Anda di halaman 1dari 51

PUSKESMAS CAMPAKA

PEDOMAN
UNIT RUJUKAN DI
PUSKESMAS

2017

J L N . K A U M WA R U N G B I T U N G D E S A S U K A J A D I K E C A M ATA N
C A M PA K A
K A B U PAT E N C I A N J U R
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. PENGERTIAN
BAB II DASAR HUKUM
BAB III STANDAR PELAYANAN RUJUKAN
A. TAT LAKSANA SISTEM RUJUKAN PADA FASYANKES TINGKAT
PERTAMA
B. TATA LAKSANA SISTEM RUJUKAN PADA FASYANKES
TINGKAT DUA
C. TATALAKSANA SISTEM RUJUKAN PADA FASYANKE TINGKAT
TIGA
D. PELAYANAN PASIEN MENINGGAL
E. RUJUKAN PEMERIKSAAN SPESIMEN DAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK LAINNYA
F. RUJUKAN PENGETAHUAN DAN TENAGA AHLI/DOKTER
SPESIALIS
G. RUJUKAN HORISONTAL

BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN


BAB V MONITORING DAN EVALUASI
BAB VII PENUTUP

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah


Kesehatan PUSKESMAS CAMPAKA diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, agar terwujud derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan Kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan,
pember- dayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat, dengan perhatian khusus diberikan kepada penduduk rentan, antara
lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan keluarga miskin.Sistem rujukan dalam
upaya Kesehatan perseorangan disebut sebagai sistem rujukan medik, yang
berkaitan dengan upaya pengobatan dan pemulihan.
Sistem rujukan medik tersebut dapat berupa pengiriman pasien,
spesimen, pemeriksaan penunjang diagnostik, dan rujukan pengetahuan
tentang penyakit. Rujukan medik diselenggarakan dalam upaya menjamin
pasien dapat menerima pelayanan Kesehatan perseorangan secara berkualitas
dan memuaskan, pada fasilitas pelayanan Kesehatan yang terdekat dari lokasi
tempat tinggalnya, pada tingkat biaya yang paling sesuai (low cost) sehingga
terjangkau.
Risiko yang mungkin terjadi pada sarana pelayanan kesehatan:
1. Risiko yang terkait dengan pelayanan kepada pasien
2. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
3. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
4. Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
5. Risiko financial
6. Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan
kendaraan/alat transportasi, misalnya ambulans, mobil pribadi, sepeda
motor dsb)

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 3


B. TUJUAN
TUJUAN UMUM :
Terlaksananya prosedur rujukan pelayanan Kesehatan perseorangan
mengikuti standar mutu1 dan keselamatan pasien sesuai dengan kriteria rujukan,di
semua tingkat fasilitas pelayanan Kesehatan perseorangan di Indonesia

TUJUAN KHUSUS :
Tujuan khusus:
1. Meningkatnya kemampuan fasilitas pelayanan Kesehatan perseorangan
tingkat pertama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan
memuaskan, sehingga masyarakat bersedia memanfaatkan sebagai kontak
pertamanya, dalam mengawali proses pelayanan Kesehatan perseorangan.
2. Tertatanya alur pelayanan Kesehatan perseorangan tingkat pertama, dua dan
ketiga secara berkesinambungan, mengikuti prosedur di setiap tingkatan,
sesuai dengan kompetensi, kewenangan dan proporsi masing-masing
tingkatan, sehingga pelayanan dapat terlaksana secara berdaya guna dan
berhasil guna.
3. Meningkatnya akses dan cakupan pelayanan Kesehatan perseorangan secara
merata dan menyeluruh (universal coverage), yang didukung oleh sistem
jaminan Kesehatan sebagaimana diatur dalam UU SJSN dan UU BPJS
Kesehatan dan peraturan pelaksananya
4. Menjamin terselenggaranya pelayanan Kesehatan perseorangan yang merata,
berkualitas dan memuaskan, serta berkelanjutan (continuum of care), dalam
upaya mencapai target sasaran MDGs di Indonesia
5. Memberikan petunjuk yang jelas dan kepastian hukum bagi Fasyankes
dalam memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 4


C. PENGERTIAN
Ruang lingkup pedoman ini meliputi: rujukan pasien, rujukan material
(spesimen), rujukan dokumen, rujukan SDM dan rujukan teknologi. Dalam hal ini
yang tidak dimasukkan dalam pembahasan ini adalah upaya Kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif pada sasaran masyarakat atau UKM. Ruang
lingkup rujukan meliputi rujukan horisontal dan rujukan vertikal. Pelayanan
pengobatan tradisional- komplementer termasuk hal yang tidak dijamin oleh BPJS
Kesehatan kecuali terbukti dan diakui melalui HTA (PerPres Nomor 12 tahun20
pasal 43).

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 5


BAB II
DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 3237
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3237
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 443
5. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456
6. Undang-undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063
8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072
9. Undang-undang Nomor 24Tahun 2011, tentang Badan Pelaksana Jaminan
Sosial
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penang- gulangan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 6


Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3609
12. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang TenagaKesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 8737
14. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan
15. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Tahun
2009,tentang Pedoman
17. Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat Peraturan Menteri
KesehatanNomor 41/MENKES/PER/VII/2008,=tentang PM Bidang
Kesehatan Kabupaten/kota
18. Peraturan Menteri KesehatanNomo 657/MENKES/Per/VIII/2009 tentang
Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan
Informasinya
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/ III/2010 tentang
Kelasifikasi Rumah Sakit
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/MENKES/Per/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik
21. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Tahun 2011
Tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process);

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 7


BAB III
TATACARA PELAKSANAAN SISTEM
RUJUKAN

A. Tata Laksana Sistem Rujukan Pada Fasyankes Tingkat


Pertama
Proses rujukan dalam sistem rujukan di fasyankes tingkat dua terdiri
atas proses merujuk ke fasyankes tingkat dua ataupun fasyankes rujukan-
antara ke puskesmas perawatan, RS Kelas D Pratama dan RS Kelas D, serta
menerima rujukan balik vertikal dari fasyankes tingkat dua.
Proses di fasyankes tingkat pertama tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Rujukan Dari Fasyankes Tingkat Pertama ke Tingkat Dua Pasien dengan
masalah Kesehatan/penyakit yang berobat ke fasilitas pelayanan
Kesehatan perseorangan tingkat pertama, milik pemerintah ataupun
swasta dan memenuhi kriteria/alasan untuk dirujuk, akan dirujuk ke
Fasilitas rujukan terdekat yang mampu memberikan layanan yang
dibutuhkan pasien, sebagai solusi atas penyakit/masalah Kesehatan nya,
seperti di Unit Rawat Inap Puskesmas daerah terpencil, atau RS kelas D
Pratama, atau RS Kelas D, atau RS Kelas C, dengan mempertimbangkan
jenis penyakitnya dan kondisi umumnya, serta kemudahan untuk
mengakses fasyankes rujukan terdekat.
Pasien yang telah dilayani di Fasyankes tingat pertama sesuai
dengan kebutuhan dalam mengatasi masalah /penyakitnya, apabila dapat
diselesaikan secara tuntas di fasyankes rujukan, harus dikembalikan ke
fasyankes yang merujuk, disertai resume proses dan hasil pelayanan serta
saran-saran tindak lanjutnya.
Akan tetapi bila ternyata di fasyankes rujukan dipertimbangkan
pasien harus dirujuk ke fasyankes yang lebih mampu, maka
prosedur rujukan kasus dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya.
Proses rujukan kasus dari fasyankes tingkat pertama ke fasyankes rujukan
dua dan rujukan baliknya, digambarkan sebagai berikut:

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 8


a. Proses merujuk pasien
1) Syarat merujuk pasien
Pasien yang akan dirujuk sudah diperiksa, dan disimpulkan
bahwa kondisi pasien layak serta memenuhi syarat untuk
dirujuk, tanda-tanda vital (vital sign) berada dalam kondisi
baik/stabil serta transportable, memenuhi salah satu syarat
berikut untuk dirujuk:
a) Hasil pemeriksaan pertama sudah dapat dipastikan tidak
mampu diatasi secara tuntas di fasyankes
b) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan
penunjang medis ternyata pasien tidak mampu diatasi
secara tuntas ataupun tidak mampu dilayani karena
keterbatas kompetensi ataupun keterbatasan
sarana/prasarana.
c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih
lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang
bersangkutan.
d) Apabila telah diobati di fasyankes tingkat pertama dan atau
dirawat di fasyankes perawatan tingkat pertama di
Puskesmas perawatan/RS D Pratama, ternyata masih
memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan
di fasyankes rujukan yang lebih mampu, untuk dapat
menyelesaikan masalah/ Kesehatan nya dan dapat
dikembalikan ke fasyankes perujuk.
2) Prosedur standar merujuk pasien
a) Prosedur klinis:
1) Pada kasus non emergensi, maka proses rujukan
mengikuti prosedur rutin yang ditetapkan. Provider
Kesehatan yang berwenang menerima pasien di
fasyankes tingkat pertama, melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
yang mampu dilakukan di fasyankes tingkat pertama,

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal 9


untuk menentukan Diagnosa Utama/Diagnosis
Kemungkinan, dan Diagnosis Banding, disertai
kelengkapan kode diagnosis untuk fasyankes tingkat
pertama2.
2) Dalam kondisi pasien saat kedatangan dalam kondisi
emergensi dan membutuhkan pertolongan kedaruratan
medik, petugas yang berwenang segera melakukan
pertolongan segera (prosedur life saving) untuk
menstabilkan kondisi pasien di fasyankes, sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO)
3) Menyimpulkan bahwa kasusnya telah memenuhi syarat
untuk dirujuk, sebagaimana tercantum pada salah satu
kriteria dalam syarat merujuk pasien diatas.
4) Untuk mempersiapkan rujukan, kepada pasien/
keluarga perlu diberikan penjelasan dengan bahasa
yang dapat dimengerti pasien/keluarga, dan informed
concent sebagai bagian dari prosedur operasional yang
sangat erat kaitannya dengan prosedur teknis pelayanan
pasien harus dilakukan.
5) Penjelasan diberikan berkaitan dengan:
a) Penyakit/masalah Kesehatan pasien dan
b) kondisi pasien saat ini,
c) Tujuan dan pentingnya pasien harus dirujuk,
Kemana pasien akan dirujuk,
d) Akibat atau risiko yang mungkin terjadi pada
kondisi Kesehatan pasien ataupun
keluarga/lingkungannya apabila rujukan tidak
dilakukan, dan keuntungan apabila dilakukan
rujukan,
6) Rencana dan proses pelaksanaan rujukan, serta
tindakan yang mungkin akan dilakukan di fasyankes
rujukan,

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


10
7) Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pasien/
keluarga,
8) Penjelasan-penjelasan lain yang berhubungan dengan
proses rujukan termasuk berbagai persyaratan secara
lengkap, untuk memberi kesempatan kepada
pasien/keluarga mengambil keputusan secara cerdas
dalam mengatasi penyakit/masalah Kesehatan pasien.
9) Putusan akhir atas rencana pelaksanaan rujukan
seperti dijelaskan, ada pada pasien/ keluarga sendiri,
apakah yang berkepentingan setuju ataukah menolak
untuk dirujuk ke salah satu fasyankes rujukan sesuai

dengan alur sistem rujukan yang ditetapkan 3.


