansi lainnya yang berkaitan sesuai dengan data
yang dibutuhkan dalam pekerjaan penyusunan ini. Jika pada salah satu Instansi
ternyata Data tidak dipunyai, atau sedang dalam proses pembuatan, atau sedang
digunakan untuk keperluan lain maka konsultan dapat mencari pada Instansi lain
yang terkait sesuai dengan kebutuhan data atau mencarinya pada Literatur mengenai
KeRumah Sakitan lainnya.
Untuk melaksanakan pekerjaan ini diperlukan Data Internal/ Data Dalam dari rumah
sakit yang ada dan atau rumah sakit di wilayah sekitarnya, yang terdiri dari

1. Data Kesehatan pada Rumah Sakit yang ada, meliputi :

 Angka Kesakitan (Morbiditas) Utama Rawat Inap Angka Kematian


(Mortalitas)

 Angka Kelahiran - Angka Pasien Rujukan

 Data Asal Pasien Rawat Jalan, Rawat Gawat Darurat dan Rawat Inap

 Jumlah Pasien Rawat Jalan

 Jumlah Pasien Rawat Inap

 Jumlah Hari Rawat

 Angka Rata-rata Hari Rawat secara keseluruhan

 Jumlah dan Jenis Pelayanan Kesehatan

 Jumlah dan jenis Tenaga Kesehatan

 Jumlah dan Jenis Layanan Spesialistik Rumah Sakit

 Jumlah dan Jenis Layanan Penunjang Medik Rumah Sakit

 Struktur Organisasi Manajemen Rumah Sakit

2. Data Lokasi

 Data Kondisi Lahan Rumah Sakit yang ada dan pengembangannya

 Bentuk dan Luas Lahan serta Lantai Bangunan yang ada serta rencana
perluasannya

 Kondisi Lingkungan menurut ketentuan daerah setempat.

 Batas lokasi lahan sekelilingnya

 Jaringan Listrik, Air Minum, Telkom, Air Kotor/Limbah, Pemadam


Kebakaran, Jaringan Gas dan Pembuangan Sampah
 Data Penggunaan dan ketinggian Bangunan serta Dokumen Perencanaan
Bangunan yang ada (Arsitektur, Struktur, Elektrikal dan Mekanikal
Bangunan).

3. Data Finansial/Keuangan

 Data Tarif Perawatan yang ada di Rumah Sakit

 Cash Flow Rumah Sakit yang ada

 Data Kinerja Tahunan Rumah Sakit yang ada

4. Data Luar/ Data Eksternal Rumah Sakit dan Lingkungan

a. Data Kesehatan

 Angka Kesehatan (Morbiditas), Penyakit Utama Rawat Jalan di


Puskesmas dan Rumah Sakit

 Angka Kesakitan (Mortalitas), Penyakit Utama Rawat Inap di


Puskesmas dan Rumah Sakit

 Jumlah Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan Tempat


Tidur dan Puskesmas Keliling

 Jumlah dan Jarak merata Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP dan


Puskesmas Keliling dengan Rumah Sakit di wilayah kerja

 Jumlah Rumah Sakit di wilayah kerja termasuk Rumah Sakit Swasta. -


Jarak Antar Rumah Sakit di wilayah Kerja

 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Wilayah Jangkauan Rumah


Sakit.

 Jumlah dan Jenis tenaga dokter umum dan Spesialis di wilayah kerja.

 Jumlah tenaga kesehatan lainnya diwilayah kerja.

b. Data Keadaan Lingkungan Sekitar


 Jalan Pencapaian dan Kondisinya serta Klasifikasi Jalan Lingkungan
berupa Jalan Utama maupun Jalan Penghubung lainnya.

 Utilitas bangunan sesuai yang ada apakah wilayah ini sudah memiliki
jaringan telepon, listrik, air bersih dan saluran pembuangan serta data
kondisinya.

 Kondisi Topografi wilayah perencanaan.

