Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era universal coverage di Indonesia telah dimulai sejak 1 Januari
2014. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini menjamin
pemeliharaan kesehatan seluruh penduduk Indonesia, baik untuk kasus rawat
jalan, rawat inap, maupun gawat darurat. Pada tahap awal pelaksanaan JKN,
peserta meliputi PNS dan pensiunan (sebelumnya adalah peserta Askes),
pekerja penerima upah (sebelumnya adalah peserta Jamsostek),
TNI/POLRI/Veteran (sebelumnya adalah peserta ASABRI), dan peserta PBI
(sebelumnya adalah peserta Jamkesmas). Pemerintah menargetkan pada 1
Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN.
Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang (RSWK) telah menjadi mitra
BPJS sejak 1 Januari 2014. Dengan melayani pasien JKN ini, RSWK
mengalami peningkatan kunjungan yang sangat pesat. Peningkatan kunjungan
ini tentunya berdampak positif bagi kinerja keuangan RS. Tetapi di sisi lain,
banyak sekali masalah yang timbul sehubungan dengan peraturan dan
prosedur yang tidak dipahamai oleh peserta serta ketidaksiapan RS
menyiapkan fasilitas dan kebijakan pelayanan pasien JKN.

B. Tujuan Pedoman
Untuk mengoptimalkan pelayanan pasien JKN, dibentuklah bagian
khusus di RSWK, yakni bagian Tim Casemix BPJS Kesehatan untuk
mengelola segala hal yang berkaitan dengan pasien JKN, baik yang
menyangkut prosedur pelayanan maupun kendali mutu dan biaya. Dengan
semakin banyaknya jumlah kunjungan dan semakin kompleksnya masalah
yang ada serta untuk menciptakan sistem kerja yang baik, bagian Tim
Casemix BPJS Kesehatan RSWK menyusun program kerja bagian.
Diharapkan dengan adanya pedoman pelayanan bagian ini, bagian Tim
Casemix BPJS Kesehatan RSWK dapat menampilkan kinerja yang
memuaskan.

1
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Bagian Tim Casemix BPJS Kesehatan RSWK adalah bagian di Rumah Sakit
Wijaya Kusuma Lumajang (RSWK) yang mengelola pelayanan pasien JKN,
yang meliputi :
1. Pelayanan yang bersifat administrasi :
Pengelolaan berkas pasien JKN mulai pemeriksaan kelengkapan berkas,
entry data, proses koding, verifikasi internal sampai dengan revisi hasil
verifikasi internal.
2. Pelayanan yang bersifat informasi dan sosialisasi :
Pemberian informasi tentang kebijakan dan regulasi pelayanan pasien
JKN kepada bagian yang membutuhkan.
3. Pelayanan yang bersifat kendali biaya :
Pelayanan yang diberikan dengan tujuan efisiensi biaya pelayanan pasien
JKN.

D. Batasan Operasional
a) Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah;
b) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya
disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum, yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. BPJS Kesehatan
merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada
Presiden;
c) Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran;
d) Identitas Peserta adalah identitas yang didapatkan sebagai bukti telah
terdaftar sebagai Peserta Jaminan Kesehatan. Identitas Peserta paling
sedikit memuat nama dan nomor identitas Peserta yang terintegrasi
dengan Nomor Identitas Kependudukan (NIK), kecuali untuk bayi baru

2
lahir dari ibu yang terdaftar sebagai PBI;
e) Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau
anggota keluarganya
f) Fasilitas Kesehatan yang selanjutnya disingkat Faskes adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau Masyarakat
g) Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat
FKRTL adalah fasilitas kesehatan yang meliputi klinik utama atau yang
setara, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus;
h) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat;
i) Asosiasi Fasilitas Kesehatan adalah Asosiasi fasilitas kesehatan
sebagaimana dimaksud pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71
Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional dan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 serta Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.O2.O2/MENKES/252/2016 tentang Asosiasi Fasilitas Kesehatan,
yang ditetapkan untuk melakukan negosiasi besaran pembayaran
pelayanan kesehatan, pelaksanaan seleksi dan kredensialing fasilitas
kesehatan yang akan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, serta
pemberian masukan teknis dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan
nasional, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
j) Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh;

3
k) Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh komite
nasional yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti
ilmiah mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga yang terjangkau
yang disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat dalam
jaminan kesehatan nasional;
l) Bulan Pelayanan adalah bulan dimana Faskes memberikan pelayanan
kesehatan kepada Peserta;
m) Tarif Indonesian-Case Based Group yang selanjutnya disebut Tarif INA-
CBG adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
FKRTL atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan
diagnosis penyakit dan prosedur;
n) Tarif Non INA-CBG merupakan tarif diluar paket INA-CBG untuk
beberapa item pelayanan tertentu, dengan proses pengajuan klaim
dilakukan secara terpisah dari tarif INA-CBG. Item pelayanan tertentu
sebagaimana dimaksud meliputi sesuai peraturan yang berlaku;
o) Kelas Perawatan adalah ruang perawatan kelas III, kelas II, dan kelas I
sebagai manfaat akomodasi yang ditentukan berdasarkan skala besaran
iuran yang dibayarkan Peserta;
p) Verifikasi adalah kegiatan menguji kebenaran administrasi
pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh Faskes;
q) Dokumen klaim diterima lengkap adalah diterimanya berkas pengajuan
klaim termasuk berkas pendukung pelayanan secara lengkap sesuai yang
dipersyaratkan. Kelengkapan dokumen pembayaran klaim terdiri dari:
berkas pendukung lengkap, Lembar Formulir Pengajuan Klaim (FPK)
yang disetujui dan ditanda tangani oleh manajemen FKRTL dan kuitansi
asli bermaterai cukup.
r) Pelayanan medik dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang
dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik dasar
merupakan pelayanan medik perorangan yang meliputi aspek:
s) Pencegahan primer (health promotion & specific protection) yang dapat
dilakukan oleh tenga non medik dan medik/kesehatan;
t) Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta

4
pembatasan cacat;
u) Pencegahan tersier, berupa rehabilitasi medik yang dilakukan oleh
dokter/perawat, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan
keahliannya.
v) Klaim pending/Dispute claim yang dimaksud di dalam Perjanjian ini
adalah terjadinya penundaan proses tagihan klaim yang diakibatkan suatu
atau beberapa permasalahan dan menimbulkan perbedaan pendapat
antara Faskes dan BPJS Kesehatan.
w) Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional pada Sistem Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disebut
Kecurangan JKN adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh
peserta, petugas BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, serta
penyedia obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan keuntungan
finansial dari program jaminan kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasiomal melalui perbuatan curang yang tidak sesuai dengan ketentuan.
x) Menteri adalah adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

