Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajad kesehatan masyarakat

yang optimal. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan.

Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat terdapat beberapa indikator yang

dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam

kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi.

Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia umumnya disebabkan

karena rendahnya tingkat sosial ekonomi masyarakat, yang mengakibatkan

ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam berbagai hal, khususnya dalam bidang

kesehatan guna memelihara diri mereka sendiri. Bila keadaan ini dibiarkan akan

menyebabkan masalah kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok-

kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya keadaan ini akan

sangat berpengaruh terhadap produktifitas keluarga dan masyarakat untuk

menghasilkan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang selanjutnya

membuat kondisi sosial ekonomi keluarga dan masyarakat semakin rendah,

demikian seterusnya berputar sebagai suatu siklus yang tidak berujung.

Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5

mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H

dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam UndangUndang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
1
yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang

sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal l34 ayat 2, yaitu menyebutkan

bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD

1945, kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah

dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.

Melalui SJSN sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, pada

hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Untuk mewujudkan komitmen global

sebagaimana amanat resolusi WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang

menginginkan setiap negara mencapai Universal Health Coverage (UHC) bagi

seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan

kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan

menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan

diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang

melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai

swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan

jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan

Kesehatan Daerah (Jamkesda).

2
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini

mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk

termasuk program Jaminan Kesehatan melalui suatu badan penyelenggara

jaminan sosial. Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan

UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,

implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya

disebut sebagai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang

yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah yang dikelola

oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat

BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan. Fasilitas Kesehatan berupa Pelayanan

Kesehatan Tingkat Pertama yang bersifat non spesialistik meliputi pelayanan

rawat jalan dan rawat inap dan Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat

lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

Peserta BPJS Kesehatan meliputi : Penerima Bantuan Iuran (PBI)

JKN dan bukan PBI JKN. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang

tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. PBI terbagi dua yaitu PBI

Jaminan Kesehatan (PBI JK) yang didanai oleh APBN dan PBI yang didanai

3
oleh Pemerintah Daerah (PBI APBD). Peserta bukan PBI adalah peserta yang

tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas Pekerja

Penerima Upah (PPU) dan anggota ke luarganya, yaitu Pegawai Negeri Sipil;

Anggota TNI; Anggota Polri; Pejabat Negara; Pegawai Pemerintah Non Pegawai

Negeri; Pegawai Swasta; dan Pekerja lainnya yang menerima Upah. Pekerja

Bukan Penerima Upah (PBPU) dan anggota keluarganya, yaitu: Pekerja di luar

hubungan kerja atau Pekerja mandiri termasuk warga negara asing yang bekerja di

Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Bukan Pekerja (BP) dan anggota

keluarganya terdiri atas Investor, Pemberi Kerja, Penerima Pensiun, Veteran dan

Perintis Kemerdekaan.

Jumlah kepesertaan JKN di Indonesia pada Tahun 2018 adalah

sebesar 208.054.199 jiwa dan Sumatera Barat sebesar 4.188.963 jiwa (Statistik

JKN, 2020). Jumlah peserta menurut segmen peserta di Indonesia tahun 2018

adalah PBI APBN 97.107.598 jiwa, PBI APBD 29.873.383 jiwa, PPU 49.833.095

jiwa, PBPU sebesar 31.100.248 jiwa dan BP sebesar 5.139.875 jiwa (Statistik

JKN, 2020).

Tahun 2019 Peserta JKN di Sumatera Barat adalah sebesar 4.457.138

jiwa dari jumlah penduduk sebesar 5.519.234 jiwa (80,76%) dengan segmen

peserta PBI APBN 1.781.762 jiwa, PBI APBD yang terdiri dari sharing dengan

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat sebesar 641.848 jiwa dan PBI APBD

murni sebesar 116.720 jiwa, PPU 944.321 jiwa, PBPU sebesar 850.906 jiwa dan

BP sebesar 123.205 jiwa (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2020).

Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019 jumlah peserta JKN sebesar

258.152 jiwa dari jumlah penduduk sebesar 382.392 jiwa (67,4%). Segmen

4
peserta PBI APBN 166.113 jiwa, PBI APBD 36.164 jiwa, PPU 39.556 jiwa,

PBPU sebesar 14.746 jiwa dan BP sebesar 1.573 jiwa (Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Lima Puluh Kota,2020).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Agustina Emelia Heryani

tentang Hubungan Kepesertaan, Kualitas Pelayanan dan Iuran dengan Kepuasan

Peserta BPJS Mandiri di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kabupaten Sleman

Yogyakarta Tahun 2019 bahwa kepesertaan memiliki hubungan yang lemah

dengan kepuasan peserta BPJS mandiri di fasilitas kesehatan tingkat pertama,

kualitas pelayanan memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan peserta BPJS

Mandiri di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan iuran memiliki hubungan yang

sedang dengan kepuasan peserta mandiri di fasilitas kesehatan tingkat pertama di

Kabupaten Sleman pada tahun 2019.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan kualitas pelayanan dan iuran terhadap kepuasan peserta Mandiri

JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan beberapa jurnal yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

diantaranya yang dilakukan oleh Bambang Irawan dan Asmaripa Ainy tentang

Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan pada Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas

Payakabung, Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2017 bahwa terdapat empat variabel

yang berhubungan secara sifnifikan dengan pemanfaatan layanan kesehatan, yaitu

usia, jenis kelamin, persepsi mengenai JKN, aksesibilitas layanan kesehatan.

5
Sedangkan hasil penelitian Ch.Tuty Ernawati dan Dhina Uswatul tentang

Hubungan Kepesertaan JKN Mandiri dengan Pendapatan, Pengetahuan, Persepsi,

Akses dan Kepesertaan Masyarakat Suku Sakai di Desa Petani Kecamatan

Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2018 bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kepesertaan JKN mandiri dengan pengetahuan, pendapatan,

persepsi dan akses terhadap pelayanan kesehatan pada Suku Sakai di Desa Petani

Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2018 dan hasil penelitian

Agustina Emelia Heryani tentang Hubungan Kepesertaan, Kualitas Pelayanan dan

Iuran dengan Kepuasan Peserta BPJS Mandiri di Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama Kabupaten Sleman Yogyakarta Tahun 2019 bahwa kualitas pelayanan

memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan peserta Mandiri JKN di fasilitas

kesehatan tingkat pertama dan iuran memiliki hubungan yang sedang dengan

kepuasan peserta mandiri di fasilitas kesehatan tingkat pertama di Kabupaten

Sleman pada tahun 2019.

Masih rendahnya minat masyarakat menjadi peserta Mandiri BPJS

Kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 3,9 % sementara kemampuan

pemerintah daerah yang terbatas dalam upaya menjamin masyarakat untuk

menjadi peserta BPJS Kesehatan sebagai asuransi kesehatan, sehingga penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimanakah hubungan kualitas

pelayanan dan iuran terhadap kepuasan peserta Mandiri JKN di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2020.

6
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum :

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kualitas

pelayanan dan iuran terhadap kepuasan peserta Mandiri JKN di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2020.

2. Untuk mengetahui kemampuan dan kemauan peserta Mandiri JKN membayar

iuran kepesertaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Lima

Puluh Kota Tahun 2020.

3. Untuk mengetahui kepuasan peserta Mandiri JKN di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2020.

4. Untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan peserta

Mandiri JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Lima

Puluh Kota Tahun 2020.

5. Untuk melihat hubungan iuran kepesertaan dengan kepuasan peserta Mandiri

JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Lima Puluh Kota

Tahun 2020.

6. Untuk melihat hubungan kualitas pelayanan dan iuran dengan kepuasan

peserta Mandiri JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten

Lima Puluh Kota Tahun 2020.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

7
1.4.1 Bagi Peneliti :

1. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan dan pengalaman penulis.

1. Hasil penelitian ini penelitian ini merupakan salah satu syarat

kelulusan di Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Syedza Saintika

Padang.

1.4.2 Bagi Pemerintahan :

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk

FKTP di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan untuk meningkatkan

kepesertaan mandiri JKN dalam upaya mencapai Universal Health

Coverage.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan :

Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta

memberikan masukan bagi penelitian sejenis di kemudian hari.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif tentang hubungan kualitas pelayanan dan

iuran terhadap kepuasan peserta Mandiri JKN di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai