BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggung
jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban
menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan
sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas.
Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan
peran organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya
Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih di prioritaskan
pada upaya peningkatan derajad kesehatan ibu dan anak , terutama pada kelompok
yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal
hal ini di tandai dngan tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
( AKB).Pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan suatu program di
puskesmas yang pelaksanaan kegiatannya di lakukan oleh bidan dengan berkolaborasi
dengan dotker dan lintas program- program yang lain (GIZI, laboratorium, gigi dan
VCT) .
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
ibu yang profesional dan bermutu di sarana kesehatan
Tujuan khusus:
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan kesehatan ibu di
puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan program yang berkelanjutan
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan
ibu dan anak di Puskesmas
Ruang lingkup pedoman ini adalah input,proses dan output pelayanan kesehatan
ibu.
D. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok, dan masyarakat
4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
3|Page
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan
kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif,diagnostik,terapeutik
dan rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien
6. Dokter atau dokter gigi adalah luusan pendidikan kedokteran atau kedokteran
gigi didalam maupun diluar negri yang diakui oleh pemerintah republik
indonesi sesuai dengan peraturanperundangan.
7. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan
karakteristik yang dimiliki suatu produk
8. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi
kebutuhanmasyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standard pelayanan
kesehatan dengan menggunakan sumber daya yag tersedia,wajar,efisien dan
efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma dan
etika,hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Tahun 671);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1400);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Panduan Praktek
klinis Bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 231);
4|Page
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifi kasi Sumber Daya Manusia
Tenaga pelaksana yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak adalah tenaga yang memiliki surat izin praktek /surat izin kerja ,al;
1,Dokter
2.Tenaga Bidan
Tenaga baru harus melalui orietasi petugas.Tenaga kesehatan mengikuti seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli KIA
C. Jadwal Kegiatan,
Jadwal Tenaga Rawat Jalan di Poli KIA
BAB III
5|Page
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
standar
VI. Perlengkapan
Meja dengan laci (penyimpan alat )
Tempat tidur pemeriksaan / pelayanan
Satu bangku kecil untuk memudahkan ibu hamil naik ke meja periksa
Penyekat ruangan / korden /partisi/ paravan yang memberikan privasi,
bersih tidak bolong / robek
Kasur
Bantal
Sarung bantal
Selimut
Perlak
Seprei
1 tempat sampah dengan tutup dan plastic di dalamnya
Lemari Alat
7|Page
Pengering tangan / lap/ handuk
VII. Meubelair
Kursi Kerja
Lemari Arsip
Meja Tulis ½ biro
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
8|Page
Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun sedemikian rupa sehingga
memudahkan dokter mendapat informasi penting yang perlu diketahui setiap pasien
datang.
Pengkodean klasifikasi diagnosis perlu ditetapkan oleh manajemen
ALUR PELAYAN
Pendaftaran
Poli KIA/KB/MTBS
laboratorium Rujuk
Konseling
Farmasi
Pulang
5. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
9|Page
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena
berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
• Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih panjang ketika
keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan
ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat
darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam,
nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
• Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
• Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
• Persalinan sudah akan terjadi
• Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
• Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
PERENCANAAN RUJUKAN
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan
dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya
meliputi:
• Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
• Alasan untuk merujuk ibu
• Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
• Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
• Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk
• Tujuan rujukan
• Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
• Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
• Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang
dituju
• Perkiraan lamanya waktu perawatan
• Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
• Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
• Pilihan akomodasi untuk keluarga
u Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan
kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
•Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
• Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
• Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi,
berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan sebelumnya
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:
• Nama pasien
• Nama tenaga kesehatan yang merujuk
• Indikasi rujukan
10 | P a g e
• Kondisi ibu dan janin
• Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
• Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui
oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui
faksimili) sesegera mungkin:
Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis kerja,
terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan
yang memberi pelayanan)
• Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
• Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
• Hasil pemeriksaan penunjang
• Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran 16
atau 18.
Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan
kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien.
Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi.
Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
• Keadaan umum pasien
• Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan untuk melakukan rujukan
tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri). Pada dasarnya, perlengkapan yang digunakan
untuk proses rujukan ibu sebaiknya memiliki kriteria:
Akurat
Ringan, kecil, dan mudah dibawa
Berkualitas dan berfungsi baik
Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat percepatan dan getaran
Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrim tanpa kehilangan akurasinya
Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika digunakan dalam pesawat terbang
Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa mengganggu sumber listrik kendaraan
Perlengkapan Umum
• Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan)
• Tandu (stretcher)
• Stetoskop
• Termometer
• Baskom muntah
• Lampu senter
• Sfignomanometer (digital lebih baik)
11 | P a g e
• Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
• Infusion pump (tenaga baterai)
• Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran)
• Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus pascasalin
• Lubrikan steril
• Larutan antiseptik
Cairan dan Obat-obatan
• 1000 ml 5% D/W
• 1000 ml Ringer Laktat
• 1000 ml NaCl 0,9% / Asering
• Cairan koloid
• Soluset atau buret
• Plester
• Torniket
• Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
• Butterfly (kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
• Spuit dan jarum
• Swab alkohol
• MgSO4 1 g/ampul
• Ca glukonas
• Oksitosin 10 unit/ml
• Ergometrin 0,2 mg/ml
• 2 ampul diazepam 10 mg/ampul
• Tablet nifedipin 10 mg
• Lidokain 2%
• Epinefrin
• Sulfas atropin
• Diazepam
• Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang dirujuk
12 | P a g e
• Pipa endotrakeal 7-7,5 mm
• Suction dan kateter ukuran 14 Fr
Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus disesuaikan dengan
medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan. Berikut ini adalah contoh tampilan desain
ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk merujuk ibu
6.Kredensial
Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh Dinas Kesehatan dengan suatu
kriteria mutu yang ditetapkan .Proses ini bertujuan agar kualitas mutu pelayanan dapat
distandarkan.
Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal:Perizinan
2. Sarana prasarana sesuai standard
13 | P a g e
Jumlah anak hidup Alergi obat dan makanan + / -
Cara persalinan Penyakit ginjal kronik + / -
Jumlah keguguran Talasemia + / -
Jumlah aborsi Malaria + / -
Pendarahan pada kehamilan,persalinan dan + / - Asma + / -
nifas terdahulu
Adanya hipertensi dalam kehamilan + / - Epilepsi + / -
Riwayat BB < 2,5 kg dan atau > 4 kg + / - Riwayat penyakit kejiwaan + / -
Riwayat kehamilan sungsang + / - Riwayat operasi + / -
Riwayat kehamilan ganda + / - Obat yang rutin dikonsumsi + / -
Riwayat pertumbuhan janin + / - Status imunisasi TT + / -
terhambat
Riwayat penyakit dan kematian + / - Riwayat transfuse darah + / -
perinatal dan kematian janin
Adanya masalah lain selama + / - Golongan Darah + / -
kehamilan,persalinan dan nifas
terdahulu
Durasi menyusui eksklusif Riwayat penyakit di keluarga + / -
DM,Gameli,dan kongnetal
Riwayat kecelakaan
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Usia saat ibu pertama menikah Kebiasaan merokok & alcohol + / -
Status perkawinan Aktifitas sehari2
Respon ibu dan keluarga ttg kehamilan Pekerjaan pasangan
Jumlah yang membantu Pendidikan
Pengambil keputusan dlm keluarga Penghasilan
Pola makan,minum Kehidupan sexual
Sanitasi rumah,listri,air KDRT
Pilihan tempat melahirkan
Pilihan pemberian makanan bayi
STATUS GENERALIS :
KEPALA : PARU :
MATA : PAYUDARA :
GIGI : ABDOMEN :
THYROID : TULANG :
BELAKANG
JANTUNG : EKSTREMITAS :
STATUS OBSTETRI :
14 | P a g e
INSPEKULO KEL.BARTHOLI KEL.SKENE URETHRA SERVIKS TANDA CAIRAN
N INFEKSI
IMUNISASI,SUPLEMEN,DAN KIE
1. Skrining status TT
2. Zat besi dan asam folat
3. Aspirin (sesuai indikasi)
4. Kalsium (sesuai indikasi )
5. KIE
1. Kehamilan normal
2. Kehamllan dengan masalah khusus
3. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau kerjasama
penanganannya
4. Kehamilan dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan rujukan segera
PEMERIKSA
Nama :.......................................
Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan atau digunakan oleh
ibu karena tidak dimengerti atau tidak sesuai dengan kondisi ataupun kebutuhan mereka. Hal ini
dapat terjadi karena komunikasi yang terjadi antara tenaga kesehatan dan ibu terjadi hanya satu
arah sehingga ibu tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk menerapkan informasi
tersebut.
Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan ibu serta keluarganya.
Selama proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu untuk saling bertukar informasi dan
memberikan dukungan dalam perencanaan atau pengambilan keputusan serta tindakan yang
dapat meningkatkan kesehatan ibu.
LANGKAH-LANGKAH KONSELING
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar belakangnya.
Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.
2. Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui ibu.
Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak (ibu, suami,
keluarga, komunitas, tenaga kesehatan, dan sebagainya).
3. Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan untuk
meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
16 | P a g e
4. Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan lain untuk
memecahkan masalahnya.
5. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari berbagai
alternatif pemecahan masalah bersama ibu.
6. Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk mengatasi
masalahnya.
7. Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
8. Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan konseling
berikutnya.
KETERAMPILAN KONSELING
Mengajukan pertanyaan
Dalam berkomunikasi, kita mengenal dua jenis pertanyaan:
• Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai untuk mendapatkan data
riwayat kesehatan ibu, misalnya: “Berapa usia Anda?” atau “Apakah Anda sudah
menikah?”
• Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi, perasaan, sikap,
pengetahuan, maupun kebutuhan ibu, misalnya “Apa yang Anda rasakan setelah
melahirkan?” atau “Ceritakanlah mengenai persalinan terakhir Anda”
Hindari pertanyaan yang bersifat sugestif.
Contoh:
× SALAH: “Apakah suami Anda memukuli Anda?”
√ BENAR: “Bagaimana munculnya memar-memar ini?”
Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi dan memojokkan ibu. Contoh:
× SALAH: “Mengapa Anda tidak segera datang kemari ketika Anda tahu Anda hamil?”
√ BENAR: “Baik sekali Anda mau datang untuk memeriksakan kehamilan Anda saat ini.
Apakah ada alasan yang membuat Anda tidak bisa datang sebelumnya?”
Memberikan informasi
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus mengetahui sejauh mana ibu telah
memahami informasi yang akan disampaikan dan memberikan informasi baru yang sesuai
dengan situasi ibu.
Contoh:
Bidan: Apakah Ibu sudah mengerti bagaimana Ibu harus merawat diri selama kehamilan?
Bidan: Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis makanan tertentu yang perlu Ibu
konsumsi lebih banyak. Apa Ibu sudah tahu makanan apa saja itu?
Ibu: Sayur, daging…
17 | P a g e
Bidan: Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga buah, kacang-kacangan, ikan,
telur, keju, dan susu. Ibu tahu mengapa Ibu perlu mengkonsumsinya?
Ibu: Agar bayinya sehat
Bidan: Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan bayi dan menjaga Ibu tetap
sehat. Apakah ada lagi yang ingin ibu tanyakan mengenai apa yang harus ibu makan selama
hamil?
Fasilitasi
Penting diingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk mengatasi masalahnya dengan
solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ibu. Bimbinglah ibu dan keluarganya untuk
menganalisa kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan yang mereka miliki dan memutuskan
sendiri pilihannya.
PERSETUJUAN TINDAKAN
18 | P a g e
19 | P a g e
20 | P a g e
21 | P a g e
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistikuntuk melaksanakan kegiatan pelayanan medik rawat jalan
direncanakan dalam loka karya mini sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan
22 | P a g e
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
23 | P a g e
Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambunganpelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saatpasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien
keluar dari puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhanpasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungansehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit
pelayanandapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatankomunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanankeperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan,
pelayanankesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatansehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, amandan efektif.
