KESEHATAN LANSIA
PUSKESMAS KALICACING
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Puskesmas Kalicacing adalah salah satu dari UPT Dinas
Kesehatan Kota Salatiga dengan wilayah kerja yang mencakup 2 dari 4
kelurahan yang ada di Kecamatan Sidomukti.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
Kalicacing adalah “Terwujudnya pelayanan kesehatan yang maju dan
berkualitas.”
Berdasarkan visi Puskesmas Kalicacing, maka misi Puskesmas Kalicacing
antara lain :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkesinambungan
b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui kemandirian hidup
sehat
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas Kalicacing
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, salah satunya adalah pelayanan pemeriksaan umum.
Dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan umum di Puskesmas, agar
dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka
Puskesmas Kalicacing menyusun “PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN
LANSIA PUSKESMAS KALICACING.”
B. TUJUAN PEDOMAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan kesehatan lansia yang bermutu di Puskesmas
Kalicacing.
2. TUJUAN KHUSUS
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan lansia di Puskesmas Kalicacing.
C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia adalah Petugas
Pelayanan di unit pelayanan kesehatan lansia Puskesmas Kalicacing.
2
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN
Ruang lingkup pedoman pelayanan kesehatan lansia ini meliputi unit
pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas Kalicacing.
E. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Lansia adalah
proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan
kesehatan lansia, mulai pengkajian, perencanaan layanan, pemberian layanan
dan evaluasi pemberian layanan.
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang – undang RI No. 13 Tahun 1988 Tentang kesejahteraan Lansia
3. Undang – Undang RI No. 39 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
4. Undang – Undang RI No.43 ahun 2004 Tentang Kesejahteraan Sosial
5. Undang – Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah RI No.43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
7. Keputusan Presiden No. 52 Tahn 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia
8. Keputusan Menkokesra No. 15/ Menko/ Kesra/ IX/ 1994/ Tentang Panitia
Nasional Pelembagaan Lanjut Usia Dalam Kehidupan Bangsa
9. Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pembentukan Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu
10. Rencana Aksi Nasional ( RAN) Untuk Kesejahteraan Lanjut Usia 2003- 2014
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan Kesehatan Lansia Puskesmas Kalicacing buka setiap hari kerja
sesuai jam pelayanan sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : 08.00 – 12.00
- Jumat s/d Sabtu : 08.00 – 10.00
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang langsung terkait
dengan Pelayanan klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan
peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam
upaya mendukung Pelayanan Puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai.
Keterangan :
1. Ruang Pelayanan Umum & Poli Lansia
2. Ruang KIA
3. Ruang Gigi
4. Ruang MTBS
5. Ruang Rekam Medis
6. Gudang Farmasi dan Farmasi
7. Ruang tindakan KIA
8. Ruang pemeriksaan Laboratorium
9. Ruang Pendaftaran
5
B. STANDAR FASILITAS
Standar Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lansia mengacu pada Standar Fasilitas
Pemeriksaan Umum menurut Permenkes Nomer 75 Tahun 2014 yaitu sebagai
berikut :
JUMLAH MINIMUM
NO JENIS PERALATAN
PERALATAN
I. SET PEMERIKSAAN UMUM
1. Sphygmomanometer untuk dewasa 1 buah
2. Stetoskop untuk dewasa 1 buah
3. Tempat tidur periksa dan perlengkapannya 1 buah
4. Termometer untuk dewasa 1 buah
5. Alat cek gula darah
6. Timbangan dewasa 1 buah
II. BAHAN HABIS PAKAI
1. Stik gula darah Sesuai Kebutuhan
2. Alcohol swab Sesuai Kebutuhan
3. Blood lancet Sesuai Kebutuhan
4. Sarung tangan non steril Sesuai Kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1. Kasur 1 buah
2. Lemari alat 1 buah
3. Meteran tinggi badan 1 buah
1. Kursi Kerja 4
2. Lemari arsip 1
3. Meja tulis 1
IV. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Buku Register Pasien Rawat Jalan Sesuai Kebutuhan
2. Kertas HVS Sesuai Kebutuhan
3. Buku Register Tindakan Sesuai Kebutuhan
4. Buku Register Surat Keterangan Sehat Sesuai Kebutuhan
5. Buku Register Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan
6. Form Rujukan Sesuai Kebutuhan
7. Form Rujukan Internal Sesuai Kebutuhan
8. Form resep Sesuai Kebutuhan
9. Form Surat Keterangan Sehat Sesuai Kebutuhan
10. Form Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan
6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Kalicacing merupakan pelayanan
“one stop service”, dimana pelayanan terpadu dan terpusat di unit pelayanan
lansia mulai dari pengkajian, pemeriksaan penunjang hingga pemberian obat.
