9. Siapa saja yang lain yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan?
Yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan lainnya adalah yang mengalami
catat total tetap dan tidak mampu.
10. Apa yang dimaksud dengan cacat total tetap dan siapa yang berwenang menetapkan?
Cacat total tetap merupakan kecacatan fisik dan/atau mental yang mengakibatkan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan. Penetapan cacat total tetap
dilakukan oleh dokter yang berwenang.
18. Siapa saja yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil?
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Tidak Tetap, Pegawai
Honorer, Staf Khusus dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran Pendapatan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
22. Bagaimana bila jumlah peserta dan angota keluarganya lebih dari 5 (lima) orang?
Peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang termasuk
peserta, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran
tambahan.
23. Apakah boleh penduduk Indonesia tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan?
Tidak boleh, karena kepesertaan BJS Kesehatan bersifat WAJIB. Meskipun yang
bersangkutan sudah meiliki Jaminan Kesehatan lain.
24. Apa yang terjadi kalau kita tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan?
Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka semua biaya yang timbul harus
dibayar sendiri dan kemungkinan bisa angat mahal di luar kemampuan.
25. Kapan seluruh penduduk Indonesia sudah harus menjadi peserta BPJS Kesehatan?
Paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi peserta BPJS
Kesehatan yang dilakukan secara bertahap
==============================================================
Pada tahun 2014, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK UGM melakukan
penelitian untuk monitoring awal pelaksanaan JKN. Penelitian ini merupakan awal
dari penelitian monitoring yang akan berjalan dari tahun 2014 sampai dengan 2019.
Ada beberapa pertanyaan kritis yang terkait dengan kebijakan JKN adalah:
apakah masyarakat di daerah dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan SDM dokter
dan dokter spesialis yang belum memadai akan mendapatkan manfaat JKN seperti daerah
lain yang lebih baik?;
dalam kondisi Indonesia yang sangat bervariasi apakah JKN yang mempunyai ciri
sentralistis dengan peraturan yang relatif seragam dapat mencapai tujuan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?;
apakah dana pemerintah yang dianggarkan untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) dapat
mencapai sasarannya.
Berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan di level propinsi pada bulan April 2014,
propinsi-propinsi ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian: (1) kelompok yang
sudah maju dan (2) kelompok yang belum maju. Pembagian ini terutama pada masalah
ketersediaan tenaga dokter dan dokter spesialis sebagai tulang punggung. Terjadi
perbedaan yang ekstrim antara kedua kelompok tersebut. Secara ringkas, skenario
optimis untuk pencapaian Universal Coverage di tahun 2019 dinyatakan oleh para
peneliti di DKI, DIY,Sumatera Selatan, Sumatera Barat, sebagian Kabupaten/Kota di
Jawa Barat, sebagian kabupaten/kota di Jawa Tengah dan sebagian di Sulawesi
Selatan. Sementara itu, skenario pesimis ringan dan berat untuk tercapainya UHC
melalui JKN pada tahun 2019 dinyatakan oleh peneliti di NTT, Kalimatan Timur,
sebagian Kab/Kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, dan Sulawesi
Tenggara.
Hasil dari skenario yang ditulis pada awal berjalannya BPJS di atas menunjukkan
bahwa kebijakan sistem pembiayaan (adanya UU SJSN dan UU BPJS, JKN) ini mempunyai
kemungkinan tidak berhasil mencapai tujuan dalam kriteria keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Bahkan ada kemungkinan terjadi peningkatan kesenjangan.
Masyarakat di daerah tertinggal/buruk tidak mempunyai manfaat yang sama, walaupun
menjadi anggota BPJS. Portabilitas dapat memperburuk pemerataan, karena masyarakat
daerah buruk yang dapat memperoleh manfaat di daerah lain cenderung adalah orang
mampu.