Kesepakatan akhir atas hasil penjelasan dinyatakan
dengan pembubuhan tanda-tangan dua belah pihak
dalam format Informed concent sesuai prosedur.
10) Atas persetujuan rujukan dari pasien/keluarga,
provider berwenang mempersiapkan rujukan dengan
memberikan tindakan pra rujukan sesuai kondisi
pasien sebelum dirujuk berdasarkan SPO.
11) Menghubungi kembali unit pelayanan di fasyankes
tujuanrujukan, untuk memastikan sekali lagi
bahwa pasien dapat diterima di fasyankes rujukan atau
harus menunggu sementara ataupun mencarikan
fasyankes rujukan lainnya sebagai alternatif.
12) Untuk pasien gawat darurat, dalam perjalanan rujukan
ke fasyankes yang dituju, harus didampingi
provider yang kompeten dibidangnya yang dapat
memantau kondisi pasien sekaligus mengambil
tindakan segera bilamana diperlukan, dan sedapat
mungkin selalu menjalin komunikasi dengan fasyankes
tujuan rujukan. Bagi pasien bukan gawat darurat,

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


11
perjalanan rujukan tidak perlu didampingi petugas
Kesehatan
13) Selama perjalanan pasien gawat-darurat, dalam
kendaraan pengantar petugas Kesehatan pendamping
rujukan perlu melengkapi kebutuhan obat dan
peralatan medis/emergensi yang diperkirakan
dibutuhkan pasien selama dalam perjalanan rujukan
14) Kendaraan Puskesmas Keliling atau ambulans dan
Provider pendamping rujukan harus tetap menunggu
pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien
tersebut mendapat pelayanan dan keputusan apakah
harus dirawat inap atau rawat jalan di Fasyankes
rujukan, atau dapat dipulangkan langsung dengan
saran- saran tindak-lanjut penanganan oleh fasyankes
perujuk.
15) Apabila tersedia perangkat Teknologi Komunikasi
(Radio medik)/Teknologi Informasi Komunikasi (Tele
Medikine/e-health/u-health) dalam suatu Sistem
Rujukan, dapat dimanfaatkan untuk kelancaran merujuk
pasien:
a) Untuk mendapatkan saran-saran dalam mem-
persiapkan rujukan pasien, melakukan tinda- kan
pra-rujukan, sebelum pasien dirujuk,
b) Proses konsultasi melalui Radio-komunikasi Medik
ataupun Tele Medikine/e-Health, dapat dilanjutkan
selama perjalanan rujukan ke fasyankes rujukan
bila pasien dapat dirujuk (transportable),
c) Bila kondisi pasien tidak dapat dirujuk (tidak
transportable), atau kondisi geografis tidak
memungkinkan melakukan rujukan segera, maka
fasyankes rujukan dapat memberikan saran atas
permintaan rujukan dari fasyankes perujuk, dan
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
12
atau panduan atas tindakan yang terpaksa harus
dilakukan segera pada pasien bersangkutan.

d) Langkah-langkah dan ketentuan melakukan


rujukan menggunakan perangkat teknologi
dimaksud akan diatur tersendiri, melengkapi
pedoman sistem rujukan.
b) Prosedur administratif rujukan
1) Dilakukan sejalan dengan prosedur teknis pada
2) pasien,
3) Melengkapi catatan rekam medis pasien, setelah tindakan untuk
menstabilkan kondisi pasien pra-rujukan,
4) Setelah provider berwenang memberikan penjelasan secara lengkap dan
pasien/keluarga telah memberikan keputusan akhir, setuju ataupun
menolak untuk dirujuk, maka format informed concent secara prosedur
administratif rujukan harus dichek ulang kelengkapannya, antara lain
adanya tanda tangan dua-belah pihak, provider berwenang dan
pasien/keluarga, baik bagi pasien/keluarga yang setuju dirujuk maupun
yang menolak untuk dirujuk.
5) Selanjutnya format informed concent yang telah ditanda-tangani tersebut
disimpan dalam rekam medik pasien bersangkutan. Bila telah digunakan
perangkat TIK/ICT, format informed concent dapat dilengkapi dengan
foto, rekaman pembicaraan proses pengambilan keputusan, dan lainnya.
6) Apabila pasien/keluarga setuju untuk dirujuk, maka fasyankes perujuk
membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form 1).
a) Lembar pertama dikirim ke fasyankes rujukan bersama pasien.
b) Lembar dua disimpan sebagai arsip, bersama rekam medik pasien
bersangkutan.
7) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien,
8) Administrasi pengiriman pasien harus diselesaikan, ketika pasien akan
segera dirujuk.
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
13
c) Prosedur operasional merujuk pasien
1) Menyiapkan sarana transportasi rujukan, dan akan lebih baik bila
dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio ataupun TIK/ICT yang
dapat menghubungkan fasyankes tujuan rujukan dengan fasyankes-
fasyankes perujuk termasuk Puskesmas Keliling/Ambulans yang sedang
berjalan merujuk pasienSetiba pasien di fasyankes penerima rujukan,
bila selanjutnya diputuskan bahwa pasien akan ditangani di
Fasyankes rujukan, maka provider pendamping rujukan secara formal
akan menyerahkan tanggung-jawab penanganan pasien pada provider
berwenang di fasyankes rujukan.
2) Setiba pasien di fasyankes penerima rujukan, bila selanjutnya
diputuskan bahwa pasien akan ditangani di Fasyankes rujukan, maka
provider pendamping rujukan secara formal akan menyerahkan
tanggung-jawab penanganan pasien pada provider berwenang di
fasyankes rujukan.
2. Tindak Lanjut Atas Rujukan-Balik dari Fasyankes Tingkat Dua
a. Prosedur klinis
1) Menerima kembali rujukan balik di fasyankes tingkat pertama, dari
fasyankes tingkat dua, dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Fasyankes tingkat pertama seharusnya sudah menerima
informasi tentang rencana rujukan balik pasien dari fasyankes
terujuk, melalui perangkat komunikasi yang tersedia (telephon,
radio-medik, TIK/ICT, dan lainnya),
b) Atas informasi yang didapat dari surat rujukan balik yang
diserahkan pasien/keluarga, fasyankes tingkat petama, menyusun
rencana tindak lanjut pelayanan pasien berdasar saran-saran dalam
surat jawaban rujukan balik
c) Dilakukannya pelayanan pasien rujukan balik sesuai rencana
d) Menindak-lanjuti saran fasyankes rujukan yang berkaitan
dengan penyakit/ masalah Kesehatan pasien yang kemungkinan
berkaitan ataupun berdampak terhadap Kesehatan masyarakat

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


14
dan Kesehatan lingkungannya
e) Dalam memantau kondisi perkembangan Kesehatan pasien, maka
dokter dan tenaga keperawatan serta tenaga Kesehatan lainnya di
fasyankes tingkat pertama, akan berkolaborasi dalam pelayanan
tindak- lanjut pasien dan lingkungannya, baik pelayanan di
fasyankes tingkat pertama ataupun tindak lanjutnya di rumah
pasien.
f) Pada waktu yang ditentukan untuk pasien rujukan balik yang harus
dirujuk ulang, fasyankes tingkat pertama mempersiapkan pasien/
keluarganya untuk dapat dirujuk ulang ke fasyankes rujukan
g) Apabila TIK/ICT telah dimanfaatkan, penerimaan kembali
pasien rujukan balik akan lebih mudah serta cepat, sehingga tindak
lanjut pelayanan akan lebih mudah disusun dan diikuti
pelaksanaannya.
2) Atas pasien yang dinyatakan kurang/tidak tepat dirujuk, dan telah
dilayani di fasyankes tingkat dua sebelum dirujuk balik, diupayakan
untuk :
a) Mengevaluasi diri atas ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dan
menegakkan diagnosis
b) Mengetahui batasan-batasan yang ditetapkan untuk pelayanan di
tingkat pertama dan batasan untuk merujuk
c) Melaporkan dan berkonsultasi kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota, bilamana dianggap perlu
3) Atas pasien yang pulang paksa dan telah dilaporkan oleh fasyankes tingkat
dua:

a) Pasien yang dirujuk, setelah mendapatkan pelayanan di klinik, dalam


periode pelayanan rawat jalan, ataupun selama periode rawat inap,
kemungkinan dapat keluar dari fasyankes dengan “pulang paksa”
karena berbagai alasan.
b) Atas informasi yang diperoleh dari fasyankes rujukan, provider
Kesehatan tingkat pertama perlu menelusuri/ melacak keberadaan