Hal ini dilakukan untuk mewujudkan citra puskesmas yang santun lansia dengan
memprioritaskan pelayanan pada lansia.
Lingkup kegiatan di Unit Pelayanan Kesehatan Lansia adalah :
1. Pengkajian Awal
2. Perencanaan Layanan Klinis
3. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent)
4. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga
5. Perencanaan Rujukan
6. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik
7. Pengelolaan dan Pemberian Obat
B. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengkajian Awal
Ketika pasien diterima di Puskesmas untuk memperoleh pelayanan perlu
dilakukan kajian awal yang lengkap dalam menetapkan alasan kenapa pasien
perlu mendapat pelayanan klinis di Puskesmas. Pada tahap ini, Puskesmas
membutuhkan informasi khusus dan prosedur untuk mendapat informasi,
tergantung pada kebutuhan pasien dan jenis pelayanan yang harus diberikan.
Kajian dilaksanakan oleh setiap disiplin dalam lingkup praktik, profesi,
perizinan, undang-undang dan peraturan terkait atau sertifikasi. Dalam hal ini,
di unit pelayanan kesehatan lansia, kajian awal dilakukan oleh perawat dan
dokter, dalam bentuk pengkajian awal keperawatan dan pengkajian awal
medis.
Pengkajian awal dilakukan dengan prinsip SOAP, yaitu :
- Subyektif
Data subyektif pasien didapatkan dari anamnesa pasien / keluarganya.
Data subyektif antara lain memuat keluhan utama, keluhan tambahan,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat alergi, informasi lainnya yang dibutuhkan untuk
membantu menegakkan diagnosa.
- Obyektif
7
Data obyektif pasien didapatkan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh
petugas terhadap pasien, baik pemeriksaan fisik maupun penunjang.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : keadaan umum,
kesadaran, tanda – tanda vital, status generalis, status lokalis, dan
pemeriksaan fisik lain yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa, misalnya pemeriksaan laboratorium, ECG dan
sebagainya. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan tetapi tidak
dapat dilakukan di Puskesmas Kalicacing, maka dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan lain yang bekerja sama dengan Puskesmas
Kalicacing.
- Assesment
Temuan pada kajian awal dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis dan menetapkan pelayanan/tindakan sesuai kebutuhan
serta rencana tindak lanjut dan evaluasinya.
Temuan dan kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat
keputusan perlunya review/kajian ulang pada situasi yang meragukan.
- Planning (Perencanaan Layanan)
Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan
dalam bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu
dipandu oleh standar pelayanan medis dan standar asuhan
keperawatan.
Hasil dari pengkajian awal ditulis di lembar pengkajian awal pasien rawat
jalan, dan disimpan dalam berkas rekam medik pasien.
2. Perencanaan Layanan Klinis
Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam
bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh
standar pelayanan medis dan standar asuhan keperawatan.
Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap layanan yang
akan diperoleh. Pasien/keluarga diberi peluang untuk bekerjasama dalam
menyusun rencana layanan klinis yang akan dilakukan. Dalam menyusun
rencana layanan tersebut harus memperhatikan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh pasien.
Pada kondisi tertentu pasien membutuhkan layanan terpadu yang melibatkan
tim kesehatan. Rencana layanan terpadu meliputi: tujuan layanan yang akan
diberikan, pendidikan kesehatan pada pasien dan/atau keluarga pasien,
jadwal kegiatan, sumber daya yang akan digunakan, dan kejelasan tanggung
jawab tiap anggota tim kesehatan dalam melaksanakan layanan.
8
Pelaksanaan layanan terpadu / antar profesi dilaksanakan dengan rujukan
internal Puskesmas.
3. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent)
Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang
pelayanan yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informed
consent/informed choice. Untuk menyetujui/memilih tindakan, pasien harus
diberi penjelasan/konseling tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan
yang direncanakan, karena diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan.
lnformed consent dilakukan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu
yang berisiko. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan, prosedur,
dan pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana
mereka dapat memberikan persetujuan secara tertulis pada lembar inform
consent.
4. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga
Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara
petugas kesehatan dan pasien/keluarga. Pasien/keluarga perlu mendapatkan
penyuluhan kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan
kebutuhan klinis pasien, oleh karena itu penyuluhan dan pendidikan
pasien/keluarga perlu dipadukan dalam pelayanan klinis.
Setiap kali selesai melakukan edukasi kepada pasien / keluarga maka
dilakukan penilaian terhadap efektivitas penyampaian informasi kepada
pasien/keluarga pasien agar mereka dapat berperan aktif dalam proses
layanan dan memahami konsekuensi layanan yang diberikan. Hasil
pelaksanaan edukasi ditulis di dalam lembar catatan penyampaian edukasi
dan disimpan di dalam berkas rekam medis.
5. Perencanaan Rujukan
Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan oleh pasien. Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk
memperoleh informasi tentang rencana rujukan. Informasi tentang rencana
rujukan harus disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh
pasien/keluarga pasien. Informasi tentang rencana rujukan diberikan kepada
pasien/keluarga pasien untuk menjamin kesinambungan pelayanan.
Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien meliputi: alasan rujukan,
fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya,
jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas yang mana
yang dipilih, serta kapan rujukan harus dilakukan. Untuk memastikan
kontinuitas pelayanan, informasi mengenai kondisi pasien dikirim bersama
pasien. Salinan resume pasien tersebut diberikan kepada fasilitas kesehatan
9
penerima rujukan bersama dengan pasien. Resume tersebut memuat kondisi
klinis pasien, prosedur dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan
pasien lebih lanjut.
6. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik
Jika puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi atau fasilitas kesehatan lain, maka perlu
dilakukan tindak lanjut terhadap pasien melalui proses kajian, dan sesuai
prosedur yang berlaku, dengan emperhatikan rekomendasi tindak lanjut dari
sarana kesehatan yang memberikan umpan balik rujukan.
7. Pengelolaan dan Pemberian Obat
Sebagai pelaksana pelayanan “one stop service” unit pelayanan kesehatan
lansia juga memberikan pelayanan pemberian obat kepada pasien. Stok obat
disediakan di unit pelayanan kesehatan lansia dengan mengajukan
permintaan di gudang obat. Petugas pelayanan kesehatan lansia melakukan
pengelolaan obat sebagaimana dilakukan di kamar obat sesuai dengan
standard an prosedur yang telah ditetapkan. Setiap bulan petugas unit
pelayanan kesehatan lansia melakukan pelaporan ke bagian gudang obat.
Dalam hal pemberian obat kepada pasien, petugas harus memperhatikan
prinsip “12 tepat” yaitu :
1) Tepat pasien
2) Tepat obat
3) Tepat dosis obat
4) Tepat waktu pemberian
5) Tepat cara pemberian (rute)
6) Tepat dokumentasi
7) Tepat edukasi kesehatan perihal medikasi pasien
8) Tepat memperhatikan Hak pasien untuk menolak
9) Tepat pengkajian
10) Tepat evaluasi.
11) Tepat reaksi terhadap makanan
12) Tepat reaksi dengan obat lain
10
BAB V
LOGISTIK
11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
12
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
dilayani oleh bagian farmasi dikurangi kejadian kesalahan pemberian obat dibagi
jumlah seluruh pasien yang mendapat pelayanan obat.
4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu
melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien
yang akan mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian prosedur.
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di puskesmas
Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Kalicacing
wajib menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah
dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah cuci tangan pakai
sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan aseptik
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
6. Tidak terjadinya pasien jatuh
Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Kalicacing dilakukan pengkajian
terhadap kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan
terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien
yang beresiko jatuh.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan
lingkungan yang aman.
13
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
14
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
15
BAB IX
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Standar Puskesmas. Jawa Timur :
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
17