 Rencana peruntukkan tanah di sekitar wilayah perencanaan yang


terkait dengan Rencana Tata Ruang Kota yang ada (RTBL, RUTR,
RDTR, RTRW).

 Iklim dan cuaca setempat diwilayah ini.

5. Data Kesehatan Kota/ Kabupaten

 Data Tarif Perawatan di Rumah Sakit lain sekitar lokasi

 Sebaran Rumah Sakit sekitar wilayah

 Pola penyakit daerah setempat.

6. Data Kebijakan, Pedoman dan Peraturan Pemerintah

 Kebijakan dan pedoman terkait layanan Kesehatan Rumah Sakit.

 Peruntukan Tanah diwilayah setempat.

 Rencana Detail Tata Ruang.

 Peraturan Teknis yang berlaku setempat , antara lain:

1. Garis Sempadan Bangunan (;GSB)

2. Jarak bebas Bangunan

3. Koefisien Lantai Bangunan (;KLB)

4. Tinggi maksimal lantai bangunan

5. Koefisien Dasar Bangunan (;KDB)


6. Koefisien Daerah Hijau (;KDH)

7. Data Demografi

 Luas Wilayah

 Jumlah Penduduk

 Angka Kepadatan

 Laju Pertumbuhan Penduduk

8. Data Sosial Dan Budaya

 Agama

 Peranan Masyarakat

 Suku Bangsa

9. Data Ekonomi

 Mata Pencarian

 Tingkat Pendapatan

 Penghasilan setempat berupa Pendapatan Asli Daerah (;PAD)

 Produk Domestik Regional Bruto (;PDRB) daerah setempat.

BAB III

ANALISIS SITUASI

Analisis Situasi dalam Studi Kelayakan (Feasibility Study) dilakukan suatu


analisis dari seluruh aspek-aspek baik dari aspek Eksternal sebagai peluang ataupun
ancaman maupun aspek Internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan
sehingga aspek-aspek tersebut dapat menjadikan Kecenderungan suatu Rumah Sakit
dalam melakukan pembangunan baru atau melakukan pengembangan berupa peningkatan
status layanan Rumah Sakit tersebut. Untuk menganalisis aspek Ekternal dan aspek
Internal perlu dilakukan proyeksi berupa forcasting, kecuali data-data yang tidak
memungkinkan tetap disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang atau pun diagram pie
untuk melihat kecenderungannya. Aspek-aspek yang dikaji sebagai analisis situasi
diharapkan mendapatkan suatu kecenderungan Rumah Sakit setelah melakukan
segmentasi dan posisioning, aspek-aspek tersebut antara lain:

3.1. Aspek Esternal Aspek Eksternal yang akan dianalisis guna melihat peluang yang
dapat menjadikan Rumah Sakit untuk terus berkembang di masa mendatang serta melihat
ancaman yang perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak menjadi suatu hambatan di
dalam operasional Rumah Sakit kedepannya.

1. Kebijakan Melakukan kajian berupa menganalisis kebijakan dan Pedoman serta


Peraturan baik kebijakan dan pedoman yang terkait dengan pendirian atau
pengembangan suatu Rumah Sakit dari berbagai aspek Ekternal maupun Peraturan -
peraturan Daerah setempat dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada.

2. Demografi Pertumbuhan Demografi suatu wilayah dimana lokasi Rumah Sakit


tersebut berada dapat merupakan segmentasi pasar dari layanan kesehatan yang akan
diberikan oleh Rumah Sakit tersebut. Untuk melihat kecenderungan demografi perlu
diproyeksikan hingga maksimum 20 tahun mendatang dengan dasar data series
minimal 3 tahun sebelumnya. Proyeksi demografi yang dimaksud berupa proyeksi :

o Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan


kecamatan.

o Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan jenis


kelamin.

o Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan usia.