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


15
pasien pulang paksa tersebut dan mengetahui alasan mengapa
pasien/keluarga memilih untuk pulang paksa
c) Berupaya untuk membantu pasien/keluarga mencari solusi terbaik
atas masalah yang dihadapi sehubungan dengan kejadian pulang
paksa tersebut, sekaligus mengevaluasi dan memperbaiki
penyelenggaraan pelayanan sekaligus sistem rujukannya
pada fasyankes tingkat pertama dan rujukan. Kejadian tersebut perlu
menjadi topik bahasan dalam rapat koordinasi.
4) Atas pasien yang meninggal, tergantung penyebab kematiannya
dan saran dari fasyankes rujukan:
a) Dilakukan telusur/identifikasi masalah untuk kasus tertentu yang
dipandang perlu untuk diketahui latar belakang masalahnya, dalam
upaya promotif dan preventif di keluarga maupun dikomunitasnya/
di masyarakatnya, seperti misalnya fenomena 3 . Terlambat)
pada kematian maternal, yaitu Terlambat mengambil keputusan di
keluarga, Terlambat dalam transportasi rujukan dan Terlambat
mendapatkan pertolongan di fasyankes rujukan, termasuk penyakit-
penyakit lainnya khususnya dalam kondisi emergensi.
b) Untuk kondisi tertentu dapat ditindak-lanjuti dengan pelayanan
Kesehatan pada keluarga, kelompok dan masyarakat serta
lingkungannya
c) Kematian akibat penyakit menular, perlu segera dilaporkan
sejak pasien didiagnosis, dan khusus untuk kematian tertentu,
pemulasaran jenazah perlu dijelaskan pada keluarga
d) Kasus kematian akan menjadi topik bahasan dalam rapat bulanan
fasyankes perujuk, fasyankes terujuk, maupun rapat koordinasi, dan
bilamana dipandang perlu menjadi topik bahasan lintas sektoral.
e) Kasus kematian pasien rujukan dengan penyakit- penyakit menular
yang perlu diberitahukan kepada fasyankes tingkat pertama
bukan hanya dari fasyankes tingkat dua melainkan juga dari
fasyankes tingkat tiga.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


16
5) Atas pasien yang “hilang” berdasarkan laporan dari fasyankesrujukan,
perlu dilakukan telusur oleh penanggung-jawab wilayah binaan di
fasyankes tingkat pertama puskesmas ataupun fasyankes tingkat pertama
non puskesmas lainnya.

b. Prosedur administratif
1) Dilakukan sejalan dengan prosedur teknis pada pasien rujukan balik:
a) Melengkapi catatan rekam medis dan keperawatan pasien semula saat
dirujuk, dengan
(1) Catatan dari balasan surat rujukan balik fasyankes rujukan
(2) Catatan dari pelayanan tindak lanjut yang dilakukan fasyankes
tingkat pertama atas saran yang diberikan dalam surat balasan
rujukan balik
b) Memasukkan dalam register pelayanan pasien sebagai
dokumentasi serta bahan penyusunan laporan fasyankes perujuk.
c) Membuat laporan penyelenggaraan sistem rujukan, khususnya rujukan
balik pasien dari fasyankes dua dan lainnya
2) Data yang berhubungan dengan pengiriman pasien rujukan dan data
tentang pasien rujukan balik, akan menjadi bahan untuk melakukan
evaluasi kinerja baik secara mandiri maupun dengan bantuan supervisor,
dalam rangka perbaikan dan peningkatan kinerja.

c. ProseZdur operasional
1) Setiap pasien yang dirujuk ke fasyankes yang lebih mampu perlu
dipantau kemajuan/penanganannya di fasyankes tujuan rujukan, sehingga
fasyankes tingkat pertama mengetahui kondisi pasien yang dirujuk dan
berupaya untuk tahu kapan akan dirujuk balik dari fasyankes tingkat dua,
dalam kondisi bagaimana, yang datanya dapat diperoleh dari fasyankes
rujukan.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


17
2) Dengan demikian fasyankes tingkat pertama siap menerima
kembali rujukan balik pasien yang dikirimkan sebelumnya. Fasyankes
tingkat pertama bersama fasyankes tingkat kedua memfasilitasi pasien
dalam proses rujukan balik pasien
3) Memfasilitasi berfungsinya sistem rujukan secara timbal balik
berkesinambungan melalui pemantauan penyelenggaraan rujukan pasien
dan rujukan baliknya

B. Tatalaksana Sistem Rujukan Pada Fasyankes Tingkat Dua


Proses rujukan dalam sistem rujukan di fasyankes tingkat dua terdiri
atas proses menerima rujukan dari fasyankes tingkat pertama, melayani
pasiennya, melakukan rujukan horisontal ke fasyankes setingkat, rujukan vertikal
ke fasyankes tingkat tiga, serta menerima rujukan balik horisontal dan vertikal,
dan merujuk balik ke fasyankes tingkat pertama. Proses rujukan dalam sistem
rujukan di fasyankes tingkat dua tersebut dijelaskan berikut ini.
1. Prosedur Klinis.
a. Menerima pasien rujukan dari fasyankes tingkat pertama dan tindak
lanjutnya.
Atas komunikasi yang dibangun bersama fasyankes perujuk
melalui teknologi komunikasi yang tersedia, telah diketahui kondisi
pasien, sehingga memungkinkan pasien akan dapat dilayani di fasyankes
rujukan, untuk hal tersebut fasyankes rujukan akan mempersiapkan diri
menerima pasien dengan sebaik-baiknya, selanjutnya melayani sesuai
dengan kondisi pasien pada saat kedatangannya, untuk pasien non
emergensi atau emergensi. Pasien yang dirujuk akan diterima di
fasyankes rujukan, sesuai jenis rujukannya akan segera dilayani menurut
standar prosedur operasional (SPO) yang berlaku di fasyankes
bersangkutan. Pasien non emergensi akan dilayani di Klinik Fasyankes
rujukan sesuai tujuan pada jam buka yang telah ditentukan setelah melalui
prosedur administrasi untuk pelayanan klinik sedangkan pasien emergensi
dilayani di IGD yang harus siap melayani 24 jam/7 hari.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


18
1) Pasien non emergensi
a) Sesuai SPO pasien akan mendapatkan pemeriksaan untuk
menetapkan diagnosis awal, dan disimpulkan bahwa:
1) Sebenarnya tidak/belum ada indikasi untuk meru- juk pasien
ke fasyankes rujukan, akan tetapi:
(a) Pasien tetap dilayani, untuk selanjutnya pasien akan
dirujuk balik ke fasyankes perujuk disertai penjelasan dan
saran-saran.
(b) Apabila pasien adalah peserta Asuransi Sosial, pasien akan
tetap dilayani dan prosedur administrative dan pembiayaan
yang dijalankan sesuai pedoman dalam Asuransi Sosial.
2) Sudah ada indikasi untuk merujuk pasien, sehingga:
(a) Fasyankes menindak-lanjuti dengan pen- jelasan tentang
kondisi pasien, penyakitnya, pemeriksaan yang akan
dilakukan, kemung- kinan pelayanan atau tindakan yang
diperlu- kan berdasarkan hasil pemeriksaan,
(b) keputusan akhir tentang akan dilaksana- kannya pelayanan
dan atau tindakan, ada di tangan pasien/keluarganya, yang
baru dianggap syah setelah ditanda-tanganinya format
Informed concent oleh pasien/ keluarga dan provider
Kesehatan berwenang.
3) Setelah ada persetujuan dari pasien/keluarga dan telah
ditanda-tanganinya format informed concent oleh dua belah
pihak berkepentingan, maka pelayanan dilakukan sesuai SPO
di fasyankes rujukan, mulai dari kelengkapan pemeriksaan dan
pelayanan/ tindakan yang diperlukan.
c) Atas dasar semua hasil pemeriksaan yang diperoleh, dan
pelayanan atau tindakan yang diberikan serta follow-up
atas hasilnya, spesialis yang melayani di fasyankes tingkat
dua akan memutuskan:
(1) Pasien dapat segera dirujuk balik langsung ke
fasyankes perujuk, disertai penjelasan kepada pasien

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


19
dan surat jawaban rujukan untuk fasyankes perujuk,
sebagaimana diuraikan sebelumnya:
(a) Penjelasan kepada pasien/keluarga, tentang:
o Berbagai saran kepada pasien/keluarga yang
harus dipatuhi pasien dan keluarga
sehubungan dengan penyakitnya
o Tanggung-jawab pasien dan keluarga dalam
menindak-lanjuti penanganan penyakitnya
o Menyerahkan surat rujukan balik ke
fasyankes perujuk (tingkat pertama)
(b) Informasi melalui surat jawaban rujukan balik
kepada fasyankes tingkat pertama, tentang:
o Resume semua hasil pemeriksaan dan
diagnosis penyakitnya,
o Pelayanan/tindakan yang sudah diberikan,
o Obat-obatan yang diberikan,
o Saran-saran tindak-lanjut berupa:
o Pelayanan pasien di fasyankes
perujuk untuk pasiennya sendiri dan
keluarganya, bilamana masih diperlukan
o Pelayanan di fasyankes perujuk bagi
komunitas atau masyarakat dan
lingkungannya, seperti kasus penyakit
menular/tidak menular tertentu, yang
perlu ditindak-lanjuti dengan survailans.
o Saran untuk mengirimkan rujukan
ulang pada kasus tertentu yang
memerlukan follow-up
(2) Semua dokumen pelayanan pasien disimpan .
dalam file rekam medis di fasyankes rujukan, sebagai
arsip.
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
20
(a) Kemungkinan pasien dianjurkan untuk
meneruskan kunjungan rawat jalan di fasyankes
rujukan, sebelum dirujuk balik ke Fasyankes
perujuk, dengan pertimbangan:
(b) Pasien masih memerlukan beberapa pemeriksaan
yang lebih lengkap, namun dipertimbangkan
bahwa kondisi pasien tidak perlu dirawat
(c) Selanjutnya, apabila pemeriksaan sudah lengkap,
dan diagnosis telah ditegakkan menurut hasil-
hasil pemeriksaan, pengo- batan/tindakan medis
sudah diberikan, dan hasil pemantauan terhadap
Kesehatan pasien memungkinkan untuk dilayani
di fasyankes tingkat pertama, maka pada waktu
yang ditetapkan pasien dapat dirujuk balik ke
fasyankes perujuk
(d) Prosedur selanjutnya sebagaimana tercantum
dalam butir rujukan balik pasien yang dirujuk.
(3) Pada pasien yang menjalani pelayanan rawat jalan,
dalam follow-up selanjutnya diputuskan untuk
mendapatkan layanan rawat inap sebagai
kelengkapan pelayanannya, karena:
(a) Hasil-hasil pemeriksaan, pelayanan dan atau
tindakan selama rawat jalan dan observasinya
mengindikasikan untuk ditindak-lanjuti dengan
pelayanan yang lebih intensif di rawat inap.
(b) Penanganan rawat inap akan lebih memudahkan
bagi kedua belah pihak, pasien dan Tim inter-
profesi yang menangani kasusnya, termasuk
mempermudah prosedur rujukan internal di
fasyankes yang sama.
(c) Layanan rawat inap akan mulai dilaksanakan

