PELAYANAN UNIT
RAWAT JALAN POLI
UMUM PUSKESMAS
PEMALI
2016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadual Kegiatan
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggung
jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban
menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan
sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas.
Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan
peran organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan medik
dasar yang profesional dan bermutu di sarana kesehatan
Tujuan khusus:
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan
di Puskesmas
Ruang lingkup pedoman ini adalah input,proses dan output pelayanan kesehatan
dasar,keselamatan kerja dan keselamatan pasien
D. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat
4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
5. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan
karakteristik yang dimiliki suatu produk
6. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi
kebutuhanmasyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standard pelayanan
kesehatan dengan menggunakan sumber daya yag tersedia,wajar,efisien dan
efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma dan
etika,hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat.
3|Page
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam
Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor tentang Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Pekerjaan Perawat Gigi;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Tahun 671);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1400);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Panduan Praktek
klinis Bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 231);
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 296 tahun 2008 tentang Pedoman
Pengobatan Rasional di Puskesmas;
4|Page
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifi kasi Sumber Daya Manusia
Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan medik dasar adalah tenaga yang
memiliki surat izin praktek /surat izin kerja ,al;
1,Dokter
2.Tenaga Paramedis
3.Tenaga Bidan *
4.Tenaga administrasi *
Tenaga baru harus melalui orietasi petugas.Tenaga kesehatan mengikuti seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli
umum.
C. Jadual Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan poli umum di sepakati dan disusun bersama antara
petugas
5|Page
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
standar
Standar Kondisi
I. Set Pemeriksaan Umum PKM MS/TMS
1 Anuskop
2 Baki logam tempat alat steril bertutup
3 Bingkai uji-coba untuk pemeriksaan refraksi
4 Buku Ishihara Tes
Corong telinga/Speculum telinga ukuran kecil, besar,
5 sedang
6 Emesis basin /Nierbeken besar
7 Garputala 512 Hz, 1024 Hz, 2084 Hz
8 Handle kaca laring
9 Handle kaca nasopharing
1
0 Kaca laring ukuran 2,4,5,6
1
1 Kaca nasopharing ukuran 2,4,5,6
1
2 Kaca pembesar untuk diagnostik
1
3 Lampu kepala/Head Lamp + Adaptor AC/DC
1
4 Lampu senter untuk periksa/pen light
1
5 Lensa uji-coba untuk pemeriksaan refraksi
1
6 Lup binokuler (lensa pembesar) 3-5 Dioptri
1
7 Metline ( pengukur lingkar pinggang )
1
8 Opthalmoscope
1
9 Otoscope
2
0 Palu reflex
2 Skinfold calliper
6|Page
1
2
2 Snellen Chart 2 jenis (E Chart + Alphabet Chart)
2
3 Spekulum vagina (cocor bebek) sedang
2
4 Spekulum hidung dewasa
2
5 Sphygmomanometer untuk dewasa
2
6 Stetoskop untuk dewasa
2
7 Sudip lidah logam/spatula lidah logam panjang 12 cm
2
8 Sudip lidah logam/spatula lidah logam panjang 16,5 cm
2
9 Tempat tidur periksa dan perlengkapannya
3
0 Termometer untuk dewasa
3
1 Timbangan dewasa
3
2 Tonometer Schiotz
Bantal
Baskom cuci tangan
Kasur
Lampu spiritus
Lemari alat
Meja instrumen
Meteran tinggi badan
Perlak
Pispot
Sarung bantal
Seprei
Sikat untuk membersihkan peralatan
Stop Watch
Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka
penutup
IV.Meubelair
Kursi Kerja
Lemari arsip
Meja tulis ½ biro
7|Page
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
ALUR PELAYAN
Pendaftaran
Poli
laboratorium Rujuk
Konseling
8|Page
Farmasi
Pulang
4. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
6.Kredensial
Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh Dinas Kesehatan dengan suatu
kriteria mutu yang ditetapkan .Proses ini bertujuan agar kualitas mutu pelayanan dapat
distandarkan.
Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal:Perizinan
2. Sarana prasarana sesuai standard
7.Rekam Medis rawat jalan
1. Pasien rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya antara
lain:
a. Identitas Pasien
Contoh Data-data Identitas Pasien antara lain:
– Nama :
– Jenis Kelamin :
– Tempat Tanggal lahir :
– Umur :
– Alamat :
– Pekerjaan :
– Pendidikan :
– Golongan Darah :
– Status pernikahan :
– Nama orang tua :
– Pekerjaan Orang tua :
– Nama suami/istri
10 | P a g e
CATATAN POLIKLINIK (FORM B)
No RM
Nama : Sex : L / P
Tgl Lahir :
Tgl Kunjungan
Poli : Dokter
Keadaan Umum : Tek Darah : Nadi : RR: T BB:
A.Subjektive
Anamnese /allo anamnese Keluhan & Gejala
11 | P a g e
Jantung : Paru :
Pemeriksaan Penunjang:
C.Assesment
Diagnosis : Kode ICD X :
Diagnosis Keperawatan :
D.Plan
Farmakologis : TT dan Nama
Terang Dokter
pemeriksa
Rencana Rujukan :
12 | P a g e
Teraba Masa abdomen ......... RPS Bawah :bebas/terbatas/
Stomatitis Warna ................... kelemahan/kelumpuhan Kulit
Riwayat obat pencahar ......... (kanan / kiri)* Jaringan parut Memar Laserasi Ulserasi Pus ………
Maag Berdiri : Mandiri/ Bantu Bulae/lepuh Perdarahan bawah Krustae
Konsistensi .......... sebagian/tergantung* Luka bakar Kulit ...... Derajat ...... Perubahan warna…….