3. Geografi Letak Rumah Sakit secara Geografis sangat berpengaruh tehadap


posisioning suatu Rumah Sakit. Posisi lahan Rumah Sakit terhadap Kondisi Wilayah
disebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur beserta Kondisi Sarana Prasarananya baik
sarana kesehatan, perumahan, pendidikan, aksesibilitas dll, yang merupakan penentu
posisioning Rumah Sakit yang akan dibangun maupun dalam melakukan
pengembangan peningkatan layanan kesehatan.

4. Sosial Ekonomi dan Budaya

 Sosial Ekonomi

Pada kajian ini melihat proyeksi Sosial Ekonomi pada wilayah dimana lokasi
Rumah Sakit berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun
mendatang dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya terkait dengan
kondisi perekonomian penduduk dan perekonomian daerah setempat, berupa
proyeksi

a. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan


mata pencaharian

b. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan


pendidikan

c. Jumlah sarana pendidikan di wilayah tertentu dimana lokasi Rumah Sakit


berada.

d. Laju pertumbuhan ekonomi daerah setempat.

 Sosial Budaya Kajian ini melihat proyeksi Sosial Budaya pada wilayah dimana lokasi
Rumah Sakit berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun mendatang
dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya terkait, berupa proyeksi Jumlah
penduduk secara keseluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan agama, serta kajian
terhadap kebiasaan atau budaya wilayah terkait dengan pola hidup masyarakat sekitar.

5. Sumber Daya Manusia/ Ketenaga Kerjaan Kesehatan Kajian terhadap ketersediaan


SDM/ Ketenagakerjaan di bidang kesehatan pada wilayah dimana Rumah Sakit
tersebut berada merupakan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam membuat
suatu layanan kesehatan Rumah Sakit terutama dikaitkan dengan layanan unggulan.
Ketersediaan Sumber Daya Manusia/ Ketenagakerjaan di Bidang Kesehatan antara
lain :
o Tenaga medis dan penunjang medis

o Tenaga keperawatan

o Tenaga kefarmasian

o Tenaga manajemen Rumah Sakit

o Tenaga nonkesehatan

6. Derajat Kesehatan Derajat Kesehatan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility


Study) perlu dilakukan kajian dengan tujuan melihat kecenderungan derajat kesehatan
pada wilayah tertentu sehingga dalam menyiapkan fasilitas kesehatan Rumah Sakit
sesuai dengan kecenderungan di wilayah dimana lokasi Rumah Sakit berada. Kajian
derajat kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut

 Angka Kematian

 Angka Kelahiran

 Angka Kesakitan

 Jumlah Sarana Kesehatan di wilayah tertentu e. Jumlah Tempat Tidur tersedia


di wilayah tertentu f. Indikator Kinerja Rumah Sakit di wilayah tertentu.

3.2. Aspek Internal

Aspek Internal yang akan dianalisis guna melihat kekuatan bagi Rumah
Sakit untuk dapat survive dalam melaksanakan operasional yang akan
mengurangi ancaman yang terjadi, serta melihat kelemahan yang perlu
diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak menjadi suatu hambatan di dalam
operasional Rumah Sakit kedepannya.

a. Sarana Kesehatan Kajian Sarana Kesehatan di sekitar wilayah


jangkauan pelayanan Rumah Sakit yang akan dibangun atau
pengembangan dimaksud untuk mendapatkan kecenderungan
dalam hal pangsa pasar serta pola penentuan Sistim Tarif di
wilayah tertentu.
b. Pola Penyakit dan Epidemiologi Kajian Pola Penyakit di Rumah
Sakit dimaksudkan untuk melihat kecederungan Pola Penyakit
yang banyak terjadi pada Rumah Sakit tersebut dengan
memproyeksikan kencenderungan Pola Penyakit guna menentukan
unggulan Rumah Sakit.

c. Teknologi Kajian terhadap Kemajuan Teknologi berupa peralatan


kesehatan yang terus menerus mengalami perkembangan tentunya
sangat berpengaruh terhadap Layanan Kesehatan serta kesiapan
SDM Rumah Sakit tersebut.

