Anda di halaman 1dari 18

Public Health Report Session (PHRS)

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A217071


** Pembimbing

MASALAH LAYANAN KESEHATAN PESERTA


JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) /
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)
DI PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI

Neneng Nurlita, S.Ked*


dr. Hj. Yulinda Fetritura, M. Kes**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN IKM


PUSKESMAS TANJUNG PINANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan seseorang
karena tanpa kesehatan yang baik, maka seseorang akan sulit dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Pembangunan kesehatan di suatu bangsa sangat besar
investasinya terhadap sumber daya manusia.Pada tahun 1960, Indonesia sudah
memperkenalkan program pemeliharaan kesehatan yaitu Jakarta Pilot Project.
Seiring berjalannya waktu, terjadi beberapa kali perubahan peraturan tentang
jaminan kesehatan di Indonesia.1
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan” dan Pasal 34 ayat (3) “Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.Untuk
mewujudkan pembangunankesehatan yang semakinbaik, pada tahun 2004
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tentang Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini menjelaskan bahwa jaminan sosial
wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melaui
suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).2
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 juga menetapkan Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai pada
tanggal 1 Januari 2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah
No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden
No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN. Puskesmas
3

sebagai lini pertama dalam penyelenggaraan JKN harus mampu memberikan


pelayanan yang optimal dan efektif bagi masyarakat.2,3
Di Kota Jambi, terutama di Puskesmas Tanjung Pinang yang juga
melayani pasien peserta JKN yang jumlah kunjungannya cukup banyak. Oleh
karena itu penulis membuat makalah yang berjudul masalah layanan kesehatan
peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) di Puskesmas Tanjung pinang Kota Jambi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan msalah pada laporan kasus ini adalah :
1. Mengetahui permasalahan dalam peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) / Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Tanjung
pinang Kota Jambi.
2. Mencari solusi alternatif dalam peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) /
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Tanjung pinang
Kota Jambi.

1.3 Tujuan Penulisan


1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
pelayanan kesehatan peserta JKN di Puskesmas Tanjung Pinang Kota
Jambi.

1.1.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program jaminan kesehatan
di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masalah dalam
pelaksanaan program jaminan kesehatan di Puskesmas Tanjung
Pinang Kota Jambi.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Senior
4

Sebagai tugas yang merupakan salah satu syarat pelaksanaan kepaniteraan


klinik untuk menambah wawasan di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

2. Bagi Puskesmas
a. Puskesmas Tanjung pinang dapat mengetahui pelaksanaan program JKN
di wilayah kerjanya.
b. Puskesmas Tanjung pinang dapat melakukan identifikasi dan analisis
masalah, mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah
dari program JKN di wilayah kerjanya.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau data untuk melaksanakan
penelitian terkait
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.1,4

2.2 Tujuan dan Prinsip JKN


Tujuan JKN agar semua penduduk indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak.4
Jaminan Kesehatan Nsional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) berikut :1,4,7
1. Prinsip Kegotong-royongan
2. Prinsip kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif
3. Prinsip dana amanat
4. Prinsip nirlaba
5. Prinsip Keterbukaan
6. Prinsip Kehati-hatian
7. Prinsip Akuntabilitas
8. Prinsip Portabilitas
2.3 Kepesertaan JKN

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta tersebut
meliputi: PBI dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:2,3,7
6

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang yang mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta;
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang
menerima Upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah
c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun;
d) Veteran;
e) Perintis Kemerdekaan;
f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d. Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;
7

e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun


sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang
mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari peserta;
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria:
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri;
2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua
puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
Peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga
yang lain.
5) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
Hak dan kewajiban peserta adalah sebagai berikut:
- Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan a) identitas Peserta dan b) manfaat pelayanan kesehatan
di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
- Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban
untuk: a. membayar iuran dan b. melaporkan data kepesertaannya
kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada
saat pindah domisili dan atau pindah kerja.
Prosedur pendaftaran Peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS
Kesehatan.
b. Pemberi kerja mendaftarkan dirinya dan pekerjanya atau pekera
mendaftarkan diri sendiri sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
8

Masa berlaku kepesertaan


- Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang
bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
- Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar iuran atau
meninggal dunia.
- Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh
Peraturan BPJS.