Diet Khusus: Tidak/Ya*................ Berjalan : Mandiri/ Bantu Decubitus: grade … Lokasi ………..….
Kebiasaan makan-minum : sebagian/tergantung*
Mandiri/ Bantu sebagian/ Alat Bantu : Tidak/Ya*.............. Tidur dan Istirahat
Tergantung* Nyeri : Tidak/Ya*....................... Susah tidur
Alergi makanan/minuman : Waktu tidur ………………………………………………………………
Tidak/Ya*.................................. Bantuan obat, …………………………………………..………………
Alat bantu : Tidak/Ya*.............
Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawatan Diri Sehari-hari
Cemas Denial Marah Interaksi dengan Keluarga : Gigi-Mulut kotor Mandi : Mandiri/ Bantu
Takut Putus asa Depresi Baik/ tehambat* ...................... Mata kotor Kulit kotor sebagian/tergantung*
Rendah diri Menarik diri Berkomunikasi : Perineal/genital kotor Berpakaian : Mandiri/ Bantu
Agresif Perilaku kekerasan Lancar/ terhambat* ............... Hidung kotor Kuku kotor sebagian/tergantung*
Respon pasca trauma ..... Kegiatan sosial sehari-hari : Telinga kotor Menyisir Rambut : Mandiri/
Tidak mau melihat bagian ……………………………………. Rambut-Kepala kotor Bantu sebagian/tergantung*
tubuh yang rusak
Keterangan Tambahan lain :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
MENGETAHUI :
Nama Koordinator Tanggal/ Tandatangan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
13 | P a g e
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/ Ttd
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
No. Perawat
14 | P a g e
9.Persetujuan dan informasi tindakan kedokteran
15 | P a g e
2) Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) termasuk pilihan
pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan
3) Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk pilihan
untuk tidak diobati
4) Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau pengobatan yang
dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien
seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang serius
5) Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan/keuntungan dan tingkat
kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering
terjadi, dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
6) Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih eksperimental
7) Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor atau dinilai
kembali
8) Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan tersebut, serta bila
mungkin nama-nama anggota tim lainnya
9) Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan, maka sebaiknya
dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan dilakukan
10) Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu. Bila hal itu
dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.
11) Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter lain
12) Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya
16 | P a g e
17 | P a g e
18 | P a g e
19 | P a g e
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk melaksanakan kegiatan pelayanan medik rawat jalan
direncanakan dalam loka karya mini sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan
20 | P a g e
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
21 | P a g e
Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien
keluar dari puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit
pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada
visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
22 | P a g e
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan
jelas untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris
Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
23 | P a g e
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
24 | P a g e
dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah
lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap
atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan
kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan
dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat di IGD atau ICU.
25 | P a g e
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut
sesuai kebijakan
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi
nasional dan internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
yang menyesuaikan atau petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya,
puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi
risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan
asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-
lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko jatuh.
26 | P a g e
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan
dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan
risiko pasien cedera akibat jatuh di puskesmas.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga
terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan
27 | P a g e
2 Limbah benda Materi padat yang memiliki Tidak boleh recapping
tajam sudut lancip ,dapat langsung
menyebabkan luka tusuk Dikumpul dalam safety box
ataupun iris ;contohnya ;jarum atau kontener lain yang tidak
suntik,kaca sedian,infus bocor
set,vial obat Tidak boleh didaur ulang
6 Limbah Kimia Limbah berasal dri zat kimia Jika jumlahnya kecil
misalnya formaldehid,zat pengelolaannya sama
rontgen,dll, dengan limbah infeksius.
28 | P a g e
berat mengandung logam berat yang tidak bocor dan kuat
misalnya dari bocoran tensi air pengelolaannya
raksa bekerjasama dengan dinas
atau lingkugan hidup
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
29 | P a g e
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang
pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual ang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan
meliputi ;aspek pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa
rehabilitasi medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja
bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis dan
disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
30 | P a g e
memuat hak untuk menolak
atau tidak melanjutkan
pengobatan.
6. yang mewajibkan ada
penulisan lengkap dalam
rekam medis: semua
pemeriksaan penunjang
diagnostik tindakan dan
pengobatan yang diberikan
pada pasien dan kewajban
perawat dan petugas
kesehatan lain untuk
mengingatkan pada dokter
jika terjadi pengulangan
yang tidak perlu. Dalam
SOP layanan klinis memuat
jika terjadi pengulangan
pemeriksaan penunjang
diagnostik, tindakan, atau
pemberian obat, petugas
kesehatan wajib
memberitahu kepada
dokter yang bersangkutan.
7. tentang penggunaan dan ada
pemberian obat dan/atau
cairan intravena
8. SK penyediaan obat-obat ada
emergensi di unit kerja.
Daftar obat emergensi di
unit pelayanan
9. Kebijakan penanganan
pasien berisiko tinggi
10. tentang jenis-jenis sedasi
yang dapat dilakukan di
Puskesmas.
11. tentang tenaga kesehatan
yang mempunyai
kewenangan melakukan
sedasi
12. Kebijakan dan SOP
penanganan pasien berisiko
tinggi
13. SK tentang kewajiban tenaga
klinis dalam peningkatan
mutu klinis dan keselamatan
pasien.
31 | P a g e
monitoring pelaksanaan
standar dan SOP, hasil
monitoring dan tindak lanjut
Out put
Rekam medik lengkap 100 %
Out come
Kepuasan pelanggan 90 %
34 | P a g e
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan medik
dasar di Puskesmas
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap standar
dan prosedur yang ditetapkan
35 | P a g e