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


21
setelah pasien/keluarga memperbaharui
kesepakatan atas semua rencana yang telah dibuat
sebelumnya dalam informed concent sesuai
prosedur.
(4) Pasien akan mendapatkan pelayanan dan atau
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit/masalah Kesehatan nya, sampai akhirnya
pasien dikeluarkan dari rumah sakit (fasyankes
tingkat dua), dengan berbagai alasan:
a) Penyakitnya sudah berhasil diatasi secara tuntas,
pasien sudah diperbolehkan meninggalkan rumah
sakit dalam keadaan sembuh, dan akan dirujuk
balik ke fasyankes yang semula merujuk, melalui
prosedur mengembalikan pasien rujukan
b) Penyakitnya secara umum sudah berhasil diatasi
dan tidak perlu lagi harus dirawat- inap namun
masih harus ditindak-lanjuti melalui pelayanan
rawat jalan di rumah sakit ini untuk
menyelesaikan pengobatannya
c) Sebagian penyakitnya sudah dapat diatasi akan
tetapi untuk masalah lainnya belum dapat diatasi
karena adanya keterbatasan kemampuan
fasyankes rujukan, sehingga pasien perlu dirujuk
ke fasyankes tingkat dua (rumah sakit) rujukan
horisontal yang lebih mampu mengatasi sebagian
masalah yang belum terselesaikan
(5) Setelah dilayani dan atau dilakukan tindakan
sebagaimana tertuang dalam kesepakatan kedua
belah pihak pada format informed concent
fasyankes rujukan masih menghadapi masalah dan
hambatan dalam menangani kasusnya, dan

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


22
dipandang perlu untuk menindak-lanjuti penanganan
pasien dengan merujuk ke fasyankes tingkat tiga
yang lebih kompeten. Uraian tentang rujukan pasien
ke fasyankes tingkat tiga akan diuraikan pada bagian
lain.
(6) Pasien karena berbagai alasan ataupun pertim-
bangan, memutuskan untuk pulang paksa, yang dapat
terjadi karena:
a) Program pelayanan pasien sebagaimana
disepakati dalam informed concent belum dapat
diselesaikan sesuai rencana yang disusun, akan
tetapi pasien/keluarga memutuskan untuk pulang
paksa, atau
b) Karena alasan lain pasien/keluarga
mempunyai pertimbangan untuk keluar dari
pelayanan,
c) Untuk kondisi demikian, maka pasien/
keluarga harus menanda-tangani “Format Pulang
Paksa” yang disediakan fasyankes,
d) Pasien pulang paksa harus diberitahukan
kepada fasyankes perujuk
e) Untuk fasyankes yang telah tergabung
dalam satu sistem rujukan yang memanfaatkan
TIK/ICT, pada event-event tertentu seperti
keputusan untuk pulang paksa, didokumentasikan
sebagai arsip.
(7) Ketika pasien sampai di fasyankes rujukan dan
mendapatkan pelayanan di klinik, karena berbagai
alasan memutuskan untuk tidak meneruskan
pengobatan/pemeriksaan lanjutannya di fasyankes
rujukan, sehingga menjadi pasien yang “hilang”, dan

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


23
kemungkinannya:
(a) Pasien yang “hilang” dari fasyankes rujukan, juga
tidak melakukan kontak balik dengan fasyankes
perujuk, sehingga keduanya kehilangan data
pasien bersangkutan.
(b) Pasien yang “hilang” dari fasyankes rujukan,
kembali ke fasyankes perujuk karena berbagai
alasan
(8) Atas kejadian pasien pulang paksa dan pasien
“hilang”, Supervisor atau Binwas Teknik Perujukan
dari pihak fasyankes perujuk dan fasyankes terujuk
secara bersama-sama harus dapat menyimpulkan
penyebab mengapa pasien “pulang paksa”/”hilang”
dari proses rujukan, agar pelayanan di fasyankes
perujuk dan fasyankes terujuk dapat diperbaiki.
2) Untuk pasien emergensi:
Pasien emergensi datang ke fasyankes tingkat dua,
kemungkinan datang atas rujukan dari fasyankes tingkat
pertama ataupun langsung tanpa surat rujukan sebagaimana lazimnya,
dan pasien datang ke IGD:
a) Akan diterima di IGD, yang siap melayani pasien 24 jam/7 hari,
dengan SPO yang telah ditetapkan untuk memastikan pasien
emergensi dilayani cepat.
b) Fasyankes rujukan segera melakukan stabilisasi pasien rujukan
emergensi sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO), sejak
kedatangan pasien di IGD sampai dengan tempat pelayanan yang
tepat sesuai kondisi dan masalah Kesehatan pasien
c) Provider berwenang memberi layanan akan menuliskan
diagnosis kerja (working diagnosis) pada status pasien
bersangkutan beserta code diagnosis yang diberlakukan di
fasyankes bersangkutan,

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


24
d) Selanjutnya, memberikan penjelasan, sesuai prosedur Informed
Concent, diakhiri dengan penanda-tanganan oleh pasien/keluarga
serta provider yang berwenang memberi layanan, tentang:
1) Kondisi penyakitnya saat ini, tindakan dan atau pelayanan
medis dan penunjang medis selanjutnya yang akan
dilaksanakan,
2) Risiko bila tidak dilakukan sekaligus keuntungan- nya bila
dilakukan pada waktunya yang tepat
3) Penjelasan-penjelasan lain sehubungan dengan penyakit dan
kondisi pasien saat ini, serta penjelasan atas pertanyaan
pasien/keluarga.
e) Atas penjelasan yang diberikan, pasien/keluarga akan
memutuskan:
(1) Menyetujui untuk menindaklanjuti proses pelayanan sesuai
rencana pelayanan/tindakan yang akan dilakukan, dengan
pembubuhan tanda- tangan bersama pada format informed
concent, pasien/keluarga yang berwenang mewakili dan
provider yang berwenang memberikan pelayanan di fasyankes,
sesuai prosedur yang berlaku.
(2) Menolak mendapatkan layanan berikutnya, dan pasien
pulang paksa atau pindah layanan sehingga kesinambungan
proses rujukan di fasyankes tujuan rujukan terhenti. Atas
keputusan akhir dari pasien/keluarga, menolak pelayanan
lanjutan di fasyankes rujukan, dan keputusan tersebut wajib
segera diberitahukan ke fasyankes perujuk,
f) Apabila pasien/keluarga menyetujui rancangan pela- yanan
selanjutnya, yang dinyatakan dalam format informed concent,
maka pasien akan dikirim ke:
(1) Ruang tindakan khusus sesuai dengan kasusnya, atau
(2) Ruang perawatan elektif untuk perawatan dan pengobatan
selanjutnya,

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


25
(3) Atau meneruskan pasien ke sarana Kesehatan yang lebih
mampu untuk dirujuk lanjut, sesuai dengan kebutuhan dan
kondisinya.
g) Selanjutnya provider yang bertanggung-jawab melayani akan:
1) Melengkapi pemeriksaan lanjutan yang masih diperlukan dan
menyimpulkan hasilnya untuk menetapkan diagnosis medis
pasien, yang kemudian dituliskan sesuai code diagnosis
sebagai satu ketentuan, serta diagnosis keperawatan oleh
perawat yang melayani.
2) Melakukan tindakan/pelayanan medis dan penunjang medis
serta keperawatan, berdasarkan rencana masing-masing yang
disusun atas diagnosis medis dan keperawatan, sekaligus
memberikan obat sesuai standard dan seterusnya sesuai
kebutuhan pasien
3) Masing-masing pemberi layanan (dokter, perawat, penunjang
medis) akan mencatat semua pelayanan, tindakan dan hasil-
hasilnya.
4) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien,
sepanjang pasien berada dalam tanggung-jawab fasyankes
rujukan.
h) Setelah pasien dimungkinkan untuk dikeluarkan dari RS karena
memenuhi indikasi, maka pasien harus dikembalikan ke fasyankes
yang semula merujuk, dan bila pasien datang tanpa rujukan karena
kondisi awalnya datang sebagai pasien emergensi, maka surat
rujukan balik dialamatkan ke fasyankes tingkat pertama di lokasi
terdekat tempat tinggal pasien, dengan melampirkan beberapa
informasi penting berupa:
(1) Diagnosis akhir yang ditetapkan berdasarkan hasil-hasil
pemeriksaan lanjutan sepanjang pasien dirawat
(2) Resume dari pemeriksaan yang dilakukan dan hasilnya,
pelayanan/tindakan yang dilakukan dan hasil akhirnya, serta

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


26
obat-obat yang telah diberikan dan yang masih diberikan
(3) Saran-saran yang perlu untuk dipatuhi pasiennya,
(4) Saran-saran tindak lanjut yang masih harus dilakukan
oleh fasyankes perujuk untuk pemulihan Kesehatan
pasien, maupun tindakan apa saja yang harus dilakukan
pasien/keluarga dengan atau tanpa bantuan provider Kesehatan
(5) Rencana pelayanan/kunjungan ulang berikutnya, ke fasyankes
rujukan, pada kasus tertentu yang memerlukan
(6) Semua dokumen pelayanan pasien disimpan dalam file rekam
medis di fasyankes rujukan, sebagai arsip.
b. Merujuk pasien ke fasyankes tingkat tiga yang lebih mampu,
1) Sejak kedatangan pasien (non emergensi atau emergensi) baik
yang diperiksa di Klinik/di IGD ataupun pasien rujukan rawat
jalan dan rawat inap, setelah dilakukan pengamatan
(observasi) dan pemantauan serta pertimbangan secara cermat,
pasien perlu dirujuk ke fasyankes tingkat ketiga yang lebih
mampu, dengan kriteria:

a) Kondisi penyakit pasien menyebabkan pasien harus


memperoleh pelayanan sub-spesialisti di fasyankes tingkat
tiga.
b) Pasien memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih
lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang
bersangkutan.
2) Adapun tujuan merujuk ke fasyankes tingkat tiga adalah:
a) Mengalihkan pelayanan pasien ke fasyankes tingkat tiga, dan
proses rujukan akan mengikuti SPO yang berlaku disertai
penjelasan tentang:
(1) Kondisi penyakitnya saat ini dan diagnosis yang
ditegakkan,
(2) Pemeriksaan yang sudah dan sedang dilakukan,