2.4 Pembiayaan JKN


2.4.1 Tarif
Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.4
Tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
meliputi:
a. Tarif kapitasi yaitu rentang nilai yang besarnya untuk setiap fasilitas kesehatan
tingkat pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial yang dilakukan
oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tarif
kapitasi diberlakukan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
melaksanakan pelayanan kesehatan komprehensif kepada peserta program
jaminan kesehatan berupa rawat jalan tingkat pertama.
b. Tarif non kapitasi yaitu nilai besaran yang sama bagi seluruh fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada
peserta program jaminn kesehatan berupa rawat inap tingkat pertama dan
pelayanan kebidanan dan neonatal. 4

2.4.2 Iuran.6
- Iuran jaminan kesehatan bagi peserta PBI jaminan kesehatan dibayar oleh
pemerintah.
- Iuran jaminan kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh pemerintah
daerah dibayar oleh pemerintah daerah.
9

- Iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja penerima upah dibayar oleh
pemberi kerja dan pekerja.
- Iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan
peserta bukan
pekerja dibayar oleh peserta atau pihak lain atas nama peserta, berlaku pada
pekerja penerima upah yaitu penerima pensiun pada huruf a, huruf b, huruf c
dan veteran serta perintis kemerdekaan.
Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan
Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial,
ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.3
Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu
jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap pemberi kerja
wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi
tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal
10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif
sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar
oleh Pemberi Kerja. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan
Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.3
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai
dengan gaji atau upah peserta. Dalam hal ini terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada
Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan
dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan. 7
10

2.4.3 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan


Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan
persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal
tertentu (bukan penerima upah dan PBI).5
Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan
iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat
tanggal 10 setiap bulan).Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka
iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran
JKN dikenakan denda administratif sebesar 3% (tiga persen) perbulan dari total
iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.3
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.Pembayaran iuran JKN dapat
dilakukan diawal.BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran
JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta.5
BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat
pertama secara pra upaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar
di fasilitas kesehatan tingkat pertama.Dalam hal fasilitas kesehatan tingkat
pertama di suatu daerah di suatu daerah tidak memungkinkan, mengingat kondisi
geografis Indonesia, tidak semua fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan
mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan
kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan
mekanisme lain yang berhasil guna.6
Fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) menggunakan sistem
pembayaran berdasarkan Indonesian Case Based Group’s (INA CBG’s). Besaran
kapitasi dan INA CBG’s ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali
oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan
uraian pemerintahan di bidang keuangan. Selain itu berdasarkan Perpres No.12
Tahun 2013 pasal 40 menjelaskan bahwa:6,7
11

1) Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak
menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan penggantian
biaya yang ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS
Kesehatan.
2) BPJS Kesehatan memberikan pembayaran kepada fasilitas kesehatan setara
dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
3) Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan kesehatan
kepada peserta.
2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
yang dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan
penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan
dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan
dinamika perkembangan jaminan social.Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan mulai
operasional pada tanggal 1 Januari 2014.2,5

2.5.1 Fungsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


BPJS berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan,
manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.2,4,
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4
(empat) program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun, dan jaminan kematian.2,4
2.5.2 Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas
untuk:2
a. Melakukan atau menerima pendaftaran peserta
12

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja


c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial
f. Membayarkan manfaat atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial.
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
2.5.3 Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas, BPJS berwenang:2
a. Menagih pembayaran iuran
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai.
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan pesertadan pemberi
kerjasamadalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional.
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya.
g. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.

2.5.4 Kewajiban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BPJS kesehatan
berkewajiban untuk : 2
a. Memberi nomor identitas tunggal kepada peserta
13

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
besarnya kepentingan peserta
c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai
kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya
d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN
e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk
mengikuti ketentuaan yang berlaku.

2.5.6 Hak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


UU BPJS menentukan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya, BPJS
berhak:2
a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial atau sumber lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelanggaraan program jaminan
social dari DJSN.
14

BAB III

MASALAH PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI


PUSKESMAS TANJUNG PINANG

3.1 Profil Puskesmas Tanjung Pinang


Puskesmas Tanjung Pinang terletak di Kecamatan Jambi Timur Kota
Jambi.Wilayah kerja Puskesmas mencakup 5 Kelurahan, yaitu Kelurahan Tanjung
Pinang.Kelurahan Kasang, Kelurahan Kasang Jaya, Kelurahan Rajawali, dan
Kelurahan Sijenjang. Batas-batas wilayah Puskesmas Tanjung Pinang adalah:

 Sebelah Timur berbatasan Kelurahan Tanjung Sari


 Sebelah Barat berbatasan Kelurahan Pasar Jambi
 Sebelah Utara berbatasan Sungai Batanghari
 Sebelah Selatan berbatasan Kelurahan Talang Banjar
3.2 Jumlah Kunjungan Peserta JKN di Puskesmas Tanjung Pinang Bulan
Januari – Maret tahun 2018

Tabel 3.1 Jumlah pelayanan BPJS Puskesmas Tanjung Pinang bulan Januari-
Maret 2018
Bulan Rawat Jalan Rujukan
Januari 7443 227
Februari 6240 199
Maret 5856 215
Total 19539 641

4 Masalah Pelayanan Jaminan Kesehatan di Puskesmas Tanjung Pinang


1) terdapatpasien BPJS yang ingin berobat di Puskesmas Tanjung Pinang
tetapi keanggotaan BPJS nya di tempat lain.
2) Beberapa pesertamemaksa minta untuk dirujuk padahal penyakitnya bukan
penyakit yang diperbolehkan untuk dirujuk.
15

3) Terdapat juga peserta yang memiliki kartu BPJS tidak aktif dan memaksa
untuk tetap bisa berobat menggunakan BPJS

3.3 Analisis Masalah


3.3.1 Analisis Masalah Pertama

Banyak pasien JKN ingin berobat di puskesmas tanjung pinang tetapi


keanggotaan JKNnya di fasilitas kesehatan lainnya.

Dari diagram fishbone diatas didapatkan banyaknya pasien JKN


yang ingin berobat di Puskesmas Tanjung Pinang tetapi keanggotaan
BPJSnya di tempat lain dapat terjadi karena akar penyebabnya adalah
kurang sosialisasi dan tempat tinggal yang lebih dekat dengan puskesmas
Tanjung Pinang.

Pasien dengan pengetahuan yang kurang tentang JKN dapat


beranggapan bahwa mereka dapat berobat di layanan kesehatan tingkat
pertama dimana saja selagi tempat tersebut melayani pasien JKN. Hasil
wawancara dengan petugas puskesmas didapatkan ini terjadi karena
sosialisasi yang kurang mengenai BPJS dan metode pelayanannya
memperberat masalah ini, dimana masyarakat menjadi bingung konsep JKN
itu sendiri.

Selain itu tempat tinggal peserta JKN yang lebih dekat ke layanan
kesehatan yang bukan tempat layanan kesehatan yang mereka daftarkan di
JKN juga menjadi alasan pasien datang ke puskesmas Tanjung Pinang ini.

3.3.2 Analisis Masalah Kedua

Pasien memaksa untuk dirujuk ke Rumah Sakit yang seharusnya


penyakit tersebut tidak boleh dirujuk dan harus ditangani di puskesmas.

Diduga penyebab masalahnya adalah kurangnya sosialisasi oleh


petugas BPJS dan kurangnya edukasi saat di puskesmas terutama mengenai
penyakit-penyakit yang boleh dirujuk dan yang tidak boleh dirujuk.
16

3.3.3 Analisis Masalah Ketiga

Pasien nonPBI datang berobat menggunakan pelayanan JKN dengan


kartu JKN yang sudah tidak aktif dikarenakan penunggakan iuran.

Penyebab permasalahan ini diduga dikarenakan kurangnya informasi


dan pengetahuan masyarakat tentang layanan JKN. Dimana masyarakat
mengira bahwa mereka hanya perlu membayar sekali saja tanpa membayar
iuran bulanan, hal inilah yang membuat masyarakat tidak membayar iuran
bulanan mereka.

3.4 Solusi Masalah

Peramasalahan diatas dapat diatasi dengan meningkatkan sosialisasi oleh


petugas BPJS, petugas puskesmas dan mitra kerja lintas sektor atau
memberdayakan masyarakat berkaitan dengan segala hal tentang JKN dan
meningkatkan evaluasi serta monitoring terkait pelaksanaan JKN.
17

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas
Tanjung Pinang, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a) Jumlah kunjungan peserta JKN di Puskesmas Tanjung Pinang pada bulan
Januari-Maret 2018 adalah rawat jalan 19539 dan rujukan 641
b) Ada beberapa kendala yang masih ditemukan di Puskesmas Tanjung
Pinang, diantaranya masih ada masyarakatyang memaksa untuk dirujuk
padahal penyakitnya bukan penyakit yang diperbolehkan untuk dirujuk.
Kemudian peserta yang datang berobat ke puskesmas tetapi keanggotaan
BPJS nya di tempat lain Ada juga terkadang kartu BPJS warga tidak aktif
lagi tetapi warga tetap memaksa untuk mendapatkan pengobatan
menggunakan BPJS.

5.2 Saran
1. Puskesmas diharapkan dapat melakukan promosi kepada masyarakat
mengenai program BPJS. Hal ini dilakukan mengingat sebagian masyarakat
mungkin belum mengetahui tentang adanya program BPJS. Selain itu agar
pasien tidak bingung lagi dengan alur pelayanan, apa saja yang ditanggung
oleh BPJS dan agar bisa membayar iuran setiap bulannya agar kartu BPJS
peserta tetap aktif.
2. Puskesmas diharapakan dapat lebih meningkatkan dan memperbanyak
upaya-upaya kesehatan diluar gedung untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat sehingga cakupan akan meningkat dan seluruh
masyarakat khususnya masyarakat miskin dapat mengakses pelayanan
kesehatan dasar.
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Informasi Jaminan Kesehatan Indonesia. Di Unduh dari URL:


jkn.jamsosindonesia.com/topic/details/sejarah-jaminan-kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: 2004
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan. Jakarta: 2013
4. Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. Bahan Paparan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Jakarta: 2013
5. Undang – Undang Nomor Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta: 2011.
6. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015.
Tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi dan Pembayaran Kapitasi
Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama. 2015.
7. Republik Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 19 Tahun
2016 tentang Jaminan kesehatan. Jakarta; 2013.

Anda mungkin juga menyukai