E. Landasan Hukum
1. Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
5. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan,
dengan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian
7. Permenkes Nomor 52 tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan

5
8. Permenken Nomor 64 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Permenkes
Nomor 52 tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Program Jaminan Kesehatan
9. Permenkes Nomor 76 tahun 2016 tentang Pedoman Indonesia Case Base
Group Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
10. Permenkes Nomor 4 tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas
Permenkes Nomor 52 tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 81/MENKES/SK/I/2004
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan SDM Kesehatan (Sumber Daya
Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan. Dalam upaya mempersiapkan tenaga Tim Casemix RSWK yang
handal, perlu kiranya melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan
sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi.
Pola ketenagaan di Tim Casemix BPJS Kesehatan Rumah Sakit Wijaya
Kusuma Lumajang merupakan salah satu bagian dari arah pengembangan
SDM kesehatan di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang khususnya tenaga
bagian Tim Casemix RSWK. Pola ketenagaan ini terdiri dari kebutuhan tenaga
berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan RI, Standar Akreditasi
RS, dan Pedoman Tindak Lanjut Program Analisis Jabatan oleh Menteri
Penerangan yang dikompilasikan dengan kemampuan Rumah Sakit Wijaya
Kusuma Lumajang. Apabila standarisasi kebutuhan tenaga dilakukan secara
tepat, maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga
pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di bagian Tim Casemix RSWK
disusun berdasarkan kebutuhan dan tujuan pelayanan bagian Tim Casemix
RSWK di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang. Tujuan pelayanan di
bagian Tim Casemix RSWK adalah memberikan pelayanan yang profesional
dan bermutu sesuai dengan target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam
menentukan kebutuhan tenaga di bagian Tim Casemix RSWK harus sesuai
dengan standart tertentu melalui proses yang sistematis serta alasan yang jelas
mengenai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan.
Maka berdasarkan telaah, didapatkan kualifikasi Sumber Daya Manusia di
bagian Tim Casemix RSWK adalah sebagai berikut

7
1 Kepala bagian Tim Casemix RSWK

8
a. Syarat Jabatan : Profesi Dokter
b. Sifat Jabatan : Jabatan struktural yang dikerjakan pada
jam kerja sebagai berikut
Senin - Sabtu : pukul 07.00 - 14.00
Jumat : pukul 07.00 - 11.00
c. Tanggung Jawab : bertanggung jawab kepada Direktur
d. Tugas dan wewenang
i Tugas Perencanaan
1.Menyusun rencana kerja tahunan bagian Tim Casemix
RSWK
2. Menyusun rencana pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi
staf Tim Casemix RSWK dan staf RS yang berkaitan dengan
pelayanan BPJS Kesehatan
3. Merencanakan kecukupan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan bagian Tim
Casemix RSWK
ii Tugas Pelaksanaan
1. Mengelola dan mengendalikan kegiatan pelayanan di
bagian Tim Casemix RSWK
2. Merumuskan kebijakan, pedoman dan standar prosedur
operasional (SPO) di bagian Tim Casemix RSWK
3. Mengkoordinir kegiatan antar bagian Tim Casemix
RSWK dan bagian lain terkait
iii Tugas Monitoring dan Evaluasi
1. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan di
bagian Tim Casemix RSWK
2. Menilai kecukupan dan kelayakan sarana prasarana yang
tersedia untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan di bagian
Tim Casemix RSWK
3. Mengawasi, membina dan menilai kinerja semua petugas
yang ada di lingkungan kerjanya secara periodik
4. Melaksanakan penilaian kinerja pelayanan bagian Tim

9
Casemix RSWK
5. Membuat laporan berkala dan tahunan tentang pelayanan
di bagian Tim Casemix RSWK dan pelayanan BPJS
Kesehatan di RS Wijaya Kusuma Lumajang
e. Kondisi Lingkungan Kerja : ruang kantor yang bersih dan
nyaman
F Risiko Jabatan : Stress manajerial oleh karena tanggung jawab
dan beban pelaksanaan tugas, carpal tunnel
sindrom, low back pain
g. Bahan Kerja :
1 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis Departemen Kesehatan
RI
2 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis BPJS
3 Kebijakan pengelolaan SDM RS Wijaya Kusuma Lumajang
4 Informasi langsung dan informasi tidak langsung tentang
kegiatan bawahan
5 Rekapitulasi seluruh kegiatan bagian Tim
Casemix RSWK
6 Surat tugas dari manajemen
7 Laporan kasus yang menyangkut pelayanan
terhadap pasien dari bawahan
H Perangkat kerja : komputer dan ATK, telepon
I Hasil Kerja :
1 Sistem, pedoman, SPO, petunjuk teknis kegiatan pelayanan
bagian Tim Casemix RSWK
2 Uraian tugas bawahan
3 Petunjuk kerja bawahan
4 Supervisi pelaksanaan tugas bawahan
5 Rencana kerja dan anggaran kebutuhan bagian Tim Casemix
RSWK
6 Program kerja, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan
penyelenggaraan bagian Tim Casemix RSWK

10
7 Laporan dan informasi kinerja bagian Tim Casemix RSWK RS
Wijaya Kusuma Lumajang

2 Verifikator Internal
a. Syarat Jabatan : Dokter Umum
b. Sifat Jabatan : Jabatan fungsional yang dikerjakan pada
jam kerja sebagai berikut
Senin – : pukul 07.00 - 14.00
Sabtu
Jumat : pukul 07.00 - 11.00
c. Tanggung Jawab : bertanggung jawab kepada kepala bagian
Tim Casemix RSWK
d. Tugas dan wewenang
1. Melakukan pengecekan keabsahan berkas BPJS yang akan
diverifikasi eksternal
2 Melakukan pencatatan berkas klaim BPJS yang overbudget
setiap bulannya baik rawat jalan maupun rawat inap.
3 Melakukan proses koding pasien JKN rawat jalan dan rawat
inap
4 Melengkapi berkas klaim pasien JKN rawat inap (resume
medis, hasil pemeriksaan penunjang, laporan operasi,
laporan anestesi maupun berkas lain yang dibutuhkan untuk
kelancaran berkas)
5 Memeriksa kesesuaian jumlah berkas klaim rawat jalan
dengan daftar pasien JKN rawat jalan yang ada
e. Kondisi Lingkungan Kerja : ruang kantor yang bersih dan
nyaman
F Risiko Jabatan Stress oleh karena tanggung jawab dan beban
pelaksanaan tugas, carpal tunnel sindrom, low
back pain
g. Bahan Kerja :
1 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis Departemen Kesehatan