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


27
serta hasilnya
(3) Obat yang sudah diberikan dan tindakan yang
sudah dilakukan
b) Merujuk pasien untuk pemeriksaan spesialis/sub- spesialis
yang lebih kompeten, dimana pasien masih tetap dirawat di
fasyankes tingkat dua dengan saran- saran dari spesialis/sub
spesialis
c) Melengkapi pemeriksaan penunjang medik yang tidak
dapat dilakukan dan pasien tetap ditangani di di fasyankes
tingkat dua,
d) Hanya mengirimkan specimen laboratorium untuk diperiksa
dan diperoleh hasilnya, atau merujuk pemeriksaan foto
Röntgen untuk ekspertisinya, mengirim pembacaan hasil
EKG, dan lainnya
3) Kepada pasien/keluarga perlu dijelaskan tentang penyakit
pasien dan kondisinya, perlunya pasien dirujuk ke fasyankes yang
lebih mampu sesuai kebutuhannya, antara lain perlu
pemeriksaan penunjang medis sehingga pasien, rancangan dan
prosedur pengiriman pasien/ rujukan, persiapan keluarga untuk
memenuhi persyaratan rujukan, dan lainnya sebagaimana prosedur
informed concent, keputusan akhir akan ditentukan oleh
pasien/keluarga.
a) Apabila keputusannya berupa:
(1) Penolakan untuk dirujuk, maka kemungkinan pasien akan
keluar dari pelayanan, dan dalam kondisi demikian
fasyankes rujukan tetap harus memberitahu fasyankes
perujuk tentang keputusan pasien/keluarga bersangkutan
(2) Rencana rujukan disetujui, selanjutnya prosedur
pelaksanaan rujukan dipersiapkan, demikian pula
kebutuhan dukungan Sumber dayanya.
b) Atas persetujuan rujukan, provider pemberi layanan akan

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


28
membuat surat rujukan rangkap dua, satu untuk fasyankes
tujuan dan satu untuk arsip di fasyankes perujuk, yang
disimpan dalam file rekam medik pasien
c) Pasien dan pendamping rujukan dipersiapkan dengan baik,
dengan kelengkapan peralatan medik, obat- obatan yang akan
digunakan dalam proses rujukan, dan perangkat
komunikasinya, terutama bila tujuan rujukan cukup jauh dan
proses rujukan berisiko pada kondisi pasien yang dirujuk
d) Pasien segera dirujuk diikuti keluarga, dalam kondisi
emergensi didampingi petugas Kesehatan yang berwenang
untuk memberikan layanan medik emergensi selama
perjalanan,
e) Dengan perangkat komunikasi yang tersedia, Fasyankes
perujuk akan berkoordinasi dengan berbagai pihak,
fasyankes tujuan rujukan dan provider yang mendampingi
pelaksanaan rujukan, dan sebaliknya, sampai akhirnya pasien
diserahkan pada provider di tempat rujukan.
2. Prosedur administratif
a) Pada proses penerimaan pasien rujukan:

1) Apabila pasien tersebut dapat memenuhi syarat untuk diterima di


fasyankes rujukan dan format informed concent telah ditandatangani,
selanjutnya staf administrasi yang bertugas harus melengkapi
prosedur administrasi pasien, baik sebagai pasien rawat jalan ataupun
rawat inap, dan membuat tanda terima pasien sesuai aturan masing-
masing sarana.
2) Petugas melengkapi data pribadi pasien sesuai ketentuan setelah
dilakukan pelayanan pasien rujukan non emergensi sedangkan
pasien emergensi dilakukan setelah proses stabilisasi kondisi pasien
selesai dilaksanakan.
3) Menerima, meneliti dan menandatangani persetujuan penerimaan

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


29
pasien di fasyankes rujukan, atas surat rujukan pasien dari fasyankes
perujuk untuk ditempelkan di kartu status pasien, yang selanjutnya
akan dilayani di fasyankes rujukan bersangkutan.
4) Bagi pasien peserta Asuransi Sosial, ASKES, Jamkesmas, atau
Jamsostek, petugas administrasi harus memberi penjelasan tentang:
(a) Hak-hak sekaligus kewajiban peserta asuransi, dalam
memanfaatkan pelayanan di fasyankes, berdasarkan status/kondisi
penyakitnya,
(b) Pemenuhan persyaratan untuk mendapatkan layanan
asuransi bila kondisi pasien memang tepat untuk dilayani di
fasyankes rujukan, atau bila kondisinya yang tidak tepat untuk
dirujuk, sehingga pelayanan di fasyankes rujukan tidak
ditanggung asuransi.
(c) Melampirkan hasil pemeriksaan dan pengobatan/
tindakan serta perawatan pada kartu catatan/rekam medis pasien,
untuk diteruskan ke tempat perawatan ataupun pelayanan
selanjutnya sesuai arahan provider yang memberikan layanan dan
kondisi pasien, termasuk ke Dinas Kesehatan untuk pasien yang
perlu tindak lanjut survaillans epidemiologi.
b) Untuk pasien yang akan dirujuk-balik ke fasyankes perujuk atau
pasien yang akan dirujuk ke fasyankes rujukan yang lebih mampu,
petugas administrasi:
1) Akan mempersiapkan dan melengkapi semua surat-surat yang
telah dibuat provider pemberi layanan, surat rujukan pasien
dibuat rangkap 2 (dua), satu untuk dikirim dan satu untuk
arsip.
2) Prosedur untuk pasien yang akan dirujuk, dan surat
rujukan balik untuk pasien yang akan dikembalikan ke
fasyankes perujuk, disertai alamat yang jelas, serta penjelasan
kepada pasien/keluarga tentang segala sesuatu
berhubungan dengan kebutuhan pelayanannya.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


30
3) Menyimpan pada tempatnya, rekam medis pasien dengan
semua kelengkapan yang perlu diarsipkan di fasyankes rujukan
bersangkutan
4) Mengisi laporan bulanan, triwulan pada form. 2 (Terlampir).

3. Prosedur operasional merujuk pasien


a. Pada fasyankes tingkat dua, prosedur operasional merujuk pasien
terdiri atas:
1) Merujuk horisontal ke fasyankes lain setingkat untuk
kebutuhan layanan yang tidak dapat dilakukan, atau
2) Merujuk pasien ke fasyankes tingkat ketiga, atau.
3) Merujuk balik pasien ke fasyankes perujuk di tingkat
pertama,
4) Rujukan horisontal di fasyankes yang sama atau ke
fasyankes setingkat, untuk melengkapi pemeriksaan dan
kebutuhan layanan yang tidak dapat dilakukan, untuk ini
pasien dapat dikirimkan ke:
a) Bagian lain di fasyankes yang sama sesuai tujuan
rujukan, disertai permintaan rujukan, yang lazimnya
dituliskan dalam dokumen/file rekam medik pasien,
jawaban rujukan juga akan dituliskan pada file yang sama
b) Fasyankes lain setingkat (tingkat dua), yang dapat
memberikan layanan sebagaimana dibutuhkan pasien.
Lazimnya provider perujuk akan menulis surat rujukan,
disertai resume hasil-hasil pemeriksaan dan pelayanan/
tindakan yang sudah dilakukan, bila perlu dilengkapi
dengan foto Röntgen, EKG, dan informasi lainnya.
Fasyankes rujukan harus memberikan jawaban, saran dan
lainnya menurut pertimbangannya

5) Untuk merujuk ke fasyankes rujukan tingkat tiga, maka


prosedur operasional yang harus dilalui berupa:

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


31
a) Menyiapkan sarana transportasi rujukan, dan akan lebih
baik bila dilengkapi dengan perangkat TIK/ ICT yang
dapat menghubungkan fasyankes tujuan rujukan dengan
fasyankes-fasyankes perujuk termasuk ambulans yang
mambawa pasien ke fasyankes rujukan yang dituju.
b) Setiba pasien di fasyankes ketiga penerima rujukan, bila
selanjutnya diputuskan bahwa pasien akan ditangani di
Fasyankes rujukan, maka provider pendamping rujukan
secara formal akan menyerahkan tanggung-jawab
penanganan pasien pada provider berwenang di fasyankes
rujukan.
c) Pada kondisi pasien yang dirujuk setelah mendapatkan
pemeriksaan dan tindakan/layanan di fasyankes rujukan
ternyata tidak perlu dirawat, maka provider pendamping
akan membawa kembali pasien dengan membawa surat
rujukan balik yang disertai saran- saran, dan atau obat
serta lainnya
d) Kemungkinan bila diputuskan bahwa pasien ingin tetap
dirawat di fasyankes tingkat dua, maka pasien dapat tetap
dirawat dan fasyankes berusaha meminta saran/konsul
kepada fasyankes rujukan, dengan bantuan sarana
komunikasi yang tersedia ataupun perangkat TIK/ICT
bilamana sudah dikembangkan dalam sistem rujukan di
wilayahnya.
b. Merujuk balik ke fasyankes tingkat pertama yang semula
mengirim pasien:
1) Pasien dapat dikeluarkan dari perawatan, setelah melalui
prosedur klinis dan menyelesaikan prosedur administratif
2) Menginformasikan kepada fasyenkes perujuk semula di tingkat
pertama, bahwa pasien sudah memungkinkan untuk
dikembalikan ke fasyankes perujuk semula dengan beberapa

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


32
catatan untuk tindak lanjut, yang akan dituliskan dalam jawaban
atas rujukan, dan hal ini harus masuk kedalam SPO dalam
pelayanan pasien rujukan di fasyankes tingkat dua.
a) Fasyankes rujukan akan mempersiapkan proses rujukan
balik pasien beserta kelengkapannya, berupa:
(1) Kondisi pasien harus benar-benar sudah siap secara
medik untuk dikirim kembali, menggunakan sarana
transportasi yang tersedia berupa sarana transportasi non
ambulans atau ambulans (darat/ air) atau sarana
transportasi lainnya.
(2) Pasien telah diberi penjelasan tentang:
a) Kondisi Kesehatan nya saat ini,
b) Obat-obatan yang masih harus digunakan
c) Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
pasien,
d) Tindak lanjut pelayanan yang masih diperlukannya,
baik di tingkat fasyankes tingkat pertama ataupun
untuk konsultasi/ rujukan ulangnya ke fasyankes
rujukan, dan lainnya yang perlu dijelaskan.
b) Untuk merujuk kembali pasien ke fasyankes perujuk di
tingkat pertama, maka prosedur operasional yang akan
dilalui berupa:
(1) Fasyankes bersangkutan memfasilitasi pasien/
keluarga, untuk dapat kembali ke tempatnya semula,
apakah kembali ke fasilitas rawat inap fasyankes
perujuk, ataupun ke tempat tinggalnya sendiri, sesuai
dengan arahan dari fasyankes rujukan.
(2) Saran memilih kesesuaian sarana transportasi pasien
untuk kembali ke tempatnya, persiapan kebutuhan
pendampingan oleh petugas apabila masih diperlukan,
(3) Mengembalikan pasien kepada fasyankes yang semula