=============================================================
WHO menjelaskan sistem kesehatan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan meningkatkan dan memelihara kesehatan warga negara. Indonesia memiliki
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan acuan dalam penyusunan dan
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Sistem ini diatur melalui Peraturan Presiden
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Dalam naungan SKN, terdapat
tujuh subsistem yang akan dibahas pada artikel berikut ini.
Berkaitan dengan penelitian, peraturan ini secara tegas menyatakan penelitian yang
memerlukan uji coba terhadap manusia dilakukan dengan jaminan tidak merugikan
manusia yang dijadikan subjek uji coba. Sementara bila ada penelitian yang berisiko
tinggi atau berbahaya bagi kesehatan, maka harus atas izin dan diawasi oleh
pemerintah.
Subsistem Pembiayaan Kesehatan memiliki tiga unsur utama yaitu dana, sumber daya
(meliputi SDM pengelola, sarana, standar, regulasi dan kelembagaan), dan
pengelolaan dana kesehatan (seperangkat aturan mengenai mekanisme penggalian,
pengalokasian, pembelanjaan dana kesehatan, dan pertanggungjawaban).
Ketiga, pembelanjaan yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan pengelolaan
yang transparan, akuntabel, serta menerapkan prinsip penyelenggaraan tata
pemerintahan yang baik (good governance).
Ada lima unsur dari subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, yaitu
(a) kesediaan komoditi dalam jenis, bentuk, dosis, jumlah, dan khasiat yang tepat,
(b) sumber daya dalam bentuk SDM yang kompeten di bidang farmasi, fasilitas
produksi, distribusi, dan pelayanan, serta pembiayaan dari pemerintah, (c)
pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, secara rasional, aman, dan bermutu; (d) pengawasan komprehensif melalui
standardisasi, evaluasi produk sebelum beredar, sertifikasi, pengawasan produk
sebelum beredar, dan pengujian produk; (e) pemberdayaan masyarakat agar dapat
terlibat aktif dalam penyediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan serta terhindar dari penggunaan yang salah.
Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna,
diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi,
integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN agar
efektif, efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut.
Pemerintah memiliki peran untuk membuka akses informasi dan dialog, menyiapkan
regulasi, membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan, serta memberi
dukungan sumber daya untuk melaksanakan upaya kesehatan dan mendorong terbentuknya
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Sementara, peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah dengan mendirikan fasilitas pelayanan kesehatan serta
melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat lainnya.
Indonesia sudah memiliki SKN yang komprehensif sebagai acuan untuk pembangunan
kesehatan. Kini tantangannya adalah melaksanakan mandat dari SKN serta melakukan
reviu secara berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika nasional
serta global. Dalam pembangunan kesehatan, CISDI sebagai think tank juga berperan
terutama melalui advokasi serta penguatan upaya kesehatan primer melalui program
Pencerah Nusantara.
Tentang CISDI
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah think tank
yang mendorong penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berdaya, setara, dan sejahtera dengan paradigma sehat.
CISDI melaksanakan advokasi, riset, dan manajemen program untuk mewujudkan tata
kelola, pembiayaan, sumber daya manusia, dan layanan kesehatan yang transparan,
adekuat, dan merata.
=====================================================================
Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan
nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu
diwujudkan. Selain permasalahan yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya
penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), pengendalian
penyakit HIV/AIDS, TB, Malaria serta peningkatan akses kesehatan reproduksi
(termasuk KB), terdapat hal-hal baru yang menjadi perhatian, yaitu: 1) Kematian
akibat penyakit tidak menular (PTM); 2) Penyalahgunaan narkotika dan alkohol; 3)
Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas; 4) Universal Health Coverage; 5)
Kontaminasi dan polusi air, udara dan tanah; serta penanganan krisis dan
kegawatdaruratan.
Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi masyarakat, sistem kesehatan
nasional, akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi
dan air bersih.
Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs sangat tergantung kepada peran aktif
seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah, parlemen, dunia
usaha, media massa, lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan
akademisi, mitra pembangunan serta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam bidang kesehatan adalah Program
Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan
jaminan kesehatan nasional.
Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang mengedepankan konsep promotif dan
preventif dalam pelayanan kesehatan dan menempatkan kesehatan sebagai input dari
sebuah proses pembangunan.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk peningkatan Akses dan mutu
pelayanan. Dalam hal pelayanan kesehatan primer diarahkan untuk upaya pelayanan
promotif dan preventif, melalui pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan baik dalam tatanan tata kelola klinis, tata kelola
manajemen dan tata kelola program.
Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin seluruh penduduk dan
warga negara asing yang tinggal di Indonesia dalam pelayanan kesehatannya.
======================================================================
4 KAB/ KOTA SEHAT VISI PUSKESMAS MISI PUSKESMAS FUNGSI PUSKESMAS MANAJEMEN PUSK
PROGR PUSKESMAS WAJIB - PENGEMBANGAN ASAS, ORGANISASI, LAINNYA KETERLIBATAN
MASYARAKAT ( BDN PENYANTUN) TATA HUB KERJA (ESELON NAIK?) RUJUKAN KONSEP/ KEBIJAKAN
DASAR PUSKESMAS KEBJK DSR PUSK
7 MASALAH Visi, misi dan fungsi Puskesmas belum dirumuskan secara jelas Beban kerja
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terlalu
berat Sistem manajemen Puskesmas dengan berlakunya prinsip otonomi perlu
disesuaikan. Puskesmas dan daerah tidak memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan
program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang tentu saja dinilai
tidak sesuai lagi dengan era desentralisasi KEBJK DSR PUSK
19 ...lanjutan kedudukan Antar sarana yankes strata pertama - sebagai mitra yankes
swasta strata pertama Sebagai pembina yankes bersumber daya masyarakat KEBJK DSR
PUSK
20 Organisasi Struktur organisasi Kepala Puskesmas Unit Tata Usaha Unit Pelaksana
Teknis Fungsional Upaya Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan perorangan Jaringan
Pelayanan Puskesmas pembantu Puskesmas Keliling Bidan di Desa/Komunitas KEBJK DSR
PUSK
23 UPAYA PUSKESMAS A. Upaya kesehatan wajib puskesmas 1. Upaya kesehatan ibu, anak
& kb 2. Upaya promosi kesehatan 3. Upaya kesehatan lingkungan 4. Upaya perbaikan
gizi 5. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular 6. Upaya pengobatan dasar
B. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas Dilaksanakan sesuai dengan masalah
kesehatan masy yg ada dan kemampuan Puskesmas Bila ada masalah kes tapi pusk tdk
mampu maka pelaksanaan oleh dinkes kab/kota Upaya Lab(medis dan kes masy) dan
Perkesmas serta Pencatatan Pelaporan mrpkn kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib
atau pengembangan. KEBJK DSR PUSK
30 SISTEM RUJUKAN UKM UKP DEPKES/DINKES PROPINSI YANKES STR III RS PUSAT/ PROPINSI
DINKES KAB/Kota BP4, BKMM,BKOM PUSKESMAS POSYANDU,POLINDES, UKBM lainnya YANKES STR
II YANKES STR I MASYARAKAT RS KABUPATEN/Kota BP4,BKMM,BKOM, KLINIK /PRAKTEK
SPESIALIS SWASTA PUSKESMAS,PRA KTEK DR UMUM,BIDAN, BP,BKIA POSYANDU POLINDES RUMAH
TANGGA KEBJK DSR PUSK
32 PERENCANAAN A. Rencana usulan kegiatan = Upaya Kes Pusk Wajib = Upaya Kes Pusk
Pengembangan B. Rencana pelaksanaan kegiatan = Upaya Kes Pusk Wajib = Upaya Kes
Pusk Pengembangan KEBJK DSR PUSK
37 PEMBIAYAAN Apabila sistim Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku akan terjadi
perubahan pada sistim pembiayaan Puskesmas. Direncanakan pada masa yang akan datang
pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat Untuk
upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui sistim Jaminan Kesehatan Nasional,
kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh Pemerintah dalam bentuk
pembayaran premi KEBJK DSR PUSK
39 ... lanjutan penutup Penerapan kebijakan memerlukan standar dan pedoman baik
teknis maupun manajemen Kebijakan dasar, standar dan pedoman merupakan acuan
Propinsi dan Kabupaten/ Kota dalam mengembangkan kebijakan operasional di masing-
masing daerah Diharapkan kebijakan ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia KEBJK
DSR PUSK
====================================================================
NAWA CITA
'Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta,
nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks perpolitikan
Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada visi-misi yang
dipakai oleh pasangan calon presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla
berisi agenda pemerintahan pasangan itu.[1]Dalam visi-misi tersebut dipaparkan
sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno
yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri dalam
ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.[2]
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan
nasional yang tepercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang
dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan tepercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan
konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya.