11
RI
2 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis BPJS
3 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis bagian Tim Casemix
RSWK
H Perangkat kerja : komputer dan ATK, telepon
I Hasil Kerja
1 Berkas klaim yang siap diverifikasi oleh BPJS
2 Rincian klaim BPJS rawat inap dan rawat jalan yang
overbudget setiap bulannya

3 Koder
a. Syarat Jabatan : Pendidikan D3 Rekam Medis, D3
Keperawatan yang bersertifikat pelatihan
diutamakan berpengalaman kerja lebih dari
2 (dua) tahun
b. Sifat Jabatan : Jabatan fungsional yang dikerjakan pada
jam kerja sebagai berikut
Senin – : pukul 07.00 - 14.00
Sabtu
Jumat : pukul 07.00 - 11.00
c. Tanggung Jawab : bertanggung jawab kepada kepala bagian
Tim Casemix RSWK
d. Tugas dan wewenang
1. Mencetak daftar JKN rawat jalan dan rawat inap
2 Melakukan proses koding pasien JKN rawat jalan dan rawat
inap
3 Melengkapi berkas klaim pasien JKN rawat inap (resume
medis, hasil pemeriksaan penunjang, laporan operasi,
laporan anestesi maupun berkas lain yang dibutuhkan untuk
kelancaran berkas)
4 Memeriksa kesesuaian jumlah berkas klaim rawat jalan dan
rawat inap dengan daftar pasien JKN rawat jalan dan inap

12
yang ada
5 Menyiapkan status dan surat keterangan paket INA CBG’s
pasien rawat inap
6 Melakukan proses klaim berkas ambulance, berkas Alat bantu
lain peserta BPJS Kesehatan
7 Melakukan proses purifikasi dan revisi berkas klaim rawat
jalan dan rawat inap
e. Kondisi Lingkungan Kerja : ruang kantor yang bersih dan
nyaman
F Risiko Jabatan Stress oleh karena tanggung jawab dan beban
pelaksanaan tugas, carpal tunnel sindrom, low
back pain
g. Bahan Kerja :
1 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis Departemen Kesehatan
RI
2 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis BPJS
3 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis bagian Tim Casemix
RSWK
4 ICD X dan ICD IX-cm
H Perangkat kerja : komputer dan ATK, telepon
I Hasil Kerja
1 Berkas klaim yang siap diverifikasi oleh BPJS

4 Administrasi
a. Syarat Jabatan : minimal SMA
b. Sifat Jabatan : Jabatan fungsional yang dikerjakan pada
jam kerja sebagai berikut
Senin – : pukul 07.00 - 14.00
Sabtu
Jumat : pukul 07.00 - 11.00
c. Tanggung Jawab : bertanggung jawab kepada kepala bagian
Tim Casemix RSWK

13
d. Tugas dan wewenang
1. Memeriksa berkas klaim pasien JKN rawat jalan dan rawat
inap, baik jumlah maupun kelengkapan administrasinya
2 Mencamtumkan indeks pada berkas pasien JKN rawat jalan
dan mengurutkannya
3 Entry data 14 variabel pasien rawat jalan dan rawat inap di
software INA CBG’s
4 Mengecekan kelengkapan ATK dan membuat permintaan ATK
5 Melakukan packing berkas klaim BPJS untuk dikirim ke
Verifikator BPJS Kesehatan
e. Kondisi Lingkungan Kerja : ruang kantor yang bersih dan
nyaman
f Risiko Jabatan Stress oleh karena tanggung jawab dan beban
pelaksanaan tugas, carpal tunnel sindrom, low
back pain
g. Bahan Kerja :
1 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis Departemen Kesehatan
RI
2 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis BPJS
3 Kebijakan, pedoman, petunjuk teknis bagian Tim Casemix
RSWK
h Perangkat kerja : komputer dan ATK, telepon
i Hasil Kerja
1 Berkas klaim yang siap dikoding

B. Distribusi Ketenagaan
SDM bagian Tim Casemix RSWK di RS Wijaya Kusuma Lumajang Surabaya
berjumlah 5 orang dan sesuai dengan struktur organisasi bagian Tim Casemix RSWK
terbagi menjadi 3 sub bagian yaitu sub bagian administrasi, sub bagian verifikator
internal serta sub bagian koder
Bagian Tim Casemix RSWK Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang dikepalai
oleh seorang kepala bagian dengan pendidikan Profesi Dokter yang sudah

14
berpengalaman minimal 2 tahun, dan bersertifikat. Adapun pendistribusian SDM
bagian Tim Casemix RSWK adalah sebagai berikut
No Nama Jabatan Kualifikasi Jumlah yang dibutuhkan
1 Kepala bagian Tim Dokter Umum 1
Casemix RSWK
2 Verifikator Internal Dokter Umum 1
3 Koder D3 Rekam Medis A. Rawat jalan : dibutuhkan 1
dan D3 orang tenaga koder,
Keperawatan B. Rawat inap : untuk setiap
bulannya diperlukan 1 orang
tenaga koder
4 Petugas administrasi SMA 1 orang

C. Pengaturan Jaga
Bagian Tim Casemix RSWK Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang dibagi
menjadi tiga sub bagian yaitu sub bagian administrasi, sub bagian verifikator internal
serta sub bagian koder. Adapun penempatan staf dan pengaturan shift bagian Tim
Casemix RSWK Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang dapat dijabarkan dalam
tabel berikut :
Nama jabatan Kualifikasi formal Waktu kerja Jumlah
dan informal
Kepala bagian Tim Profesi dokter Non Shift 1
Casemix RSWK (Pengalaman minimal
2 tahun)
Staf Verifikator Profesi dokter Non Shift 1
Internal
Staf Koder DIII Rekam Medis Non Shift 2
dan D3 Keperawatan
Staf Administrasi SMA Non Shift 1
Jumlah 5

15
BAB III
STANDAR FASILITAS
Standar Fasilitas
1. Sarana
Ruang kantor seluas ± 6 x 8 m².
2. Prasarana

No Jenis Prasarana Jumlah


1 AC Daikin 2 PK 1
2 Remote Control AC 1
3 Meja L 1
5 Meja kecil cokelat tua 2
6 Meja kecil cokelat muda 2
7 Kursi sandar hitam 7
8 Kursi lingkar 1
9 CPU 3
10 LCD 3
11 Keyboard 3
12 Mouse 3
13 Printer 2
14 Pesawat telepon 1
15 Tempat sampah non medis 2
16 Whiteboard 1
17 Lemari dokumen 1
18 Scanner 1
19 Laptop 1