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


33
mengirim/ merujuk, dengan kelengkapan informasi dan
kejelasan proses pelaksanaannya.
(4) Rujukan balik pasien disertai jawaban atas rujukan yang
dikirimkan semula, disertai resume hasil pemeriksaan
dan pelayanan/ tindakan, serta saran-saran tindak
lanjut pelayanannya di fasyankes tingkat pertama dan
atau rujukan ulangnya pada waktu yang ditetapkan.
c. Tindak Lanjut Atas Rujukan-Balik dari Fasyankes Tingkat Tiga.
1) Menerima kembali rujukan balik di fasyankes tingkat dua,
dari fasyankes tingkat tiga, dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Fasyankes tingkat dua seharusnya sudah menerima
informasi tentang rencana rujukan balik pasien dari
fasyankes terujuk, melalui perangkat komunikasi yang
tersedia (telephon, radio-medik, TIK/ICT, dan lainnya),
b) Atas informasi yang didapat dari surat rujukan balik
yang diserahkan pasien/keluarga, fasyankes tingkatdua
menyusun rencana tindak lanjut pela- yanan pasien
berdasar saran-saran dalam surat jawaban rujukan balik
c) Dilakukannya pelayanan pasien rujukan balik sesuai
rencana
d) Menindak-lanjuti saran fasyankes rujukan yang
berkaitan dengan penyakit/ masalah Kesehatan pasien
yang kemungkinan berkaitan ataupun berdampak
terhadap Kesehatan masyarakat dan Kesehatan
lingkungannya
e) Dalam memantau kondisi perkembangan Kesehatan
pasien, maka dokter dan tenaga keperawatan serta tenaga
Kesehatan lainnya di fasyankes tingkat dua dan tingkat
pertama dimana pasien tinggal, akan berkolaborasi dalam
pelayanan tindak-lanjut pasien dan lingkungannya, baik
pelayanan di fasyankes tingkat dua dan tingkat pertama

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


34
serta tindak lanjutnya di rumah pasien, dalam pengawasan
fasyankes tingkat pertama
f) Pada waktu yang ditentukan untuk pasien rujukan balik
yang harus dirujuk ulang, fasyankes tingkat dua
bekerjasama dengan fasyankes tingkat pertama
mempersiapkan pasien/ keluarganya untuk dapat dirujuk
ulang ke fasyankes rujukan
g) Apabila TIK/ICT telah dimanfaatkan, penerimaan
kembali pasien rujukan balik akan lebih mudah serta cepat,
sehingga tindak lanjut pelayanan akan lebih mudah
disusun dan diikuti pelaksanaannya.
2) Atas pasien yang dinyatakan kurang/tidak tepat dirujuk, dan
telah dilayani di fasyankes tingkat tiga sebelum dirujuk balik,
diupayakan untuk:
a) Mengevaluasi diri atas ketelitian dalam melakukan
pemeriksaan dan menegakkan diagnosis
b) Mengetahui batasan-batasan yang ditetapkan untuk
pelayanan di tingkat pertama dan batasan untuk merujuk
c) Melaporkan dan berkonsultasi kepada Dinas Kesehat- an
Kabupaten/kota dan propinsi, bilamana dianggap perlu
3) Atas pasien yang pulang paksa dan telah dilaporkan oleh
fasyankes tingkat tiga:
a) Pasien yang dirujuk, setelah mendapatkan pelayanan di
klinik, dalam periode pelayanan rawat jalan, ataupun
selama periode rawat inap, kemungkinan dapat keluar dari
fasyankes dengan “pulang paksa” karena berbagai alasan.
b) Atas informasi yang diperoleh dari fasyankes rujukan,
provider Kesehatan tingkat dua bekerjasama dengan
fasyankes tingkat pertama perlu menelusuri/
melacak keberadaan pasien pulang paksa tersebut

dan mengetahui alasan mengapa pasien/keluarga


Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
35
memilih untuk pulang paksa

c) Berupaya untuk membantu pasien/keluarga mencari solusi


terbaik atas masalah yang dihadapi sehubungan dengan
kejadian pulang paksa tersebut, sekaligus mengevaluasi
dan memperbaiki penyelenggaraan
pelayanan sekaligus sistem rujukannya pada fasyankes
tingkat pertama dan rujukan. Kejadian tersebut perlu
menjadi topik bahasan dalam rapat koordinasi.

4) Atas pasien yang meninggal, tergantung penyebab kema-


tiannya dan saran dari fasyankes rujukan:
a) Dilakukan telusur/identifikasi masalah untuk kasus
tertentu yang dipandang perlu untuk diketahui latar
belakang masalahnya, dalam upaya promotif dan preventif
di keluarga maupun dikomunitasnya/di masyarakatnya,
sebagai contoh fenomena 3 T pada kematian maternal
yaitu T(erlambat) mengambil keputusan di keluarga,
T(erlambat) dalam transportasi rujukan dan T(erlambat)
mendapatkan pertolongan di fasyankes rujukan, termasuk
penyakit-penyakit lainnya khususnya dalam kondisi
emergensi.
b) Untuk kondisi tertentu dapat ditindak-lanjuti dengan
pelayanan Kesehatan pada keluarga, kelompok dan
masyarakat serta lingkungannya
c) Kematian akibat penyakit menular, perlu segera
dilaporkan sejak pasien didiagnosis, dan khusus untuk
kematian tertentu, pemulasaran jenazah perlu dijelaskan
pada keluarga, dapat dilakukan fasyankes tingkat pertama
d) Kasus kematian akan menjadi topik bahasan dalam rapat
bulanan fasyankes perujuk, fasyankes terujuk, maupun
rapat koordinasi, dan bilamana dipandang perlu menjadi
topik bahasan lintas sektoral.
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
36
e) Kasus kematian pasien rujukan dengan penyakit-
penyakit menular yang perlu diberitahukan kepada
fasyankes tingkat pertama bukan hanya dari
fasyankes tingkat dua melainkan juga dari fasyankes
tingkat tiga.
5) Atas pasien yang “hilang” berdasarkan laporan dari
fasyankes rujukan, perlu dilakukan telusur oleh
penanggung-jawab wilayah binaan di fasyankes tingkat
pertama puskesmas ataupun fasyankes tingkat pertama non
puskesmas lainnya.

C. Tatalaksana Sistem Rujukan Pada Fasyankes Tingkat Tiga


Rumah Sakit Kelas A (fasyankes tingkat tiga), RS Swasta setingkat
dan fasilitas pelayanan Kesehatan perseorangan lainnya setingkat, yang
menerima rujukan pasien harus memberikan laporan informasi medis atau
balasan rujukan, ketika pasien keluar dari fasilitas pelayanan Kesehatan
yang menerima rujukan antara lain:
1. Secara umum proses penerimaan pasien maupun pengiriman
rujukan balik pasien dilaksanakan sama dengan di fasyankes tingkat
dua. Yang berbeda adalah tingkat kemampuan/
kompetensi fasyankes dalam memberikan pelayanan medik sub-
spesialistik, termasuk kemampuan fasilitas penunjang medik dan
keperawatannya.
2. Selain sebagai tempat rujukan kasus yang memerlukan layanan sub-
spesialistik, fasyankes tingkat tiga juga menjadi tempat pendidikan
tenaga-tenaga Kesehatan, khususnya calon spesialis dan sub-spesialis.
3. Untuk penyelenggaraan pelayanan medik kasus rujukan baik non
emergensi maupun emergensi ke fasyankes tingkat tiga tidak akan
dibahas secara khusus, kecuali sebagai tempat pendidikan ataupun
perannya dalam bidang rujukan SDM akan dibahas
pada bagian lain.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


37
D. Pelayanan Pada Pasien Meninggal
1. Pada kondisi pasien kritis, selain tetap mengusahakan pelayanan medis
semaksimal mungkin, maka provider berwenang perlu memberikan
penjelasan kepada keluarga, sehubungan dengan kondisi senyatanya
pasien, bilamana perlu seorang tenaga keperawatan dapat memberikan
asuhan keperawatan untuk pasien dan keluarganya.

2. Setiap kejadian pasien meninggal di fasyankes, baik sebelum


48 jam ataupun sesudah 48 jam kedatangannya, tetap harus
diinformasikan kepada fasyankes ataupun klinik perujuk disertai
keterangan tentang:
a. Diagnosis penyakit dan penyebab kematiannya,
b. Saran-saran tindak-lanjut kepada fasyankes perujuk,
sehubungandengan penyakit pasien dan kepentingan
fasyankes bersangkutan, pada pasien yang meninggal
kurang dari 48 jam dan pasien meninggal setelah 48 jam dari saat
kedatangan, yang berhubungan selain karena kondisi penyakitnya
sendiri juga dengan ketepatan waktu merujuk, ketepatan
penanganan pasien pra rujukan, dan lainnya yang dipandang perlu
diinformasikan.
c. Laporan ataupun pemberitahuan khususnya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota dan Puskesmas dimana pasien tersebut
tinggal, terutama pada:
1) Pasien meninggal karena penyakit menular yang perlu
ditindak-lanjuti dengan upaya pencegahan penyebaran dan
penanggulangan penyakit menular (KLB) di sekitar domisili
pasien, dan kemungkinan perlunya dilakukan survailans.
2) Kondisi-kondisi lainnya yang perlu diketahui fasyankes
perujuk.
E. Rujukan Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik
Lainnya
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
38
Setiap fasilitas pelayanan Kesehatan perseorangan, sesuai tingkatnya
dilengkapi dengan laboratorium klinik/pemeriksaan penunjang diagnosis
sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk tingkatnya, yang dapat
mendukung penegakan diagnosis suatu penyakit dan atau follow-up hasil
pelayanan/tindakan. Dalam kondisi persyaratan standar untuk pemeriksaan
penunjang diagnostik belum dapat terpenuhi di fasyankes bersangkutan, dan
pasien membutuhkan pemeriksaan penunjang, maka dokter harus membuat
surat rujukan untuk mengirimkan pasien ataupun spesimen ke fasyankes
rujukan, dengan mengikuti prosedur sebagaimana ditentukan:
1. Prosedur standar pengiriman rujukan pemeriksaan penunjang
diagnostik/specimen
a. Prosedur Klinis:
1) Menyiapkan pasien/specimen, untuk rujukan pemerik-
saan penunjang diagnostik yang dibutuhkan.
2) Untuk spesimen, pengambilan bahan/spesiman
dilakukan sesuai prosedur (SPO), dikemas dengan baik
sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan
memperhatikan aspek sterilitas dan kelayakan kemasan untuk
setiap jenis pemeriksaan yang harus sesuai dengan kondisi
yang diinginkan, pencegahan terhadap kontaminasi
ataupun penularan penyakit serta memperhatikan
keselamatan orang lain, dan diberi identitas secara jelas
(dengan barcode, lainnya).
3) Untuk pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya yang
memerlukan kehadiran pasiennya ke fasyankes rujukan,
memastikan bahwa pasien yang dikirim untuk pemeriksaan
penunjang diagnostik, sudah dipersiapkan sesuai dengan
prosedur serta kondisi yang ditentukan.