d. SDM/ Ketenaga Kerjaan Rumah Sakit Kajian terhadap SDM di


Rumah Sakit dimaksudkan mengkaji kesiapan SDM di Rumah
Sakit terhadap Jenis Layanan Kesehatan yang akan diberikan
kepada masyarakat sesuai dengan segmentasi dan posisioning dari
Rumah Sakit tersebut.

e. Organisasi Organisasi di Rumah Sakit tentunya akan berpengaruh


terhadap Kegiatan Operasional Rumah Sakit yang berdampak
kepada Kinerja suatu Rumah Sakit. Bentuk Organisasi akan
disesuaikan dengan Jenis Layanan dan Klasifikasi Rumah Sakit.

f. Kinerja dan Keuangan Kondisi Kinerja Rumah Sakit dan Kondisi


Keuangan Rumah Sakit berupa Pendapatan dan Pengeluaran
Rumah Sakit akan dikaji dan diproyeksikan yang diharapkan dapat
melihat kecenderungan dan potensi perkembangan kinerja dan
pendapatan Rumah Sakit dimasa mendatang sehingga
mendapatkan gambaran kekuatan atau kelemahan rencana
pengembangan Rumah Sakit tersebut.
BAB IV

ANALISIS PERMINTAAN

Analisis Permintaan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) akan


membahas tentang Analisis Posisi Kelayakan Rumah Sakit dari 5 (lima) aspek.
Berdasarkan Analisis Aspek Eksternal dan Aspek Internal yang telah dilakukan pada
Analisis Situasi maka dilakukan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang secara
sistematis akan menjadi pertimbangan tehadap kelayakan pembangunan Rumah Sakit
tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan Kekuatan (strength) dan
memanfaatkan Peluang (opportunity) serta secara bersamaan berusaha untuk
meminimalkan Kelemahan (weakness) dan mengatasi Ancaman (threat). Aspek-aspek
Kelayakan pada Analisis Permintaan ini akan diuraikan berikut ini.

4.1. Lahan dan Lokasi Kelayakan lahan dan lokasi tentunya terkait dengan
kecenderungan Letak Geografis yang terletak pada wilayah dimana kondisi wilayah
disekitarnya sangat mendukung dari aspek penggunaan lahan, infrastruktur dan
aksesibilitas serta kecenderungan demografi di wilayah dimana Rumah Sakit berada.

4.2. Klasifikasi Kelas RS Kelayakan Klasifikasi Kelas Rumah Sakit akan ditinjau dari
kecenderungan data penyakit sehingga dapat memperoleh gambaran Klasifikasi Kelas
Rumah Sakit sesuai dengan jenis layanannya serta kesiapan SDM yang dimiliki

 Kapasitas Tempat Tidur (TT) Perhitungan Kapasitas Tempat Tidur/ TT, berupa
jumlah TT yang harus disiapkan oleh Rumah Sakit tersebut. Prakiraan kebutuhan
jumlah TT dapat menggunakan rasio minimal 1/1.000 artinya dari jumlah
penduduk pada wilayah jangkauan Rumah Sakit sejumlah 1.000 orang akan
dibutuhkan 1 TT. Kecenderungan fasilitas pelayanan kesehatan berupa jumlah
total TT pada fasyankes di wilayah tersebut dapat menjadikan dasar sebagai
perhitungan kebutuhan kapasitas TT yang selanjutnya akan dibagi berdasarkan
klasifikasi kelas perawatan sesuai dengan Analisis Daya Beli masyarakat sekitar
sebagai Pangsa Pasar Rumah Sakit serta pemenuhan Pedoman dan Ketentuan
yang berlaku.

 Jenis Layanan Jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya
akan disesuaikan dengan klasifikasi kelas Rumah Sakit yang akan disiapkan.
Jenis layanan tersebut berupa pelayanan medik, penunjang medik, administrasi
dan servis.