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pelayanan


1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
1. Administrasi pelayanan; meliputi biaya pendaftaran peserta untuk
berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, pembuatan kartu pasien dan
biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
pelayanan kesehatan pasien antara lain blangko SEP, blangko resume

medis, protokol terapi, luaran aplikasi INA-CBG, inform consent,


regimen kemoterapi, surat keterangan dokter penanggung jawab, surat
rujukan (termasuk rujuk balik dan rujukan internal), catatan medis,
lembar bukti pelayanan;
2. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar yang dilakukan
pada Instalasi Gawat Darurat FKRTL yang diatur dalam ketentuan
tersendiri;
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
atau sub spesialis sesuai dengan indikasi medis;
4. Tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
7. Rehabilitasi medis;
8. Pelayanan darah;
9. Pelayanan kedokteran forensik klinik
10. Pemulasaran jenazah terbatas hanya bagi pasien meninggal dunia di
Fasilitas Kesehatan berupa pembersihan dan pemandian jenazah dan
tidak termasuk peti mati;
11. Pelayanan KB terbatas pada tubektomi dan vasektomi sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku; Pelayanan KB yang dimaksud adalah
pelayanan yang bersifat perorangan. Pelayanan KB tersebut dikecualikan
untuk pelayanan KB yang telah dibiayai pemerintah, seperti: alat dan

17
obat kontrasepsi; dan Apabila diperlukan, selain pelayanan kesehatan,
peserta juga berhak mendapatkan pelayanan alat kesehatan tertentu
termasuk alat bantu kesehatan (jenis dan besaran bantuan alat bantu
kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri);
12. Apabila diperlukan, selain pelayanan kesehatan, peserta juga berhak
mendapatkan pelayanan alat kesehatan termasuk alat bantu kesehatan
(jenis dan besaran bantuan alat bantu kesehatan sesuai dengan Peraturan
Menteri).

b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)


1. Pemeriksaan, observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi
medik pada fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap, dan/atau
ruang perawatan intensif dan/atau ruang rawat inap lainnya);
2. Pelayanan dan tindakan medis spesialistik dan subspesialistik baik bedah
maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;
3. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
4. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
5. Rehabilitasi medik;
6. Pelayanan darah;
7. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
8. Pelayanan KB yang bersamaan dengan persalinan atau sesuai dengan
kententuan perundangan yang berlaku; dan
9. Apabila diperlukan, selain pelayanan kesehatan, peserta juga berhak
mendapatkan pelayanan alat kesehatan tertentu termasuk alat bantu
kesehatan (jenis dan besaran bantuan alat bantu kesehatan sesuai dengan
Peraturan Menteri).

C. Pelayanan Persalinan di FKRTL


1. Tindakan persalinan normal.
2. Tindakan persalinan dengan penyulit per vaginam sesuai indikasi medis.
3. Tindakan persalinan dengan penyulit perabdominam (sectio caesaria)
sesuai indikasi medis.

18
4. Pelayanan rawat inap.
5. Persalinan merupakan benefit bagi peserta Program JKN tanpa
pembatasan jumlah kehamilan/persalinan yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan.
6. Penjaminan Terhadap Bayi Baru Lahir dapat langsung diberikan untuk:
a. Bayi yang merupakan anak ke 1, 2 dan 3 Peserta PPU;
b. Bayi yang merupakan anak ke 4 dan seterusnya dari Peserta PPU yang
sudah didaftarkan sejak dalam kandungan;
c. Bayi dari Peserta PBPU dan BP yang sudah didaftarkan sejak dalam
kandungan;
d. Bayi dari Peserta PBI;
e. Bayi dari Peserta Penduduk Yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan skema Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah
Daerah.

D. Pelayanan Gawat Darurat


1. Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin adalah sesuai dengan
kriteria gawat darurat yang berlaku.
2. Penetapan kondisi kegawatdaruratan Peserta dilakukan oleh dokter yang
bertugas pada instalasi gawat darurat dengan mengacu pada kriteria
gawat darurat yang berlaku.

E. Pelayanan Obat
1. Peserta berhak mendapat pelayanan obat yang dibutuhkan sesuai dengan
indikasi medis.
2. Pelayanan obat dapat diberikan pada pelayanan kesehatan rawat jalan
dan/atau rawat inap baik di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama maupun
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
3. Pelayanan obat bagi peserta JKN berpedoman pada Daftar Obat yang
ditetapkan oleh Menteri yang dituangkan sebagai Formularium Nasional
berikut dengan restriksi, peresepan maksimal dan ketentuan penerapan
Formularium Nasional.

19
4. Pelayanan Obat di FKRTL:
a. Obat yang termasuk dalam paket INA-CBG:
Penyediaan obat yang termasuk dalam paket INA-CBG dilakukan
oleh Instalasi Farmasi FKRTL atau apotek jejaring FKRTL.
b. Obat yang Obat yang termasuk dalam top up INA-CBG:
Jenis obat yang termasuk dalam top up INA CBG ditetapkan oleh
Menteri.
c. Obat yang dapat ditagihkan di luar paket INA CBG, yaitu: Obat untuk
penyakit kronis di FKRTL; Obat kemoterapi.
5. Obat program pemerintah yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan
antara lain obat untuk penyakit:
a. HIV dan AIDS
b. Tuberculosis (TB)
c. Malaria
d. Kusta
e. Korban narkotika (rumatan methadon)
6. Penggunaan Obat di Luar Fornas:
Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan, penggunaan obat disesuaikan
dengan standar pengobatan program terkait dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Apabila dalam pemberian pelayanan kesehatan,
pasien membutuhkan obat yang belum tercantum di Fornas, maka
Penggunaan obat di luar Fornas di FKRTL hanya dimungkinkan setelah
mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
dengan persetujuan Komite Medik dan Kepala/Direktur Rumah Sakit,
dan tidak dibebankan kepada peserta.

F. Pelayanan Alat Kesehatan


1. Pelayanan Alat Kesehatan dapat diberikan pada pelayanan kesehatan
rawat jalan dan/atau rawat inap baik di FKTP maupun FKRTL.
2. Jenis dan plafon harga alat kesehatan sesuai dengan Kompendium Alat
Kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri.
3. Pelayanan alat kesehatan yang dapat ditagihkan di luar paket INA CBG

20
(Alat Bantu Kesehatan) terdiri dari:
a. Kacamata
b. Alat bantu dengar (hearing aid)
c. Prothesa alat gerak (kaki dan/atau tangan tiruan)
d. Prothesa gigi/gigi palsu
e. Korset Tulang Belakang (Corset)
f. Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck brace)
g. Alat bantu gerak berupa kruk penyangga tubuh
4. Alat kesehatan dan Alat Bantu Kesehatan diberikan kepada peserta JKN
sesuai dengan indikasi medis.
5. Penyediaan alat bantu kesehatan dapat dilakukan oleh FKRTL atau
Apotek atau Optik yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
6. Khusus untuk kacamata disediakan oleh Optik yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
7. Plafon harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan untuk alat bantu
kesehatan merupakan harga maksimal yang ditanggung oleh BPJS
Kesehatan apabila harga alat bantu kesehatan melebihi plafon harga yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan maka biaya tersebut ditanggung oleh
peserta dan dibayarkan langsung ke fasilitas pemberi pelayanan.
8. Apabila atas indikasi medis FKRTL meresepkan alat kesehatan di luar
Kompendium alat kesehatan yang berlaku maka dapat digunakan alat
kesehatan lain berdasarkan persetujuan Komite Medik dan
kepala/direktur rumah sakit.
9. Pengadaan alat kesehatan dilakukan oleh FKRTL atau jejaringnya dengan
mutu sesuai kebutuhan medis.
10. Ketentuan pelayanan alat bantu kesehatan yang dibayar diluar INA-CBG
sebagai berikut:
a. Kacamata
1) Ukuran kacamata yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah:
 Untuk lensa spheris, minimal 0,5 Dioptri
 Untuk lensa silindris minimal 0,25 Dioptri
2) Kacamata dapat diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali.

21
3) Apabila sebelum 2 tahun diperlukan penggantian kacamata oleh
sebab apapun (perubahan ukuran, hilang, rusak dan sebab lain)
maka tidak dapat dijamin oleh BPJS Kesehatan.
b. Alat bantu dengar (hearing aid)
1) Pelayanan alat bantu dengar (hearing aid) diberikan atas
rekomendasi dari dokter spesialis THT serta merupakan bagian dari
pemeriksaan dan penanganan yang diberikan oleh FKRTL yang
bekerja sama.
2) Alat bantu dengar dapat diberikan paling cepat 5 (lima) tahun sekali
per telinga, atas indikasi medis.
3) Apabila sebelum 5 tahun diperlukan penggantian alat bantu dengar
(hearing aid) oleh sebab apapun (perubahan ukuran, hilang, rusak
dan sebab lain) maka BPJS Kesehatan tidak menjamin.
c. Prothesa alat gerak (kaki dan/atau tangan tiruan)
1) Pelayanan Prothesa alat gerak (kaki dan/atau tangan tiruan)
merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan
pada FKRTL yang bekerja sama.
2) Prothesa alat gerak dapat diberikan paling cepat 5 (lima) tahun sekali
atas indikasi medis untuk bagian tubuh yang sama.
3) Apabila sebelum 5 tahun diperlukan penggantian prothesa alat gerak
oleh sebab apapun maka maka BPJS Kesehatan tidak menjamin.
d. Prothesa gigi/gigi palsu
1) Pelayanan prothesa gigi diberikan atas rekomendasi dokter gigi pada
FKTP atau dokter gigi pada FKRTL yang bekerja sama.
2) Prothesa gigi/gigi palsu dapat diberikan paling cepat 2 (dua) tahun
sekali atas indikasi medis untuk gigi yang sama.
3) Apabila sebelum 2 tahun diperlukan penggantian prothesa gigi oleh
sebab apapun maka BPJS Kesehatan tidak menjamin.
e. Korset Tulang Belakang (Corset)
1) Pelayanan Korset Tulang Belakang (Corset) merupakan bagian dari
pemeriksaan dan penanganan yang diberikan pada FKRTL yang
bekerja sama.

22
2) Korset Tulang Belakang (Corset) dapat diberikan Diberikan paling
cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi medis.
3) Apabila sebelum 2 tahun diperlukan penggantian Korset Tulang
Belakang (Corset) oleh sebab apapun maka BPJS Kesehatan tidak
menjamin.
f. Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck brace)
1) Pelayanan Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck brace)
merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan
pada FKRTL yang bekerja sama.
2) Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck brace) diberikan
sebagai penyangga kepala dan leher karena trauma pada leher dan
kepala.
3) Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck brace) dapat
diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi medis.
4) Apabila sebelum 2 tahun diperlukan penggantian collar neck oleh
sebab apapun maka BPJS Kesehatan tidak menjamin.
h. Alat bantu gerak berupa kruk penyangga tubuh
1) Pelayanan Alat bantu gerak berupa kruk penyangga tubuh
merupakan bagian dari pemeriksaan dan penanganan yang diberikan
pada FKRTL yang bekerja sama.
2) Alat bantu gerak berupa kruk penyangga tubuh dapat diberikan
paling cepat 5 (lima) tahun sekali untuk bagian tubuh yang sama.
3) Apabila sebelum 5 tahun diperlukan penggantian kruk oleh sebab
apapun maka BPJS Kesehatan tidak menjamin.
11. Jenis Alat Bantu kesehatan yang dibayar diluar INA-CBGs yang
termasuk di dalam ruang lingkup Perjanjian ini yang disediakan oleh
RS Wijaya Kusuma Lumajang adalah :
a. Kacamata
b. Alat Bantu Dengar
c. Collar Neck
d. Corset
e. Kruk.

23
G. Pelayanan Rujukan Parsial
1. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke FKRTL lain
dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien pada FKRTL perujuk.
2. Rujukan parsial dapat berupa:
a. Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan; atau
b. Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang.
3. Biaya rujukan parsial menjadi tanggung jawab FKRTL perujuk. FKRTL
penerima rujukan tidak dapat menagihkan secara terpisah kepada BPJS
Kesehatan, pasien tidak boleh dibebani urun biaya.