b. Prosedur Administratif
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
39
1) Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang
diagnostik lainnya (lihat format 3) secara cermat dan jelas
termasuk nomor surat, dan status kepesertaan sistem asuransi
(Jamkesmas, ASKES/ JAMSOSTEK, ASBRI, dan lainnya),
informasi jenis specimen atau pemeriksaan penunjang
diagnostik lain yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa
sementara serta identitas pengirim.
2) Format rujukan pemeriksaan dan jawaban rujukan
specimen/penunjang diagnostik lainnya dibuat dalam rangkap
dua, satu untuk dikirim ke fasyankes rujukan bersama
specimen/pasien, satu sebagai arsip.
3) Mencatat informasi yang diperlukan di buku register
pengiriman specimen/ pemeriksaan penunjang diagnostik
lainnya yang ditentukan instansinya.

c. Prosedur operasional
1) Mengirimkan specimen disertai surat rujukan pemerik- saan,
dimana untuk specimen tertentu harus dikirimkan sendiri oleh
fasyankes perujuk, tidak boleh dibawa pasien/keluarga.
2) Merujuk pasien untuk pemeriksaan penunjang diagnostik
lainnya, disertai surat rujukan pemeriksaan penunjang
diagnostik ke fasyankes rujukan pemeriksaan penunjang
diagnostik.
3) Menerima jawaban hasil pemeriksaan specimen atau hasil
pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya, bila perlu
menanyakan balasan hasil rujukan pemeriksaan
spesimen/penunjang diagnostik kepada fasyankes
rujukan.
2. Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang

diagnostik lainnya
a. Prosedur Klinis

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


40
1) Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik
lainnya, sesuai dengan tujuan/permintaan rujukan,
2) Untuk pasien ataupun bahan yang diterima, perlu
memperhatikan aspek kelayakan specimen untuk
pemeriksaan, sterilisasi bahan/spesimen, pencegahan terhadap
kontaminasi bahan, pencegahan penularan penyakit dari
specimen dan atau pasien, keselamatan pasien sendiri dan
orang lain.
3) Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak
untuk diperiksa sesuai dengan permintaan sebagaimana
diinginkan perujuk.
4) Mengerjakan pemeriksaan laboratories: pathologi klinik atau
pathologi anatomi, atau penunjang diagnostik lainnya seperti
radiologi, EKG dan lainnya sesuai kebutuhan/permintaan
perujuk, dengan mutu pelayanan sesuai standar.
b. Prosedur Administratif
1) Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang
diagnostik lainnya yang diterima secara cermat dan jelas
termasuk nomor surat dan status kepesertaan asuransi
(Jamkesmas, ASKES, JAMSOSTEK, ASBRI, lainnya),
informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan
diagnosa sementara serta identitas pengirim.
2) Mencatat informasi yang diperlukan di buku register /

arsip yang telah ditentukan masing-masing instansinya.


3) Memastikan bahwa kerahasiaan hasil pemeriksaan pasien
terjamin.
4) Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis
dengan format standar masing-masing sarana kepada pimpinan
institusi pengirim.
c. Prosedur operasional
1) Pasien dan atau specimen yang dikirim perujuk,
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
41
diterimakan oleh petugas di instalasi khusus pemeriksaan
specimen ataupun penunjang diagnostik lainnya,
mengikuti prosedur pelayanan yang ditetapkan di
fasyankes bersangkutan
2) Spesimen dan atau pasien diarahkan untuk menuju tempat
pelayanan yang dimaksudkan, disertai penjelasan langkah-
langkah mendapatkan pelayanan dan hasil/ jawaban atas
rujukannya.
3. Prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil pemeriksaan

spesimen dan penunjang diagnostik lainnya


a. Prosedur Klinis
1) Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di
surat rujukan spesimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang
diterima, telah dilakukan sesuai dengan mutu standar dan
lengkap
2) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung
jawabkan.
3) Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa
tidak ada tertukar dan keraguan diantara beberapa spesimen.
b. Prosedur Administratif
1) Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip.

2) Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai keten- tuan


masing-masing instansi.
3) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut tidak
tertukar, terjaga kerahasiaannya dan sampai kepada yang
berhak untuk membacanya.
c. Prosedur operasional
1) Pasien/fasyankes perujuk dipastikan mendapatkan
jawaban atas rujukan pemeriksaan specimen dan atau
penunjang diganostik, pada waktu yang ditentukan,

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


42
2) Hasil pemeriksaan dapat diterima melalui pasien/keluar-
ganya, ataupun langsung oleh fasyankes perujuk, yang
dikirimkan melalui perangkat teknologi komunikasi yang ada
seperti fax, email, atau perangkat TIK/ICT lainnya.

F. Rujukan Pengetahuan dan Tenaga Ahli/Dokter Spesialis


Kegiatan rujukan pengetahuan dapat berupa kegiatan permintaan dan
pengiriman dokter ahli dari berbagai bidang keahlian. Permintaan dapat
berasal dari Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kabupaten/ Kota yang
ditujukan kepada pihak Rumah Sakit atau Dinas Kesehatan yang memang
mampu menyediakan tenaga ahli yang dibutuhkan.
1. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan rujukan

tenaga ahli / dokter spesialis antara lain:


a. Rumah Sakit/Puskesmas yang memerlukan bantuan tenaga ahli,
misalnya Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota, atau Puskesmas
Rawat Inap di Pusat Gugus Pulau atau Pusat Cluster di Pedalaman.
b. Rumah Sakit/Instansi Kesehatan yang mapan/mampu
memberikan bantuan tenaga ahli, misalnya Rumah Sakit Umum
Provinsi.
c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana Rumah

Sakit/Puskesmas yang membutuhkan tersebut berada.


d. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana Rumah Sakit yang
akan memberikan bantuan tenaga ahli tersebut berada.

2. Ruang lingkup rujukan pengetahuan tenaga ahli/dokter spesialis

meliputi antara lain:


a. Bimbingan klinis untuk:
1) Deteksi dini kasus-kasus rujukan.
2) Melakukan tindakan pra-rujukan.
b. Penanganan kasus yang masih menjadi kewenangan dan dapat
dilakukan puskesmas, seperti misalnya Pelayanan Obstetri

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


43
Neonatal Dasar (PONED), Penyakit-penyakit Mata dan Telinga,
Kasus penyakit paru (menular/tidak menular), lainnya.
c. Supervisi, Monitoring, dan Evaluasi (SME), sekaligus
pembinaan penatalaksanaan kasus emergensi/spesialistik terbatas
di RS Kelas D, RS Pratama, dan di Puskesmas Rawat Inap di
daerah terpencil/sangat terpencil, yang boleh dilakukan oleh
Dokter Umum bersama Tim keperawatan/ kebidanan, yang sudah
dilatih khusus di pusat pelatihan klinis tertentu dan diberi
kewenangan melakukannya.
d. Tindak lanjut (follow up) kasus rujukan balik yang diterima oleh
Puskesmas atau Puskesmas Rawat Inap, RS Pratama.
e. Kursus singkat atau penyegaran penatalaksanaan klinis kasus-
kasus yang sering dijumpai di RS Pratama, Puskesmas dengan
rawat inap, Puskesmas, Puskesmas pembantu/ poskesdes.
f. Kunjungan pelayanan ke daerah-daerah terpencil yang sulit
melakukan rujukan, melalui kegiatan Flying Health Care (FHC),
yang dibantu dari tingkat propinsi melalui pengiriman dokter-
dokter ahli dan staff pendukungnya.

3. Prosedur standar permintaan rujukan pengetahuan (tenaga ahli)


a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memerlukan tenaga ahli
membuat surat permintaan tenaga ahli.
b. Surat permintaan ditujukan kepada ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi yang
bersangkutan sesuai tingkat fasyankes pemohon, dan
mengikuti prosedur surat-menyurat yang berlaku, paling lambat 1
bulan dari rencana pelayanan rujukan ahli atau sudah ditetapkan
jadwal kunjungan ahli secara berkala.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Dinas Kesehatan


Provinsi melanjutkan permintaan tenaga ahli tersebut ke Direktur
Rumah Sakit tujuan dan tembusan kepada Kepala Staf Medik
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
44
Fungsional (SMF) dan wakil direktur pelayanan yang dituju paling
lambat 14 hari sejak surat permintaan diterima, atau telah
menyusun rencana kunjungan berkala pelayanan
lapangan/kunjungan rujukan tenaga ahli.
d. Fasyankes atau Dinas Kesehatan perujuk:
1) Memberitahukan kepada tenaga ahli penerima rujukan,
tentang jenis-jenis kasus yang akan dirujuk dan perkiraan
jumlah masing-masing
2) Mempersiapkan penerimaan, termasuk agenda pelayanan
rujukan, kasus yang akan dirujuk dan kemungkinan tindakan
yang akan dilakukan,
3) Mempersiapkan akomodasi, transportasi, konsumsi,
honor/insentif lainnya sesuai Peraturan Daerah yang
bersangkutan atau ketentuan BPJS Kesehatan yang belaku.
4) Memfasilitasi proses pengiriman pasien rujukan,
pelayanannya oleh tenaga ahli, proses alih teknologi kepada
tenaga Kesehatan di fasyankes perujuk, terutama untuk
daerah-daerah terpencil dan rencana pelayanan tindak-
lanjutnya (follow-up care) oleh fasyankes perujuk atas arahan
tenaga ahli pemberi rujukan,
5) Melakukan monitoring dan evaluasi atas penyelenggaraan
pelayanan rujukan tenaga ahli, proses pelaksanaan dan hasil-
hasilnya baik pada kasus yang dilayani maupun proses alih
pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas setempat.
6) Membuat laporan pelaksanaan ke Dinas Kesehatan di
wilayahnya dengan tembusan ke Rumah Sakit atau Instansi
yang mengirim serta BPJS Kesehatan setempat.
7) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan mengisi
laporan Triwulan (Lampiran 5)
4. Prosedur standar pengiriman tenaga ahli
a. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang akan mengirimkan tenaga ahli
Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal
45
berkoordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi untuk
disesuaikan dengan program rujukan di Provinsi tersebut.
b. Setelah ada persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi, maka Rumah
Sakit / Instansi tersebut membuat jadwal kunjungan dan surat tugas
bagi tenaga ahli yang bersangkutan sesuai permintaan
c. Melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan dan dikirim ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan arsip.
d. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan (Lampiran 5