 Layanan Unggulan Dari jenis layanan yang akan diberikan tentunya perlu adanya
suatu layanan unggulan yang akan disiapkan atas dasar kecenderungan pola
penyakit yang terjadi di Rumah Sakit dan di wilayah tempat Rumah Sakit
tersebut berada.

BAB V

ANALISIS KEBUTUHAN

Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan yang harus


disediakan oleh Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar
analisis permintaan yang telah dilakukan. Analisis kebutuhan ini dapat
memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari Rumah Sakit
tersebut dilihat dari aspek

1. Kebutuhan Lahan Kebutuhan lahan Rumah Sakit dapat dihitung berdasarkan


Program Ruang Rumah Sakit serta kebijakan Pemerintah Daerah setempat
mengenai Intensitas Bangunan berupa Koefisien Dasar bangunan (KDB),
Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan
Koefisien Dasar Bangunan (KDH), serta Peruntukan Lahan yang mengizinkan
digunakan sebagai Lahan yang dapat dibangun Rumah Sakit.

2. Kebutuhan Ruang Kebutuhan Ruang secara keseluruhan dari Rumah Sakit


dapat dihitung 1TT sebesar 80 m2 – 110 m2 disesuaikan dengan Bentuk dan
Klasifikasi Rumah Sakitnya.
3. Peralatan Medis dan Non Medis Peralatan Medis dan Non Medis akan
disesuaikan dengan Kapasitas dan Jenis Layanan dari Rumah Sakit tersebut.

4. Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam hal pemenuhan ketenagaan atau


Sumber Daya Manusia (SDM) perlu mempertimbangkan/ memperhitungkan
tenaga seefisien dan seefektif mungkin agar menjadikan suatu Manajemen
Pengelolaan Rumah Sakit yang optimal.

5. Organisasi dan Uraian Tugas Organisasi dan Uraian Tugas akan disusun
sesuai dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah Sakit.

BAB VI

ANALISIS KEUANGAN

Analisis Keuangan memberikan gambaran tentang rencana penggunaan


sumber anggaran yang dimiliki, sehingga dapat diketahui tingkat pengembalian
biaya yang akan diinvestasikan. Dengan demikian maka pihak pemilik/ investor
dapat melihat tingkat keuntungan yang mungkin akan diperoleh. Adapun aspek
keuangan yang akan dianalisis terdiri dari

1. Rencana Investasi dan Sumber Dana

2. Proyeksi Pendapatan dan Biaya

3. Proyeksi Cash Flow

4. Analisis Keuangan : Break Event Point (BEP), Internal Rate of Return


(IRR), dan Net Present Value (NPV)
BAB VII

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KELAYAKAN

7.1. Kesimpulan Bagian kesimpulan dari studi kelayakan (;feasibility study) akan memberikan
perspektif dari 4 sudut pandang, yaitu analisis situasi, analisis permintaan, analisis kebutuhan
dan analisis keuangan.

 Analisis Situasi Analisis situasi memberikan informasi tentang aspek eksternal dan aspek
internal sebagai suatu kecenderungan Rumah Sakit. Aspek eksternal terdiri dari
Kebijakan, Demografi, Geografi, Sosial Ekonomi dan Budaya, SDM Kesehatan, Derajat
Kesehatan sedangkan aspek internal terdiri dari Sarana kesehatan, Pola penyakit dan
Epidemiologi, Teknologi, SDM Kesehatan di RS, Organisasi, Kinerja dan keuangan.

 Analisis Permintaan Analisis permintaan menggambarkan posisi kelayakan rumah sakit


dari berbagai aspek berdasarkan analisis aspek eksternal dan aspek internal yang telah
dilakukan pada analisis situasi maka dilakukan analisis yang bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancaman yang secara sistematis akan menjadi pertimbangan tehadap kelayakan
pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan
sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya
memaksimalkan kekuatan (strength) dan memanfaatkan peluang (opportunity) serta
secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan (weakness) dan mengatasi
ancaman (threat).

 Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan menggambarkan mengenai kebutuhan yang harus


disediakan oleh Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis
permintaan yang telah dilakukan. Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran
mengenai rencana pengembangan dari rumah sakit tersebut dilihat dari aspek kebutuhan
lahan, kebutuhan ruang, peralatan medis & non medis, SDM, organisasi & uraian tugas.

 Analisis Keuangan Mengetahui secara keseluruhan analisis keuangan dari segi

a. Rencana Investasi dan Sumber Dana

b. Proyeksi Pendapatan dan Biaya


c. Proyeksi Cash Flow d. Analisis Keuangan : BEP, Internal Rate of Return, dan Net
Present Value

7.2. Rekomendasi Memberikan gambaran berupa rekomendasi langkah-langkah yang harus


ditempuh berdasarkan hasil dari 4 analisis dan dapat pula dijadikan rencana strategi dari
manajemen Rumah Sakit tersebut.

BAB VIII

PENUTUP

1. Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini diharapkan dapat
digunakan sebagai rujukan oleh pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, penyedia jasa
perencanaan, Pemerintah Daerah, dan instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan
dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan fasilitas pelayanan
kesehatan, guna menjamin kesehatan penghuni bangunan dan lingkungan terhadap
bahaya penyakit.

2. Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif, serta
penyesuaian Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini oleh
masingmasing daerah disesuaikan dengan kondisi daerah.

3. Dalam penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit dapat berkoordinasi
dan berkonsultansi dengan Sub Direktorat Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
5). Jelaskan pula standar-standar apa yang diperlukan termasuk kebijakan, pedoman dan
berapa SOP/SPO yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan RS tersebut. Uraikan secara
lengkap!

e. Standard Prosedur Operasional (SPO)

SPO adalah suatu perangkat inslruksi/langkah ¬langkah yang dibakukan untuk


menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.
Uraian : SPO memberikan langkah-langkah yang benar dan terbaik untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi. SPO merupakan konsensus bersama
untuk jalan yang terbaik memberikan pelayanan. SPO membantu mengurangi
kesalahan dan pelayanan dibawah standar (substandar) dengan memberikan
langkah-Iangkah yang sudah diuji dan disetujui dalam melaksanakan berbagai
kegiatan.

f. Kebijakan
rangkaian konsep dan asas (ketentuan pokok) yang menjadi garis besar dan dasar
bagi rencana (a.l.=SPO) dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, serta konsisten
dengan tujuan organisasi.

Uraian : Kebijakan yang etektif haruslah : Rasional, Relevan, Wajar, Direvisi bila
diperlukan, Disosialisasikan dengan adekuat.

g. Kebijakan terdiri dari :

 Kebijakan Organisasi / RS : berlaku bagi seluruh jajaran organisasi


sebagai suatu kesatuan. Kebijakan ini meliputi substansi : cakupan dan
batas-batas pelayanan, standar pelayanan yang mencakup hak dan etik,
aktivitas mutu, perencanaan dokumentasi – koordinasi – dan evaluasi
pelayanan pasien, SDM, keamanan lingkungan seperti : pengendalian
infeksi, penanganan limbah, kebakaran dsb, fungsi spesifik seperti
Farmasi dan Engineering, manajemen organisasi dan asset perlengkapan.