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera"
dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program
rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial
untuk rakyat pada tahun 2019.
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang
menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela
negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog
antarwarga.
Revolusi mental
Salah satu agenda dalam Nawa Cita yang paling banyak dibahas bahkan diperdebatkan
oleh publik adalah poin nomor 8 yakni, revolusi karakter bangsa atau lazim disebut
revolusi mental.[4] Pembahasan hangat tentang revolusi mental berlangsung sejak
masa kampanye Pemilu Presiden 2014, bahkan sempat menjadi trending topic di
jejaring sosial.[5] Dalam sebuah tulisan di harian nasional, Jokowi menjelaskan
bahwa arti dari revolusi mental yang dia gagas adalah menggalakkan pembangunan
karakter untuk mempertegas kepribadian dan jadi diri bangsa sesuai dengan amanat
Trisakti Soekarno. Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Jokowi, sistem
pendidikan harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang
berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup
Indonesia. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram,
terarah dan tepat sasaran oleh negara dapat membantu membangun kepribadian sosial
dan budaya Indonesia.[6]
Kabinet Kerja
Setelah terpilih menjadi Presiden, Jokowi menerapkan Nawa Cita ke dalam progam-
program pemerintahannya melalui sebuah kabinet yang disebut Kabinet Kerja.
Komposisi dan strutur Kabinet Kerja dirancang untuk mengakomodir agenda-agenda yang
termuat dalam Nawa Cita.[7] Dia mengubah nomenklatur beberapa kementerian dan
menambah jumlah menteri koordinator, yakni:
Upaya untuk mewujudkan visi ini dilakukan melalui 7 misi pembangunan, dimana pada
misi ke-4 adalah mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
Kenaikan penduduk menjadi tantangan bukan hanya untuk Indonesia tapi juga untuk
seluruh negara di dunia. Indonesia harus memanfaatkan Bonus Demografi yang
diprediksi akan terjadi pada tahun 2035 mendatang. Populasi usia produktif pada
tahun tersebut tidak lain adalah anak-anak saat ini yang harus dipelihara
kesehatannya.
Bonus demografi perlu dipersiapkan sejak awal dengan menanamkan paradigma sehat
dalam diri sejak dini, diharapkan pada saat puncak bonus demografi, Indonesia dapat
melaju kencang menuju kemakmuran bangsa. Sehingga Indonesia tidak menjadi negara
yang tingkat dependensi tinggi karena penyakit kronis yang menimpa sebagian besar
penduduk yang seharusnya produktif, sehingga menurunkan daya saing kita di MEA dan
global.