H. Pelayanan Ambulan
1. Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan
dengan kondisi tertentu antar Fasilitas Kesehatan disertai dengan upaya
atau kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan
keselamatan pasien.
2. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu adalah:
a. Kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi medis
dari dokter yang merawat.
b. Kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta penuh. Ketentuan
pelayanan peserta dalam kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta
penuh mengacu pada ketentuan perundangan yang berlaku.
c. Pasien rujuk balik rawat inap yang masih memerlukan pelayanan
rawat inap di fasilitas kesehatan tujuan.
Contoh: Pasien kanker rawat inap dengan terapi paliatif di RS Kelas A
dirujuk balik ke RS di bawahnya untuk mendapatkan rawat inap
paliatif (bukan rawat jalan).
3. Pelayanan Ambulan hanya dijamin bila rujukan dilakukan oleh Fasilitas
Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan atau pada kasus
gawat darurat dari Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan

24
BPJS Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien.
4. Penjaminan pelayanan ambulan diberikan pada pelayanan ambulan darat
dan air bagi pasien dengan kondisi tertentu antar fasilitas kesehatan.
5. Pelayanan Ambulan hanya dijamin bila digunakan untuk:
a. merujuk Peserta dari dan menuju Fasilitas Kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai indikasi medis; atau
b. melakukan evakuasi pasien kasus gawat darurat yang sudah teratasi
keadaan kegawatdaruratannya dari Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerja ke Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
6. Tarif penggantian biaya pelayanan Ambulan sesuai dengan standar biaya
ambulans yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Dalam hal belum
terdapat tarif dasar ambulan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah,
tarif ditetapkan dengan mengacu pada standar biaya yang berlaku pada
daerah dengan karakteristik geografis yang setara pada satu wilayah.
7. Ruang lingkup Perjanjian ini meliputi penyelenggaraan pelayanan
ambulan oleh FKRTL. Ambulan yang digunakan oleh FKRTL yaitu
milik sendiri

I. Pelayanan Kesehatan yang tidak dijamin.


1. Pelayanan atau hal-hal lain yang tidak termasuk jaminan yang
ditanggung oleh BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;
b. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
c. pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau
hubungan kerja;

25
d. pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas;
e. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
f. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
g. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
h. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
i. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau
alkohol;
j. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
k. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, yang belum
dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);
l. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
m. alat dan obat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
n. perbekalan kesehatan rumah tangga berupa alat, bahan, atau campuran
bahan untuk pemeliharaan dan perawatankesehatan untuk manusia,
pengendali kutu hewan peliharaan, rumah tangga dan tempat-tempat
umum;
o. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah;
p. pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah
[preventable aduerse events); dan
q. Pelayanan kesehatan tertentu dan dukungan kesehatan untuk kegiatan
operasional Kemhan, TNI, dan Polri sebagaimana dimaksud pada
Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia:
1) Pelayanan kesehatan promotif dan preventif;

26
2) Pelayanan pemeriksaan kesehatan berkala anggota TNI dan PNS
Kementerian Pertahanan
3) Pelayanan pemeriksaan kesehatan calon peserta rehabilitasi
terpadu penyandang cacat personel Kementerian Pertahanan dan
TNI;
4) Pelayanan kesehatan rehabilitasi kecacatan personel
Kementerian Pertahanan dan TNI;
5) Pelayanan pemeriksaan kesehatan calon PNS Kementerian
Pertahanan; dan
6) Pelayanan pemeriksaan kesehatan pendidikan pengembangan
PNS Kementerian Pertahanan;
7) Pemberian dukungan kesehatan latihan TNI;
8) Pemberian dukungan kesehatan operasi TNI;
9) Pemeriksaan kesehatan anggota TNI;
10) Pelayanan kesehatan akibat kegiatan latihan dan operasi TNI;
dan
11) Kegiatan promotif, preventif, dan rehabilitatif kesehatan.
r. pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.
2. Masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang.
3. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri sebagaimana dimaksud
pada angka 1 huruf j, pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan
sebagai percobaan (eksperimen) sebagaimana dimaksud pada angka 1
huruf l, dan kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventable
adverse events) sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf p ditetapkan
oleh Menteri.

27
II. PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN
1. Rawat Jalan Tingkat
Lanjutan (RJTL)
1. Pelayanan RJTL merupakan kelanjutan dari pelayanan Rawat Jalan
Tingkat Pertama (RJTP), berdasarkan surat rujukan dari Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Peserta datang ke FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan
mengikuti prosedur umum pelayanan kesehatan dengan membawa surat
rujukan dari FKTP.
3. FKRTL memberikan pelayanan kesehatan sesuai indikasi medis.
4. Peserta dirujuk ke FKRTL lain dengan prosedur:
a. Peserta diberi surat rujukan/konsul eksternal yang dilampiri salinan
SEP yang telah diterbitkan.
b. Peserta membawa surat rujukan tersebut untuk mendapat pelayanan di
FKRTL penerima rujukan.
c. Apabila rujukan pasien merupakan rujukan parsial, biaya atas rujukan
parsial sudah termasuk dalam paket INA-CBG pada FKRTL perujuk
dan tidak dapat ditagihkan kepada peserta.
5. Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh masing-
masing FKRTL.
6. FKRTL wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah
dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah
disediakan BPJS Kesehatan
7. Dalam keadaan Gawat Darurat (Emergency) peserta dapat memperoleh
pelayanan di Unit Gawat Darurat (UGD) FKRTL yang bekerja sama
maupun tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan tanpa surat
rujukan dari FKTP.

B. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)


1. Peserta melakukan pendaftaran ke FKRTL dan mengikuti prosedur
umum pelayanan kesehatan serta membawa surat perintah rawat inap

28
dari poli atau UGD sesuai ketentuan program JKN yang berlaku.
2. Peserta menyatakan akan mengunakan hak sebagai peserta JKN-KIS.
3. Bila pasien berkeinginan menjadi peserta JKN dapat diberi kesempatan
untuk melakukan pendaftaran dan pembayaran iuran peserta JKN.
4. Peserta harus melengkapi syarat administrasi penerbitan SEP dalam
waktu 3 x 24 jam hari kerja setelah masuk rawat inap atau sebelum
pulang/meninggal/dirujuk apabila dirawat kurang dari 3 x 24 jam, dan
kartu dalam status aktif.
5. Jika peserta tidak dapat melengkapi syarat sebagaimana dimaksud di
atas maka peserta dinyatakan sebagai pasien umum.
6. FKRTL memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan indikasi
medis.
7. Fasilitas Kesehatan/dokter yang merawat berkewajiban memberi surat
rujukan balik kepada dokter di faskes yang merujuk disertai jawaban
dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis Peserta sudah
dapat dilayani di Faskes yang merujuk.
8. Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh masing-
masing FKRTL.
9. Setelah perawatan pasien selesai, pasien dapat kembali untuk
melakukan kontrol ulang maksimal sebanyak 2 (dua) kali kunjungan
kemudian pasien pasien dirujuk kembali ke FKTP terdaftar.
10. FKRTL wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah
dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah
disediakan BPJS Kesehatan

C. Pelayanan Persalinan di FKRTL


1. Pemberian jaminan persalinan sebagaimana pemberian jaminan
perawatan tingkat lanjutan.
2. Prosedur pelayanan sesuai dengan ketentuan pelayanan di FKRTL.
3. Penjaminan bayi baru lahir dari persalinan spontan dengan kondisi
sehat termasuk dalam satu episode dengan pelayanan ibunya.