G. Rujukan Horisontal
Rujukan horisontal dapat terjadi intra fasyankes maupun dari fasyankes
lainnya setingkat. Rujukan horisontal intra fasyankes dapat terjadi antar disiplin
ilmu. Contohnya kasus gangrene pada kaki akibat diabetes yang dirawat di SMF
Penyakit Dalam, dapat dirujuk ke SMF Bedah dalam fasyankes yang sama, dan
selanjutnya dapat dirujuk ke fasyankes tingkat pertama untuk ditindak-lanjuti
dengan perawatan secara home care. Rujukan pada kasus ini bersifat horisontal,
yang dilanjutkan dengan rujukan balik bersifat vertikal. Contah lainnya dapat
digambarkan pada pasien dengan PPOM dari RS Kelas C di satu kabupaten/kota,
dapat dirujuk ke BKPM terdekat yang mempunyai peralatan lebih lengkap dan
dokter spesialis paru, untuk penanganan/pengobatannya. Banyak kasus lain yang
memerlukan rujukan horisontal dengan contoh-contohnya.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


46
BAB IV
PEDOMAN PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. PENCATATAN
1. Yang diuraikan dalam buku pedoman ini adalah pencatatan yang
berkaitan dengan kegiatan pelayanan dalam sistem rujukan pasien,
sehingga format-format pencatatan di fasyankes bersangkutan secara
lengkap untuk kepentingan pencatatan aktivitas masing- masing dalam
proses rujukan, sebagaimana terlampir.
2. Kolom-kolom dalam register pasien rujukan seharusnya dapat mencakup
selengkap mungkin informasi yang perlu dicatat sebagai dokumentasi,
baik sebagai format pencatatan manual maupun dalam bentuk soft copy
bagi yang telah memiliki perangkatnya. Dengan model pencatatan
demikian diaharapkan disetiap fasyankes yang telah memiliki
perangkat sistem informasi, akan mempunyai dua arsip pencatatan pasien
rujukan di fasyankes, sebagaimana tertulis dalam lampiran tentang
register pengiriman/ penerimaan rujukan/rujukan balik pasien di
fasyankes, tanpa membedakan tingkat fasyankesnya. Untuk lebih
melengkapi data yang diperlukan di masing-masing fasyankes, diberi
kelonggaran untuk menambahkan kolom-kolom yang diperlukan
fasyankes bersangkutan, sementara pencatatan dalam lembar status pasien
harus dibuat selengkap mungkin., yang disesuaikan dengan tingkat
fasyankes dalam pelayanan (tingkat I, II, III)
3. Pengisian kolom-kolom dalam register rujukan pasien sedapat mungkin
mudah diisi, proses pencatatan diupayakan tidak harus banyak
menulis, dan setiap pelayanan harus segera didokumentasikan, baik dalam
buku register maupun bentuk soft copynya, sejak fasyankes penerima
rujukan menerima kepastian bahwa ada pasien yang sudah akan dirujuk
dari fasyankes perujuk.
4. Informasi tentang pengiriman pasien dari fasyankes perujuk segera dicatat
di kolom yang ditentukan dalam register rujukan, dan akan menjadi

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


47
peringatan bagi fasyankes rujukan, terutama bila pasien yang dirujuk
adalah pasien emergensi, sehingga fasyankes rujukan harus siap siaga
apabila dihubungi pendamping pasien di perjalanan, ketika meminta
konsultasi dalam penanganan pasien di perjalanan, apabila terjadi
masalah/kedaruratan yang memerlukan tindakan. Proses rujukan dapat
berjalan dengan baik, selain harus didukung dengan pelayanan yang baik
dan segera, juga harus didukung kepatuhan petugas mencatat data
pelayanan secara teratur, segera dan tidak menunda untuk setiap pasien
yang dilayani.
5. Sementara untuk pasien rujukan balik, pencatatan dalam register rujukan
balik pasien selain akan menjadi arsip data pasien yang dirujuk balik,
maka informasi yang diberikan kepada fasyankes perujuk semula akan
menjadi informasi untuk telusur pasien dalam upaya tindak-lanjut
pelayanan pasien secara komprehensif., dan kemungkinan pasien “hilang”
dalam rujukan akan dapat diketahui dan diberitahukan kepada fasyankes
perujuk ataupun fasyankes perujuk balik.
6. Tanpa membedakan tingkat fasyankes perseorangan (Tingkat Pertama,
Tingkat Dua, Tingkat Tiga) yang melayani pasien rujukan, maka register
rujukan akan terdiri atas:
a. Register Pengiriman Rujukan Pasien
b. Register Pengiriman Rujukan Balik Pasien
c. Register Penerimaan Rujukan Balik Pasien
7. Tim Inter-profesi di setiap fasilitas pelayanan, harus memantau dan
mengevaluasi secara mandiri pelaksanaan pelayanan kasus yang
dirujuk ataupun pasien rujukan yang diterima dari fasyankes pengirim dan
proses tindak-lanjut pelayanannya di fasyanes bersangkutan, demikian pula
proses rujukan baliknya dari fasyankes penerima rujukan. Informasi yang
diperoleh akan menjadi bahan pembahasan internal fasyankes bersama
manajemen.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


48
B. PELAPORAN
1. Secara rutin per triwulan setiap fasilitas pelayanan Kesehatan melaporkan
kasus rujukan kepada Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan stratanya.
Laporan yang diharapkan adalah sesuai dengan yang terdapat pada
lampiran. Alur pelaporan dapat dilihat pada bagan 4 berikut ini.
2. Yang juga penting dalam penyelenggaraan sistem rujukan, adalah berbagi
(sharing) informasi tentang pelayanan dan informasi tentang penyakit
yang dilayani di fasyankes sebagai data daerah untuk kepentingan semua
pihak, walaupun sifatnya bukan laporan.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota harus mempunyai data pelayanan
dan penyakit dari pasien rujukan yang dilayani di Fasyankes
perseorangan tingkat pertama (Klinik Puskes, Klinik Pertama, praktek
dokter, dokter gigi,dan fasyankes tingkat kedua (RS Kelas C, Klinik
Utama, Balkesmas Pelayanan BKPM, BKMM) milik pemerintah ataupun
swasta dalam wilayah Kabupaten/ kota, dan Dinas Kesehatan Propinsi
akan menerima informasi dan laporan fasyankes perseorangan tingkat tiga
(RS Kelas B Non Pendidikan dan Kelas B Pendidikan, BBKPM,
BBKMM, Klinik Utama) milik pemerintah dan swasta yang berada di
wilayah propinsi bersangkutan, sedangkan pusat/nasional di Kemenkes RI
dalam hal ini Ditjen BUK/Dit BUKR, akan menerima informasi/ laporan
dari fasyankes perseorangan tingkat tiga berupa RS Kelas A Regional dan
RS Kelas A Nasional,baik sebagai rumah sakit umum maupun khusus.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


49
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Seluruh kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien rujukan


dimonitoring dan dievaluasi oleh ketua tim, tim manajemen mutu dan Kepala
Puskesmas. Evaluasi dilakukan tiap 3 bulan.

MENGETAHUI PENANGGUNG JAWAB


KEPALA BLUD PROGRAM KESELAMATAN
PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PUSKESMAS BASUKI RAHMAT

dr. R.A. Emiria Umi Kalsum

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


50
BAB VII
PENUTUP

Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan perawatan yang


menentukan sampai dengan 85% dari semua pasien yang mengalami cedera.
Sedangkan 15% sisanya adalah pasien-pasien yang memerlukan perawatan
khusus diluar kemampuan rumah sakit setempat. Untuk itu langkah awal yang
diperlukan adalah membantu mengembangkan kemampuan rumah sakit yang ada
untuk mengidentifikasi pasien-pasien mana yang memerlukan rujukan ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas dan kemampuan perawatan khusus.
Sistem rujukan Kesehatan yang berlaku secara nasional saat ini di
Indonesia merupakan kebijakan Departemen Kesehatan yang dikeluarkan pada
tahun 1978. Kertas kebijakan tentang kebijakan menejemen rumah sakit
menunjukan bahwa sistem rujukan Kesehatan tidak sesuai dengan kondisi saat
ini. Sistem rujukan (rujukan dan rujukan balik) dan penetapan rujukan tidak
dilaksanakan dengan baik sehingga berbagai pola rujukan muncul. Hal ini terjadi
karena kebijakan sistem rujukan yang ada tidak dilengkapi dengan prosedur dan
mekaniskme teknis.
Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan ini
merupakan pedoman bagi fasilitas Kesehatan dalam mengelola rujukan
Kesehatan antar fasilitas Kesehatan baik secara horisontal maupun vertikal.
Petunjuk Teknis ini dilengkapi dengan format-format pencatatan dan pelaporan.
Semoga hadirnya Buku Pedoman Sistem Rujukan Nasional ini menjadi
pedoman penyelenggaraan sistem rujukan Kesehatan di masing-masng provinsi
yang akan menyediakan informasi dan data tentang kasus-kasus rujukan yang
bisa menjadi bahan perbaikan pelayanan Kesehatan pada umumnya dan
penanganan kasus-kasus rujukan pada masa yang akan datang.

Pedoman Unit Rujukan di UPTD Puskesmas Campaka Hal


51

Anda mungkin juga menyukai