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatanpasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “TujuhLangkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasirisiko keselamatan
pasien dan program menekan atau mengurangiinsiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasiantar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusantentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,mengkaji, dan
meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkankeselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalammeningkatkan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien
Kriteria:
24 | P a g e
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatanpasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan danprogram meminimalkan
insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponendari puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam programkeselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhankepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada oranglain dan penyampaian informasi yang benar dan
jelas untuk keperluananalisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitandengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelastentang Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris
Cedera” (Near miss)dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,misalnya menangani “Kejadian
Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatanproaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme
untukmendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antarunit dan antar pengelola
pelayanan di dalam puskesmas denganpendekatan antar disiplin.5.8. Tersedia sumber daya dan
sistem informasi yang dibutuhkan dalamkegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan
keselamatanpasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber dayatersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakankriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerjapuskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjutdan implementasinya.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapaikeselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasikeselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal daneksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesainproses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang halhalterkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasiuntuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
25 | P a g e
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I
Puskesmas mengembangkan pendekatan untukmemperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi
pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahanidentifikasi pasien bisa terjadi pada pasien
yang dalam keadaanterbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar
tempattidur/kamar/ lokasi di puskesmas, adanya kelainan sensori, atau akibatsituasi lain. Maksud
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kalipengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien
sebagai individu yangakan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaianpelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untukmemperbaiki proses
identifikasi, khususnya pada proses untukmengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah,
atau produk darah;pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis;
ataupemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedurmemerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,seperti nama pasien, nomor rekam
medis, tanggal lahir, gelang identitaspasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien
atau lokasi tidakbisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur jugamenjelaskan
penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda dipuskesmas, seperti di pelayanan
rawat jalan, unit gawat darurat, atauruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa
identitas.Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakandan/atau prosedur
agar dapat memastikan semua kemungkinan situasiuntuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak bolehmenggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untukpemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dantindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yangkonsisten pada semua
situasi dan lokasi.
26 | P a g e
membacakan kembali(read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi
bahwaapa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan
dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwadiperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidakmemungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat di IGDatau ICU.
27 | P a g e
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risikoinfeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalamtatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasiinfeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakankeprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanankesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanankesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (bloodstream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasimekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cucitangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibacakepustakaan WHO, dan berbagai organisasi
nasional dan internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkankebijakan dan/atau prosedur
yang menyesuaikan ataupetunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasipetunjuk itu di puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygieneterbaru yang diterbitkan dan
sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkanpengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasienrawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayananyang disediakan, dan fasilitasnya,
puskesmas perlu mengevaluasi risikopasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi
risiko cedera bilasampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaahterhadap
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantuberjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkanpuskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadaprisiko jatuh dan melakukan
asesmen ulang pasien bila diindikasikanterjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi merekayang pada hasil
asesmen dianggap berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangancedera akibat jatuh dan
dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkanpengurangan berkelanjutan
risiko pasien cedera akibat jatuh di puskesmas.
28 | P a g e
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI
29 | P a g e
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI
Basahi tangan dengan air Balurkan sabun ke seluruh Gosokkan telapak dengan
permukaan tangan telapak
Telapak kanan di atas Telapak dengan telapak Bagian belakang jari pada punggung telapak kiri
dengan jari saling telapak dengan posisi dan sebaliknya menyilang saling mengunci
Gosok jempol dengan Kelima jari kanan Bilas kedua tangan gerakan memutar menguncup
digosok dengan air memutar pada telapak kiri dan sebaliknya
Keringkan tangan dengan Gunakan tisu/handuk Tangan Anda kini sudah tisu/handuk bersih dan
tersebut untuk mematikan bersih kering kran, lalu buang/cuci agar tidak digunakan orang lain
30 | P a g e
PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI
MENGENAKAN SARUNG TANGAN
Gunakan sarung tangan steril atau yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) ketika
melakukan prosedur bedah, menolong persalinan, memotong tali pusat, menjahit luka
episiotomi, dan menjahit robekan perineum.
Gunakan sarung tangan steril yang panjang (sampai menutupi siku) ketika melakukan
plasenta manual atau kompresi bimanual interna.
Gunakan sarung tangan pemeriksaan (non-steril) untuk melakukan pemeriksaan vagina,
memasang infus, memberikan obat injeksi, dan mengambil darah.