29
4. Penjaminan Bayi Baru Lahir dari proses persalinan Sectio Caesaria atau
bayi baru lahir dengan kondisi yang memerlukan perawatan tersendiri
mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Membawa identitas kepesertaan Program JKN-KIS milik ibu dari si
bayi;
b. Peserta melakukan pendaftaran ke ke Kantor Cabang dengan
memperlihatkan identitas peserta berupa surat keterangan lahir dan
identitas ibu dari peserta dan persyaratan lainnya sesuai ketentuan
masing-masing jenis kepesertaan.
c. Setelah peserta mendapatkan nomor identitas JKN-KIS bayi,
kemudian melengkapi syarat administrasi penerbitan SEP di FKRTL
dalam waktu 3 x 24 jam hari kerja setelah masuk rawat inap atau
sebelum pulang/meninggal/dirujuk apabila dirawat kurang dari 3 x
24 jam, dan kartu dalam status aktif.
d. FKRTL memberikan pelayanan kesehatan sesuai indikasi medis.
e. Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh
masing-masing FKRTL.
f. FKRTL wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen
yang telah disediakan BPJS Kesehatan

D. Pelayanan Darah
a. Pelayanan darah dapat dilakukan sesuai indikasi medis.
b. Prosedur pelayanan darah yang dilakukan FKRTL mengikuti ketentuan
pelayanan darah yang diatur oleh FKRTL dan jejaringnya yang
melayani darah, biaya sudah termasuk dalam komponen paket INA-
CBG.

E. Pelayanan Alat Kesehatan


1. Prosedur Alat Kesehatan yang masuk dalam paket INA-CBG:
Prosedur dilakukan sesuai dengan prosedur pelayanan RJTL atau RITL.

30
2. Prosedur Alat Kesehatan yang dapat ditagihkan di luar paket INA-CBG:
a. Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di
FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan
prosedur pelayanan rujukan tingkat lanjutan;
b. Peserta mengurus legalisasi alat kesehatan ke Petugas BPJS Center
atau Kantor Cabang BPJS Kesehatan atau BPJS Kesehatan KLOK
Kota/Kabupaten dengan membawa lembar salinan SEP dan resep
alat kesehatan.
c. Peserta mengambil alat kesehatan di FKRTL (Apotek atau Optik)
dengan menyerahkan lembar salinan SEP dan resep alat kesehatan
yang telah dilegalisasi oleh Petugas BPJS Kesehatan.
d. Petugas FKRTL melakukan verifikasi resep dan bukti pendukung
lain, kemudian menyerahkan alat kesehatan kepada Peserta.
e. Peserta menandatangani bukti pelayanan.

F. Pelayanan Gawat Darurat


a. Peserta datang ke FKTP atau FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan mengikuti prosedur pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
prosedur pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan tanpa surat
rujukan dari FKTP.
b. Fasilitas Kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian
tindakan, termasuk obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai
dengan indikasi medis.
c. Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh masing-
masing fasilitas kesehatan.
d. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan
yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen
yang telah disediakan BPJS Kesehatan

G. Pelayanan Rujuk Balik


1. Peserta mendapatkan pelayanan di FKRTL dengan mengikuti prosedur

31
di FKRTL.
2. Dokter Spesialis/Sub Spesialis melakukan pemeriksaan kepada peserta
sesuai kebutuhan indikasi medis;
3. Apabila peserta didiagnosa penyakit kronis maka peserta mendapatkan
pelayanan kesehatan secara rutin di FKRTL hingga diperoleh kondisi
terkontrol/stabil sesuai dengan kriteria kondisi terkontrol/stabil oleh
organisasi profesi terkait.
4. Setelah peserta ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil, maka dokter
Spesialis/Sub Spesialis memberikan SRB (Surat Rujuk Balik) kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dimana peserta yang bersangkutan
terdaftar.
Catatan : Pemberian obat rujuk balik sesuai daftar obat rujuk balik yang
ditetapkan.

H. Pelayanan Ambulan
1. Peserta datang ke FKRTL mengikuti prosedur pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjutan.
2. Dalam kondisi gawat darurat, peserta datang ke fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan baik yang bekerja sama maupun yang tidak
bekerjasama sesuai prosedur umum pelayanan kesehatan.
3. Fasilitas Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan
indikasi medis, dan peserta berhak mendapatkan pelayanan ambulan
untuk rujukan antar fasilitas kesehatan berdasarkan penetapan indikasi
medis dari dokter atau tenaga kesehatan yang merawat.
4. Peserta dirujuk antar fasilitas kesehatan dengan ambulan yang berasal
dari fasilitas kesehatan perujuk atau penerima rujukan atau fasilitas
kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan ambulan.
5. Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh masing-
masing fasilitas kesehatan.
6. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan
tindakan yang telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi

32
Manajemen yang telah disediakan BPJS Kesehatan.
III. Tata Cara Klaim
A. Pengajuan klaim dilakukan secara kolektif setiap bulan, paling lambat tanggal 7
bulan berikutnya dalam bentuk soft copy dan hard copy meliputi :
a) SEP
b) Surat rujukan
c) Bukti pelayanan/resume medis
d) Surat perintah rawat inap
e) Laporan operasi dan laporan anestesi (kasus bedah)
f) Protokol terapi dan regimen (untuk pemberian obat khusus)
g) Resep alat kesehatan di luar prosedur (mis : alat bantu dengar)
h) Tanda terima alat kesehatan
i) Perincian tagihan rumah sakit
B. Pasien yang masuk ke IRNA sebagai kelanjutan perawatan di IGD atau IRJ hanya
di klaim menggunakan satu kode INA CBG dengan jenis pelayanan rawat inap
C. Pasien yang datang pada 2 atau lebih di IRJ dengan 2 atau lebih diagnosa, tetapi
diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka
diklaimkan 1 episode pelayanan
D. Setelah verifikasi dilakukan maka dibuat laporan pertanggungjawaban :
a) Surat Pertanggung jawaban mutlak bermaterei
b) Surat pengantar pengajuan klaim
c) Surat Pernyataan pemeriksaan klaim oleh Tim Pencegahan
Kecurangan
d) Rekapitulasi klaim keseluruhan yang berisi total klaim dan jumlah
klaim
e) Rekapitulasi klaim rawat jalan
i. Rekapitulasi klaim rawat jalan perhari
ii. Ditandatangani kedua belah pihak
iii. Dikopi sebagai arsip verifikator
iv. Simpan secara digital sebagai arsip
f) Rekapitulasi klaim rawat inap
i. Rekapitulasi klaim rawat inap perhari