 Kebijakan Bidang/ Departemen : berlaku spesifik bagi Bidang /


Departemen ybs., termasuk juga kebijakan operasional. Kebijakan Ini
meliputi cakupan pekerjaan, pelayanan spesiflk, batas-batas pelayanan,
peran dan kewenangan petugas, standar dan monitoring.

h. Tujuan Penyusunan SPO


Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif,
kosisten/seraganm dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
melalui pemenuhan standar yang berlaku.

i. Manfaat SPO:
 Memenuhi persyaratan standar pelayanan RS/Akreditasi RS
 Mendokumentasikan langkah-langkah kegiatan
 Memastikan staf rumah sakit memahami bagaimana melaksanakan
pekerjaanya.

j. Prinsip-prinsip SPO
 Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
 Bisa berubah
 Memuat segala tahapan, indikasi, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi
pada setiap kegiatan pelayanan.
 Harus didokumentasikan.

k. Bentuk SPO
 Simple Steps
 Hierarchical Steps
 Graphic Procedures
 Flow Chart

l. Jenis dan Ruang Lingkup SOP Rumah Sakit


 SOP pelayanan profesi : dalam hal ini terdapat dua kelompok.
2. SOP untuk aspek keilmuan adalah SOP mengenai proses kerja untuk
diagnostik dan terapi, meliputi :
1. Pelayanan medis, meliputi : Komite medik / SMF, Rawat Inap,
Rawat Jalan, Pelayanan Gawat Darurat, ICCU/ICU, Kamar Bedah
dan sebagainya. Contoh : SOP untuk Diagnostik/terapi.
2. Pelayanan penunjang, meliputi : Laboratorium, Radiologi,
Rehabilitasi medis, Farmasi,dan sebagainya. Contoh : SOP
pemeriksaan (teknis) Laboratorium.
3. Pelayanan keperawatan. Contoh : SOP/Standar asuhan
Keperawatan, SOP persiapan pasien Operasi.
4. SOP untuk aspek manajerial adalah SOP mengenai proses kerja
yang menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasien non-
keilmuan.
Contoh : Prosedur Dokter Jaga Ruangan, Prosedur Konsultasi
Medis.
3. SOP administrasi mengatur tata cara kegiatan dalam organisasi termasuk
hubungan antar unit kerja dan kegiatan – kegiatan non medis.
SOP administrasi mencakup:
 Perencanaan program/kegiatan
 Keuangan
 Perlengkapan
 Kepegawaian
 Pelaporan
Contoh : Prosedur Pendaftaran Pasien

 Pengaruh SOP Rumah Sakit


Dalam Kepmenkes No. 004 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan disebutkan salah satu tujuan strategis adalah
upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi. Salah satu
langkah kunci dalam tujuan tersebut adalah mengembangkan sub sistem
pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan alat kesehatan dan
dalam langkah kunci 28 Kepmenkes tersebut di atas dinyatakan bahwa
keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau
fasilitas pelayanan dapat tercapai bila tersedia biaya operasional dan
pemeliharaan sarana dan alat kesehatan yang memadai dan untuk itu haruslah
disusun petunjuk teknis dan standart operational procedure (SOP) tentang
pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana rumah sakit dan alat
kesehatan. (Depkes RI, 2003).
Peningkatan efisiensi dan efektifitas tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain adanya suatu guideline atau Standart Operational
Procedure (SOP) misalnya, dalam hal pemeliharan dan pemanfaatan sarana
kesehatan dan alat kesehatan, kalibrasi dan pemeliharaan rutin, pelatihan
tehnisi dan operator alat, sosialisasi SOP pada seluruh unit pemakai sarana
dan alat kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan serta tersedianya suku
cadang.
Perencanaan pengadaan sarana dan alat kesehatan yang matang sesuai
kebutuhan baik dari sisi provider maupun konsumen akan meningkatkan
pemanfaatan secara optimal. Sebaliknya, jika tata laksana rumah sakit tidak
sesuai dengan standart yang telah ditetapkan, akan mengakibatkan kerugian
yang besar pada pasien, pengunjung, bahkan pihak rumah sakit.

m. Tim Penyusun SOP, diantaranya:


 Penulis SOP (author)
 Pelaksana di lapangan (employee)
 Pengawas lapangan (supervisor)
 Atasan pengawas (manager)

n. Cara Pengisian SOP


Berikut ini adalah Format SOP KARS :
 Kotak heading.
a) Heading dan kotaknya dicetak pada setiap halaman
b) Kotak Rumah Sakit diberi nama dan logo Rumah Sakit (bila Rumah Sakit
mempunyai logo).
c) Judul SOP : diberi judul/nama SOP sesuai proses kerjanya, misal : Konsultasi
medis, Biopsi ginjal, Persiapan pasien operasi, konsultasi medis di UGD,
rujukan dan pindah rawat, dan lainnya.
d) No. Dokumen : diisi sesuai dengan ketentuan penomoran yang berlaku di RS
tersebut. Hal ini diperlukan agar sisteatis dan keseragaman.
e) No. revisi : diisi dengan status revisi, bisa menggunakan huruf atau angka.
Contoh penggunaan huruf : dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi I
diberi huruf B,dan seterusnya; Contoh penggunaan angka : untuk dokumen
baru diberi nomor 00, dokumen revisi pertama diberi angka 01, dan
seterusnya.
f) Halaman : diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman
untuk SOP tersebut. Misal SOP dengan 5 halaman à halaman peratma : 1/5;
halaman kedua 2/5,dan seterusnya.
g) Prosedur tetap diberi penamaan sesuai ketentaun (istilah) yang digunakan RS,
misalnya Prosedur, Prosedur tetap, Petunjuk pelaksanaan, prosedur kerja,dan
sebagainya.
h) Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai dengan tanggal terbitnya yang harus
sesuai dengan tanggal diberlakukannya SOP tersebut.
i) Ditetapkan Direktur : diberi tanda tangan Direktur dan nama jelas.
 Kotak heading pada halaman-halaman berikutnya dapat hanya memuat :
kotak nama RS, judul SOP, No dokumen, No revisi dan halaman

 Isi SOP
a) Pengertian : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang mungkin sulit
dipahami atau menyebabkan salah pengertian .
b) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci : “Sebagai
acuan penerapan langkah-langkah untuk ……………..”
c) Kebijakan : berisi kebijakan (RS dan atau bidang/departemen) yang menjadi dasar
dan garis besar dibuatnya SOP tersebut. Dapat berisi (terkait dengan) beberapa
kebijakan yang mendasari SOP tersebut. Dapat juga terjadi satu kebijakan
menjadi dasar beberapa SOP, sehingga tercantum dalam beberapa SOP yang
“dipayungi”
d) Prosedur: bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikan langkah –
langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu, dan petugas yang
berwenang. Didalamnya dapat dicantumkan alat/formulir/fasilitas yanag
digunakan, waktu, frekuensi dalam proses kerja yang digunakan. Bila
memungkinkan, diuraikan secara lengkap unsur - unsura yang menyangkut :
siapa, dimana, kapan, dan bagaimana (Who, what, where, when, how).
e) Unit terkait: berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam proses
kerja tersebut.
Sebuah rumah sakit wajib menyusun standard operating procedure. Setidaknya
ada 13 jenis standar yang diperlukan. Di antaranya adalah untuk pelayanan medis,
penunjang medis, keperawatan, sumber daya manusia, keuangan dan adminitrasi,
pelayanan umum, pemasaran, manajemen infus, QUMR, kebersihan dan keselamatan
kerja, perinasia/kamar bayi, dan penyebaran bahan-bahan berbahaya dari rumah sakit.
Jadi, apabila \ rumah sakit tidak memiliki standar seperti tersebut, izin sementara
tidak bisa keluar.
SOP untuk pelayanan medis diantaranya yaitu sop penerimaan pasien di UGD,
penerimaan pasien di poliklinik dan unit rawat jalan, bagaimana menangani pasien di
rawat inap. Untuk penunjang medis ada farmasi, laboratorium, radiologi, instalasi
medik. Sementara untuk laboratorium medis ada beberapa tindakan, cara memilih
kreagen, kesesuaian hasil, ketidaksesuaian hasil bagaimana cara penanganannya.

Anda mungkin juga menyukai