Gunakan sarung tangan rumah tangga saat:
• Membersihkan alat dan tempat tidur
• Mengelola bahan yang terkontaminasi, sampah dan limbah
• Membersihkan darah dan cairan tubuh yang berceceran
MELINDUNGI DIRI DARI DARAH DAN CAIRAN TUBUH
Gunakan sarung tangan sesuai petunjuk di atas.
Tutup semua bagian kulit yang tidak intak/utuh dengan bahan tahan air.
Berhati-hati dalam mengelola sampah dan alat/benda tajam.
Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik atau bahan tahan air, serta sepatu bot
karet ketika menolong persalinan.
Lindungi mata dengan mengenakan kacamata atau perlengkapan lain.
Gunakan masker dan topi atau tutup kepala
MEMBUANG SAMPAH TAJAM DENGAN BENAR
Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak dapat ditembus oleh jarum.
Pastikan semua jarum dan spuit digunakan hanya satu kali.
Jangan menutup kembali, membengkokkan, ataupun merusak jarum yang telah
digunakan.
Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke tempat penampungan sampah
tajam tanpa memberikannya ke orang lain.
Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh, tutup, sumbat, atau plester
wadah tersebut dengan rapat lalu bakar.
31 | P a g e
*DTT adalah metode alternatif jika fasilitas sterilisasi tidak tersedia.
1. DEKONTAMINASI
Rendam instrumen bekas pakai di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. (lihat
BAGAN 3)
1. DEKONTAMINASI
BAGAN 3.
Cara membuat larutan klorin
Larutan klorin dapat dibuat dengan mencairkan produk larutan pemutih pakaian yang
mengandung klorin. Caranya adalah:
l Periksa kepekatan (% konsentrasi) produk klorin yang digunakan
l Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan sesuai rumus
dibawah ini:
Contoh:
Membuat larutan klorin 0,5% dari larutan pemutih (klorin 5%)
Jumlah bagian air = (5% / 0,5%) – 1 = 10 – 1 = 9
Larutan klorin 0,5% dapat dibuat dengan menambahkan 1 bagian larutan pemutih (klorin 5%)
dengan 9 bagian air, misalnya 100 ml Larutan pemutih dengan 900 ml air
32 | P a g e
u Saat mencuci alat, kenakan sarung tangan tebal/sarung tangan rumah tangga dan berhati-
hatilah jangan sampai tertusuk instrumen tajam.
u Jika tidak segera dipakai, instrumen yang sudah disterilisasi harus dijaga agar tidak
terkontaminasi.
33 | P a g e
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga
terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan
6 Limbah Kimia Limbah berasal dri zat kimia Jika jumlahnya kecil
misalnya formaldehid,zat pengelolaannya sama
rontgen,dll, dengan limbah infeksius.
35 | P a g e
atau lingkugan hidup
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
36 | P a g e
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang
pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual Yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan
meliputi ;aspek pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa
rehabilitasi medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja
bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
Out put
Kematian Ibu akibat 0 %
pendarahan/Eklamsi,Pre Eklamsi
dan Infeksi
Out come
Kepuasan pelanggan 90 %
PROSEDUR-PROSEDUR OBSTETRI
A.1 Induksi Persalinan
A.2 Plasenta Manual
A.3 Aspirasi Vakum Manual
A.4 Dilatasi dan Kuretase
A.5 Perbaikan Robekan Serviks
A.6 Perbaikan Robekan Vagina dan Perineum
A.7 Reposisi Inversio Uteri
A.8 Kompresi Bimanual
A.9 Kondom Kateter
A.10 Pemasangan AKDR Pasca Salin
A.11 Ekstraksi Vakum
A.12 Ekstraksi Cunam
A.13 Persalinan Sungsang
A.14 Versi Luar
A.15 Seksio Sesarea
A.16 Perbaikan Robekan Dinding Uterus
A.17 Jahitan B-Lynch
A.18 Ligasi Arteri Uterina
A.19 Histerektomi Pascasalin
A.20 Salpingektomi pada Kehamilan Ektopik
A.21 Analgesia dan Anestesia dalam Prosedur Obstetri
41 | P a g e
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan medik
dasar gig di Puskesmas
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap standar
dan prosedur yang ditetapkan
42 | P a g e