33
ii. Ditandatangani kedua belah pihak
iii. Dikopi sebagai arsip verifikator
iv. Simpan secara digital sebagai arsip
g) Klaim koreksi

34
BAB V
LOGISTIK

Bagian Tim Casemix RSWK Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang


setiap bulan memiliki permintaan rutin berupa alat tulis kantor dan alat
rumah tangga. Permintaan bagian Tim Casemix RSWK terbagi dalam
barang habis pakai dalam satu bulan serta barang inventaris dalam satu
tahun. Berikut tabel permintaan barang rutin yang dilakukan oleh bagian
Tim Casemix RSWK Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang :

No Jenis barang
Barang habis pakai
1. Kertas HVS Folio 9 Lakban Bening
2. Kertas HVS A4 10 Spidol Boardmarker
3. Map Transparan 11 Spidol Marker
1 4. Refill Staples Kecil 12 Baterai AAA
5. Refill Hand Wash 13 Bulpoint
6. File Box 14 Clip Kecil
7. Outner 15 Clip Binder Kecil
8. Stabilo 16 Lem Povinal
2 Barang Inventaris (dalam 1 tahun)
1. Dokumen keeper 4 Printer
2. File Box 5 Stapler kecil
3. Outner 6 Lemari dokumen

35
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

36
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi

37
(seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan
Insiden Keselamatan”

38
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

UU No 23 tahun 1992 pasal 22 menyatakan bahwa setiap tempat atau


sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang
sehat sesuai dengan standar dan persyaratan. Sedangkan pada pasal 23
menyebutkan bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan
kerja. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Rumah Sakit adalah tempat
kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, serta wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam keputusan mentri kesehatan nomor
1087/MENKES/SKNIII/2010 menyebutkan bahwa kesehatan kerja bertujuan
untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial
yang setinggi tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan
psikologisnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja di bagian Tim
Casemix RSWK bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dan
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah upaya untuk
memberikan jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibart kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pelngobatan d an reaahabilitasi.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan
produktivitas rumah sakit.
Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua
usaha-usaha masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya
termasuk para pegawai dan bahaya kerja. Oleh Sebab itu Pemerintah mengatur

39
dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang
No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja


dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas manajemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan


penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi;
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan
terlalu panas
4. atau terlalu dingin;
5. Tidak tersedia alat-alat pengaman;
6. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dll.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian Tim Casemix RSWK:


1. Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas di bagian Tim
Casemix RSWK
2. Lampu penerangan yang baik, menghindarkan kelelahan penglihatan
petugas.
3. Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan
debu, dan pencegahan bahaya kebakaran.

40
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek


yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Definisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah

41
Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat
menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara
mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dan berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

Standart Pelayanan Minimal (SPM) bagian Tim Casemix RSWK Rumah Sakit
Wijaya Kusuma Lumajang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kelengkapan berkas klaim BPJS Kesehatan
Indikator : Kelengkapan berkas klaim peserta BPJS Kesehatan
Dimensi mutu : Kesinambungan pelayanan dan kesehatan
Tujuan : Tergambarnya tanggung jawab bagian Tim Casemix
RSWK dalam kelengkapan berkas klaim
Definisi Operasional : Berkas klaim adalah berkas yang terdiri dari
fotokopi KTP, fotokopi kartu, Surat Eligibilitas
Pasien, fotokopi Surat Rujukan, fotokopi Surat
Pengantar Rawat Inap, Rincian Tagihan, Resume
Medis, dan berkas pendukung lainnya seperti
laporan operasi, laporan anestesi, hasil pemeriksaan
penunjang, maupun berkas lain yang diperlukan
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 Bulan.
Numerator : Jumlah berkas klaim yang diajukan ke verifikator
BPJS
Jumlah seluruh kunjungan peserta BPJS Kesehatan
Denominator :
setiap bulannya pada tanggal 10 bulan berikutnya
Sumber Data : Laporan kunjungan pasien BPJS Kesehatan
Nilai : 100 %
Penanggung Jawab : Kepala bagian Tim Casemix RSWK
Pengumpulan Data

42
2. Berkas klaim lolos purifikasi
Indikator : Berkas klaim lolos purifikasi
Dimensi mutu : Kesinambungan pelayanan dan kesehatan
Tujuan : Tergambarnya tanggung jawab bagian Tim Casemix
RSWK dalam kelengkapan berkas klaim
Definisi Operasional : Purifikasi adalah suatu proses penyamaan data antara
aplikasi E-klaim Kementerian Kesehatan dengan
aplikasi SEP BPJS Kesehatan
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 Bulan.
Numerator : Jumlah berkas klaim yang lolos purifikasi
Denominator : Jumlah berkas klaim yang diajukan ke verifikator
Sumber Data : BPJS Tim Casemix RSWK
bagian
Nilai : 100 %
Penanggung Jawab : Koder
Pengumpulan Data

3. Berkas klaim lolos verifikasi


Indikator : Berkas klaim lolos verifikasi
Dimensi mutu : Kesinambungan pelayanan dan kesehatan
Tujuan : Tergambarnya tanggung jawab bagian Tim Casemix
RSWK dalam kelengkapan berkas klaim
Definisi Operasional : Verifikasi adalah suatu proses penyetujuan berkas
klaim yang dilakukan oleh verifikator BPJS
Kesehatan.
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 Bulan.
Numerator : Jumlah berkas klaim yang lolos verifikasi
Denominator : Jumlah berkas klaim yang diajukan ke verifikator
Sumber Data : BPJS Tim Casemix RSWK
bagian
Nilai : 100 %
Penanggung Jawab : Kepala bagian Tim Casemix RSWK
Pengumpulan Data

43
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan bagian Tim Casemix RSWK Rumah Sakit Wijaya


Kusuma Lumajang tersusun berdasarkan kolaborasi antara regulasi nasional,
refrensi dan implementasi dilapangan. Pedoman ini dibuat untuk
menstandarisasi proses pemberian pelayanan kepada peserta JKN dengan
harapan terciptanya pelayanan yang bermutu dan berkualitas.
Pemberian pelayanan yang berkualitas selain adanya standarisasi tata cara
penyelengaraannya juga harus dilakukannya evaluasi secara berkala apakah
standar yang telah ditetapkan ini dapat diterapkan secara maksimal atau
ketidak patuhan staf terhadap standar yang dilakukan. Oleh karenanya, tidak
ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik Allah semata, sehingga
pedoman ini tetap harus selalu dilakukan review secara berkala agar tercipta
pelayanan yang berkualitas secara terus menerus.

44

Anda mungkin juga menyukai