Dalam dua tahun kerja nyata untuk mewujudkan Indonesia Sehat pada pilar pertama,
terdapat beberapa capaian yang telah dicapai, antara lain:
-Angka Kematian Ibu turun dari 5.019 Orang pada tahun 2013 menjadi 4.809 Orang pada
tahun 2015
-Angka Kematian Bayi turun dari 23.703 anak pada tahun 2013 menjadi 22.267 anak
pada tahun 2015
-Angka Balita yang mengalami Stunting turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi
29,6% pada tahun 2015.
-Sampai dengan akhir tahun 2016, program pemberian makanan tambahan (PMT) akan
membagikan: 6.122 ton PMT bagi 696.715
-Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK); 7.376 ton PMT bagi 738.883 Balita; dan
856,2 ton PMT bagi 158.550 anak sekolah.
Fasilitas kesehatan primer menjadi soko guru dari pelayanan kesehatan, bukan saja
menjadi gate keeper untuk rujukan tetapi juga membina masyarakat umum untuk
mempunyai kemampuan untuk hidup sehat.
Pelaksanaan JKN cukup menggembirakan. Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan, sampai
dengan bulan Oktober 2016 tercatat jumlah peserta JKN sebesar 169,574.010 juta jiwa
atau kurang lebih 66,11% dari total penduduk tahun 2016 sebesar 256.511.495 jiwa.
Tentunya penambahan cakupan kepesertaan ini harus diikuti dengan pemenuhan supply
side baik sarana prasarana maupun SDM kesehatan.
Perkembangan lain yang cukup menggembirakan semakin banyak fasilitas kesehatan yang
ikut dalam program JKN. Data dari BPJS Kesehatan sampai dengan Oktober 2016, jumlah
fasilitas kesehatan yang telah bekersama dengan BPJS kesehatan untuk melayanani
peserta JKN berjumlah 25.828 fasilitas kesehatan, yang terdiri dari 20.531
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), 2.001 Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL), 2.047 Apotik, 956 Optika dan 256 Laboratorium
Sampai dengan bulan Januari 2016, pelayanan Penyakit katastrofik di era JKN
menghabiskan biaya klaim sebesar Rp 74,3 Milyar dengan pemanfaatan tertinggi pada
penderita penyakit Jantung yaitu 905.223 penderita dan biaya klaim sebesar 6,9 T.
Berikutnya diikuti oleh kasus kanker sebesar 1,8 T dan kasus stroke sebesar 1,548
T.(Rokom 2016)
===================================================================================
==
ETIKA KEPERAWATAN
Sebagai seorang perawat/calon perawat tentunya kita harus mengetahui etika dan
hukum dalam profesi kita sebagai landasan kita untuk bekerja memberikan layanan
keperawatan kepada masyarakat sehingga kita dijauhkan dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu objek etika adalah
tingkah laku manusia (Wikipedia Indonesia)
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.
Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang
lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi
adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan
Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan
ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan
perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia
ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.
Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan
kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat
tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan
intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.
Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada
orang lain.
Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi
tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.
Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat
bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien
perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas
delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
===============================================
Justice (Keadilan)
Sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat adil, dokter dan perawat
harus menggunakan rasa keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada pasien.
Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran,
tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk “informed
concend” yang baik. Perawat harus dapat menyingkap semua informasi yang diperlukan
oleh pasien maupun kelaurganya sebelum mereka membuat keputusan.
Confidentiality (kerahasiaan)
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi
yang diberikan kepada tenaga professional kesehatan akan dihargai dan tidak
disampaikan/dibagikan kepada pihak lain secara tidak tepat.
Upaya merahasikan informasi yang sifatnya rahasia bagi pasien untuk menjaga privasi
pasien atau prinsip etik yang mendasar yakni data pasien, menghindarkan diri
mendiskusikan kondisi pasien dengan orang yang tidak terkait.
Accountability (akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat diniai dalma situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. Dalam menerapkan
prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya, apakah tindakan ini
bermanfaat, apakah keputusan ini adil, keran dalam pelyanan kesehatan petugas dalam
hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status
sosialnya, tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian tindakan tersebut
pada pasien.